Anda di halaman 1dari 8

blogspot.

com
Baru saja dioptimalkan
Lihat yang asli

Bg Nur Komting
Meuntroe Sibujang Senang

Home

Tuesday, 17 February 2015

Paper Beton Prategang


A. RUANG LINGKUP BETON PRATEGANG

Beton adalah meterial yang kuat terhadap kondisi tekan, akan tetapi material yang
lemah terhadap kondisi tarik. Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 8 sampai 14
persen dari kuat tekannya. Rendahnya kapasitas tarik beton menimbulkan
terjadinya retak lentur pada taraf pembebanan yang masihrendah. Untuk
mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya konsentris atau
eksntris diberikan dalam arah longitudinal elemen struktural. Gaya ini mencegah
berkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi
tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja
sehingga dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang
tersebut. Penampang dapat berperilaku elastis, dan hampir semua kapasitas beton
dalam memikul tekan dapat secara efektif dimanfaatkan di seluruh tinggi
penampang beton pada saat semua beban bekerja di struktur tersebut
Gaya longitudinal yang diterapkan tersebut di atas disebut gaya prategang, yaitu
gaya tekan yang memberikan prategang pada penampang di sepanjang bentang
suatu elemen struktural sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup
transversal atau beban hidup horizontal transien. Gaya prategang ini berupa tendon
yang diberikan tegangan awal sebelum memikul beban kerjanya, yang berfungsi
mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik pada saat beton mengalami beban
kerja, mengantikan tulangan tarik pada struktur beton bertulang biasa.
Pada beton bertulang biasa, gaya tarik yang berasal dari momen lentur ditahan oleh
lekatan yang terjadi antara tulangan dan beton. Akan tetapi, tulangan di dalam
komponen struktur beton bertulang tidak memberikan gaya dari dirinya pada
komponen struktur tersebut, suatu hal yang berlawanan dengan aksi baja (tendon)
prategang yang menghasilkan gaya dari dirinya sehingga memungkinkan
pemulihan retak dan defleksi akibat momen lentur tersebut. Pemberian gaya
prategang berupa tendon, guna mengurangi atau menghilangkan tegangan tarik, ini
yang dikenal sebagi beton prategang.
B. PENGERTIAN BETON PRATEGANG
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam kontruksi.
Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal
dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu
tingkat yang diinginkan. Prategang meliputi tambahan gaya tekan pada struktur
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini
retak pada beton dapat dihilangkan. Pada beton bertulang, prategang pada
umumnya diberikan dengan menarik baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh
reaksi baja tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton
prategang akan jauh lebih kokoh dari elemen beton bertulang biasa. Prategangan
juga menyebabkan gaya dalam yang berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi
atau bahkan menghilangkan lendutan secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton prategang adalah mempunyai kuat tekan yang
cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan mengalami
rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan prategang yang
lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan
tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan.
Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:
a. Menurut PBI – 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-
tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga
tegangan-tegangan akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang
diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban
yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu
tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
Dapat ditambahkan bahwa beton prategang, dalam arti seluas-luasnya, dapat juga
termasuk keadaan (kasus) dimana tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh
regangan-regangan internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada
konstruksi yang melengkung (busur). Tetapi dalam tulisan ini pembahasannya
dibatasi dengan beton prategang yang memakai tulangan baja yang ditarik dan
dikenal sebagai tendon.
Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal
dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga
tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu
tingkat yang diinginkan. Pada batang beton bertulang, prategang pada umumnya
diberikan dengan menarik baja tulangannya.
Kekuatan tarik beton polos hanyalah merupakan suatu fraksi saja dari kekuatan
tekannya dan masalah kurang sempurnanya kekuatan tarik ini ternyata menjadi
faktor pendorong dalam pengembangan material komposit yang dikenal sebagai
“beton bertulang”.
Timbulnya retak-retak awal pada beton bertulang yang disebabkan oleh
ketidakcocokan (non compatibility) dalam regangan-regangan baja dan beton
barangkali merupakan titik awal dikembangkannya suatu material baru seperti
“beton prategang”. Penerapan tegangan tekan permanen pada suatu material
seperti beton, yang kuat menahan tekanan tetapi lemah dalam menahan tarikan,
akan meningkatkan kekuatan tarik yang nyata dari material tersebut, sebab
penerapan tegangan tarik yang berikutnya pertama-tama harus meniadakan
prategang tekanan. Dalam tahun 1904, Freyssinet mencoba memasukkan gaya-
gaya yang bekerja secara permanen pada beton untuk melawan gaya-gaya elastik
yang ditimbulkan oleh beban dan gagasan ini kemudian telah dikembangkan
dengan sebutan “prategang”.
Beton prategang adalah beton yang didalamnya terdapat kawat baja yang diberi
tegangan dahulu dengan cara ditarik terus stelah itu di cor dan dipasang.Beton
prategang sangat baik untuk digunakan pada bangunan tingkat tinggi karena
memiliki kuat tarik dan tekan sama baiknya dan dibanding beton biasa beton
memilki kadar usia yang panjang.Beton ini memakai baja mutu tinggi sehingga
dalam pembuatannya juga memakan cost yang tidak sedikit.
C. MATERIAL BETON PRATEGANG
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser,
pengikatan dan dukungan.
Dalam daerah angker, yang tegangan-tegangan dukungnya menjadi lebih tinggi,
beton berkekuatan tinggi selalu lebih disukai untuk menghindarkan pengangkuran
yang khusus, sehingga dapat memperkecil biaya.
Pada beton prategang penting untuk mengetahui diagram tegangan-regangan untuk
memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis penampang.
Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca
hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.
b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya
prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Yang menjadi penting
juga dalam baja prategang adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram
tegangan-regangan baja prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa
Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung dari
diameter baja dan bentuknya.
Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap
untuk setiap diameter.
Beton, khususnya beton mutu tinggi, adalah komponen utama dari semua elemen
beton prategang. Dengan demikian, kekuatan dan daya tahan jangka panjang beton
prategang harus diperoleh dengan menggunakan jaminan kualitas dan kontrol
kualitas yang memadai pada tahap produksinya. Kekuatan tekan kubus 28 hari
minimum yang ditentukan di dalam peraturan I.S. adalah 40 N/mm2 untuk batang
pratarik dan 30 N/mm2 untuk batang pascatarik. Perbandingan standar kekuatan
silinder terhadap kekuatan kubus dianggap sebesar 0,8 bila tidak tersedia data
percobaan yang relevan. Kadar semen minimum sebesar 300 sampai 360 kg/m3
telah ditetapkan terutama untuk memenuhi persyaratan daya tahan. Untuk
mengamankan terhadap susut yang berlebihan, peraturan B.S. menetapkan bahwa
kadar semen dalam campuran sebaiknya tidak melebihi 530 kg/m3. Tegangan
beton sesaat sesudah penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan
tegangan sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai sebagai berikut :
1. Tegangan serat tekan terluar 0,6 f’ci
2. Tegangan serat tarik terluar ci f '
3. Tegangan serat tarik terluar pada ujung-ujung komponen struktur di atas
perletakan sederhana ci f '
Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut diatas, maka harus dipasang
tulangan tambahan (non-prategang atau prategang) dalam daerah tarik untuk
memikul gaya tarik total dalam beton, yang dihitung berdasarkan asumsi suatu
penampang utuh yang belum retak. Tegangan beton pada kondisi beban layan
(sesudah memperhitungkan semua kehilangan prategang yang mungkin terjadi)
tidak boleh melampaui nilai berikut:
1. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban
hidup tetap 0,45f’c
2. Tegangan serat tekan terluar akibat pengaruh prategang, beban mati dan beban
hidup total 0,65f’c
3. Tegangan serat tarik terluar dalam daerah tarik yang ada pada awalnya
mengalami tekan c f '
Karena kurva tegangan-regangan yang terlihat dalam Gambar 2.1 berbantuk
kurvilinier pada taraf pembebanan yang sangat awal, maka modulus elastisitas
Young dapat diterapkan hanya pada tangen dari kurva di titik asal. Kemiringan garis
lurus yang menghubungkan titik asal dengan tegangan tertentu (sekitar 0,4 f’c)
merupakan modulus elastisitas tekan beton. Nilai ini, yang disebut modulus
elastisitas dalam perhitungan desain, memenuhi asumsi praktis bahwa regangan
yang terjadi selama pembebanan pada dasarnya dapat dianggap elastic (dapat
pulih kembali seluruhnya jika belum dihilangkan), dan bahwa regangan selanjutnya
akibat bekerjanya beban disebut rangkak. Untuk nilai wc diantara 1500 kg/m3 dan
2500 kg/m3, nilai modulus elastisitas beton Ec dapat diambil sebesar (wc)1,50,043
c f ' (dalam Mpa). Untuk beton normal Ec dapat diambil sebesar (4700) c f ' .
Karena pada umumnya pemberian tegangan pada suatu elemen dilakukan sebelum
beton kekuatan 28 hari, perlu ditentukan kuat tekan beton f’ci pada taraf prategang,
begitu pula modulus beton Ec pada bebagai taraf riwayat pembebanan elemen
tersebut. Rumus umum untuk menghitung kuat tekan sebagai fungsi dari waktu
adalah
Di mana f’c = kuat tekan 28 hari
t = waktu (hari)
α = faktor yang bergantung pada tipe semen dan kondisi perawatan = 4,00 untuk
semen tipe I yang dirawat basah dan 2,30 untuk semen tipe III yang dirawat basah =
1,00 untuk semen tipe I yang dirawat uap dan 2,30 untuk semen tipe III yang dirawat
uap
β = faktor yang bergantung pada parameter-parameter yang sama dengan ”α”,
dengan nilai masing-masing 0,85; 0,92; 0,95 dan 0,98
Dengan demikian, untuk semen tipe I yang dirawat basah,
Rangkak, atau aliran material lateral, adalah peningkatan regangan terhadap waktu
akibat beban yang terus menerus bekerja. Deformasi awal akibat beban adalah
regangan elastis, sementara regangan tambahan akibat beban awal yang sama
yang terus bekerja adalah regangan rangkak. mengilustrasikan pertambahan
regangan rangkak terhadap waktu, dan seperti pada kasus susut, terlihat bahwa
laju rangkak berkurang terhadap waktu. Rangkak tidak dapat diamati secara
langsung dan hanya dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dan
regangan susut dari deformasi total. Meskipun susut dan rangkak merupakan
fenomena yang tidak independen, dapat diasumsikan bahwa superposisi regangan
berlaku, sehingga Regangan total ( t) = regangan elastis ( e) + rangkak ( c) + susut
( sh).
Pada dasarnya, ada dua jenis susut: susut plastis dan susut pengeringan. Susut
plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton segar di
cetakan. Susut pengeringan terjadi sesudah beton mongering dan sebagian besar
proses hidrasi kimiawi di pasta semen telah terjadi. Gambar 2.3 menunjukkan
peningkatan regangan susut sh terhadap waktu. Kelajuannya berkurang terhadap
waktu karena beton yang lebih tua lebih tahan terhadap tengangan dan ini berarti
beton tersebut mengalami lebih sedikit susut, sedemikian sehingga regangan susut
menjadi hamir asimtotis terhadap waktu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya susut pengeringan adalah:
1. Agregat. Agregat beraksi menahan susut pasta semen. Beton dengan modulus
elastisitas tinggi atau dengan permukaan kasar lebih dapat menahan proses susut.
2. Rasio air/semen. Semakin tinggi rasio air/semen, semakin tinggi pula efek susut.
3. Ukuran elemen beton. Baik laju maupun besar total susut berkurang apabila
volume elemen beton semakin besar. Namun, durasi susut akan lebih lama untuk
komponen struktur yang lebih besar karena lebih banya waktu yang dibutuhkan
dalam pengeringan untuk mencapai daerah dalam.
4. Kondisi kelembaban di sekitar. Kelembaban relatif pada lingkungan sekitar sangat
mempengaruhi besarnya susut. Temperatur lingkungan juga merupakan faktor.
5. Banyaknya penulangan. Beton bertulang menyusut lebih sedikit dibandingkan
dengan beton polos.
6. Bahan tambahan. Efek ini bervariasi bergantung pada jenis bahan tambahan.
7. Jenis semen. Semen yang cepat mongering akan susut lebih banyak
dibandingkan jenis-jenis lainnya.
8. Karbonasi. Susut karbonasi disebabkan oleh reaksi antara karbondioksida (CO2)
yang ada di atmosfir dan yang ada di pasta semen.
D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BETON PRATEGANG
a. Keuntungan beton prategang
1. Terhindarnya retak terbuka di daerah tarik, jadi lebih tahan terhadap keadaan
korosif.
2. Kedap air, cocok untuk pipa dan tangki.
3. Karena terbentuknya lawan lendut sebelum beban rencana bekerja, maka
lendutan akhirnya akan lebih kecil dibandingkan pada beton bertulang.
4. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh luas penampang dipakai
secara efektif.
5. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah berat besi
beton biasa.
6. Ketahanan gesek balok dan ketahanan puntirnya bertambah. Maka struktur
dengan bentang besar dapat langsing. Tetapi ini menyebabkan Natural Frequency
dari struktur berkurang, sehingga menjadi dinamis instabil akibat getaran
gempa/angin, kecuali bila struktur itu memiliki redaman yang cukup atau
kekakuannya ditambah.
7. Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap
korosif.
8. Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh penampang dipakai
secara efektif. Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih
besar jika dibandingkan dengan beton bertulang.
9. Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan
yang mengurangi tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada tegangan
geser beton prategang). Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam
untuk bentang panjang membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada
penampang tempat tumpuan.
10. Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja
tulangan biasa (1/5 – 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima
pondasi.
11. Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-retak
pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).
a. Kelemahan beton prategang
1. Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.
2. Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.
E. PROSES PEMASANGAN
prategang biasanya diberikan kepada anggota beton dengan tulangan baja yang
sangat dikencangkan (kawat, untai, atau bar) bereaksi pada beton. Para
highstrength prategang baja yang paling sering dikencangkan menggunakan jack
hidrolik. Operasi tensioning dapat terjadi sebelum atau setelah beton cor dan
karenanya, anggota pancang diklasifikasikan sebagai pretensioned atau pasca-
dikencangkan.
Pretensioned beton
Tendon prategang pada awalnya dikencangkan antara abutment tetap dan
berlabuh. Dengan bekisting di tempat, beton cor di sekitar tendon baja yang sangat
stres dan sembuh. Ketika beton telah mencapai kekuatan yang diperlukan nya, kabel
dipotong atau dilepaskan dari abutment. Sebagai baja yang sangat menekankan
upaya untuk kontrak, beton yang dikompresi. Prategang yang disampaikan melalui
ikatan antara baja dan beton. Anggota beton Pretensioned sering pracetak di
pretensioning tempat tidur cukup lama untuk mengakomodasi unit identik secara
simultan. Untuk mengurangi waktu siklus konstruksi,
curing uap dapat digunakan untuk memfasilitasi kenaikan kekuatan yang cepat
beton dan beton sering ditekankan dalam waktu 24 jam casting. Karena beton
biasanya menekankan pada usia dini, pemendekan elastis dari strain rangkak beton
dan selanjutnya cenderung tinggi. Ini pemendekan tergantung waktu yang
relatiftinggi beton menyebabkan penurunan yang signifikan dalam regangan tarik di
berikat, baja prategang dan kehilangan prategang yang relatif tinggi.
Pasca dikencangkan beton
Dengan bekisting dalam posisi, beton cor di sekitar saluran berongga yang tetap
untuk setiap profil yang diinginkan. Tendon baja biasanya di tempat, tanpa tekanan
di dalam saluran selama menuangkan beton, atau sebagai alternatif dapat berulir
melalui saluran pada beberapa waktu kemudian. Ketika beton telah mencapai
kekuatan yang diperlukan, yang tendon dikencangkan. Tendon dapat ditekankan
dari satu ujung dengan ujung berlabuh atau mungkin ditekankan dari kedua
ujungnya.
Tendon tersebut kemudian berlabuh di setiap akhir menekankan. Beton dikompresi
selama operasi menekankan dan pratekan dipertahankan setelah tendon yang
berlabuh oleh bantalan pada pelat penjangkaran akhir ke beton.Pasca-
dikencangkan tendon juga memaksakan gaya transversal ke anggota mana pun
arah
perubahan kabel. Setelah tendon telah berlabuh dan tidak lebih menekankan
diperlukan, saluran-saluran yang berisi tendon sering diisi dengan grout di bawah
tekanan. Dengan cara ini, tendon terikat beton dan lebih efisien dalam
mengendalikan retak dan memberikan kekuatan batas. Tendon Berikat juga
cenderung menimbulkan korosi atau menyebabkan masalah keamanan jika tendon
yang kemudian hilang atau rusak. Dalam beberapa situasi, bagaimanapun,
khususnya di Amerika Utara dan Eropa, tendon tidak grout untuk alasan ekonomi
dan tetap secara permanen terikat. Sebagian besar beton pratekan situ adalah
pasca-dikencangkan. Jack hidrolik relatif ringan dan portabel membuat di lokasi
pasca-tensioning proposisi menarik. Post-tensioning juga digunakan untuk
konstruksi segmental besar-span girder jembatan.Prategang juga dapat dikenakan
pada anggota baru atau yang ada dengan menggunakan tendon eksternal atau
seperti
perangkat sebagai jack datar. Sistem ini berguna untuk operasi prategang
sementara tapi dapat dikenakan tinggi tergantung waktu kerugian.

M Nur di 2/17/2015 12:19:00 am


Share

Stream
shared this
via Google+



Home
View web version

Powered by Blogger.

About Me

M Nur
Follow

View my complete profile

Anda mungkin juga menyukai