PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Ganesa pembentukan gypsum
2. Penyebaran gypsum di di Indonesia
3. Metode eksplorasi dan eksploitasi yang digunakan dalam pertambangan gypsum
4. Pengolahan dan pemanfaatan gypsum
5. Prospek dari gypsum
1
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ganesa pembentukan gypsum ?
2. Bagaimana Penyebaran gypsum di Indonesia ?
3. Apa saja metode eksplorasi dan eksploitasi yang digunakan dalam pertambangan
gypsum ?
4. Bagaimana pengolahan dan pemanfaatan gypsum ?
5. Apa saja pengaruh terhadap lingkungan akibat dari proses penambangan gypsum
6. Bagaimana prospek dari gypsum
2
BAB II
PENYEBARAN DI INDONESIA
3
BAB III
GANESA BAHAN GALIAN
Terbentuk dari pengendapan air laut, pada temperatur < 42C bila temperatur > 42C
terbentuk anhidrit.. Gypsum adalah mineral hidrous kalium sulfat (CaSO4 2H2O) yang
terjadi di alam, berbentuk endapan sedimen mendatar dan dekat dengan permukaan bumi dan
memiliki sebaran yang luas.
Gypsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air
laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral
evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batu gamping,
serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan
dalam satuan-satuan batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan gypsum terjadi pada zaman
Permian. Endapan gypsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur endapan
belerang yang berasal dari gunung api.
Namun Sebagian besar endapan gypsum terbentuk dari air laut dan hanya sedikit yang
berasal dari endapan danau yang mengandung garam. Gypsum juga dapat terjadi dari hasil
kegiatan vulkanik, gas H2S dari fumarol bereaksi dengan kapur dan hasil pelapukan batuan.
Endapan gypsum dapat ditemukan dalam lima jenis bentuk yaitu :
1. Batuan pembawa gypsum yang berbentuk granular dan buram serta mengandung
sedikit dolomit, batu kapur dan kadar CaSO4 sebesar 76%.
2. Gipsit yang bersifat lunak dan kurang murni.
3. Alabaster mempunyai bentuk padat, berbutir halus, berwarna putih dan agak bening.
4. Satinspar berbentuk serat dan berkilap (fiber), seringkali ditemukan dalam lapisan tipis
dengan bentuk kristal.
5. Selenit yang berbentuk kristal dan transparan.
4
BAB IV
4.1 Eksplorasi
Metode yang digunakan dalam tahap eksplorasi gypsum yaitu dengan menggunakan
metode eksplorasi langsung
Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode Eksplorasi
Langsung ini adalah :
1. Pemetaan geologi/alterasi
2. Tracing float
3. Trenching (pembuatan puritan)
4. Test pit (sumur uji)
5
Gambar 4.1 Palu dan Kompas Geologi
6
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran
kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-
material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil).
Pada Gambar 4.3 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing
with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak)
sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk
metode ini.
Gambar 4.3 Sketsa Konseptual Pengerjaan Metode Tracing Float dan Tracing
with Panning
7
batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain
; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan,
serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji
tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
1. Terbatas pada overburden yang tipis,
2. Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau
dengan menggunakan eksavator/back hoe),
3. Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga
dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
Gambar 4.4 Sketsa Lokasi Pembuatan Paritan Pada Garis Singkapan Batubara
8
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang
berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
1. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat
digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman
sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan
mineralisasi berupa urat (vein).
2. Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual),
pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona
tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal
masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan
bentuk endapan.
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik
atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan
dasar.
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
2. Ketinggian muka airtanah,
3. Kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
4. Kekuatan dinding lubang, dan
9
5. Kekerasan batuan dasar.
4.2 EKSPLOITASI
A. Pembongkaran
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar gypsum dari batuan induknya sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk melaksanakan pekerjaan ini
dilakukan dengan cara menggunakan alat Dragline dan Scrapper.
B. Pemuatan (loading)
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat muat mekanis untuk memuat hasil
kegiatan pembongkaran seperti backhoe, showel ataupun bulldozer ke dalam alat angkut
yaitu truk.
10
Gambar 4.8 Backhoe
C. Pengangkutan (transporting)
11
BAB V
5.1 Pengolahan
Dapat dikelompokkan menjadi dua sesuai dengan pemanfaatannya :
1. Gypsum mentah
Gypsum dari tambang dilakukan proses peremukan, pengayakan, penggilingan.
b. Pupuk buatan : digunakan rock gypsum, ukuran- 100 mesh untuk tanah alkalis.
Fungsinya untuk :
12
Pada temp. 500°C dihasilkan insoluble anhidrit atau dead burning gypsum. Bila
ditambah accelerator akan dihasilkan plaster (keene”s cement)
CaSO5 2 H2O ---------> CaO + SO3 + 2 H2O
Pada temp 900C dihasilkan masa sangat padat, keras, ketahanan tinggi.
13
Gambar 5.2 Cone Crusher
5.2 Pemanfaatan
5.2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
14
Lokasi Plafon Gypsum Jogja berada di Jl. Plambon, Desa Randusari, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta 57454,
Indonesia atau sekitar 18 km dari kampus STTNAS Yogyakarta dan jika ditempuh
menggunakan sepeda motor dengan kondisi lalu lintas normal akan memakan waktu
sekitar 36 menit.
15
3. Minyak
5.2.3 Peralatan
a. Ember
Digunakan sebagai tempat untuk mengaduk gypsum dengan air.
16
Gambar 5.9 Ember
b. Cetakan
Digunakan untuk mencetak gypsum sesuai dengan bentuk yang di ingikan
17
5.2.4 Proses Pengolahan
Pengolahan pada pembuatan Plafon masih menggunakan cara manual, ada beberapa
step/langkah dalam pengolahan gypsum menjadi plafon :
1. Bubuk gypsum dicampur dengan air dengan perbandingan untuk air 1 dan
gypsum 2 ( 1:2 )
2. Setelah dicampur rata gypsum tadi dibiarkan selama 2 menit
3. Selama menunggu gypsum tersebut di diamkan cetakan dilumasi minyak goreng
agar tidak lengket
4. Gypsum yang di biarkan tadi di aduk kembali hingga rata
5. Adonan di tuangkan ke dalam cetakan sebanyak setengah cetakan terlebih dahulu
6. Kemudian diberi roffing di atas adonan yang berada di cetakan tadi secukupnya
7. Setelah itu tambahkan adonan lagi hingga memenuhi cetakan
8. Selanjutnya ratakan adonan yang berada di cetakan tersebut di ratakan dengan
menggunakan poles agar rata dan rapi
9. Kemudian didiamkan dan setelah 15 menit adonan tersebut sudah bisa diangkat.
10. Adonan yang telah diangkat tadi belum kering sepenuhnya (masih setengah
basah) sehingga perlu dikeringkan lagi dengan diangin-anginkan dengan cara
digantung selama 7 hari.
18
5.2.5 Harga dan Produk Yang Dihasilkan
19
3. Lis Plafon
Lis plafon yang di produksi di sini memiliki panjang 2m semua. Untuk harga
Lis Plafon yang di produksi disini bervariasi tergantung tebal dari lis plafon itu
sendiri. Harga untuk 1 batangnya berkisar dari Rp. 7.000 hingga Rp. 15.000
20
BAB VI
LINGKUNGAN
6.2 Penanggulangannya
Limbah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan gypsum di Plafon Gypsum
Jogja biasa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman miliknya dan juga untuk menutup
lubang jalan yang rusak di lingkungan sekitar rumah produksinya.
7.1 Kesimpulan
1. Gypsum merupakan mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya,
terbentuk akibat proses penguapan
2. Penyebaran batu andesit hanya terdapat di Pulau Jawa dan Sulawesi.
3. Metode yang digunakan dalam tahap eksplorasi gypsum yaitu dengan menggunakan
metode eksplorasi langsung
4. Gypsum dapat dimanfaatkan sebagai :
- Konstruksi plafon
- Pembuatan dinding sekat
- Bahan pembuat semen
- Sebagai ornamen dan hiasan
- Sebagai plester atau bahan perekat
5. Prospek dari gypsum sendiri kedepannya masih sangat baik, mengingat konstruksi
plafon sangat dibutuhkan pada pembuatan rumah modern.
7.2 Saran
Lebih mengetahui manfaat gypsum di era ini dalam segi energy serta teknologi
22
LAMPIRAN
FOTO KELOMPOK
23