Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Definisi Etika Bisnis

Kata etika dan etis tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula etika

bisnis bisa berbeda artinya. Untuk menganalisis arti-arti “etika” adalah membedakan antara

“etika sebagai praksis” dan “etika sebagai refleksi”. Etika sebagai praksis berarti: nilai–nilai

dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun

seharusnya dipraktekkan. Dapat dikatakan juga, etika sebagai praksis adalah apa yang

dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.

Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita

berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau

tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau

mengambil praksis etis sebagai obyeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik

buruknya perilaku orang. Etika dalam arti ini dapat dijalankan pada taraf popular maupun

ilmiah. Pemikiran ilmiah selalu bersifat kritis, artinya tahu membedakan antara yang tahan uji

dan yang tidak tahan uji, antara yang mempunyai dasar kukuh dan yang mempunyai dasar

lemah. Pemikiran ilmiah bersifat metodis pula, artinya tidak berantakan tetapi bejalan secara

teratur dengan mengikuti satu demi satu segala tahap yang telah direncanakan sebelumnya.

Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Etika

bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf yaitu makro, meso dan mikro. Pada taraf makro,

etika bisnis memperlajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan. Pada

taraf meso, etika bisnis menyelidiki masalah-masalah etis di bidang organisasi. Pada taraf

mikro, difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan ekonomi atau bisnis.

2.3 Perkembangan Etika Bisnis

Aktivitas perniagaan selalu sudah berurusan, artinya selalu harus mempertimbangkan

apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula

bisnis dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan wilayah
lain dalam kehidupan manusia seperti politik, keluarga dan sebagainya. Jadi etika dalam

bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik lainnya.

1. Situasi Dahulu

Berabad-abad lamanya kita berbicara pada taraf ilmiah tentang masalah ekonomi dan

bisnis sebagai salah satu topik disamping sekian banyak topik lain. Pada awal filsafat, Plato,

Aristoteles, dan filsuf – filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur

kebaikan manusia bersama dalam negara dan dalam konteks itu mereka membahas juga

bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur. Dalam filsafat dan teologi

Abad Pertengahan pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan kristen maupun Islam. Topik-

topik moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari perhatian filsafat (dan

teologi) di zaman modern.

Pada waktu itu banyak universitas diberikan kuliah agama dimana mahasiswa

mempelajari masalah-masalah moral sekitar ekonomi dan bisnis. Pembahasannya tentu

berbeda, sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan katolik atau protestan. Dengan

demikian di Amerika Serikat selama paro pertama pada abad ke-20 etika dalam bisnis

terutama dipraktekan dalam konteks agama dan teologi. Dan pendekatan ini masih

berlangsung terus sampai hari ini, di Amerika Serikat maupun di tempat lain.

2. Masa peralihan tahun 1960-an

Dalam tahun 1960-an terjadi perkembangan baru yang dilihat sebagai persiapan

langsung bagi timbulnya etika bisnis dalam dekade berikutnya. Dasawarsa 1960-an ini di

Amerika Serikat (dan dunia barat pada umumnya) ditandai oleh pemberontakan terhadap

kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa (mulai di ibukota Prancis bulan Mei 1968). Suasana

tidak tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh kaum muda

dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak puas ini

mengakibatkan demonstrasi-demonstrasi paling besar dirasakan di Amerika serikat. Secara


khusus kaum muda menolak kolusi yang di mata mereka terjadi antara militer dan industri.

Industri dinilai terutama melayani kepentingan militer. Serentak juga untuk pertama kali

timbul kesadaran akan masalah ekologis dan terutama industri di anggap sebagai penyebab

masalah lingkungan hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun dan

sampah nuklir.

Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda-beda. Salah satu reaksi

paling penting adalah memberi perhatian khusus kepada social issues dalam kuliah tentang

manajemen. Beberapa sekolah bisnis mulai dengan mencantumkan mata kuliah baru di

kurikulumnya yang biasanya diberi nama Business and Society. Kuliah ini diberikan oleh

Dosen-dosen manajeman dan mereka menyusun buku-buku pegangan dan publikasi lain

untuk menunjang mata kuliah baru itu. Salah satu topik yang menjadi populer dalam konteks

itu adalah corporate social responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan). Pendekatan ini

diadakan dari segi manajemen, dengan sebagaian melibatkan juga hukum dan sosiologi,

tetapi teori etika filosofis disini belum dimanfaatkan.

3. Etika bisnis lahir di Amerika Serikat tahun 1970-an

Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan identitas sendiri

mulai terbentuk di Amerika Serikat tahun 1970-an. Jika sebelumnya etika hanya

membicarakan aspek-aspek moral dari bisnis di samping banyak pokok pembicaraan moral

lainya (etika dalam hubungan dengan bisnis), kini mulai berkembang etika dalam arti

sebenarnya. Jika sebelumnya hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah (teologi)

membicarakan masalah masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf mamasuki

wilayah penelitian ini dalam waktu singkat menjadi kelompok yang paling dominan.

Sebagaian sukses usaha itu, kemudian beberapa filsuf memberanikan diri untuk terjun

kedalam etika bisnis sebagai sebuah cabang etika terapan lainnya.


Faktor kedua yang memicu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang study yang

serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada awal tahun 1970-an. Krisis

moral dalam dunia bisnis itu diperkuat lagi oleh krisis moral lebih umum yang melanda

seluruh masyarakat Amerika pada waktu itu. Latar belakangi krisis moral yang umum itu,

dunia bisnis Amerika tertimpa oleh krisis moral yang khusus. Sebagaian sebagai reaksi atas

terjadinya peristiwa-peristiwa tidak etis ini pada awal tahun 1970-an dalam kalangan

pendidikan Amerika didasarkan kebutuhan akan refleksi etika di bidang bisnis. Salah satu

usaha khusus adalah menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum ini

ternyata berdampak luas. Jika etika bisnis menjadi salah satu mata kuliah tersendiri, harus ada

dosen, buku pegangan dan bahan pengajaran lainnya, pendidikan dosen etika bisnis harus

diatur, komunikasi ilmiah antara para ahli etika bisnis harus dijamin dengan dibukanya

organisasi profesi serta jurnal ilmiah, dan seterusnya. Dengan demikian dipilihnya etika

bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis banyak menyumbang kapada

perkembangannya ke arah bidang ilmiah yang memiliki identitas sendiri.

4. Etika bisnis meluas ke eropa tahun 1980-an

Di Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira sepuluh

tahun kemudian, mula-mula di inggris yang secara geografis maupun kultural paling dekat

dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga negara–negara Eropa Barat

lainnya. Semakin banyak fakultas ekonomi atau sekolah bisnis di Eropa mencantumkan mata

kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kulah pilihan ataupun wajib di tempuh.

Sepuluh tahun kemudian sudah tedapat dua belas profesor etika bisnis pertama di universitas-

universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business Ethich Network (EBEN)

yang bertujuan menjadi forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah

bisnis, para pengusaha dan wakil-wakil organisasi nasional dan internasional (seperti

misalnya serikat buruh). Konferensi EBEN yang pertama berlangsung di Brussel (1987).
Konferensi kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya ada konferensi setiap tahun: milano

(1990), London (1991), Paris (1992), Sanvika, noewegia (1993), St. Gallen Swis (1994),

Breukelen, Belanda (1995), Frankfurt (1996). Sebagaian bahan konferensi-konferensi itu

telah diterbitkan dalam bentuk buku.

1. Etika bisnis menjadi fenomena global tahun 1990-an

Dalam dekade 1990-an sudah menjadi jelas, etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia

barat. Kini etika bisnis dipelajari, diajarkan dan dikembangkan di seluruh dunia. Kita

mendengar tentang kehadiran etika bisnis Amerika Latin, Asia, Eropa Timur, dan dikawasan

dunia lainnya. Sejak dimulainya liberalisasi ekonomi di Eropa Timur, apalagi sejak

runtuhnya komunisme disana sebagai sistem politik dan ekonomi akhir tahun 1980-an, di

Rusia dan negara eks-komunis lainnya dirasakan kebutuhan besar akan pegangan etis, karena

disadari peralihan ekonomi ke pasar bebas tidak bisa berhasil jika tidak disertai etika bisnis.

Tidak mengherankan bila etika bisnis mendapat perhatian khusus di negara yang memiliki

ekonomi yang paling kuat di luar dunia barat. Tanda bukti terakhir bagi sifat global etika

bisnis adalah telah didirikannya International Society for Business Management Economis

and Ethics (ISBEE).

Anda mungkin juga menyukai