Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN GRADE CONTROL UNTUK MATERIAL BIJIH (ORE) EMAS PADA


FRONT PENAMBANGAN PT KASONGAN BUMI KENCANA DI KECAMATAN
KATINGAN TENGAH, KABUPATEN KATINGAN,
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Usulan Penelitian

Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan


Skripsi Program Sarjana Strata-1 Teknik Pertambangan

Diajukan Oleh :

WALDO ANATAMA
NIM. H1C111020

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN GRADE CONTROL UNTUK MATERIAL BIJIH (ORE) EMAS PADA


FRONT PENAMBANGAN PT KASONGAN BUMI KENCANA DI KECAMATAN
KATINGAN TENGAH, KABUPATEN KATINGAN,
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Pengusul

WALDO ANATAMA
NIM. H1C111020

Banjarbaru, 2016

Disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II

UYU SAISMANA,S.T., M.T. RISWAN,S.T.,M.T.


NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Kasongan Bumi Kencana adalah salah satu perusahaan yang bergerak


pada usaha kegiatan penambangan emas yang berada di Kalimantan Tengah
dengan luas wilayah mencapai 12,380 Ha.
Endapan mineral (bahan tambang ) merupakan salah satu kekayaan alam
yang berpengaruh dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk
mengetahui kuantitas dan kualitas endapan mineral itu hendaknya selalu
diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan
eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat
keyakinan akan kuantitas dan kualitas sumber daya mineral dan cadangan..
Tujuan dari grade control adalah untuk memaksimalkan nilai bijih yang
ditambang terutama untuk memungkinkan perusahaan pertambangan untuk
memaksimalkan keuntungan dengan mengurangi risiko yang terkait dengan
geologi.
Hal tersebut melatarbelakangi dilakukannya pengamatan, penelitian dan
evaluasi lebih mendalam dengan judul ” Kajian Grade Control Untuk Material
Bijih (Ore) Emas Pada Front Penambangan PT Kasongan Bumi Kencana Di
Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan
Tengah”

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang cara
pemilihan lokasi kegiatan penambangan dimana material yang ditambang tidak
sesuai dengan grade.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pembahasan masalah yaitu:


1. Pengambilan data lapangan dilakukan pada shift 1 (siang) di lokasi penelitian
untuk material bijih emas.
2. Permasalahan hanya dilihat dari segi teknis dan tidak membahas dari segi
ekonomis.
3. Sampel yang digunakan tidak rusak atau mengalami kesalahan saat dianalisis
atau ketika mengambil sampel .

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini mengevaluasi bagaimana kadar material


yang telah ditambang untuk mencapai spesifikasi yang telah ditentukan,
diantaranya :
1. Mengetahui kualitas material yang akan ditambang.
2. Membuat daerah potensial berdasarkan kualitas;
3. Membuat cut of grade.
4. Membuat boundaries pada lokasi penambangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :


1. Masukan bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas material hasil
penambangan.
2. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan grade control.
3. Bagi Pembaca, untuk menambah wawasan tentang penambangan khususnya
pada kegiatan grade control.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Grade Control Program


Grade control dapat didefinisikan sebagai proses dimana mill dioptimalkan
dalam hal memaksimalkan perolehan kembali emas dari material ditambang . Hal
ini dicapai dengan meminimalkan pelarutan dan hilangnya bijih pada tahap
produksi operasi pertambangan yang dengan menggunakan in-pit sampling untuk
mendefinisikan batas blok bijih.
Grade control termasuk perkiraan kelas dari stockpile bijih untuk
memungkinkan pencampuran efisien dan menyediakan informasi untuk
pencocokan data antara produksi dari mill dan perkiraan cadangan bijih kemudian
memberi gambaran recoverable ore reserve untuk diperbaharui secara teratur dan
memberikan informasi tentang parameter yang akan digunakan ketika
mengevaluasi deposit baru.
Tabel 2.1
Kategori Grade Control Bijih untuk Deposit Australia Barat Tahun 1990

Sumber: Davis, 1992; 221


Sumber: Davis, 1992; 223
Gambar 2.1
Diagram Alir dari Grade Control Program

2.2 Sistem Klasifikasi Metode Pengeboran


Kegiatan pengeboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah
industry pertambangan. Kegiatan pengeboran ini mempunyai tujuan yang
bermacam-macam dan tidak hanya dilakukan dalam industri pertambangan saja
namun juga untuk bidang-bidang yang lain. Pengeboran sebagai salah satu
kegiatan dalam industri telah ada semenjak Cina mempergunakan bor tumbuk
(cable tool) sekitar 4.000 tahun yang lalu. Dengan adanya berbagai
pengembangan hingga saat ini baik dari segi teknis maupun aplikasi.
Klasifikasi pengeboran dapat didasarkan pada beberapa bagian proses
pengeboran, diantaranya berdasarkan:
2.2.1 Metode pembuatan lubang
Proses pembuatan lubang meliputi pemberaian batuan dari batuan yang
tak terkonsolidasi. Pembuatan lubang juga termasuk pembersihan pecahan dan
material tak terkonsolidasi dari bawah mata bor sehingga pemberaian dapat terus
berlangsung. Pembuatan lubang dapat berupa proses mekanik atau pun proses-
proses yang lain. Metode-metode pembuatan lubang berdasarkan pemberaian
mekanik adalah:
1. Pengeboran cable tool
2. Pengeboran putar auger
3. Pengeboran putar
4. Pengeboran top hole hammer
5. Pengeboran putar down hole hammer
6. Pengeboran putar slim hole
2.2.2 Metode pembersihan dan penyetabilan lubang
Karena lubang bor telah dibuat dan cutting dibersihkan dari muka mata bor,
maka cutting harus dibersihkan semuanya dari lubang bor dan dilakukan
penyetabilan dinding lubang bor. Jika lubang bor tidak terbuka dan bersih maka
proses pengeboran tidak bisa terus berlangsung. Penyetabilan lubang bisa
dilakukan dengan casing, tekanan hidrostatik, atau dengan pembuatan dinding.
Metode-metode pembersihan lubang dapat diklasifikasikan:
1. Pembersihan mekanik, pada metode ini peralatan pengeboran dalam lubang
akan melakukan pembersihan dengan sendirinya. Metode pembersihan
mekanik di antaranya:
 Bailing, dimana proses penyetabilan dengan casing atau tekanan
hidrostatik
 Bucket auger, dimana proses penyetabilan dengan casing atau
tekanan hidrostatik
 Plate auger
 Continuous flight auger
Plate dan continuous flight auger lebih cocok digunakan untuk formasi yang
stabil.
2. Pembersihan dengan fluida (sirkulasi langsung atau normal), pada metode
ini digunakan fluida untuk membersihkan lubang bor. Sirkulasi normal adalah
dimana fluida (udara, air, atau lumpur) dipompa dengan tekanan ke bawah
melalui stang bor, mata bor, dan kemudian membawa cutting ke permukaan
di antara dinding lubang bor dan stang bor.
3. Pembersihan dengan fluida (sirkulasi terbalik), pada metode ini fluida
dipompa ke bawah melalui lubang di antara dinding lubang bor dan stang
bor, kemudian mata bor, dan naik ke atas melalui lubang di dalam stang bor.
2.2.3 Kedalaman dan ukuran lubang
Tipe pengeboran harus sesuai dengan kedalaman dan ukuran
lubang bor yang diinginkan. Sebagai contoh bor auger tangan hanya dapat
melakukan pengeboran pada beberapa meter kedalaman dan ukuran
lubang yang kecil. Beberapa tipe pengeboran dapat diaplikasikan pada
rentang ukuran lubang bor tertentu,
1. Cable tool, ukuran lubang 100 mm s/d 400 mm (4-16 in) dan sampai
kedalaman 1.500 m (5.000 ft).
2. Slim rotary (diamond), ukuran lubang 30 mm s/d 100 mm (1-4 in) dan sampai
kedalaman 1.500 m (5.000 ft)
2.2.4 Aplikasi
Tipe pengeboran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan aplikasinya
seperti cable tool untuk pengeboran air, rotary untuk pengeboran minyak, hammer
untuk pengeboran pada kuari, dll. Dalam hal ini klasifikasi lebih banyak ditentukan
oleh sifat formasi seperti ditunjukkan dalam daftar berikut:
1. Pengeboran pada formasi yang terkonsolidasi
 Cable - Sampel bagus
 Rotary mud - Tingkat penetrasi cepat
 Rotary air - Sangat cepat pada formasi yang kering dan kohesif
 Rotary mud reverse - Sampel bagus, penetrasi cepat, menjaga kondisi
dinding
 Auger - Murah dan cepat pada formasi kering
 Jetting - Murah pada kondisi air yang melimpah
2. Pengeboran pada formasi yang stabil (high drillability)
 Rotary - Semua fluida memberikan hasil yang bagus
 Cable tool - Bagus tetapi lebih lambat
 Hammer - Sampling chip dan air, penetrasi cepat
 Diamond coring - Lebih lambat dari hammer, sampel lebih sempurna
3. Pengeboran pada formasi yang stabil (low drillability)
 Hammer - Penetrasi cepat
 (Top hole untuk pengeboran dangkal dan down hole untuk pengeboran
dalam)
 Diamond drills - Informasi lengkap dan inti lebih bagus
 Heavy rotary drills - Murah dan cepat
4. Pengeboran pada formasi boulder dan breksi keras
Beberapa tipe pengeboran dapat dilakukan dalam berbagai teknik
pengeboran, dalam hal ini aplikasi akan menentukan teknik pengeboran yang
digunakan. Dalam hal aplikasi untuk mendapatkan informasi bawah permukaan
maka sistem kontrol yang cermat dan interpretasi semua indikator pengeboran
adalah parameter yang diutamakan.
Dalam aplikasi untuk lingkungan maka metode pengeboran harus tidak
memberikan dampak terhadap kualitas sampel kimia maupun biologi. Kondisi
seperti ini memerlukan modifikasi dalam teknik pengeboran.
Dalam aplikasi yang membutuhkan sampel inti maka metode pengeboran
dipilih terhadap proses penetrasi yang stabil sehingga akan memberikan inti yang
lebih sempurna yang tertampung dalam core barrel.
Untuk aplikasi yang hanya menginginkan lubang bor maka digunakan
metode dengan penetrasi yang cepat dimana cutting dan proses pembersihannya
dilakukan secara cepat tetapi efektif sehingga tetap dapat menjaga stabilitas
dinding lubang bor.
2.3 Sampling
Sampel merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari
keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan
inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari
populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan
informasi keseluruhan.
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun
tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan,
tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan
memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan
pemilihan metode penambangan.
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada
front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan
material).
2.3.1 Metode Sampling
Berikut merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pengambilan
sampel(conto), antara lain:
1. Trenching
Metode ini berguna untuk menemukan bahan galian dan untuk memperoleh
data-data mengenai keadaan tubuh batuan (orebody) yang bersangkutan,
seperti ketebalan, sifat-sifat fisik, keadaan batuan di sekitarnya, dan
kedudukannya. Cara pengambilan contoh dengan metode ini paling cocok
dilakukan pada tubuh bahan galian yang terletak dangkal di bawah
permukaan tanah, yaitu dimana lapisan penutup (over burden) kurang dari
setengah meter
2. Chip sampling
metode sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip)
yang dipecahkan melalui suatu jalur yang memotong zona mineralisasi
dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya
bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam
suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir,
jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras
dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan
seperti oversampling(salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif
lebih banyak daripada fragmen yang low grade.
3. Channel Sampling
Metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur (channel)
sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur
tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5
cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan. Ada
beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan
conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara
lain :
 Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya
pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau
residual.
 Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
 Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit
 Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling
per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor)
4. Blast-hole sampling
sampling dari kerucut ledakan lubang, sejumlah metode yang digunakan
sebagai berikut:
 Mengambil irisan vertikal dari salah satu celah penggalian ke sisi dari
potongan kerucut
 Mengambil dua potongan saluran lengkap melalui keseluruhan kerucut
 Mengekstrak satu atau sejumlah sektor radial lengkap dari potongan
kerucut menggunakan ' sector cutters
 koleksi otomatis dan pembagian potongan pada drill rig menggunakan
kompresi udara / hisap dan siklon untuk memisahkan potongan.
5. Diamond drilling
Diamond drilling, yang dirancang untuk dapat untuk salah satu
tujuan sebagai berikut:
 Eksplorasi - untuk memperpanjang batas dikenal mineralisasi.
 Penetapan struktur zona mineralisasi dan ketebalannya dan kelas di
berbagai cut-off-value.
 Meningkatkan keyakinan dalam cadangan perkiraan, sehingga
‘mungkin bijih' dapat upgrade ke 'kemungkinan', dan 'perkiraan' untuk
'terbukti'.
 Bulk sampling untuk studi metalurgi, ini biasanya melibatkan diameter
core yang lebih besar.
6. Truck dump sampling
Pengambilan sampel dilakukan pada waktu material dibongkar yang
selanjutnya dimuat ke truk (dump truck)
2.3.2 Sampling Error
Sampling error atau Kesalahan perconto, yaitu penyimpangan hasil analisis
conto akibat kesalahan pengambilan, pengurangan atau kesalahan analisis conto.
Gy (1979) kemudian membagi kesalahan yang terlibat dalam pengambilan sampel
dalam tujuh kelas yang berbeda tanpa membedakan antara akurasi, presisi
pengukuran atau variabilitas alami dari bahan yang dijadikan sampel. Kesalahan
ini, seperti yang didefinisikan oleh Gy (1979) dan sub-dibagi dengan Bartlett dan
Hawkins (1987) yang tercantum dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.2
Golongan Kesalahan dari Pengambilan Sampel

Sumber: Spangenberg, 2012; 18

Tabel 2.2 adalah ringkasan dari kesalahan pengambilan sampel yang


berkontribusi terhadap non-keterwakilan sampel. Kesalahan pengambilan sampel
dikelompokkan sesuai dengan faktor-faktor yang memiliki pengaruh terbesar pada
mereka:
Tabel 2.3
Ringkasan dari asal dan sifat kesalahan pengambilan sampel

Sumber: Spangenberg, 2012; 19

2.4 Sumber Daya Mineral dan Cadangan (Mineral Resources and Reserves)
Tingkat klas sumber daya mineral dan cadangan dikelompokkan
berdasarkan kedua kriteria yang menjadi dasar klasifikasi
2.4.1 Sumber Daya Mineral
1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survai Tinjau.
2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Prospeksi.
3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Umum.
4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Rinci.
2.4.2 Cadangan
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan
geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang
semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat
dilakukan secara ekonomik
2. Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
2.4.3 Persyaratan
1. Penggolongan ke dalam klas sumber daya mineral dan cadangan harus
memenuhi syarat kriteria yang telah ditentukan.
2. Setiap klas sumber daya mineral dan cadangan mempunyai tingkat
kesalahan maksimal yang diperbolehkan. Tingkat kesalahan dapat
bervariasi berdasarkan komoditas, tipe endapan dan metoda penghitungan
yang digunakan.
3. Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan serta tingkat kesalahan yang
dihasilkan dicantumkan dalam laporan dan harus dapat dijelaskan dalam
batasan-batasan yang dapat diterima oleh Panitia/Lembaga Penguji.
sumber: Standar Nasional Indonesia, 1998; 14
Gambar 2.2
Kriteria dan Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan

2.5 Peta Kontur


2.5.1 Definisi dan Karakteristik Garis Kontur
Untuk dapat dilakukan penggambaran yang mewakili suatu relief dalam
suatu bidang peta, perlu dilakukan pemodelan dalam bentuk obyek peta berupa
garis yang kontinyu disebut garis kontur. Garis kontur didefinisikan sebagai garis
khayal yang menghubungkan setiap titik pada ketinggian yang sama. Pada
pengertian garis kontur di atas dapat dijelaskan bahwa sifat dari salah satu garis
kontur tersebut memiliki nilai ketinggian yang tunggal.
Untuk merepresentasikan seluruh bentuk relief dalam bentuk gambaran
garis kontur dalam suatu peta, perlu dilakukan penggambaran beberapa garis
kontur yang memiliki ketinggian yang berbeda dengan garis kontur disebelahnya
berdasarkan nilai tinggi yang berurutan. Dengan adanya nilai tinggi dari garis
kontur yang berurutan dengan garis kontur lainnya berarti terdapat suatu besaran
yang membatasi antara dua kontur tersebut, yang dinamakan interval kontur.
Jadi, interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan atau jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Garis kontur
pada suatu peta merupakan proyeksi pada serangkaian titik pada ketinggian yang
sama secara tegak lurus (ortogonal) pada bidang datar (peta).
2.5.2 Metoda Interpolasi
Metoda komputasi interpolasi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok
utama, yaitu fungsi pencocokan dan fungsi rata-rata bobot. Namun kedua
pendekatan ini berangkat dari perhitungan yang sama. Interpolasi dimulai dari
suatu pengukuran topografi. Sebuah titik adalah sebuah unit informasi yang
menjelaskan sebuah lokasi tertentu. Suatu permukaan adalah representasi dari
suatu kelompok data titik topografi yang dihimpun.
Metoda interpolasi komputer adalah teknik-teknik untuk menentukan
bentuk–bentuk tertentu titik ketinggian permukaan bumi dengan membedakan
suatu metoda dengan metoda lainnya adalah bagaimana pengaruh titik ketinggian
diasumsikan untuk menghasilkan titik-titik interpolasi dan proses perhitungannya.
Proses perhitungan dimulai dengan penentuan parameter-parameter
fungsi analisis yang mewakili wilayah observasi. Metoda fungsi pencocokan
menggunakan parameter ini untuk menentukan ketinggian pada lokasi tertentu
dengan menggunakannya pada fungsi yang didefinisikan. Sedangkan metoda
rata-rata bobot menentukan perhitungan ketinggian representatif permukaan dari
lokasi dengan menjumlahkan data-data yang mempengaruhinya.
2.5.3 Metoda Interpolasi Jarak Kebalikan (Inverse Distance)
Metoda interpolasi inverse distance merupakan metoda yang popular dan
banyak digunakan sebagai pendekatan interpolasi dengan computer, memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Inverse Distance adalah metoda gridding komputer yang cepat. Dengan
kurang dari 500 titik data, dapat dilakukan pencarian semua titik kontur dan
proses gridding akan diproses secara cepat. Keuntungan yang paling prinsip
metoda ini dapat menggambarkan detail lokal permukaan yang dihasilkan
oleh kecenderungan skala kecil suatu permukaan yang kompleks.
Pendekatan ini jugamemungkinkan untuk menggunakan jumlah data yang
tidak terbatas karena setiap proses komputasi hanya melibatkan sebagian
atau sekelompok titik data yang berada dilokasi sekitarnya.
2. Inverse Distance memiliki kecenderungan untuk membentuk pola “bull’s eye”
(mata sapi) dari garis kontur kosentrik disekeliling titik data.
2.5.4 Kerangka Pemikiran
Proses pembuatan garis kontur dengan pola grid dapat dilihat pada gambar
2.3 , dimana melalui tahapan sebagai berikut :

sumber: Pertiwi, 2011; 4


Gambar 2.3
Pembuatan Peta Kontur Digital

Proses pembuatan perangkat lunak garis kontur melalui tahapan sebagai


berikut :
1. Penentuan Data Koordinat (x,y,z), data ini merupakan hasil pengolahan dari
pengukuran teristrik.
2. Pembuatan dan penentuan koordinat titik grid (gridding), proses ini disertai
dengan penentuan posisi bidang datar dua dimensi (x,y) dan pemanfaatan
kaidah fungsi matematika dalam interpolasi untuk menentukan
ketinggiannya (z). Adapun tahapan proses gridding meliputi: pembentukan
pola grid, penelusuran dan pemilihan titik sampel (resampling), dan adanya
kaidah matematika dalam metode interpolasi.
2.6 Program Surpac
Surpac adalah salah satu perangkat lunak yang populer di bidang geologi
dan perencanaan tambang yang mendukung operasi ditambang dan proyek-
proyek eksplorasi lebih dari 90 Negara. Perangkat lunak ini memberikan efisiensi
dan akurasi melalui kemudahan penggunaan, grafis tiga dimensi yang baik dan
alur kerja otomatis yang dapat disesuaikan dengan proses khusus perusahan dan
data yang diinput.
Salah satu fungsi yang terdapat pada perangkat lunak Surpac estimasi
dan permodelan Sumberdaya. Produk akhir yang penting dari estimasi adalah
model blok yang merupakan satu set poin dalam ruang yang mengandung nilai
estimasi. Salah satu metode untuk memperkirakan nilai pada titik-titik dalam model
ini di kenal sebagai metode Inverse Distance Squered (IDS)2.
2.6.1 Profile Geological Database
Geological database difungsikan untuk membuat suatu bentuk system
database dari data logging bor, survey yang sebelumnya sudah divalidasi dan
sekaligus mempermudah kerja pengguna dalam mengelola input data, up date
data, proses data, output data dan layoutnya.
2.6.2 Profile Block Model
Block model merupakan bentuk atau media untuk mengkostumize data-
data yang dihasilkan dari geological database, survey dan fungsionalitas profile
lainya dengan tujuan mengetahui hasil(volume), nilai atau model yang akan dibuat
nantinya.

2.7 Membuat Kontur dan Layouting Peta Menggunakan Software Surfer


Surfer adalah program pembuat peta kontur sederhana dengan kemampuan
yang cukup baik dapat menghasilkan tampilan 3D dari datakoordinat yang telah
dimasukkan sebelumnya. Di dalam fungsi 3D tersebut, juga ada untuk mengedit
tampilan 3D yang sesuai keinginan pengguna.
Berikut langkah cara singkat untuk membuat peta kontur dan menampilkan
diagram tiga dimensi:
2.7.1. Membuat Grid Peta
1. Membuka file excel, file – open – lalu memilih excel koordinatnya yg
digunakan
2. Membuat grid dengan masing-masing grid yang tersedia, menu grid – lalu
memilihnya.
3. Lalu muncul jendela sebagai berikut, untuk mengatur posisi koordinat x, y
danz pada kotak Data column sesuai dengan file koordinat pada Ms. Excel
2.7.2. Pembuatan Kontur
1. Membuat Kontur
 Pilih menu Map – Countur map – New Contour Map.
 Kemudian muncul jendela untuk memilih data kontur yang diketahui. Klik
ok.
2. Mengedit Warna Kontur
 Klik kanan kontur – properties
 Lalu muncul jendela Map contours Properties, centang kotak Fill contour
untuk mengaktifkan fungsi pewarnaan
 Kemudian pilih Levels, muncul jendela Map Contours Properties,
 Klik Fill, muncul jendela Color Spectrum, pilih warna sesuai yang
diinginkan. Kemudian, klik
 Save untuk menyimpan dan ditempatkan pada folder yang diinginkan.
Kemudian setelah selesai, klik ok.
2.7.3. Membuat layout
1. Menampilkan Grid
 Menampilkan grid, klik kanan bottom axis – properties
 Muncul jendela Map Bottom Axis Properties. Centang pada kotak putih
show untuk
 memunculkan grid secara horizontal. Klik OK
 Kemudian mengatur Grid untuk Grid vertikal. Klik kanan Left axis –
properties.
 Muncul jendela Map Left Axis Properties. Klik untuk mencentang fungsi
show yangberfungsi menampilkan grid secara vertikal. Klik OK.
2. Membuat text
3. Membuat legenda dan arah utara
4. Menampilkan skala bar
5. Menampilkan color scale
6. Membuat garis tepi
2.7.4. Membuat Model Peta 3D
1. Klik kanan Map – Surface
2. Lalu, open grid.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode


perhitungan aktual lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil pada waktu
sekarang. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap
persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, dan tahap
penyusunan laporan akhir.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir. Sasaran utama
studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah penelitian. Studi literatur
dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang kegiatan
penelitian yang diperoleh dari :
a. Instansi terkait
b. Perpustakaan
c. Grafik dan Tabel
d. Informasi penunjang lainnya
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan
pengamatan dan pengukuran.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan
berdasarkan teori yang ada dan data hasil penelitian.
4. Analisa data
Dari rumusan-rumusan yang telah didapat kemudian dilakukan analisa
untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang
diperoleh dalam penelitian.
5. Kesimpulan
Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis untuk
dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil penelitian tugas akhir.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Studi kepustakaan, teknik ini dilakukan dengan cara pengumpulan sumber
informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan berasal dari referensi
pihak perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
2. Observasi lapangan, teknik ini dilakukan dengan cara peninjauan langsung ke
lapangan untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap situasi,
kondisi, dan aktivitas di lokasi penelitian.
3. Wawancara, teknik ini dilakukan dengan cara bertanya langsung dengan
instruktur lapangan serta orang-orang yang ahli dibidangnya.
Adapun data-data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu :
1. Data Primer, meliputi :
a. Data dan sebaran titik bor
b. Geologi regional
c. Data hasil analisa kualitas material di laboratorium
d. Data Cut of Grade (COG)
2. Data Sekunder, meliputi :
a. Curah Hujan
b. Keadaan umum perusahaan
c. Peta wilayah PKP2B
d. Produksi

3.3 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan sesuai dengan


kegunaannya untuk lebih memudahkan dalam menganalisa, yang selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel, dan perhitungan penyelesaian.
Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Rumusan Masalah

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


a. Data dan sebaran titik a. Curah Hujan
bor b. Peta wilayah PKP2B
b. Geologi regional c. Keadaan umum perusahaan
c. Data hasil analisa d. Data Produksi
kualitas material di
laboratorium
d. Data Cut of Grade
(COG)

e.
Pengolahan dan Analisis Data
a. Pembuatan block-block endapan bijih berdasarkan
kualitas bijih
b. Menganalisa faktor – faktor penyebab
ketidakberhasilan mencapai kualitas produksi yang
ditargetkan
c. Pencocokan data antara produksi dan perkiraan
cadangan bijih yang diperbaharui

Evaluasi
ketercapaian target
kualitas produksi
material hasil
galian

Selesai
BAB IV
JADWAL PENELITIAN

4.1. Jadwal Kegiatan

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 2 bulan sejak tanggal 2016


hingga 2016. Rencana jadwal kegiatan dijelaskan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Tugas Akhir
Bulan ke-1 Bulan ke-2
No. URAIAN KEGIATAN
I II III IV I II III IV
1 Studi Literatur
2 Orientasi Lapangan
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan dan Analisa Data
3 Pembuatan dan Penyusunan Laporan
4 Konsultasi Laporan
5 Presentasi/ Seminar

4.2. Tempat Kegiatan

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan PT Kasongan Bumi Kencana di


Kecamatan Katingan Tengah, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah
DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, k. dan Haris, A., 2005, “PENGEBORAN EKSPLORASI DAN


PENAMPANGAN LUBANG BOR”, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Annels, Alwyn E. , 1991, “Mineral Deposit Evaluation”, Department of Geology ,


University of Wales, Cardiff.

Badan Standardisasi Nasional, 1998, “Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan


Cadangan”, BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN

DAVIS, J. G., 1992, “Grade control for Australian open pit gold mines”, Department
of Geology , University of Wales, Cardiff.

Pertiwi, A., 2011, “METODA INTERPOLASI INVERSE DISTANCE UNTUK PETA


KETINGGIAN (KONTUR)”, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang

Spangenberg, Izak Conné, 2012, “THE STATUS OF SAMPLING PRACTICE IN


THE GOLD MINING INDUSTRY IN AFRICA: Working towards an
international standard for gold mining sample practices”, University of the
Witwatersrand, Johannesburg.

Holmes, R.J., 2010, “Sampling mineral commodities—the good, the bad, and the
ugly”, The Southern African Institute of Mining and Metallurgy,
Johannesburg.
LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Telepon :
E-mail :
Agama :
Status :

Riwayat Pendidikan
- SD :
- SLTP :
- SMA :
- Perguruan tinggi :

Pengalaman Organisasi

Anda mungkin juga menyukai