Anda di halaman 1dari 1

Definisi Jatuh Tempo terkait Perjanjian Kredit Credit Loan`s Due Date Definition

Pada dasarnya, belum ada keseragaman Basically, there`s no uniformity about Due
mengenai definisi jatuh tempo, karena itu definisi Date`s definition, therefore we use Indonesia
resmi yang paling dasar adalah melalui Kamus Dictionary (“KBBI”) as a standard dictionary in
Besar Bahasa Indonesia (“KBBI”), menurut Indonesia, according to KBBI, due date is
KBBI jatuh tempo adalah “batas waktu “payment deadline or acceptance of something
pembayaran atau penerimaan sesuatu dengan that has been determined; over time; expired”. In
yang telah ditetapkan; sudah lewat waktunya; Indonesia`s law, an agreement that is due date
kadaluwarsa” dalam konteks hukum Indonesia, but not yet fulfilled by one of the party, will cause
jatuh tempo yang tidak diselesaikan dapat legal consequence to the party who not fulfilled
menimbulkan akibat hukum yaitu dinyatakan his obligations stated as neglegence party
lalai dalam memenuhi perjanjian (wanprestasi), (default party). Basically, Credit Loan is an
perjanjian kredit pada dasarnya adalah perjanjian ordinary loan and loan agreement, therefore
pinjam-meminjam dalam bentuk uang, karena itu Credit Loan regulation is base on 3rd Book of
dasar pengaturannya adalah Buku ke-III Kitab Indonesian Civil Code (“ICC”), in this matters
Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”), Due Date is regulated in Article 1238 ICC:
dalam hal ini jatuh tempo diatur dalam Pasal “the debtor shall be declared to have
1238 KUHPer, yaitu: defaulted, either by an order or other such
“si berutang adalah lalai, apabila ia dengan similiar deed, or pursuant to the contract itself,
surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis which sipulates that the debtor shall be in
itu telah dinyatakan lalai, atau demi default”
perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan,
bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan In this matters, there`s 2 (two) ways to
lewatnya waktu yang ditentukan” determine the due date on an agreement, that is
“by an order or other such similiar deed” and “to
Dalam hal ini, terdapat 2 (dua) cara untuk the contract itself, which stipulates that the
menentukan jatuh tempo pada suatu perjanjian, debtor shall be in default”
yaitu “dengan surat perintah atau akta sejenis itu
telah dinyatakan lalai” dan “dianggap lalai Order can interpreted as warning
dengan lewatnya waktu yang ditentukan” letter/subpoena, according to Article 1238 ICC,
rights to file an indemnity arise when one of the
Surat perintah dapat dimaknai dengan surat party issuing a warning letter to the default party,
peringatan/somasi, jadi menurut Pasal 1238 however if the parties had an agreement that
KUHPer, bahwa timbulnya hak menuntut ganti regulating about due date of the agreement,
rugi pada prinsipnya membutuhkan somasi there`s no need to issuing the warning letter
kepada si berutang, namun ada juga keadaan again, if one of the party not fulfilled the
dimana tidak dibutuhkan somasi untuk obligations, automatically stated as negligent
menentukan jatuh tempo pada suatu perjanjian, party (default party) and rights to file an
yaitu apabila di dalam perjanjian disepakati oleh indemnity arise too.
para pihak dalam menetapkan waktu berakhirnya
perjanjian, jika para pihak telah menyepakati
suatu waktu berakhirnya perjanjian, maka jika
salah satu pihak setelah lewat waktu itu belum
memenuhi prestasinya, maka sudah dapat
dianggap lalai dan sudah dapat dikatakan
melakukan wanprestasi

Anda mungkin juga menyukai