PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrom ( AIDS ) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang di sebabkan oleh Human immunodeficiency virus
(HIV). Virus ini meruksak sistem kekebalan tubuh manusia. Yang
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang sebagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi Negara-negara di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi depkes 2006, di perkirakan
di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) Sebanyak
193.000-247.000 orang. Dari laporan surveilans AIDS depkes RI hingga
September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan
kumulatif HIV hingga juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hamper semua
provinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/AIDS. Dengan 10
provinsi terbanyak adalah DKI Jakarta , jawa barat, papua, jawa timur, bali,
Kalimantan barat, jawa tengah, Sumatra utara , Sulawesi selatan, dan
kepulauan riau. Jumlah dan prevelensi kasus HIV/AIDS yang di laporkan
masih relative rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 provinsi : DKI Jakarta, jawa timur dan
Sulawesi selatan pada tahun 2007 di temukan dari 752 responden ODHA
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3
provinsi tersebut, di dapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar
80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting),
diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appatite) dan oral kondidiasis.
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan para medis hanya 10% dari 67
1
responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA dengan
pedoman ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi nutrisi
2. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS
3. Pentingnya nutrisi pada pasien HIV/AIDS
4. Prinsip pemberian nutrisi
5. Bahan makanan yang dianjurkan diberi pada pasien HIV/AIDS
6. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan obesitas
7. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan wasting sindrome
8. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan anemia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nutrisi
Pengertian dan definisi Nutrisi. Nurisi di sebut juga zat Gizi. Nutrisi
adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Nutrisi di peroleh dari
hasil pemecahan makanan oleh sistem pencernaan. dan seringkali di sebut
dengan istilah sari-sari makanan. Nutrisi terbagi dalam 2 golongan, yaitu
makronutrisi dan mikronutrisi.
3
1. Sumber energy
2. Pendukung dan pengatur proses metabolisme
3. Menjaga keseimbangan metabolism
4. Pembentuk sel-sel jaringan tubuh
5. Memperbaiki sel-sel yang rusak
6. Mempertahankan fungsi organ tubuh, dll
4
minyak, buah-buahan, serta sayur-sayuran. KLrantitasnya.iuga'cukup Lmtuk
kebutuhan tubuh akan energi. protein dan mikronulrieu. ODHA harus diet
vang seirlbang agar kebLrtuhan energi tercukupi, terjaga berat badan ideal.
dan fimgsi tubuh ber.ialan densan baik.
Namun. pemberian nutrisi harus tetap memperhatikan kesehatan per individu.
Untuk beberapa kondisi, perlu diet khusus. Misalnya. ODHA 1'ang menderita
einial. hati dari diabetes melitus.
5
umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan
kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
6
Nutrisi yang baik diperlukan untuk menjaga sistem imun odha tetap kuat.
Selain itu nutrisi yang baik juga dapat membantu proses tubuh dalam
memetabolisir obat-obatan yang dikonsumsi odha. Pemberian nutrisi yang
baik, dengan demikian, akan meminimalisir penyakit-penyakit yang terkait
dengan HIV/AIDS, sehingga frekuensi dan lama rawat inap di rumah sakit
akan jauh berkurang dan kualitas hidup odha pun meningkat.
Selain membantu pemulihan sel-sel kekebalan tubuh dan mendukung
ketahanan tubuh dalam menghadapi pengobatan, makan juga memiliki efek
psikologis, yaitu odha akan merasa nyaman dan berpikiran positif. Jika
makan bersama teman akan baik untuk kesehatan emosinya. Karena itu,
nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
penatalaksanaan orang dengan HIV/AIDS.
7
Mengonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah di cerna.
Konsumsi sayur dan buah dalam bentuk jus.
Konsumsi susu rendah lemak dan sudah diasturisasi.
Menghindari makanan yang di awetkan.
Makanan harus bebes dari pestisida dan zat kimia.
Beri makanan sesuai jadwal minum obat
Menghindari makan yang merangsang alat pencium.
Konsumsi makanan yang rendah serat makanan lunak/cair, jika ada
gangguan pencernaan.
Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare.
Menghindari rokok, alcohol, dan kafein.
Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai.
Berikut ini penjelasan yang lebih terperinci mengenai pola makan pasien HIV
AIDS yang baik dan benar.
1. Kalori
Kalori adalah energi dalam makanan sebagai bahan bakar tubuh Anda.
Untuk mempertahankan berat tubuh ideal Anda, tingkatkan asupan kalori
jika diperlukan. Berikut jumlah kalori yang dianjurkan dalam sehari:
2. Protein
Protein membantu membangun otot, organ, dan sistem kekebalan yang
kuat. Berikut anjuran protein yang tepat untuk penderita HIV AIDS:
8
Untuk pasien HIV AIDS pria disarankan untuk konsumsi 100-150
gram protein per hari.
Untuk pasien HIV AIDS wanita disarankan untuk konsumsi 80-100
gram protein per hari.
Protein yang baik berasal dari daging sapi, dada ayam tanpa kulit,
ikan, dan produk susu rendah lemak.
3. Karbohidrat
4. Lemak
Lemak memberikan energi ekstra. Dapatkan jenis lemak yang tepat bagi
Anda:
9
Vitamin A dan beta-karoten: Sayuran dan buah berwarna hijau tua,
kuning, oranye, dan merah. Serta dari telur dan susu
vitamin B: daging, ikan, ayam, biji-bijian, kacang-kacangan, alpukat,
brokoli, dan sayuran berdaun hijau
Vitamin C: buah jeruk
Vitamin E: sayuran berdaun hijau, kacang tanah, dan minyak nabati
Selenium: biji-bijian, kacang-kacangan, unggas, ikan, dan telur
Zinc: daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, dan susu serta produk
yang terbuat dari susu.
Jika Anda kesulitan untuk mendapatkan cukup nutrisi dari menu makanan
harian Anda, maka suplemen multivitamin / mineral dapat menjadi pilihan
lain.
Tubuh Anda mungkin memiliki berbagai reaksi terhadap HIV dan juga
mungkin mengalami efek samping yang berbeda akibat obat. Berikut
adalah tips untuk berurusan dengan beberapa masalah yang paling umum.
10
Minum teh jahe untuk mengatasi rasa mual.
Makan lebih banyak makanan dingin dan lebih sedikit makanan panas.
Beristirahat di antara waktu makan, tapi jangan berbaring.
Tanyakan kepada dokter Anda tentang obat mual.
1) Diare
11
Hindari konsumsi sayuran mentah
Pilih buah yang lembut, seperti pisang atau pir.
Jauhi makanan asam, seperti jeruk, lemon, dan tomat.
5) Lipodistrofi
12
menolong pada odha. Berbeda halnya dengan obat megestrol acetat,
dipasarkan dengan nama Tracetat atau Megace sirup atau tablet yang cepat
sekali meningkatkan nafsu makan dan membuat pasien merasa lebih
nyaman dan membuat banyak pasien merasa lebih nyaman dan merasa
lebih enak. Perlu diketahui bahwa obat tersebut hanya mempertahankan,
dan tidak menambah, massa otot.
Cara lain untuk menyiasati nafsu makan yang rendah atau mual
adalah dengan menerapkan prinsip small-frequent feeding. Artinya jadwal
makan pasien diberikan dalam 5 sampai 6 kali, tapi dalam porsi yang lebih
kecil. Cara ini, meski mungkin sedikit merepotkan, juga mestinya bisa
diterapkan di rumah sakit.
13
Panduan Penting
14
Menyantap berbagai jenis buah dan sayuran dapat membantu
melindungi sistem imun tubuh. Buah-buahan dan sayuran tersebut
mengandung anti-oksidan yang tinggi. Untuk itu, sebaiknya konsumsi
lima hingga enam porsi buah atau sayuran setiap harinya.
Caranya, cukup penuhi setengah piring dari hidangan yang akan disantap
dengan buah atau sayuran tiap kali akan makan. Konsumsi semua jenis
buah dan sayuran untuk mendapatkan cukup vitamin dan mineral.
2. Makanan berkarbohidrat
15
3. Olahan susu
4. Kacang-kacangan
16
seperti kacang polong, kacang kapri, atau kacang lentil juga bisa menjadi
pilihan menu makan sehari-hari karena mengandung protein yang tinggi
namun tetap rendah lemak, dan dijual dengan harga terjangkau.
5. Ikan
17
sangat baik dalam menurunkan angka infeksi oportunistik sehingga
memperpanjang masa tanpa gejala dan memperbaiki kualitas hidup odha,
wasting syndrome tetap menjadi masalah dalam penatalaksanaan HIV/AIDS.
18
yang efektif, tetapi data dari penelitian lain menunjukkan bahwa sindrom
“wasting” tetap merupakan komplikasi yang signifikan, bahkan pada populasi
dengan akses ARV yang efektif.
Diare kronis dan malabsorpsi tetap menjadi temuan umum pada pasien
terinfeksi HIV. Di mana pasien telah menjalani pengobatan ARV, diare
yang berhubungan dengan patogen usus seperti microsporidia,
Cryptosporidium, Giardia lamblia, cytomegalovirus (CMV), dan
Mycobacterium avium mengalami penurunan, sedangkan pada beberapa
kasus, diare terkait ARV juga meningkat.
19
Strategi-strategi nutrisi untuk mencegah atau memperbaiki kondisi
tubuh pasien harus bekerja untuk mempertahankan atau meningkatkan
asupan energi. Pasien dengan infeksi HIV dapat meningkatkan tingkat
asupan protein selama periode peningkatan asupan makanan. Karena orang
yang terinfeksi HIV berisiko tinggi untuk infeksi yang ditularkan melalui
makanan, keamanan makanan juga merupakan komponen penting dari
peningkatan asupan nutrisi.
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin menurun dalam darah. Sel darah merah dan hemoglobin
bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke organ vital di seluruh tubuh.
Anemia adalah salah satu kelainan darah yang paling umum terlihat pada
orang dengan HIV. Sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh,
sehingga anemia dapat menyebabkan gejala kelelahan dan sesak napas.
Kejadian anemia berkisar dari 10% pada orang yang tidak memiliki
gejala hingga 92% pada individu dengan AIDS tingkat lanjut. Penyebab
anemia pada orang dengan HIV dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa penyebabnya adalah:
20
Kekurangan hormon yang disebut Erythropoietin yang diperlukan untuk
merangsang produksi sel darah merah.
Infeksi oportunistik (IO) seperti penyakit yang disebabkan oleh
mikobakteri (MAC), atau oleh jamur.
Kanker sumsum tulang seperti limfoma non-hodgkin.
Defisiensi nutrisi karena malabsorpsi. Ini adalah sumber utama anemia
karena kekurangan vitamin B12.
Ada banyak obat yang digunakan dalam pengobatan HIV yang juga
dapat menyebabkan anemia. Terapi kombinasi pengobatan sebanyak 3-5 jenis
obat telah menjadi standar praktik saat ini. Banyak dari obat-obat ini dapat
menyebabkan efek samping seperti anemia. Obat-obatan berikut yang
digunakan untuk mengobati HIV juga dapat menyebabkan anemia.
21
Gejala anemia termasuk kelelahan, detak jantung cepat, sesak napas dan
kepala terasa ringan. Gejala-gejala ini disebabkan oleh tubuh yang berusaha
untuk memberikan pasokan darah yang kekurangan oksigen ke semua organ
vital. Gejala lain anemia meliputi: dinginnya tangan dan kaki, kulit pucat, dan
bibir pucat.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nutrisi adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Adapun
makanan yang di anjaurkan untuk pasien HIV/AIDS yaitu seperti olahan
susu, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan ikan. Kebutuhan energi pada
ODHA dihitung berdasarkan ada atau tidak adanya gejala seperti demam,
penurunan berat badan dan wasting.
Sebuah studi kohort pada lebih dari 600 odha melaporkan bahwa 5%
odha laki-laki dan 20% odha perempuan mengalami obesitas. Bahkan
sebagian sudah masuk dalam kategori wasting syndrome, yaitu suatu keadaan
di mana pasien kehilangan berat badan > 10% atau mempunyai indeks massa
tubuh <20kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan >5%
dalam waktu enam bulan dan kondisi ini bertahan selama satu tahun.
Kejadian anemia berkisar dari 10% pada orang yang tidak memiliki gejala
hingga 92% pada individu dengan AIDS tingkat lanjut.
B. SARAN
Perlu keseimbangan gizi untuk tumbuh kembang ODHA dan perlu dilakukan
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29874097/makalah_konsep_dan_tatalaksana_gizi_hiv_d
an_aids.docx
http://zubairidjoerban.org/nutrisi-dan-diet-untuk-odha/
https://renyfebriyaniunyil.wordpress.com/2010/01/25/asuhan-gizi-pada-odha/
https://popyfebriany992.wordpress.com/makalah-gizi-pada-balita/
24