Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV(Human Immunodeficiency Virus)merupakan virus yang


menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih bernama sel
CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembangbiak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu
akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan
tubuhmakasemua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Kare
na sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya
tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya. Secara global, ditemukan
bahwa proses penularan melalui hubungan seksual menempati urutan
pertama, yaitu 70-80%, disusul pada penggunaan obat suntik dengan jarum
suntik bersamaan 5-10%. Infeksi perinatal juga memiliki presentase tinggi
yaitu 5-10% dan penularan melalui transfusi darah 3-5%. Besarnya resiko
ditentukan dari paparan dan derajat viremia dari sumber infeksi

Penularan melaluiASI dari ibu yang terinfeksi ke bayinya juga dapat


terjadi, namun dengan resiko yang lebih kecil karena jumlah virus yang
sangat sedikit dalam ASI. Ada beberapa faktoryang dapat meningkatkan
resiko penularan melalui ASI, yaitu: level virus yang bermakna
dalam ASI , adanya mastitis, kadar limfosit T CD4 ibu yang rendah, dan
defisiensi vitamin A pada ibu. Di negara berkembang, pemberian ASI dari
ibu yang terifeksi masih menjadi pro dan kontra karena walaupun menjadi
jalur penularan ,ASI merupakan sumber nutrisi utama pada bayi di usia awal
kehidupan dan memberifaktor-faktor antibodi yang penting.

Infeksi HIV ( Human Immunodeficiency Virus) maupun status AIDS


(AquirredImmunodeficiency Syndrome) dapat menimbulkan dampak yang
kompleks terhadap aspek bio-psikososial seorang Odha (Orang yang hidup
Dengan HIV/AIDS). Tidak hanya akan mengalami gejala-gejala klinis
berupa penyakit semata, tetapi juga berbagai permasalahan psikis dan sosial.
Odha memiliki kehidupannya sendiri yang tentu saja tidak dapat dihentikan
hanya dengan alasan penyakit mematikan yang dideritanya. Apapun yang
terjadi, ODHA tentu tetap butuh berinteraksi sosial guna mematangkan kisi-
kisi sosial kepribadiannya dalam bermasyarakat. Akan tetapi interaksi Odha
dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baik dari sisi medis
maupun psikospirit agar interaksi yang berjalan tidak menjadi interaksi
yang negatif terutama bagi Odha sendiri

B. Rumusa Masalah

1. Apa pengertian Family Centered Care?

2. Apa konsep Family Centered Care?

3. Apa penyebab Family Centered Care?

4. Sebutkan elemen Family Centered Care?

5. Sebutkan prinsip pada Odha?

6. Jelaskan tentang stigma ODHA?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Family Centered Care

2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep Family Centered Care

3. Mahasiswa dapat menyebutkan penyebab Family Centered Care


4. Mahasiswa dapat menyebutkan elemen Family Centered Care

5. Mahasiswa dapat menyebutkan prinsip pada Odha

6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang stigma ODHA


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Family centered care


Didefinisikan oleh association for the care of children’s health (acch)
sebagai filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan
peran penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan,
membantu untuk membuat suatu pilihan yang terbaik, dan meningkatkan
pola normal yang ada dalam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani
penyembuhan.
Family cantered care di definisikan menurut hanson (199, dalam
dunst dan trivette 2009) sebagai pendekatan inovatif dalam merencanakan,
melakukan, dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan
didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang
tua.
B. Konsep FCC
1. Martabat dan kehormatan
Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan
pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya
pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan
2. Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang
berguna bagi pasien dan keluarga denganbenar dan tidak memihak kepada
pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi setiap
waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan.
3. Partisipasi
Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka
buat.
4. Kolaborasi
Pasien dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar kolaborasi.
Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan
kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain
fasilitas kesehatan dan pendidikan profesional terutama dalam pemberian
perawatan.

C. Penyebab FCC
1. Membangun sistem kolaborasi dari pada kontrol atau penyembuhan pada
ODHA( orang dengan HIV AIDS).
2. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat ODHA( orang dengan HIV
AIDS) seperti sebagaimana professional.
3. Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga daripada kelemahan
keluarga.
4. Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan.
5. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA(
orang dengan HIV AIDS) , keluarga dan pemberi pelayanan dari pada
informasihanya diketahui oleh professional.
6. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku

D. Elemen FCC
1. Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara kehadiran
profesi kesehatan fluktuatif.
2. Memfasilitasi kolaborasi keluarga professional pada semua level
perawatan kesehatan.
3. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-
metode alternative dalam koping.
4. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh
keluarga tentang perawatan pada ODHA( orang dengan HIV AIDS) yang
tepat.
5. Menimbulkan kelompok support antara orang tua dengan ODHA( orang
dengan HIV AIDS).
6. Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan pada ODHA (orang dengan HIV AIDS)
melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi
dukungan emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarganya.
7. Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel,
accessible, dan responsive ODHA( orang dengan HIV AIDS) terhadap
kebtuhan pasien pada
8. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi
dukunga nemosional dengan staff. Element Family Centered Care

E. Prinsip
1. Prinsip hidup odha
a. Sebagaimana manusia lainnya ODHA memiliki kehidupannya sendiri
yang tentu saja tidak dapat dihentikan hanya dengan alasan penyakit
mematikan yang dideritanya
b. Tetapi terinfeksi ODHA dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baik
dari sisi medis maupun psikopirit agar interaksi yang berjalan tidak
interaksi yang negatif terutama bagi ODHA sendiri
2. Prinsip ODHA dilindungi
a. Dampak (impact). hal ini berhubungan denagn stigma yang dikenakan
pada HIV dan AIDS dan diskriminasi, sudah banyak dilaporkan para
ODHA mengalami diskriminasi hanya karena mereka diduga atau
diketahui terkena HIV/AIDS
b. Mudah kena serang (Vulnerabillity) dalam konteks ini penting untuk di
kemukakan disini, bahwa pemajuan dan perlindungan Ham adalah suatu
jalan untuk menjawab kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang
membuat manusia mudah diserang infeksi HIV
c. Tanggapan (Response) itu berarti pemajuan dan perlindungan Ham
menciptakan lingkungan yang mendukung baji kebijakan nasional dalam
menjawab HIV/AIDS, kebebasan berbicara, berekspresi, berorganisasi
dan hak atas informasi dan edukasi merupakan faktor yang esensial bagi
efektifitas program pencegahan dan perawatan HIV/AIDS

3. ODHA Di Masyarakat
ODHA telah menjadi sumber ketakutan bagi sebagian masyarakat,
acapkali muncul berbagi perdebatan yang mempertentangkan antara
kepentingan masyarakat umum dengan odha akibat nya, hak-hak odha
dalam kehidupan sehari-hari sering terabaikan
F. Stigma
1. Definisi stigma
Kata “konon” berasal dari Yunani jaman dulu, untuk menyebut
bekas luka akibat kulit ditempel besi panas yang dilakukan pada budak,
penjahat, atau orang-orang yang dianggap kriminal lainnya, sehingga
mudah di identifikasi sebagai orang yang hina atau harus dijauhi.
Dalam pengertian sederhana, stigma adalah sikap atau attitude
negatif yang terkait dengan kenyakinan atau pengetahuan seseorang.
Sedangkan diskriminasi adalah perilaku atau action yang dilakukan.
Dengan demikian asal usul terjadinya “stigma” dan diskriminasi “ adalah
dari pandangan negatif terhadap orang atau kelompok tertentu yang
dianggap mempunyai sesuatu yang tidak baik.
Stigma diartikan sebagai pemberian cap (label) kepada seseorang
atau sekelompok orang yang didasarkan pada penilaian subjektif. Stigma
menghadirkan suatu penilaian yang dapat menghambat proses perubahan
seorang ODHA dalam memaknai hidupnya dan berfikir secara positif
sebagai bagian dari warga masyarakat.
Menurut Bruyn 1998(dalam Dit RTS 2004),stigma adalah
“Ekspresi dari norma sosial dan budaya, yang membentuk hubungan antar
manusia menurut norma-norma tersebut. Orang-orang yang distigma
biasanya dianggap memalukan untuk alasan-alasan tertentu, dan sebagai
akibatnya mereka dipermalukan, dihindari, dideskriditkan, ditolak, ditahan
atau dihukum”.

2. Perlakuan masyarakat dengan memberikan stigma maupun diskriminasi


dipengaruhi oleh beberapa faktor (Dit. RTS 2004), yaitu:
a. Ketidaktahuan tentang informasi yang benar dan baik tentang
HIV/AIDS
Di kalangan masyarakat, masih banyak yang beranggapan bahwa
ODHA identik dengan seseorang yang sering menggunakan obat
terlarang, berhubungan seks dengan pekerja seks komersial, dan lain
sebagainya. Selain itu, masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa
HIV bisa ditularkan hanya dengan kontak fisik atau berdekatan dengan
ODHA.
Pemberian informasi tentang HIV/AIDS yang benar di kalangan
masyarakat bisa membantu upaya pemerintah dalam mengurangi stigma
dan diskriminasi pada ODHA.
b. Berkembangnya mitos-mitos HIV di masyarkat
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS dan
kesalahan informasi tentang HIV/AIDS akan berdampak pada
munculnya ketakutan masyarakat untuk melakukan kontak fisik dengan
ODHA. Mulai dari berjabat tangan, duduk berdekatan, makan bersama,
dan lainnya. Padahal, HIV hanya bisa ditularkan melalui hubungan
seksual yang berisiko, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi
virus HIV, dan melalui ibu yang positif HIV ke bayi yang dilahirkannya.
Bersentuhan kulit, berjabat tangan, berpelukan, atau makan
bersama seorang ODHA tidak akan menularkan penyakit ini. Berada di
dekat ODHA juga tidak akan membuat Anda tertular karena virus ini tak
bisa berpindah lewat udara.
c. Adanya ketakutan yang irasional akan tertular HIV/AIDS
Hal ini disebutkan dalam buku UNAIDS (2007) yang berjudul
“Reducing HIV Stigma and Discrimination”. Banyak orang dengan
mudah melakukan diskriminasi pada ODHA karena mereka tidak
berpikir lebih jauh, seperti apa dampak diskriminasi yang dilakukannya
terhadap kehidupan ODHA.
Sebenarnya mudah saja untuk bisa hidup berdampingan dengan
ODHA dalam masyarakat atau dalam hubungan pribadi setiap orang.
Posisikan diri Anda sebagai ODHA. Apakah Anda bisa terima perlakuan
diskriminatif dari orang-orang di sekitar Anda? Pasti tidak bisa, kan?
Jadi kalau ada orang terdekat, rekan kerja, anggota keluarga, atau
kenalan Anda yang didiagnosis dengan penyakit AIDS, jangan malah
menjauhinya. Yang perlu dilakukan yaitu menggali informasi sebanyak-
banyaknya soal HIV/AIDS agar Anda tahu langkah apa yang harus
dilakukan agar hubungan Anda dengan ODHA tetap hangat.

HIV sering dikaitkan dengan isu-isu moral Stigma (cap buruk) dan
diskriminasi (perlakuan tidak adil) yang dikaitkan dengan HIV dan AIDS
merupakan penghambat utama bagi upaya lanjut dalam pencegahan infeksi
dan pelayanan yang memadai, dukungan dan perawatan serta pengurangan
dampak buruk infeksi HIV.

3. Dampak negatif terhadap ODHA

a. Melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)

Perlakuan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA melanggar hak-hak


dasar ODHA. Di antaranya adalah hak untuk hidup, mendapatkan
perawatan, memiliki pekerjaan, dan lain-lain. Tidak ada seorang pun
yang berhak merenggut hak-hak mendasar ini dari hidup ODHA.

b. Menutup kesempatan bagi ODHA untuk mengembangkan diri

Stigma bisa membuat ODHA kehilangan pekerjaan, pasangan,


dan keluarga. Banyak juga anak-anak dengan HIV/AIDS yang terpaksa
putus sekolah karena mendapatkan perlakuan yang tidak adil di sekolah.

Padahal, seperti orang-orang pada umumnya, ODHA bisa


memberikan kontribusi bagi lingkungan di sekitarnya. Baik itu untuk
keluarganya, lingkungan kerjanya, bahkan masyarakat secara umum.

c. Membuat ODHA mengasingkan diri

Diskriminasi terhadap ODHA bisa membuat mereka menutupi


identitasnya, menarik diri, atau mengasingkan diri dari masyarakat. Hal
tersebut dapat berakibat buruk terhadap kesehatan ODHA. Mereka bisa
jadi malu untuk periksa ke dokter atau mendapatkan perawatan di rumah
sakit. Akibatnya jelas bisa fatal, yaitu kematian.

Stigma terhadap ODHA juga bisa membuat mereka depresi,


menjauhkan diri dari keluarga dan lingkungan sekitar, atau yang lebih
ekstrem adalah bunuh diri.

d. Menghambat program pemerintah dalam upaya penanggulangan


HIV/AIDS di masyarakat

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA juga akan berdampak


pada terbukanya penyebaran penyakit HIV/AIDS. Stigma dan
diskriminasi akan mematahkan semangat seseorang untuk
melakukan Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau tes
HIV/AIDS. Stigma bahkan bisa membuat orang-orang merasa enggan
untuk mencari informasi dan cara perlindungan terhadap penyakit
HIV/AIDS.

Oleh karena itu, hentikan stigma dan diskriminasi pada ODHA.


Bukan stigma dan diskriminasi yang bisa menghentikan persebaran
virus HIV dalam masyarakat, melainkan kepedulian dan pemahaman
setiap orang tentang HIV/AIDS.

4. Ada 5 langkah untuk mengeliminasi stigma dan diskriminasi masyarakat


terhadap ODHA, :
a. Melakukan sosialisasi tentang patofisiologi HIV-AIDS yang benar
kepada masyarakat
b. Melakukan simulasi hubungan sosia ldengan ODHA sehingga dapat
menghapuskan fobia pada masyarakat pada ODHA dalam interaksi
sosial
c. Berhenti melakukan eksploitasi ODHA yang dapat menimbulkan&quot
;negativ feedback&quot ;oleh masyarakat terhadap ODHA. dapat saja
dari simpati berubah menjadi antipati
d. Melakukan upaya- upaya advokasi terhadap instansi/ lembaga
pemerintah dan swasta dalam hal penegakan hukum terhadap hak-hak
dasar(HAM) ODHA
e. Memberikan bantuan hukum terhadap semua bentuk diskriminasi
terhadap ODHA yang menyebabkan HAM ODHA
tersalimi.......!Semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli akan
HIV dan AIDS maka AIDS akan bisa dihentikan melalui penghapusan
stigmadan menghentikan diskriminasi dengan memulainya dari diri kita
sendiri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Family cantered care di definisikan menurut hanson (199, dalam dunst dan
trivette 2009) sebagai pendekatan inovatif dalam merencanakan, melakukan,
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan didasarkan pada
manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua.
PriPrinsip
4. Prinsip hidup odha
c. Sebagaimana manusia lainnya ODHA memiliki kehidupannya sendiri
yang tentu saja tidak dapat dihentikan hanya dengan alasan penyakit
mematikan yang dideritanya
d. Tetapi terinfeksi ODHA dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baik
dari sisi medis maupun psikopirit agar interaksi yang berjalan tidak
interaksi yang negatif terutama bagi ODHA sendiri
5. Prinsip ODHA dilindungi
d. Dampak (impact). hal ini berhubungan denagn stigma yang dikenakan
pada HIV dan AIDS dan diskriminasi, sudah banyak dilaporkan para
ODHA mengalami diskriminasi hanya karena mereka diduga atau
diketahui terkena HIV/AIDS
e. Mudah kena serang (Vulnerabillity) dalam konteks ini penting untuk di
kemukakan disini, bahwa pemajuan dan perlindungan Ham adalah suatu
jalan untuk menjawab kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang
membuat manusia mudah diserang infeksi HIV
f. Tanggapan (Response) itu berarti pemajuan dan perlindungan Ham
menciptakan lingkungan yang mendukung baji kebijakan nasional dalam
menjawab HIV/AIDS, kebebasan berbicara, berekspresi, berorganisasi
dan hak atas informasi dan edukasi merupakan faktor yang esensial bagi
efektifitas program pencegahan dan perawatan HIV/AIDS

6. ODHA Di Masyarakat
ODHA telah menjadi sumber ketakutan bagi sebagian masyarakat,
acapkali muncul berbagi perdebatan yang mempertentangkan antara
kepentingan masyarakat umum dengan odha akibat nya, hak-hak odha
dalam kehidupan sehari-hari sering terabaikan

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah
menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Anda mungkin juga menyukai