Anda di halaman 1dari 3

Multiplisitas Ruang - Waktu (Piliang Y.A.

, 2007) dalam Ilmu Geologi

A. Layar dalam Multiplisitas Ruang - Waktu


Piliang (2007) dalam disertasinya menyatakan bahwa layar digunakan dalam berbagai
aktivitas dalam kehidupan manusia, sehingga tercipta multiplisitas layar, yaitu
keanekaragaman konsep, struktur, bentuk, bahasa, citra dan kandungan isi layar.
Multiplisitas ini akan membuat layar memiliki banyak fungsi, yaitu layar sebagai suatu
objek dan isi layar sebagai suatu citra atau representasi dunia (being image). Perbedaan
dan multiplisitas layar membuat layar dapat dibedakan dalam ruang (layar ini, layar itu,
layar di sana) dan waktu (layar yang telah ada, yang ada dan akan ada). Oleh karenanya,
layar memiliki perbedaan meruang dan perbedaan mewaktu. Perbedaan meruang adalah
perbedaan aneka layar di dalam ruang, yaitu perbedaan aransemen, bahasa, citra,
informasi, tatapan, sosial dan pesan. Perbedaan mewaktu adalah perbedaan aneka layar
dalam garis waktu, yaitu perbedaan durasi, narasi, kemajuan, memori dan kecepatan.
Perkembangan teknologi informasi – digital akan mempengaruhi perkembangan layar,
yaitu dari sisi desain yang merupakan transformasi dari ruang ekstensif (di dalam dunia
fisik nyata) ke arah waktu intensif (di dalam layar). Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa seiring dengan berajalannya waktu maka layar akan berkembang menjadi
semakin baru baik dari sisi desain dan kemampuannya. Dari pernyataan di atas dapat
diketahui bahwa ruang dan waktu saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

B. Multiplisitas Ruang – Waktu (Piliang Y.A., 2007) dalam Ilmu Geologi


Geologi merupakan ilmu yang mempelajari secara luas segala aspek tentang bumi,
meliputi sifat - sifat fisik dan kimia, proses – proses yang terjadi serta segala sesuatu
yang terkandung di dalamnya dan sejarah kehidupan. Dalam ilmu geologi, terdapat
banyak cabang – cabang khusus, ada yang khusus mempelajari struktur, stratigrafi,
ataupun sejarah bumi. Semua cabang – cabang ilmu geologi tersebut memperhatikan
komponen ruang dan waktu dalam studinya. Ruang merupakan di mana (tempat) proses
– proses geologi terjadi dan waktu merupakan kapan proses geologi tersebut terjadi
dalam skala waktu geologi.
Dalam ilmu geologi struktur, dipelajari bentuk batuan (sesar, kekar atau lipatan)
sebagai hasil dari proses deformasi. Contohnya, pada Gambar 1 di Cekungan Tarakan
yang terletak di timur laut Kalimantan (ruang) terbentuk pola sesar berarah relatif timur
laut – barat daya dan lipatan dengan arah umum barat laut – tenggara yang diakibatkan
oleh proses ekstensi pada umur Eosen – Miosen Awal dan tereaktivasi akibat kompresi
selama Miosen Tengah hingga sekarang (waktu). Dapat dilihat bahwa dalam ilmu
geologi struktur dipelajari proses deformasi pada batuan dalam lingkup ruang dan
waktu.

Gambar 1. Struktur geologi Cekungan Tarakan (Netherwood and Wight, 1992).

Dalam geologi sejarah, proses pembentukan bumi, perkembangan fisik dan kimia serta
perkembangan kehidupan di muka bumi dalam skala waktu geologi (4,6 milyar tahun
lalu hingga saat ini) dipelajari. Beberapa komponen geologi sejarah yang sangat penting
adalah waktu, baik itu waktu nisbi (hukum dasar stratigrafi) ataupun waktu absolut
(dating) dan lingkungan (ruang atau tempat) terbentuknya batuan (stratigrafi dan
sedimentologi). Selain itu, komponen penting geologi sejarah lainnya adalah materi,
proses dan kondisi biotik.

Dalam ilmu stratigrafi dipelajari lapisan – lapisan batuan dalam kaitannya dengan
kerangka ruang dan waktu yang kemudian akan menghasilkan hukum – hukum
stratigrafi. Dalam hukum stratigrafi, ruang merupakan tempat di mana sedimen
terendapkan, sedangkan waktu merupakan kapan sedimen tersebut terendapkan dalam
skala waktu geologi. Beberapa hukum stratigrafi diantaranya adalah hukum superposisi,
yang menyatakan bahwa sedimen yang diendapkan pertama kali (waktu) dalam suatu
cekungan (ruang) akan berumur lebih tua dibanding sedimen yang terendapkan di
atasnya selama proses deformasi belum terjadi. Contohnya, pada Cekungan Jawa Barat
Utara, Formasi Talang Akar berumur lebih tua (Eosen Akhir – Oligosen Awal)
dibanding Formasi Baturaja (Miosen Awal – Miosen Tengah), hal ini menandakan
bahwa Formasi Talang Akar diendapkan terlebih dahulu dibanding Formasi Baturaja.
Selain itu, ada hukum uniformitarianisme yang menyatakan bahwa proses – proses
geologi alam yang terlihat sekarang dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses
geologi masa lampau yang dikenal dengan istilah “present is the key to the past”.

C. Kesimpulan
Konsep Piliang Y.A. (2007) mengenai multiplisitas ruang – waktu dalam sudut pandang
ilmu seni dapat digunakan juga dalam ilmu geologi. Hal ini dikarenakan, dalam ilmu
geologi konsep ruang dan waktu memiliki pengaruh yang sangat penting.

D. Daftar Pustaka
Piliang, Y.A. (2007): Layar dalam multiplisitas ruang-waktu: kajian ontologis desain
dengan pendekatan filsafat perbedaan. Disertasi Program Doktor, Institut
Teknologi Bandung.
Rahardjo, W. (2014): Slide mata kuliah geologi sejarah. Yogyakarta, Universitas
Gadjah Mada.
Netehrwood, R. dan Wight, A. (1992): Structurally-Controlled, Linear Reefs in a
Pliocene Delta-Front Setting, Tarakan Basin, Northeast Kalimantan, IPA Core
Workshop Carbonate Rocks and Reservoirs of Indonesia.
Noble, R.A. (1997): Petroleum system of Northwest Java Indonesia, Proceeding IPA,
26th Annual Convention.

Anda mungkin juga menyukai