Askep Cabg
Askep Cabg
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.3 Indikasi
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA) (Ignatavisius
&Workman, 2006)
1. Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
2. Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis
3. Angina yang tidak stabil
4. Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang
maksimal
5. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium
6. Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
7. Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
8. Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang signifikan
9. Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA
10. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease) dengan
angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh
darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2 sumbatan
pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD
yang berat
11. Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu arteri
koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior
sinistra
2.2 Hematokrit
Hematokrit adalah fraksi dari seluruh darah yang terdiri dari sel darah merah.
Hematokrit akan meningkat sebanding dengan peningkatan jumlah sel darah merah atau
menurunnya volume plasma. Sebaliknya hematokrit akan meningkat ketika volume
plasma meningkat atau terjadi penurunan eritropoetik atau meningkatnya perusakan
atau hilangnya sel darah merah. Hematokrit dapat diukur secara langsung menggunakan
sentrifugasi atau secara tidak langsung dengan metode automatik (Myers et al, 2007).
Hematokrit dapat mengindikasikan pasien mengalami anemia, eritrositosis, atau
perubahan dalam volume plasma. Hematokrit dapat digunakan sebagai batasan untuk
menentukan kebutuhan transfusi. Selain itu hematokrit juga dapat digunakan sebagai
marker untuk evaluasi respon terapi (Myers et al, 2007).
Nilai rujukan bervariasi tergantung metodologi yang digunakan. Rentang normal
harus divalidasi oleh petugas laboratorium. Nilai rujukan untuk laki-laki 40%-54%,
perempuan 36%-46%, dan bayi 53%-69%. Adapun penyebab turunnya hematokrit
adalah:
1. Anemia (contoh: anemia defisiensi besi, anemia aplastik, keracunan timbal,
talasemia)
2. Pendarahan (contoh: kehilangan darah akut karena trauma, pendarahan saluran
cerna)
3. Kerusakan sel darah merah (contoh: proses hemolitik autoimun, anemia
hemolitik karena obat, anemia sel sikle, splenomegali)
4. Supresi sumsum tulang atau produksi kurang (contoh: leukemia, myelodisplasia,
kemoterapi)
5. Malnutrisi dan kekurangan nutrisi (contoh: defisiensi folat, vitamin B12,
kwashiorkor)
6. Infeksi (contoh: parvovirus, sepsis)
7. Overhidrasi (contoh: polidpsi)
8. Kehamilan
Penyebab peningkatan hematokrit:
1. Dehidrasi (contoh: heat stroke)
2. Penyakit jantung kongenital
3. Cor pulmonale (contoh: COPD)
4. Eritrositosis (contoh: polisitemia vera)
5. Hipoksia pada kondisi oksigen rendah (contoh: ketinggian, bayi premature
dengan perkembangan paru terhambat)
Penelitian Azab et al, menemukan hasil dari total 1126 pasien yang
diikutsertakan dalam penelitian, 1030 (91%) pasien menjalani off-pump CABG. Tertil
pertama (NLR<2.3) memiliki angka mortalitas dalam 5 tahun yang lebih rendah secara
signifikan (30/371=8%) dibandingkan tertil kedua (NLR=2.3-3.4) dan ketiga
(NLR≥3.5) (49/375=13% dan 75/380=20%), secara berurutan dengan p<0.0001. Setelah
penyesuaian multivariate, NLR secara signifikan merupakan prediktor independen
mortalitas (HR untuk peningkatan setiap unit NLR adalah 1.05, 95%CI 1.01-1.10,
p=0.008). Penelitian ini menyimpulkan peningkatan MLR praoperatif merupakan
prediktor independen mortalitas jangka panjang setelah CABG (Azab et al, 2013)