Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang
mendominasi pada mineralnya. Gypsum yang paling umum ditemukan adalah jenis
hidrat kalsium sulfat dengan rumus kimia CaSO4.2H2O. Contoh lain dari mineral-mineral
tersebut adalah karbonat, borat, nitrat, dan sulfat. Mineral-mineral ini diendapkan
di laut, danau, gua dan di lapian garam karena konsentrasi ion-ion oleh penguapan. Ketika
air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi, gypsum berubah
menjadi basanit(CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4). Dalam keadaan
seimbang, gypsum yang berada di atas suhu 108 °F atau 42 °C dalam air murni akan
berubah menjadi anhidrit. berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani μαγειρεύω, yang
artinya memasak. Disebut memasak karena di daerah Montmartre, Paris, pada beberapa
abad yang lalu orang-orangnya membakar gypsum untuk berbagai keperluan, dan
material tersebut kemudian disebat dengan plester dari Paris. Orang-orang di daerah ini
juga menggunakan gypsum sebagai krim untuk kaki, sampo, dan sebagai produk
perawatan rambut lainnya. Karena gypsum merupakan mineral yang tidak larut dalam
air dalam waktu yang lama, sehingga gypsum jarang ditemui dalam bentuk butiran atau
pasir.
Gypsum adalah salah satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Contoh lain dari
mineral-mineral tersebut adalah karbonat, borat, nitrat, dan sulfat. Mineral-mineral ini
diendapkan di laut, danau, gua dan di lapian garam karena konsentrasi ion-ion oleh
penguapan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi, gypsum
berubah menjadi basanit(CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4). Dalam
keadaan seimbang, gypsum yang berada di atas suhu 108 °F atau 42 °C dalam air murni
akan berubah menjadi anhidrit.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Ganesa pembentukan gypsum
2. Penyebaran gypsum di di Indonesia
3. Metode eksplorasi dan eksploitasi yang digunakan dalam pertambangan gypsum
4. Pengolahan dan pemanfaatan gypsum
5. Prospek dari gypsum

1
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ganesa pembentukan gypsum ?
2. Bagaimana Penyebaran gypsum di Indonesia ?
3. Apa saja metode eksplorasi dan eksploitasi yang digunakan dalam pertambangan
gypsum ?
4. Bagaimana pengolahan dan pemanfaatan gypsum ?
5. Apa saja pengaruh terhadap lingkungan akibat dari proses penambangan gypsum
6. Bagaimana prospek dari gypsum

2
BAB II

PENYEBARAN DI INDONESIA

2.1 Penyebaran di Indonesia

Gambar 2.1 Peta Penyebaran Gypsum di Indonesia

Penyebaran gypsum di Indonesia, terdapat di daerah Cirebon, Rembang, Kalianget,


Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur.

3
BAB III
GANESA BAHAN GALIAN

3.1 Ganesa Bahan Galian

Terbentuk dari pengendapan air laut, pada temperatur < 42C bila temperatur > 42C
terbentuk anhidrit.. Gypsum adalah mineral hidrous kalium sulfat (CaSO4 2H2O) yang
terjadi di alam, berbentuk endapan sedimen mendatar dan dekat dengan permukaan bumi dan
memiliki sebaran yang luas.

Gypsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air
laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral
evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batu gamping,
serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan
dalam satuan-satuan batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan gypsum terjadi pada zaman
Permian. Endapan gypsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur endapan
belerang yang berasal dari gunung api.

Namun Sebagian besar endapan gypsum terbentuk dari air laut dan hanya sedikit yang
berasal dari endapan danau yang mengandung garam. Gypsum juga dapat terjadi dari hasil
kegiatan vulkanik, gas H2S dari fumarol bereaksi dengan kapur dan hasil pelapukan batuan.
Endapan gypsum dapat ditemukan dalam lima jenis bentuk yaitu :

1. Batuan pembawa gypsum yang berbentuk granular dan buram serta mengandung
sedikit dolomit, batu kapur dan kadar CaSO4 sebesar 76%.
2. Gipsit yang bersifat lunak dan kurang murni.
3. Alabaster mempunyai bentuk padat, berbutir halus, berwarna putih dan agak bening.
4. Satinspar berbentuk serat dan berkilap (fiber), seringkali ditemukan dalam lapisan tipis
dengan bentuk kristal.
5. Selenit yang berbentuk kristal dan transparan.

4
BAB IV

EKSPLORASI DAN EKSPLOITASI

4.1 Eksplorasi

Metode yang digunakan dalam tahap eksplorasi gypsum yaitu dengan menggunakan
metode eksplorasi langsung

Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode Eksplorasi
Langsung ini adalah :

1. Pemetaan geologi/alterasi
2. Tracing float
3. Trenching (pembuatan puritan)
4. Test pit (sumur uji)

4.1.1 Pemetaan Geologi / Alterasi


Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi
geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang
dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan
informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi
yang berupa alterasi mineral.
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat
dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi
melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.
Berikut adalah gambar peralatan yang digunakan :

5
Gambar 4.1 Palu dan Kompas Geologi

4.1.2 Tracing Float


Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari
badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka
float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya,
float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai
Tracing (penjejakan » perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan
pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d
boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-
pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di
bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat
ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.

Gambar 4.2 Sketsa Proses Terbentuknya Float

6
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran
kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-
material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil).
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing
with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak)
sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk
metode ini.

Gambar 4.3 Sketsa Konseptual Pengerjaan Metode Tracing Float dan Tracing
with Panning

4.1.3 Trenching (pembuatan paritan)


Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi
singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
1. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara
menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama
pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang
perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split
atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
2. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series
dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga

7
batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain
; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan,
serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji
tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
1. Terbatas pada overburden yang tipis,
2. Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau
dengan menggunakan eksavator/back hoe),
3. Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga
dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

Gambar 4.4 Sketsa Lokasi Pembuatan Paritan Pada Garis Singkapan Batubara

4.1.4 Test Pit (Sumur Uji)


Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan
jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series)
sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horizontal.

8
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang
berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
1. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman
sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan
mineralisasi berupa urat (vein).
2. Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual),
pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona
tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal
masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan
bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik
atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan
dasar.

Gambar 4.5 Sketsa Pembuatan Sumur Uji (Chaussier et al., 1987)

Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
2. Ketinggian muka airtanah,
3. Kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
4. Kekuatan dinding lubang, dan

9
5. Kekerasan batuan dasar.
4.2 EKSPLOITASI

Eksploitasi gypsum dimulai dari proses pembongkaran, penggalian, pemuatan, dan


pengangkutan.

A. Pembongkaran

Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar gypsum dari batuan induknya sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk melaksanakan pekerjaan ini
dilakukan dengan cara menggunakan alat Dragline dan Scrapper.

Gambar 4.6 Dragline

Gambar 4.7 Scrapper

B. Pemuatan (loading)

Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat muat mekanis untuk memuat hasil
kegiatan pembongkaran seperti backhoe, showel ataupun bulldozer ke dalam alat angkut
yaitu truk.
10
Gambar 4.8 Backhoe

Gambar 4.9 Bulldozer

C. Pengangkutan (transporting)

Setelah itu bongkahan gypsum tersebut diangkut ke lokasi unit peremukan


menggunakan dump truck.

Gambar 4.10 Dump Truck

11
BAB V

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN

5.1 Pengolahan
Dapat dikelompokkan menjadi dua sesuai dengan pemanfaatannya :
1. Gypsum mentah
Gypsum dari tambang dilakukan proses peremukan, pengayakan, penggilingan.

Manfaat gypsum mentah (blm dikalsinasi)

a. Industri semen portland : gypsum berfungsi sebagai retarder (memperlambat


pengerasan). Syaratnya : Kadar CaSO4 tinggi, kadar SO3 42 % dan ukuran butir 0,5 – 2
inchi

b. Pupuk buatan : digunakan rock gypsum, ukuran- 100 mesh untuk tanah alkalis.

Fungsinya untuk :

Meningkatkan pertumbuhan tanaman kacang-kacangan

Sulfur berfungsi untuk menangkap nitrogen.

Pemupukan 240 lbs/ Ha luas tanaman

Industri tekstil : dalam finishing kain cotton,gypsum berfungsi untuk mengkilapkan


permukaan kain agar bercahaya. Gipsum yg digunakan dengan kadar :

CaSO4 < 4 % CaCO3 = 1,45 % Fe2O3 +Al2O3= 0,12 % H2O = 20,46 %

NaCl = 0,26 % MgO =0

2. Gypsum hasil kalsinasi.


Prosesnya gypsum hasil penambangan dilakukan peremukan, kemudian dikalsinasi pd
temperatur 97°C menghasilkan gypsum hemi hidrat (stucco/plasterparis) : CaSO4. 0,5
H2O.
 Pada temp 170°C
Berubah menjadi ß hemihidrat.
CaSO4.2H2O ----> CaSO4 0,5 H2O + 1,5 H2 O
 Pada temperatur 200°C akan terbentuk plaster anhidrous kalsium sulfat, bersifat
kurang plastis, keras dan kuat.
CaSO42H2O -------> CaSO4 + H2O

12
 Pada temp. 500°C dihasilkan insoluble anhidrit atau dead burning gypsum. Bila
ditambah accelerator akan dihasilkan plaster (keene”s cement)
CaSO5 2 H2O ---------> CaO + SO3 + 2 H2O
 Pada temp 900C dihasilkan masa sangat padat, keras, ketahanan tinggi.

Manfaat Gypsum yang sudah dikalsinasi :


a) Plester of Paris : rock gypsum, alabaster dipanaskan 130C sebagai :
1. wall board : untuk atap, diding penyekat
2. genteng, keramik, patung
Syarat : 80 % gypsum kalsinasi, ukuran – 30 mesh dan -100 mesh (90 %), kuat
tekan 1.800 psi.
b) Pembuatan kertas : gypsum murni warna putih, ukuran 95 % - 325 mesh, berguna
sebagai pengisi kertas.
c) Keene’s cement: gypsum dikalsinasi pd 428C dihasilkan dead burn.
Spesifikasinya : Kuat, keras,mengandung kalsium sulfat hidrous Setting time =
25 menit - 6 jamKuat tekan < 250 psi, ukuran 1410 mikron, Kadar air < 2 %
d) Industri kimia : untuk pembuatan asam sulfat, Bahan : anhidrit, pasir, kokas, abu
aluminous dipanaskan 1.400C

Berikut adalah alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan :

Gambar 5.1 Jaw Crusher

13
Gambar 5.2 Cone Crusher

Gambar 5.3 Gryatory Crusher

5.2 Pemanfaatan
5.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Gambar 5.4 Peta Menuju ke Lokasi Pengolahan

14
Lokasi Plafon Gypsum Jogja berada di Jl. Plambon, Desa Randusari, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta 57454,
Indonesia atau sekitar 18 km dari kampus STTNAS Yogyakarta dan jika ditempuh
menggunakan sepeda motor dengan kondisi lalu lintas normal akan memakan waktu
sekitar 36 menit.

5.2.2 Bahan – bahan


Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan aksesoris plafon sangat
sederhana, karena usaha Plafon Gypsum Jogja masih dalam usaha berskala kecil.
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :
1. Bubuk Gypsum

Gambar 5.5 Bubuk Gypsum


Harga untuk satu karung gypsum berisi 18 kg yaitu Rp.36.000
2. Air

Gambar 5.6 Air


Air digunakan sebagai pelarut bubuk gypsum

15
3. Minyak

Gambar 5.7 Minyak Goreng


4. Roffing (fiber glass)

Gambar 5.8 Roffing (fiber glass)


Harga untuk 1 pcs seberat 20kg yaitu Rp.300.000

5.2.3 Peralatan
a. Ember
Digunakan sebagai tempat untuk mengaduk gypsum dengan air.

16
Gambar 5.9 Ember
b. Cetakan
Digunakan untuk mencetak gypsum sesuai dengan bentuk yang di ingikan

Gambar 5.10 Cetakan


c. Poles
Digunakan untuk meratakan gypum yang sudah ada di cetakan

Gambar 5.11 Poles

17
5.2.4 Proses Pengolahan
Pengolahan pada pembuatan Plafon masih menggunakan cara manual, ada beberapa
step/langkah dalam pengolahan gypsum menjadi plafon :
1. Bubuk gypsum dicampur dengan air dengan perbandingan untuk air 1 dan
gypsum 2 ( 1:2 )
2. Setelah dicampur rata gypsum tadi dibiarkan selama 2 menit
3. Selama menunggu gypsum tersebut di diamkan cetakan dilumasi minyak goreng
agar tidak lengket
4. Gypsum yang di biarkan tadi di aduk kembali hingga rata
5. Adonan di tuangkan ke dalam cetakan sebanyak setengah cetakan terlebih dahulu
6. Kemudian diberi roffing di atas adonan yang berada di cetakan tadi secukupnya
7. Setelah itu tambahkan adonan lagi hingga memenuhi cetakan
8. Selanjutnya ratakan adonan yang berada di cetakan tersebut di ratakan dengan
menggunakan poles agar rata dan rapi
9. Kemudian didiamkan dan setelah 15 menit adonan tersebut sudah bisa diangkat.
10. Adonan yang telah diangkat tadi belum kering sepenuhnya (masih setengah
basah) sehingga perlu dikeringkan lagi dengan diangin-anginkan dengan cara
digantung selama 7 hari.

18
5.2.5 Harga dan Produk Yang Dihasilkan

Ada berbagai macam produk yang dihasilkan. Berikut adalah produk-produk


yang dihasilkan oleh Plafon Gypsum Jogja :

1. Hiasan Plafon Rumah Besar


Untuk harga sebuah hiasan plafon rumah yaitu Rp.40.000

Gambar 5.12 Hiasan Plafon Rumah Besar

2. Hiasan Plafon Rumah Kecil Hingga Sedang


Untuk harga sebuah hiasan plafon rumah berukuran kecil hingga sedang yaitu
berkisar Rp. 20.000 – Rp. 30.000.

Gambar 5.13 Hiasan Plafon Rumah Kecil dan Sedang

19
3. Lis Plafon
Lis plafon yang di produksi di sini memiliki panjang 2m semua. Untuk harga
Lis Plafon yang di produksi disini bervariasi tergantung tebal dari lis plafon itu
sendiri. Harga untuk 1 batangnya berkisar dari Rp. 7.000 hingga Rp. 15.000

Gambar 5.14 Lis Plafon

20
BAB VI

LINGKUNGAN

6.1 Dampak Lingkungan


Pada proses pemanfaatan gypsum tersebut menghasilkan limbah. Namun tidak
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan sekitar

Gambar 6.1 Limbah hasil dari proses produksi

6.2 Penanggulangannya
Limbah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan gypsum di Plafon Gypsum
Jogja biasa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman miliknya dan juga untuk menutup
lubang jalan yang rusak di lingkungan sekitar rumah produksinya.

Gambar 6.2 Pemanfaatan Limbah


21
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Gypsum merupakan mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya,
terbentuk akibat proses penguapan
2. Penyebaran batu andesit hanya terdapat di Pulau Jawa dan Sulawesi.
3. Metode yang digunakan dalam tahap eksplorasi gypsum yaitu dengan menggunakan
metode eksplorasi langsung
4. Gypsum dapat dimanfaatkan sebagai :
- Konstruksi plafon
- Pembuatan dinding sekat
- Bahan pembuat semen
- Sebagai ornamen dan hiasan
- Sebagai plester atau bahan perekat
5. Prospek dari gypsum sendiri kedepannya masih sangat baik, mengingat konstruksi
plafon sangat dibutuhkan pada pembuatan rumah modern.

7.2 Saran
Lebih mengetahui manfaat gypsum di era ini dalam segi energy serta teknologi

22
LAMPIRAN

FOTO KELOMPOK

23

Anda mungkin juga menyukai