dr. MINTARSIH T, MM
Bagi penderita diabetes, memilih asupan makanan merupakan hal yang sangat
penting. Sebab, ada kelompok makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi, namun ada juga
kelompok makanan lain yang sebaiknya dihindari. Tujuannya adalah agar penderita diabetes
memiliki kadar gula darah yang terkontrol.
Bagi penderita diabetes, pengaturan asupan makanan merupakan salah satu bentuk
pengobatan yang harus dijalani. Inilah daftar makanan yang baik dan buruk untuk dikonsumsi
bagi pasien diabetes.
Karbohidrat
Protein
Pantangan diabetes berikutnya adalah daging yang digoreng, kulit unggas, ikan
goreng, dan tahu goreng. Penderita diabetes bisa mendapatkan protein dari daging
dada ayam tanpa kulit, daging yang direbus, tahu kukus atau rebus, ikan panggang,
telur, dan kacang-kacangan.
Produk susu
Produk susu yang menjadi pantangan diabetes adalah susu full cream, es krim,
yoghurt, dan keju. Tapi, para penderita diabetes tetap dapat mengonsumsi produk susu
lain, seperti susu skim, yoghurt rendah lemak, dan keju rendah lemak.
Buah mengandung serat, vitamin, mineral, dan karbohidrat, tetapi memiliki kadar
lemak dan garam yang rendah. Penderita diabetes sebaiknya menghindari minuman
kemasan rasa buah, minuman jus buah yang sudah dicampur gula, dan buah kalengan
yang sudah ditambahkan sirup gula. Selai buah yang sudah ditambahkan gula juga
sebaiknya dihindari. Sebagai alternatif, pilihlah buah-buahan yang segar, jus buah asli
yang tidak ditambahkan pemanis apa pun, atau selai yang tidak mengandung gula.
Penderita diabetes juga sebaiknya menghindari minum teh manis, kopi dengan gula
dan krim, minuman bersoda, minuman beralkohol, dan minuman penambah stamina
(energy drink). Selain air putih, para penderita diabetes tetap dapat mengonsumsi teh
tanpa gula, serta kopi dengan susu rendah lemak dan pengganti gula.
Sayuran
Sayuran adalah sumber serat yang baik untuk kesehatan. Namun, hindari
mengonsumsi sayuran yang ditambah saus, keju, dan mentega. Selain itu, cobalah
sisihkan sayuran kalengan yang sudah ditambahkan banyak garam dari menu sehari-
hari. Jika konsumsi garam harus dibatasi, hindari sayuran yang sudah dijadikan acar.
Pilihlah sayuran yang segar. Bisa dimakan mentah atau diolah dengan cara dikukus
sebentar atau dipanggang.
Jika penderita diabetes tetap mengonsumsi makanan yang seharusnya dipantang, gula
darah dapat mengalami lonjakan. Akibatnya, bisa terjadi berbagai komplikasi, seperti
meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular dan kerusakan saraf. Penyakit kardiovaskular
yang dapat diderita antara lain adalah serangan jantung, stroke, dan penyempitan pembuluh
darah.
Sedangkan kerusakan saraf dapat menimbulkan gejala kesemutan di ujung jari kaki,
mati rasa, bahkan nyeri, yang dapat menyebar hingga ke tungkai atas. Komplikasi ini terjadi
karena kadar gula yang tinggi dapat melukai dinding kapiler (pembuluh darah kecil) yang
berfungsi memberi nutrisi sel-sel saraf. Jika kerusakan saraf terjadi di bagian pencernaan,
dapat menyebabkan diare dan sembelit. Disfungsi ereksi juga dapat terjadi pada pria akibat
adanya kerusakan saraf.
Konsultasi gizi dan pola makan adalah kegiatan pelayanan informasi dan bantuan
kepada pasien yang ingin memperbaiki asupan nutrisi serta pola makan yang sesuai kondisi
pasien. Kegiatan ini dilakukan oleh dokter gizi, baik dengan satu individu atau secara
berkelompok.
Konsultasi gizi dan pola makan bermanfaat untuk segala usia agar memiliki berat
badan ideal dan terhindar dari beragam penyakit, sehingga hidup lebih sehat. Kegiatan ini
juga sering dilakukan kepada orang tua dan ibu-ibu yang mengasuh anak dikarenakan usia
anak-anak lebih rentan terhadap masalah gizi, seperti malnutrisi atau gizi buruk.
Konsultasi gizi dan pola makan dapat dilakukan bagi yang mengalami kekurangan
gizi (gizi buruk) ataupun kelebihan berat badan (obesitas). Selain itu, hal ini juga seringkali
dilakukan pada penderita hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit ginjal, dan
penyakit jantung. Namun perlu diingat, jangan menunggu sampai sakit untuk menjalani
konsultasi gizi dan pola makan, karena konsultasi gizi dan pola makan bisa dijalani oleh siapa
saja yang ingin mengubah pola makan serta asupan gizi menjadi lebih sehat agar terhindar
dari munculnya penyakit.
Umumnya konsultasi gizi dan pola makan tidak memiliki persiapan khusus. Pasien
dapat secara langsung mengunjungi dokter atau dokter spesialis gizi untuk membicarakan
tentang masalah gizi, pola makan, atau masalah berat badan yang dialami.
Pelaksanaan konsultasi gizi dan pola makan diawali dengan pengumpulan informasi
yang berkaitan dengan kondisi pasien. Informasi-informasi ini berupa riwayat kesehatan,
obat-obat yang sedang dikonsumsi, serta aktivitas yang dilakukan dan pola makan sehari-
hari. Kemudian, dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien, termasuk mengukur tinggi dan
berat badan.
Setelah itu, dokter akan memeriksa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi asupan
gizi dan pola makan pasien, yang meliputi kebiasaan, pendidikan, pekerjaan, aktivitas
keseharian, hubungan sosial, serta kelainan atau kecacatan fisik yang diderita oleh pasien.
Tahap penting selanjutnya adalah dokter akan memeriksa pengetahuan (kognitif) dan
kondisi mental pasien. Pemeriksaan ini ditujukan untuk menangkap apa yang ada di dalam
pemikiran dan perasaan pasien mengenai kepercayaan diri, citra diri, dan pola makan yang
selama ini sudah dijalani. Contohnya, pasien yang memiliki masalah gizi mungkin berpikir
bahwa hobinya mengonsumsi camilan merupakan hal biasa karena dapat membuatnya tenang
atau bahagia. Di sinilah, peran dokter, khususnya dokter gizi untuk mengubah pola pikir, pola
makan, dan kebiasaan pasien.
Salah satu model konsultasi gizi yang diterapkan oleh dokter, umumnya mencakup empat
bagian:
Dokter akan menyarankan pasien untuk menerapkan informasi, saran, atau masukan
yang telah diberikannya saat sesi konsultasi. Pasien diperbolehkan pulang setelah konsultasi
gizi dan pola makan.
Perlu diketahui, perubahan asupan gizi dan pola makan bisa dicapai jika langkah-
langkah perubahan berikut ini telah dijalani:
3. Menjalani. Setelah rencana pola makan disusun, pasien diharapkan berusaha secara
optimal untuk mengubah asupan gizi dan pola makan ke arah yang lebih sehat.
4. Evaluasi. Pengaturan pola makan sesuai yang dianjurkan dokter, umumnya harus
dilakukan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan
seumur hidup. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi oleh dokter untuk memantau
kondisi pasien. Setelah beberapa waktu, sebagian pasien mungkin akan berhenti
mengikuti aturan pola makan yang diberikan dokter. Karena itu, pada tahap ini dokter
juga akan memacu semangat pasien dengan mengingatkannya terhadap komitmen
awal yang dibuat dan tujuan yang ingin dicapai.
5. Membentuk kebiasaan. Melakukan suatu hal yang berulang-ulang selama beberapa
waktu akan membentuknya jadi sebuah kebiasaan.