Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrom ( AIDS ) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang di sebabkan oleh Human immunodeficiency virus
(HIV). Virus ini meruksak sistem kekebalan tubuh manusia. Yang
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terserang sebagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi Negara-negara di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi depkes 2006, di perkirakan
di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) Sebanyak
193.000-247.000 orang. Dari laporan surveilans AIDS depkes RI hingga
September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan
kumulatif HIV hingga juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hamper semua
provinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/AIDS. Dengan 10
provinsi terbanyak adalah DKI Jakarta , jawa barat, papua, jawa timur, bali,
Kalimantan barat, jawa tengah, Sumatra utara , Sulawesi selatan, dan
kepulauan riau. Jumlah dan prevelensi kasus HIV/AIDS yang di laporkan
masih relative rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 provinsi : DKI Jakarta, jawa timur dan
Sulawesi selatan pada tahun 2007 di temukan dari 752 responden ODHA
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3
provinsi tersebut, di dapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar
80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting),
diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appatite) dan oral kondidiasis.
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan para medis hanya 10% dari 67

1
responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA dengan
pedoman ini di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi nutrisi
2. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS
3. Pentingnya nutrisi pada pasien HIV/AIDS
4. Prinsip pemberian nutrisi
5. Bahan makanan yang dianjurkan diberi pada pasien HIV/AIDS
6. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan obesitas
7. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan wasting sindrome
8. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan anemia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Nutrisi

Pengertian dan definisi Nutrisi. Nurisi di sebut juga zat Gizi. Nutrisi
adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Nutrisi di peroleh dari
hasil pemecahan makanan oleh sistem pencernaan. dan seringkali di sebut
dengan istilah sari-sari makanan. Nutrisi terbagi dalam 2 golongan, yaitu
makronutrisi dan mikronutrisi.

1. Makronutrisi adalah adalah nutrisi yang di butuhkan tubuh dalam jumlah


yang besar dan biasanya berfungsi sebagai sumber energi. Yang
termasuk makronutrisi adalah:
a. Karbohidrat. contoh makanan sumber karbohidrat: beras, gandum,
singkong, kentang, dll
b. Protein. Contoh makanan sumber protein: susu, telur, daging, ikan,
kacang-kacangan, dll
c. Lemak. Contoh makanan sumber lemak: susu, telur, kacang-
kacangan, kelapa, dll
2. Mikronutrisi adalah nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit
dan berfungsi untuk mendukung proses metabolisme tubuh. yang
termasuk kedalam mikronutrisi adalah:
a. Vitamin. Contoh makanan sumber vitamin: Buah-buahan, sayur-
sayuran, dll
b. Mineral. Contoh makanan sumber minderal: buah-buahan, sayur-
sayuran, dll
c. Air. Air di temukan dalam bentuk sejatinya atau dalam semua jenis
bahan pangan meski dalam kosentrasi yang sedikit.

B. Fungsi Nutrisi adalah:

3
1. Sumber energy
2. Pendukung dan pengatur proses metabolisme
3. Menjaga keseimbangan metabolism
4. Pembentuk sel-sel jaringan tubuh
5. Memperbaiki sel-sel yang rusak
6. Mempertahankan fungsi organ tubuh, dll

Untuk mendapatkan asupan nutrisi di perlukan makanan yang baik, sehat


dan begizi. Karena makanan yang baik, sehat dan begizi akan dapat
membantu meningkatkan daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit,
manjaga kebugaran tubuh dan stabilitas emosi serta mendukung terciptanya
kehidupan yang berkualitas. Untuk mendapatkan asupan gizi yang seimbang
maka di perlukan pola makan yang benar.

C. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS


Kebutuhan energi pada ODHA dihitung berdasarkan ada atau tidak
adanya gejala seperti demam, penurunan berat badan dan wasting. Wasting
adalah ter-iadinva penurunan massa otot tubuh. gangguan fungsi
metabolisme. gangguan fimgsi sistem imun. Dan penurunan berat badan.
Berikut ini merupakan kebutuhan nutrisi yang diperlukan seseorang
berdasarkan kategori ada atau tidaknya HIV/AIDS pada dirinya. Pada
kategori A (tidak ada gejala HIV dan akut HIV), kebutuhan kalori 30-35
kkal/kg. Sementara kebutuhan protein mencapai l,l- 1,5 grlkg. Kemudian
kategori B (ada gejala HIV dan komplikasi oleh HIV), maka kebutuhan kalori
35-40 kkal/kg dan kebutuhan protein 1,5-2 gr/kg. Kemudian pada kategori C
(dengan tingkat kekebalan I CD4 di bawah 200 dan terjadi infeksi
oponunistik), kebutuhan kalori meningkat menjadi 40-50 kkal/kg dan
kebutuhan prorein meniadi 2-2.5.gr/kg- Idealnya, asupan diet yang memadai
akan didapatkan asupan mikronutriea yang memadai juga. Untuk menjaga
status nutrisi yang memadai, ODHA dian-jurkan memakan makanan yang
bervariasi, seperti karbohidrat. susu. kacang-kacangan. daging. lemak dan

4
minyak, buah-buahan, serta sayur-sayuran. KLrantitasnya.iuga'cukup Lmtuk
kebutuhan tubuh akan energi. protein dan mikronulrieu. ODHA harus diet
vang seirlbang agar kebLrtuhan energi tercukupi, terjaga berat badan ideal.
dan fimgsi tubuh ber.ialan densan baik.
Namun. pemberian nutrisi harus tetap memperhatikan kesehatan per individu.
Untuk beberapa kondisi, perlu diet khusus. Misalnya. ODHA 1'ang menderita
einial. hati dari diabetes melitus.

Nutrisi pada pasien HIV/AIDS merupakan komponen penting dalam


perawatan individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan
berat badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang
gizi bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan,
gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan
tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan
tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha
menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat
badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika
seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya
tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi
mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya
penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis
ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong, beberapa obat lainnya
tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk mengurangi efek samping
ARV-OI. Status gizi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi.
Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan
menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS
terjadi keadaan kurang gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan
penurunan resistensi terhadap infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut
penatalaksanaan gizi yang baik amat berguna untuk meningkatkan kualitas
hidup seseorang dengan HIV/AIDS. Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara

5
umum adalah mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan
kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

D. Pentingnya Nutrisi Pada Pasien HIV AIDS


Penatalaksanaan nutrisi sekarang sudah menjadi bagian integral dalam
pengobatan pasien dengan HIV/AIDS. Semakin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa perbaikan nutrisi akan memperbaiki juga kondisi
kesehatan odha (orang dengan HIV/AIDS).Odha perlu memperoleh
pendidikan kesehatan yang terkait dengan nutrisi mengenai beberapa aspek,
antara lain :
a. Mempertahankan kekuatan tubuh dan BB
b. Mengganti kehilangan vitamin dan mineral
c. Meningkatkan fungsi sistem imun
d. Perpanjang periode infeksi
e. Meningkatkan respon terhadap pengobatan
f. Menjaga ODHA agar tetap aktiv dan dapat merawat diri sendiri dan
keluarganya
g. Menjaga ODHA agar tetap produktif, mampu bekerja, dan tetap
berkontribusi terhadap pemasukan keluarga.
h. menjaga agar kondisi otot tubuh tetap normal, dan bagaimana prinsip
pengobatan wasting syndrome,
i. manajemen interaksi obat dan makanan,
j. managemen gejala gastrointestinal yang mempengaruhi asupan jumlah
dan jenis makanan,
k. menyikapi dengan benar masalah suplemen herbal dan suplemen nutrisi,
l. budaya yang berhubungan dengan makanan,
m. nutrisi sewaktu odha hamil,
n. susu formula untuk bayi baru lahir,
o. timbulnya hiperglikemia dan kelainan lipid yang dapat meningkatkan
risiko diabetes, penyakit jantung dan stroke.

6
Nutrisi yang baik diperlukan untuk menjaga sistem imun odha tetap kuat.
Selain itu nutrisi yang baik juga dapat membantu proses tubuh dalam
memetabolisir obat-obatan yang dikonsumsi odha. Pemberian nutrisi yang
baik, dengan demikian, akan meminimalisir penyakit-penyakit yang terkait
dengan HIV/AIDS, sehingga frekuensi dan lama rawat inap di rumah sakit
akan jauh berkurang dan kualitas hidup odha pun meningkat.
Selain membantu pemulihan sel-sel kekebalan tubuh dan mendukung
ketahanan tubuh dalam menghadapi pengobatan, makan juga memiliki efek
psikologis, yaitu odha akan merasa nyaman dan berpikiran positif. Jika
makan bersama teman akan baik untuk kesehatan emosinya. Karena itu,
nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
penatalaksanaan orang dengan HIV/AIDS.

E. Prinsip pemberian nutrisi pada pasien HIV/AIDS

Orang dengan HIV/AIDS sering mengalami masalah nutrisi, maka


sebaiknya mereka tidak berpantang makanan apapun, kecuali memang sangat
diperlukan. Bahkan untuk odha yang mengalami malnutrisi, apalagi wasting
syndrome, diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein: susu, telur, daging,
ikan, sangat dianjurkan.adapun prinsip pemberian nutrisi yang baik pada
pasien HIV/AID rinsip-prinsip dasar pola makan sehat bagi penderita HIV
AIDS adalah:

 Konsumsi banyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-


kacangan
 Pilih sumber protein yang rendah lemak
 Batasi permen, softdrink, dan makanan dengan tambahan gula lainnya
 Dalam menu makanan Anda harus termasuk protein, karbohidrat, dan
sedikit lemak baik.
 Zat gizi di tambah 10-25% lebih banyak dari kebutuhan minimum.
 Di berikan dalam porsi kecil dan teratur.
 Di sesuaikan dengan penyaki infeksi yang menyertai.

7
 Mengonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah di cerna.
 Konsumsi sayur dan buah dalam bentuk jus.
 Konsumsi susu rendah lemak dan sudah diasturisasi.
 Menghindari makanan yang di awetkan.
 Makanan harus bebes dari pestisida dan zat kimia.
 Beri makanan sesuai jadwal minum obat
 Menghindari makan yang merangsang alat pencium.
 Konsumsi makanan yang rendah serat makanan lunak/cair, jika ada
gangguan pencernaan.
 Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare.
 Menghindari rokok, alcohol, dan kafein.
 Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai.

Berikut ini penjelasan yang lebih terperinci mengenai pola makan pasien HIV
AIDS yang baik dan benar.

1. Kalori

Kalori adalah energi dalam makanan sebagai bahan bakar tubuh Anda.
Untuk mempertahankan berat tubuh ideal Anda, tingkatkan asupan kalori
jika diperlukan. Berikut jumlah kalori yang dianjurkan dalam sehari:

 Mengkonsumsi 38 kalori per kg berat badan Anda jika belum ada


penurunan berat badan.
 Mengkonsumsi 45 kalori per kg berat badan jika Anda memiliki
infeksi oportunistik.
 Mengkonsumsi 56 kalori per kg berat badan jika Anda mulai
kehilangan berat badan.

2. Protein
Protein membantu membangun otot, organ, dan sistem kekebalan yang
kuat. Berikut anjuran protein yang tepat untuk penderita HIV AIDS:

8
 Untuk pasien HIV AIDS pria disarankan untuk konsumsi 100-150
gram protein per hari.
 Untuk pasien HIV AIDS wanita disarankan untuk konsumsi 80-100
gram protein per hari.
 Protein yang baik berasal dari daging sapi, dada ayam tanpa kulit,
ikan, dan produk susu rendah lemak.

3. Karbohidrat

Karbohidrat memberikan energi. Berikut anjuran karbohidrat bagi pasien


HIV AIDS:

 Dapatkan karbohidrat dari buah-buahan dan sayuran setiap hari.


 Untuk sumber karbohidrat lainnya Anda bisa pilih beras merah atau
kentang.
 Batasi gula sederhana, seperti permen, kue, cookies, atau es krim.

4. Lemak

Lemak memberikan energi ekstra. Dapatkan jenis lemak yang tepat bagi
Anda:

 Kacang-kacangan seperti kedelai


 Biji-bijian seperti : kenari, biji rami, biji bunga matahari
 Minyak zaitun dan Minyak Kanola
 Ikan

5. Vitamin dan mineral


Vitamin dan mineral mengatur proses tubuh Anda. Orang yang HIV-
positif perlu mendapatkan vitamin dan mineral tambahan untuk membantu
memperbaiki dan menyembuhkan sel-sel yang rusak. Makanlah makanan
tinggi vitamin dan mineral, yang dapat membantu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh Anda:

9
 Vitamin A dan beta-karoten: Sayuran dan buah berwarna hijau tua,
kuning, oranye, dan merah. Serta dari telur dan susu
 vitamin B: daging, ikan, ayam, biji-bijian, kacang-kacangan, alpukat,
brokoli, dan sayuran berdaun hijau
 Vitamin C: buah jeruk
 Vitamin E: sayuran berdaun hijau, kacang tanah, dan minyak nabati
 Selenium: biji-bijian, kacang-kacangan, unggas, ikan, dan telur
 Zinc: daging, unggas, ikan, kacang-kacangan, dan susu serta produk
yang terbuat dari susu.

Jika Anda kesulitan untuk mendapatkan cukup nutrisi dari menu makanan
harian Anda, maka suplemen multivitamin / mineral dapat menjadi pilihan
lain.

 Pola Makan Bagi Pasien HIV AIDS dengan Kondisi Khusus

Tubuh Anda mungkin memiliki berbagai reaksi terhadap HIV dan juga
mungkin mengalami efek samping yang berbeda akibat obat. Berikut
adalah tips untuk berurusan dengan beberapa masalah yang paling umum.

 Makan porsi kecil setiap satu atau dua jam.


 Hindari makanan berminyak atau pedas, atau makanan dengan bau
menyengat.

10
 Minum teh jahe untuk mengatasi rasa mual.
 Makan lebih banyak makanan dingin dan lebih sedikit makanan panas.
 Beristirahat di antara waktu makan, tapi jangan berbaring.
 Tanyakan kepada dokter Anda tentang obat mual.

1) Diare

 Minum lebih banyak cairan dari biasanya.


 Batasi susu dan minuman manis atau berkafein.
 Makan secara perlahan dan lebih sering.
 Hindari makanan berminyak.

2) Kurang nafsu makan

 Jangan minum terlalu banyak sebelum makan.


 Makan bersama dengan keluarga atau teman-teman.
 Buatlah makanan yang semenarik mungkin.
 Lebih sering makan dengan porsi sedikit.
 Tanyakan kepada dokter Anda tentang obat yang dapat
menambah nafsu makan.

3) Penurunan berat badan ekstrim

 Sertakan lebih banyak protein, karbohidrat, dan lemak dalam diet


Anda.
 Tambahkan es krim untuk makanan penutup.
 Makan buah-buahan kering atau kacang untuk makanan ringan.
 Minum suplemen gizi.
 Tanyakan kepada dokter Anda tentang obat yang menambah
nafsu makan dan mengobati mual.

4) Masalah Mulut ( sariawan,jamur ) dan masalah menelan

 Makan makanan lunak seperti yogurt atau kentang tumbuk.

11
 Hindari konsumsi sayuran mentah
 Pilih buah yang lembut, seperti pisang atau pir.
 Jauhi makanan asam, seperti jeruk, lemon, dan tomat.

5) Lipodistrofi

 Batasi lemak jenuh dan lemak trans.


 Pilih lemak tak jenuh dan sumber asam lemak omega-3, seperti
salmon dan tuna.
 Batasi alkohol, dan gula halus.
 Mencegah resistensi insulin dengan membatasi makanan yang
meningkatkan glukosa
 Makan lebih banyak biji-bijian kaya serat, buah-buahan, dan
sayuran.

Sebaiknya odha tidak perlu terlalu takut kelebihan kalori apalagi


protein, karena odha sangat memerlukannya. Sebuah studi pada 871 odha
perempuan melaporkan bahwa odha yang memiliki indeks massa tubuh
yang lebih tinggi akan lebih lambat mengalami kadar CD4 di bawah 200
sel/mm3—salah satu kriteria AIDS—dibandingkan odha dengan indeks
massa tubuh yang lebih rendah. Selain itu, indeks massa tubuh yang tinggi
atau kenaikan indeks massa tubuh selama perjalanan penyakit, ternyata
berkaitan dengan lambatnya progresivitas HIV. Untuk diketahui, rasa
makanan sangat dipengaruhi oleh kadar lemak. Akibatnya jika pasien
emikian juga odha yang mulai minum antiretroviral sebaiknya tidak
pantang lemak. Kalau pasien hanya makan sedikit dan kebutuhan nutrisi
tidak tercukupi, efek samping obat akan lebih berat dan kondisinya bisa
semakin menurun. Karena itu pasien seperti ini justru memerlukan diet
tinggi lemak dan tinggi protein. Namun sebaiknya hindari lemak untuk
sementara waktu jika ada diare, karena justru akan memperberat masalah.

Saat ini untuk meningkatkan nafsu makan memang sudah tersedia


beberapa jenis obat, misalnya siproheptadin. Namun obat ini tak banyak

12
menolong pada odha. Berbeda halnya dengan obat megestrol acetat,
dipasarkan dengan nama Tracetat atau Megace sirup atau tablet yang cepat
sekali meningkatkan nafsu makan dan membuat pasien merasa lebih
nyaman dan membuat banyak pasien merasa lebih nyaman dan merasa
lebih enak. Perlu diketahui bahwa obat tersebut hanya mempertahankan,
dan tidak menambah, massa otot.

Penggunaan megestrol acetat untuk pasien kanker dan odha telah


disetujui sejak 10 tahun lalu oleh badan pengawasan obat dan makanan
Amerika (FDA), dan telah menolong banyak orang. Sayangnya, harga obat
ini masih cukup mahal, yakni sekitar 850 ribu hingga 1,2 juta rupiah.
Seharusnya obat yang sudah cukup lama masa patennya ini kini bisa
diperoleh dalam bentuk generik.

Cara lain untuk menyiasati nafsu makan yang rendah atau mual
adalah dengan menerapkan prinsip small-frequent feeding. Artinya jadwal
makan pasien diberikan dalam 5 sampai 6 kali, tapi dalam porsi yang lebih
kecil. Cara ini, meski mungkin sedikit merepotkan, juga mestinya bisa
diterapkan di rumah sakit.

Karena odha seringkali mengalami defisiensi mikronutrien seperti


vitamin B12, asam folat, tiamin, seng, selenium, kalsium, magnesium,
serta vitamin yang larut dalam lemak, terutama vitamin A dan D, maka
dapat diberikan suplemen untuk mengatasi kekurangan zat gizi yang
terjadi.

Sebagai penutup, olahraga aman dilakukan oleh odha dan banyak


manfaatnya. Latihan beban merupakan metode yang dapat secara langsung
meningkatkan massa otot. Untuk odha yang mengalami wasting syndrome,
olahraga dapat meningkatkan massa tubuh dan berat badan secara
keseluruhan jika dikombinasikan dengan asupan makanan yang adekuat.

13
 Panduan Penting

Karena HIV mempengaruhi sistem kekebalan tubuh Anda, pola


makan yang buruk bisa menimbulkan komplikasi penyakit lainnya.

 Hindari konsumsi telur mentah, daging mentah, atau seafood mentah


(termasuk sushi dan kerang).
 Cucilah buah dan sayuran secara menyeluruh.
 Gunakan talenan terpisah untuk daging mentah.
 Cuci tangan, peralatan, dan talenan dengan sabun dan air setelah
digunakan.
 Keamanan air sangat penting, karena air dapat membawa berbagai
parasit, bakteri, dan virus. Untuk melindungi diri terhadap infeksi,
berikut adalah beberapa petunjuk bermanfaat:
 Jangan minum air langsung dari danau, kolam, atau sungai.
 Anda dapat menggunakan Filter untuk air minum..
 Anda dapat secara signifikan mengurangi risiko penyakit yang
terbawa pada air dengan hanya minum air yang direbus hingga
mendidih.

F. Bahan Makanan Yang Dianjurkan di Kosumsi Pasien, Berikut lima


makanan yang baik dikonsumsi oleh orang dengan HIV dan AIDS:

1. Buah-buahan dan Sayuran

14
Menyantap berbagai jenis buah dan sayuran dapat membantu
melindungi sistem imun tubuh. Buah-buahan dan sayuran tersebut
mengandung anti-oksidan yang tinggi. Untuk itu, sebaiknya konsumsi
lima hingga enam porsi buah atau sayuran setiap harinya.

Caranya, cukup penuhi setengah piring dari hidangan yang akan disantap
dengan buah atau sayuran tiap kali akan makan. Konsumsi semua jenis
buah dan sayuran untuk mendapatkan cukup vitamin dan mineral.

2. Makanan berkarbohidrat

Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, singkong,


sereal, pisang hijau, kentang, pasta, nasi, dan ubi. Bagi ODHA, makanan
berkarbohidrat seharusnya menjadi menu utama dalam diet mereka,
setidaknya hingga sepertiga dari asupan makanan setiap harinya.

Makanan yang mengandung karbohidrat akan menjadi sumber


energi, serat, kalsium, besi, dan vitamin B. Selain itu, sebaiknya pilih
jenis karbohidrat murni yang mengandung lebih banyak nutrisi
ketimbang produk karbohidrat olahan. Diet tinggi serat juga dapat
memperlancar pencernaan dan mengurangi risiko timbulnya penyakit
jantung, diabetes tipe 2, dan kanker usus.

15
3. Olahan susu

Dilansir aidsmap, olahan susu menjadi salah satu makanan yang


direkomendasikan bagi ODHA sebagai sumber asupan kalsium. Pilihlah
jenis olahan susu seperti susu, keju, dan yoghurt yang rendah lemak. Bila
memiliki alergi pada produk olahan susu, bahan makanan seperti kedelai,
kacang-kacangan, oat, atau kelapa juga bisa jadi pilihan alternatif untuk
sumber asupan kalsium dan zat besi sehari-hari.

4. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan merupakan sumber protein, mineral, dan vitamin


yang baik bagi tubuh. Konsumsi quinoa dan kedelai untuk memberikan
asupan protein yang cukup bagi tubuh. Selain itu, jenis kacang-kacangan

16
seperti kacang polong, kacang kapri, atau kacang lentil juga bisa menjadi
pilihan menu makan sehari-hari karena mengandung protein yang tinggi
namun tetap rendah lemak, dan dijual dengan harga terjangkau.

5. Ikan

Satu porsi ikan yang mengandung omega-3--ikan salmon, tuna,


sarden, minimal dua kali seminggu. Omega-3 merupakan asam lemak
esensial yang diperlukan untuk kesehatan tubuh. Selain itu, jenis
Konsumsilah lemak ini juga memiliki sifat anti-inflamasi yang juga dapat
mencegah timbulnya gangguan pada jantung.

G. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan obesitas

Selain masalah nutrisi klasik, sejak diberikannya terapi antiretroviral


(highly active antiretroviral therapy, HAART) pada odha, mulai timbul
masalah-masalah nutrisi baru, yang akan dibahas kemudian. Keberhasilan
terapi antiretroviral terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas pada
odha. Namun, seperti mata uang, pengobatan juga selalu mempunyai dua sisi.
Masalah-masalah dalam bidang gizi adalah mulai munculnya lipodistrofi
(pengumpulan lemak di tempat yang tidak wajar), hiperlipidemia, resistensi
insulin, serta obesitas. Sebuah studi kohort pada lebih dari 600 odha
melaporkan bahwa 5% odha laki-laki dan 20% odha perempuan mengalami
obesitas.Walaupun terapi antiretroviral telah memperlihatkan hasil yang

17
sangat baik dalam menurunkan angka infeksi oportunistik sehingga
memperpanjang masa tanpa gejala dan memperbaiki kualitas hidup odha,
wasting syndrome tetap menjadi masalah dalam penatalaksanaan HIV/AIDS.

H. Nutrisi pada pasien HIV/AIDS dengan wasting sindrom

Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi.


Bahkan sebagian sudah masuk dalam kategori wasting syndrome, yaitu suatu
keadaan di mana pasien kehilangan berat badan > 10% atau mempunyai
indeks massa tubuh <20kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat
badan >5% dalam waktu enam bulan dan kondisi ini bertahan selama satu
tahun.

Infeksi HIV mempunyai implikasi bermakna terhadap status nutrisi


odha. Infeksi HIV di antaranya menyebabkan ketidakmampuan mengabsorpsi
zat gizi dan makanan, perubahan metabolisme, serta berkurangnya asupan
makanan akibat gejala-gejala yang terkait HIV. Sebaliknya, nutrisi yang
buruk meningkatkan kerentanan dan derajat berat infeksi oportunistik. Nutrisi
yang buruk juga akan mengurangi efikasi mengobatan dan kepatuhan minum
obat, dan dapat mempercepat progresivitas penyakit. Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) mengenali “wasting syndrome”
sebagai kondisi AIDS pada tahun 1987. Sindrom “wasting” ini didefinisikan
sebagai penurunan berat badan setidaknya 10% beserta diare atau kelemahan
dan demam kronis untuk setidaknya 30 hari. Dalam prakteknya, setiap
penurunan berat badan tak terduga sebesar itu biasanya dianggap sebagai
sindrom “wasting”.

Hubungan yang signifikan antara penurunan berat badan dan kematian,


perkembangan penyakit lain, atau bahkan keduanya telah dibuktikan dalam
berbagai penelitian prospektif dan retrospektif sebelum munculnya terapi
antiretroviral (ART atau ARV) yang efektif. Beberapa laporan menunjukkan
bahwa kejadian sindrom “wasting” telah menurun sejak pengenalan ARV

18
yang efektif, tetapi data dari penelitian lain menunjukkan bahwa sindrom
“wasting” tetap merupakan komplikasi yang signifikan, bahkan pada populasi
dengan akses ARV yang efektif.

 Penyebab Wasting Syndrome

Faktor-faktor yang telah dihipotesiskan, yang berkontribusi dalam


sindrom “wasting”, termasuk perubahan metabolisme, anoreksia,
gangguan malabsorptive, hipogonadisme, dan produksi sitokin yang
berlebihan. Karena sindrom “wasting” dalam banyak kasus merupakan
hasil dari kombinasi banyak faktor, proses diagnostik harus mengenali
kemungkinan beberapa etiologi (penyebab atau asal penyakit dan faktor-
faktor yang menghasilkan atau memengaruhi suatu penyakit atau
gangguan tertentu).

Diare kronis dan malabsorpsi tetap menjadi temuan umum pada pasien
terinfeksi HIV. Di mana pasien telah menjalani pengobatan ARV, diare
yang berhubungan dengan patogen usus seperti microsporidia,
Cryptosporidium, Giardia lamblia, cytomegalovirus (CMV), dan
Mycobacterium avium mengalami penurunan, sedangkan pada beberapa
kasus, diare terkait ARV juga meningkat.

 Pengobatan Wasting Syndrome

Pengobatan infeksi sekunder dan komplikasi infeksi HIV lainnya


merupakan faktor penting dalam manajemen “wasting”, sebagaimana
dibuktikan oleh peningkatan berat badan dan massa sel tubuh pada
pasien. Infeksi oportunistik yang mengganggu pasien untuk menelan
(seperti kandidiasis, herpes, atau esophagitis CMV) membuat pasien
sangat rentan untuk mengalami sindrom “wasting”. Selain infeksi
sekunder, ulkus aphthous, diare kronis, atau malabsorpsi dari setiap
etiologi; depresi; dan kontributor lain untuk anoreksia harus diobati.

19
Strategi-strategi nutrisi untuk mencegah atau memperbaiki kondisi
tubuh pasien harus bekerja untuk mempertahankan atau meningkatkan
asupan energi. Pasien dengan infeksi HIV dapat meningkatkan tingkat
asupan protein selama periode peningkatan asupan makanan. Karena orang
yang terinfeksi HIV berisiko tinggi untuk infeksi yang ditularkan melalui
makanan, keamanan makanan juga merupakan komponen penting dari
peningkatan asupan nutrisi.

Latihan fisik (baik aerobik dan resistan) merupakan cara


nonfarmakologis yang sangat baik untuk mempertahankan atau
memulihkan tingkat kebugaran pada pasien dengan infeksi HIV. Dalam
studi awal, pelatihan resistensi progresif dilaporkan mampu meningkatkan
kekuatan dan berat badan bagian atas dan bawah pada individu yang pulih
dari Pneumonia Pneumocystis akut.

I. Pasien HIV/AIDS dengan anemia

Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin menurun dalam darah. Sel darah merah dan hemoglobin
bertanggung jawab untuk membawa oksigen ke organ vital di seluruh tubuh.
Anemia adalah salah satu kelainan darah yang paling umum terlihat pada
orang dengan HIV. Sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh,
sehingga anemia dapat menyebabkan gejala kelelahan dan sesak napas.

Kejadian anemia berkisar dari 10% pada orang yang tidak memiliki
gejala hingga 92% pada individu dengan AIDS tingkat lanjut. Penyebab
anemia pada orang dengan HIV dapat disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa penyebabnya adalah:

 Perkembangan HIV. Virus dapat menginfeksi bagian-bagian dari sumsum


tulang yang bertanggung jawab untuk memproduksi sel-sel darah merah.

20
 Kekurangan hormon yang disebut Erythropoietin yang diperlukan untuk
merangsang produksi sel darah merah.
 Infeksi oportunistik (IO) seperti penyakit yang disebabkan oleh
mikobakteri (MAC), atau oleh jamur.
 Kanker sumsum tulang seperti limfoma non-hodgkin.
 Defisiensi nutrisi karena malabsorpsi. Ini adalah sumber utama anemia
karena kekurangan vitamin B12.

Ada banyak obat yang digunakan dalam pengobatan HIV yang juga
dapat menyebabkan anemia. Terapi kombinasi pengobatan sebanyak 3-5 jenis
obat telah menjadi standar praktik saat ini. Banyak dari obat-obat ini dapat
menyebabkan efek samping seperti anemia. Obat-obatan berikut yang
digunakan untuk mengobati HIV juga dapat menyebabkan anemia.

 AZT/zidovudine (Combivir, Retrovir) (meskipun jarang di antara orang


dengan jumlah CD4 di atas 200.)
 Amphotericin
 Interferon
 Dapsone
 Septra
 Hydroxyurea
 Pyrimethamine
 Beberapa kemoterapi digunakan dalam pengobatan kanker terkait HIV.

Bagaimana Aku Tau Jika Aku Mengalami Anemia?

21
Gejala anemia termasuk kelelahan, detak jantung cepat, sesak napas dan
kepala terasa ringan. Gejala-gejala ini disebabkan oleh tubuh yang berusaha
untuk memberikan pasokan darah yang kekurangan oksigen ke semua organ
vital. Gejala lain anemia meliputi: dinginnya tangan dan kaki, kulit pucat, dan
bibir pucat.

Apa Yang Dapat Aku Lakukan Jika Terkena Anemia?

Anemia dapat diobati begitu sumbernya diidentifikasi. Seseorang dengan


anemia berat harus menerima transfusi darah, bagaimanapun, transfusi tidak
harus diandalkan sebagai pengobatan anemia kronis karena kemungkinan
penularan penyakit lain yang ditularkan melalui darah. Baru-baru ini versi
baru dari hepatitis yang ditularkan melalui darah telah diidentifikasi.

Pada orang dengan defisiensi vitamin B12, maka penggantian vitamin


dan suplementasi makanan biasanya akan mengobati anemia secara efektif.
Pada orang dengan anemia karena obat HIV seperti AZT, maka injeksi
Procrit (Epoetin alfa) cukup efektif dalam mengobati anemia. Pasien dapat
diberikan suntikan 10.000 unit tiga kali seminggu.

Kesimpulannya, pengobatan HIV dan anemia dapat bertabrakan. Penting


bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan untuk bekerja sama dalam
mengidentifikasi sumber anemia. Jika kamu mengonsumsi AZT/zidovudine
dan terkena anemia yang akut, kamu mungkin dapat meminta dokter untuk
mengubah obat yang berbeda.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nutrisi adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Adapun
makanan yang di anjaurkan untuk pasien HIV/AIDS yaitu seperti olahan
susu, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan ikan. Kebutuhan energi pada
ODHA dihitung berdasarkan ada atau tidak adanya gejala seperti demam,
penurunan berat badan dan wasting.

Sebuah studi kohort pada lebih dari 600 odha melaporkan bahwa 5%
odha laki-laki dan 20% odha perempuan mengalami obesitas. Bahkan
sebagian sudah masuk dalam kategori wasting syndrome, yaitu suatu keadaan
di mana pasien kehilangan berat badan > 10% atau mempunyai indeks massa
tubuh <20kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan >5%
dalam waktu enam bulan dan kondisi ini bertahan selama satu tahun.
Kejadian anemia berkisar dari 10% pada orang yang tidak memiliki gejala
hingga 92% pada individu dengan AIDS tingkat lanjut.

B. SARAN

Perlu keseimbangan gizi untuk tumbuh kembang ODHA dan perlu dilakukan

edukasi pada keluarga penderita agar memperhatikan gizi serta diberikan

penyuluhan untuk mengurangi kasus serupa.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29874097/makalah_konsep_dan_tatalaksana_gizi_hiv_d
an_aids.docx

http://zubairidjoerban.org/nutrisi-dan-diet-untuk-odha/

https://renyfebriyaniunyil.wordpress.com/2010/01/25/asuhan-gizi-pada-odha/

https://popyfebriany992.wordpress.com/makalah-gizi-pada-balita/

24

Anda mungkin juga menyukai