PENDAHULUAN
1.3 Sejarah
3
Dalam analisis numeris metode iteratif lebih jamak daripada
metode langsung. Beberapa metode pada intinya adalah langsung, namun
biasanya diterapkan seolah-olah bukan, seperti GMRES dan metode
gradien sekawan. Untuk metode-metode ini jumlah langkah yang
diperlukan untuk mencapai solusi eksak sangat besar sehingga hampiran
dapat diterima seperti pada metode iteratif.
4
BAB II
ANALISA NUMERIK DAN PEMAKAIANNYA
Contoh :
Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil
9.999 cm dan 9 cm. Apabila panjang benar (eksak) adalah
10.000 cm dan 10 cm, hitung kesalahan absolut dan relatif.
Penyelesaian :
a. Kesalahan absolut,
- Jembatan :
Ee = 10.000 – 9.999 = 1 cm
6
b. Kesalahan relatif :
- Jembatan :
e = Ee/p x 100% = 1/10.000 x 100% =
0,01% - Pensil :
e = 1/10 x 100% = 10%
2. Perintah PRINT
Perintah PRINT digunakan untuk mencetak data, baik data numerik maupun
data teks ke layar monitor. Apabila data yang ingin ditampilkan di layar
7
monitor dianggap data TEKS, maka data tersebut harus diapit dengan tanda
kutip (“). Apabila data yang ingin ditampilkan di layar monitor adalah data
NUMERIK, maka data tersebut ditulis tanpa diapit tanda kutip.
Contoh :
(a) Menuliskan data numerik:
PRINT 1000
PRINT 3.14
PRINT 9*2
3. Perintah END
Perintah END digunakan untuk menghentikan pelaksanaan/eksekusi suatu
program.
Contoh:
CLS
PRINT “MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI
MALANG” END
CLS
INPUT “Siapa nama anda” ;
NAMA$ INPUT “Tahun berapa anda
8
lahir”; TAHUN
PRINT “HALO SENANG BERKENALAN DENGAN
ANDA”;NAMA$ PRINT “ANDA BERUSIA”; 2000 - TAHUN
END
RUN
Siapa nama anda ? NUGI
(Enter) Tahun berapa anda lahir
? 1980 (Enter)
HALO SENANG BERKENALAN DENGAN ANDA
NUGI ANDA BERUSIA 20
3. Operator aritmatika
Operator aritmatika didalam BASIC memiliki bentuk dan derajat
sebagai berikut,
Penulisan dalam
Jenis operator aritmatika BASIC Derajat
Tanda pangkat ^ Tertinggi
Tanda kali * Menengah
Tanda bagi /
Tanda penjumlahan + Rendah
Tanda pengurangan -
bukan 50 9/3+2^2
= 7 bukan 25
Untuk menghasilkan suatu persamaan yang kita inginkan dapat dilakukan dengan
memberikan kurung.
Contoh:
(50*4)/(2+2) =50
((9/3)+2)^2 = 25
9
C. Percabangan tak bersyarat (GOTO)
Komputer selalu melaksanakan program secara urut baris demi
baris Contoh:
CLS
PRINT “SAYA”
PRINT “NAIK”
10 PRINT
“KUDA” END
RUN
SAYA
NAIK
KUD
A
.Akan tetapi dengan perintah GOTO, anda bisa memaksa komputer untuk
meloncat ke nomor baris tertentu.
CLS
PRINT
“SAYA” GOTO
10 PRINT
“NAIK”
10 PRINT
“KUDA” END
RUN
SAYA
10
2. Percabangan bersyarat dengan IF ......... THEN
Format pernyataan IF ....... THEN adalah sebagai berikut:
IF [kondisi] THEN [perintah]
Pernyataan IF ...... THEN selalu memeriksa [kondisi] yang berada di belakang
perintah IF terlebih dahulu.
- Apabila [kondisi] tersebut bernilai BENAR, maka [perintah] yang berada di
belakang THEN akan dilaksanakan.
- Apabila [kondisi] tersebut bernilai SALAH, maka [perintah] yang berada di
belakang THEN akan tidak dilaksanakan dan lansung dilanjutkan ke baris
berikutnya.
Contoh:
CLS
INPUT “BERAPA USIA KAMU”;
UMUR IF UMUR >= 17 THEN GOTO 10
PRINT “KAMU MASIH KECIL, DILARANG
MENONTON” GOTO 20
ENDIF
10 PRINT “SELAMAT MENONTON”
20 END
RU
N
BERAPA USIA KAMU ?
17 SELAMAT
MENONTON Ok
11
dilanjutkan ke ke nomor baris berikutnya.
Contoh:
CLS
INPUT “BERAPA UMUR KAMU”;A
IF A >=17 THEN PRINT “SELAMAT MENONTON” ELSE
PRINT “KELUAARRR ...”
END
12
Simbol MULAI Kegunaan
Mulai atau berhenti
INPUT B
INPUT C Perhitungan atau proses
A
Masukan atau keluaran
A = B/C
PRINT
“TIDAK DIDEFINISIKAN”
A = B/C
“ PRINT A
13
Listing programnya berbentuk sebagai berikut:
CLS INPUT B
INPUT C
IF C = 0 THEN PRINT “TIDAK DIDEFINISIKAN” GOTO 10
END IF
A = B/C
PRINT A 10 END
FOR dan NEXT harus selalu berpasangan. Keduanya harus ada. Baris-baris
program yang berada diantara FOR dan NEXT akan diulang beberapa kali
tergantung nilai A, B, dan C.
- Jika nilai C positip, maka setiap kali proses pengulangan dilakukan, harga
counter akan dinaikkan sebesar C mulai dari harga awal A sampai harga akhir
B.
- Jika nilai C negatip, maka setiap kali proses pengulangan dilakukan, harga
counter akan diturunkan sebesar C mulai dari harga awal A sampai harga
akhir B.
- Jika C = 0 maka pengulangan proses tidak akan berhenti.
14
Contoh:
CLS
FOR I = 1 TO 10 STEP 1
PRINT “NILAI KE =”; I
NEXT I
END
Ada kalanya dalam pembuatan suatu program anda harus meletakkan
suatu LOOP di dalam LOOP lain. Pengulangan proses seperti ini disebut LOOP
BERGANDA (NESTED LOOP). Hal yang perlu diperhatikan disini adalah
variabel counter yang digunakan masing-masing FOR NEXT harus berbeda.
Contoh:
CLS
FOR A = 1 TO 2
FOR B = 1 TO 3
PRINT”LOOPING A KE =”;A;”LOOPING B KE =”;B loop loop
NEXT B dalam luar
NEXT A
END
G.
Variabel berindeks (DIM)
15
Contoh:
CLS
DIM A(14), A$(12), B(14)
FOR I = 0 TO 13
A(I) = I : B(I) = 5*I variabel array numerik
PRINT A(I) : PRINT B(I)
NEXT I
FOR Z = 1 TO 12
A$(Z) = “VERA” variabel array string
NEXT Z
PRINT
PRINT A$(11)
END
Variabel berindeks dapat dibuat menjadi dua indeks/dua dimensi dengan bentuk
format
DIM [variabel1(N,M)], [variabel2(J,K)], .............
Contoh:
16
2.4 Akar – Akar Persamaan
dengan rumus :
b b2 4ac
x12 =
2a
Untuk polinomial berderajat tiga atau empat, rumus-rumus yang ada
sangat kompleks dan bahkan jarang sekali digunakan. Sedang untuk persamaan-
persamaan dengan derajad yang lebih tinggi tidak ada rumus yang dapat
digunakan untuk menyelesaikannya. Bentuk persamaan tersebut misalnya adalah:
f(x) = x3 + x2 – 3x – 3 = 0
f(x) = x5 + 2x4 + 3x3 + 4x2 – 3x – 1
= 0 f(x) = ex – 3x = 0
f(x) = 3x + sinx – ex =
0 dan sebagainya.
Bentuk-bentuk persamaan seperti tersebut di atas sulit atau tidak mungkin
diselesaikan secara eksplisit.
Metode numerik memberikan cara-cara untuk menyelesaikan bentuk
persamaan tersebut secara perkiraan sampai diperoleh hasil yang mendekati
penyelesaian eksak.
Penyelesaian numerik dilakukan dengan perkiraan yang berurutan
(iterasi), sedemikian sehingga setiap hasil adalah lebih teliti dari perkiraan
sebelumnya. Dengan melakukan sejumlah prosedur iterasi yang dianggap cukup,
akhirnya didapat hasil perkiraan yang mendekati hasil eksak (hasil yang benar)
dengan toleransi kesalahan yang diikinkan.
Salah satu cara yang paling sederhana untuk mendapatkan penyelesaian perkiraan
adalah dengan menggambarkan fungsi tersebut dan kemudian dicari titik
potongannya dengan sumbu x yang menunjukkan akar dari persamaan tersebut
17
(gambar 4.1). tetapi cara ini hanya memberikan hasil yang sangat kasar, karena
sangat sulit untuk menetapkan nilai sampai beberapa digit di belakang koma
hanya dengan membaca gambar. metode lain untuk menyelesaikan persamaan
tersebut adalah dengan cara coba banding, yaitu dengan mencoba nilai x
sembarang kemudian dievaluasi apakah nilai f(x) = 0. Jika nilai x tidak sama
dengan nol kemudian dicoba nilai x yang lain. Prosedur ini diulang terus sampai
akhirnya didapat nilai f(x) = 0, untuk suatu nilai x tertentu, yang merupakan akar
dari persamaan yang diselesaikan.
f(x)
akar persamaan
𝑓(𝑥1 )−𝑓(𝑥0
𝑓1 (𝑥)=f(𝑥0 )+ (x-𝑥0 )
𝑥1 −𝑥0
18
Cara penulisan𝑓1 (x) menunjukkan bahwa ini adalah polinom interpolasi
orde pertama (interpolasi lanjar).Perhatikan bahwa disamping menyatakan
kemiringan garis yang menghubugkan titik-titik, bentuk [f(𝑥1 )-f(𝑥0 )]/(𝑥1 − 𝑥0 )
adalah hampiran (aproksimasi) beda hingga terbagi dari turunan
pertama.Umumnya semakin kecil selag diantara titik-titik data, semakin baik
hampirannya.
Algoritma Interpolasi
1) Tentukan dua titik P1 dan P2 dengan koordinatnya masing-masing (x0,y0)
dan (x1,y1)
2) Tentukan nilai x dari titik yang akan dicari
𝑓(𝑥1 )−𝑓(𝑥0
3) Hitung nilai y dengan :𝑓1 (𝑥) = f(𝑥0 ) + (x-𝑥0 )
𝑥1 −𝑥0
A. Interpolasi Kuadratik
Menentukan titik-titik antara3 buah titik dengan menggunakan pendekatan
fungsi kuadrat 3 titik yang diketahui: P1(x1,y1), P2(x2,y2) dan P3(x3,y3).
Interpolasi Polinomial
Adalah sebuah metode untuk menaksir (mengestimasi) nilai di antara titik- titik
data yang tepat. Persamaan polinomial adalah persamaan aljabar yang hanya
mengandung jumlah dari variabel x berpangkat bilangan bulat (integer). Bentuk
umum persamaan polinomial order n adalah:
f (x) = a0 + a1 x + a2 x2 + … + an xn
Prosedur seperti dijelaskan diatas dapat digunakan untuk membentuk polinomial
order ndari (n + 1) titik data. Bentuk umum polinomial order n adalah:
fn(x) = bo + b1(x – x0) + … + bn(x – x0)(x – x1) ... (x – xn1)
Seperti yang dilakukan interpolasi linier dan kuadrat, titik-titik data dapat
dilakukan dengan evaluasi koefisien b0, b1, ..., bn. Untuk polinomial order n,
diperlukan (n + 1) titik data x0, x1, x2, ..., xn. Dengan menggunakan titik-titik data
tersebut, maka persamaan berikut digunakan untuk mengevaluasi
koefisienb0, b1, ...,bn.
b0 = f (x0)
b1 = f [x1, x0]
b2 = f [x2, x1, x0]
bn = f [xn, xn – 1, ..., x2, x1, x0]
Dengan definisi fungsi berkurung ([….]) adalah pembagian beda hingga.
Misalnya, pembagian beda hingga pertama adalah:
f [xi, xj] =
Pembagian beda hingga kedua adalah:
f [xi, xj, xk] =
Pembagian beda hingga ke n adalah:
f [xn, xn – 1, ..., x2, x1, x0] =
Bentuk pembagian beda hingga tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi
koefisien-koefisien dalam persamaan (1.8) sampai persamaan (1.11) yang
kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (1.7) untuk mendapatkan
interpolasi polinomial order n.
20
fn(x) = f (x0) + f [x1, x0](x – x0) + f [x2, x1, x0](x – x0)(x – x1) + … +
f [xn, xn – 1, ..., x2, x1, x0](x – x0)(x – x1) … (x – xn – 1)
a. Cara kedua adalah dengan memasukkan Listing pada lembar kerja M-File,
seperti berikut.
21
b. Kemudian kita klik tombol Run Listing, sehingga pada command
windows akan muncul:
22
c. Setelah kita mengetahui nilai interpolasi pada x=23 menggunakan Matlab,
maka selanjutnya kita mencari nilai interpolasi pada x=23 dengan cara
perhitungan manual menggunakan metode interpolasi linear.
23
b. Kemudian kita klik tombol Run Listing, sehingga pada command
windows akan muncul:
c. Cara kedua adalah dengan memasukkan Listing pada lembar kerja M-File,
seperti berikut.
24
a. Kemudian kita klik tombol Run Listing, sehingga pada command
windows akan muncul:
25
a. Setelah kita mengetahui nilai interpolasi pada x=23 menggunakan Matlab,
maka selanjutnya kita mencari nilai interpolasi pada x=23 dengan cara
perhitungan manual menggunakan metode interpolasi linear.
26
C. Metoda Newton-Raphson
Metoda ini paling banyak digunakan dalam mencari akar-akar dari suatu
persamaan. Jika perkiraan awal dari akar adalah xi , suatu garis singgung dapat
dibuat dari titik (xi, f(xi)). Titik dimana garis singgung tersebut memotong sumbu
x biasanya memberikan perkiraan yang lebih dekat dari nilai akar.
f(xi)
Apakah f(xn+1)
kecil ? Selesai
x =x
n n+1
27
Contoh 2 :
Selesaikan soal pada contoh 1 dengan metode Newton Raphson.
Penyelesaian
Persamaan yang diselesaikan f(x)=x3 + x2 - 3x -
3=0
f (xi )
xi+1 = xi - f ' (xi )
Pada awal hitungan ditentukan nilai xi sembarang, misalnya x1 = 1, f(x1=1) =
(1)3 + (1)2 - 3(1) - 3 = -4
f'(x1=1) = 3(1) 2 + 2(1) - 3 = 2 x2 = 1 -
4
2 =3
Langkah berikutnya ditetapkan x2 = 3, f(x2 = 3) =
(3)3 + (3)2 - 3(3) - 3 = 24 f'(x1=3) = 3(3) 2 + 2(3) - 3
= 30
24
x3 = 3 - 30 = 2,2
Hitungan dilanjutkan dengan prosedur yang sama dan hasilnya diberikan dalam
tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil hitungan dengan metode Newton Raphson
Jumlah iterasi Xi Xi+1 f(xi) f(xi+1)
1 1,0 3,0 -4,0 24,0
2 3,0 2,2 24,0 5,888
3 2,2 1,83 5,888 0,987387
4 1,83 1,73778 0,987387 0,05442
5 1,7377 1,73207 0,05442 0,0001816
8
'METODE NEWTON-RAPHSON
10 CLS
PRINT "Metode Newton
Raphson" PRINT " "
PRINT "Nilai x1, x2, fx1 dan fx2 secara berurutan
adalah :" PRINT ""
x1 = 1
30 fx1 = x1 ^ 3 + x1 ^ 2 - 3 * x1 -
28
3 fxi1 = 3 * x1 ^ 2 + 2 * x1 - 3
x2 = x1 - (fx1 / fxi1)
fx2 = x2 ^ 3 + x2 ^ 2 - 3 * x2 - 3
IF ABS(fx2) > .00001 THEN
PRINT USING "####.#####"; x1; x2; fx1;
fx2 x1 = x2
GOTO 30
ELSE
PRINT " "
END IF
END
dengan:
Q = Debit saluran (m3/det)
n = koefisien kekasaran Manning berdasarkan jenis saluran
R = Jari-jari hidrolis = A/P (m)
A= luas penampang basah saluran (m2) = b.h
(untuk saluran berpenampang segiempat)
P= Keliling basah saluran (m) = b+ 2h
(untuk saluran berpenampang segiempat)
S = kemiringan dasar saluran
b (lebar saluran(m))
Data yang akan dicari adalah kedalaman air (h). Jika diketahui data-data suatu
perencanaan saluran drainase sebagai berikut: debit (Q) = 10 m 3/det, bentuk
penampang segiempat dengan lebar dasar saluran (b) = 1,0 m, saluran dibuat dari
pasangan batu (n=0,030) dan kemiringan dasar saluran (S) = 0,0010, carilah
kedalaman air (h) saluran tersebut.
Penyelesaian
A = b . h = 1,0 x h = h
P = b+ 2h = 1 + 2 x h = 1 + 2h R
29
= A/P = h/(1+2h)
Q = 1/n . R2/3 . S1/2 . A
10 = 1/0,03 . (h/(1+2h))2/3 . (0,001)1/2 . (h)
10x0,03 h2/3
(0,001)1/ 2 = (1 2h)2 / 3 x h
h5 / 3
9,487 = 2/3
9,487 1. Metode interpolasi linier dikenal juga dengan metode false
position. Metode ini mencari akar persamaan berdasarkan
h5/3 - interpolasi dua nilai dari fungsi yang mempunyai tanda
berlawanan. Bentuk persamaannya adalah:
f (xn1 )
x* = xn+1 - (xn1 xn )
linier f (x n1 ) f (x n )
2. Metoda Newton Raphson memberikan perkiraan awal dari akar
adalah xi , suatu garis singgung dapat dibuat dari titik (xi, f(xi)).
Titik dimana garis singgung tersebut memotong sumbu x
biasanya memberikan perkiraan yang lebih dekat dari nilai akar
dengan turunan pertama pada xi adalah ekivalen dengan
kemiringan. Bentuk persamaannya adalah:
f (xi )
xi+1 = xi - f ' (xi )
30
2.5 Sistem Persamaan Linier
Sistem persamaan di atas dapat linier atau tak linier. Penyelesaian sistem
persamaan tak linier adalah sulit. Untungnya, sebagian besar permasalahan yang
ada merupakan persamaan linier. Di dalam bab ini Anda akan mempelajari sistem
persamaan linier, yang mempunyai bentuk umum berikut ini
B.
a11x1 + a12x2 + ......... + a1nxn = b1 a21x1 +
a22xC.
2 + ......... + a2nxn = b2
dari x1, x2, .......... xn adalah bilangan tak diketahui. Sistem persamaan linier pada
a a .......a
11 12 1n
x 1
b 1
a a x
21 22 ......a2n 2 b
2
=
. .
. .
x b
a a
n1 n2 ......ann n n
(5-2)
31
atau
AX=B
dengan
A : matrik koefisien n x n
X : vektor kolom n x 1 dari bilangan tak diketahui
B : vektor kolom n x 1 dari konstanta
B. Metode Gauss-Jordan
Seandainya Anda mempunyai 4 sistem persamaan dengan 4 bilangan
tidak diketahui:
a11x1 + a12x2 + a13x3 + a14x4 = b1
a21x1 + a22x2 + a23x3 + a14x4 = b2 (5-3) a31x1 + a32x2 + a33x3 + a34x4 =
b3
a41x1 + a42x2 + a43x3 + a44x4 = b4
b
2 x1 1
= 2
b
b b 4ac x 2
b3
x
3
4
x
2a
(5-4)
b
4
Didalam metode Gauss-Jordan, dipilih secara berurutan setiap baris
sebagai baris pivot, dengan pivot adalah elemen pertama tidak nol dari baris
tersebut.
32
1. Pertama kali baris pertama dari persamaan (5-4) dibagi dengan elemen pivot,
yaitu a11, sehingga didapat
x =
b3
x
a a a a 3
34 4
x
31 32 33
b
a a a a 4
41 42 43 44
Penyelesaian suatu sistem n persamaan dengan n bilangan tak diketahui (anu)
banyak dijumpai dalam permasalahan teknik, seperti penyelesaian numeris
persamaan diferensial biasa dan diferensial parsiil, analisis struktur, analisis
jaringan dan sebagainya.
Di dalam penyelesaian sistem persamaan akan dicari nilai x1, x2, .......
,xn yang memenuhi sistem persamaan berikut,
f1(x1,x2, .............xn)
= 0 f2(x1,x2,
.............xn) = 0
fn(x1,x2, .............xn) = 0
Sistem persamaan di atas dapat linier atau tak linier. Penyelesaian sistem
persamaan tak linier adalah sulit. Untungnya, sebagian besar permasalahan yang
ada merupakan persamaan linier. Di dalam bab ini Anda akan mempelajari sistem
persamaan linier, yang mempunyai bentuk umum berikut ini
a11x1 + a12x2 + ......... +
a1nxn = b1 a21x1 + a22x2 +
......... + a2nxn = b2
33
dengan a adalah koefisien konstan, b adalah konstan, n adalah jumlah persamaan
dari x1, x2, .......... xn adalah bilangan tak diketahui. Sistem persamaan linier pada
a a .......a
11 12 1n
x 1
b 1
a a x
21 22 ......a2n 2 b
2
=
. .
. .
x b
a a
n1 n2 ......ann n n
atau
AX=B
dengan
A : matrik koefisien n x n
X : vektor kolom n x 1 dari bilangan tak diketahui
B : vektor kolom n x 1 dari konstanta
B. Metode Gauss-Jordan
Seandainya Anda mempunyai 4 sistem persamaan dengan 4 bilangan
tidak diketahui:
a11x1 + a12x2 + a13x3 + a14x4 = b1
a21x1 + a22x2 + a23x3 + a14x4 = b2 (5-3) a31x1 + a32x2 + a33x3 + a34x4 =
b3
a41x1 + a42x2 + a43x3 + a44x4 = b4
34
b
2 x1 1
= 2
b
b b 4ac x 2
b3
x
3
4
x
2a
b
4
(5-4)
Didalam metode Gauss-Jordan, dipilih secara berurutan setiap baris
sebagai baris pivot, dengan pivot adalah elemen pertama tidak nol dari baris
tersebut.
2. Pertama kali baris pertama dari persamaan (5-4) dibagi dengan elemen pivot,
yaitu a11, sehingga didapat
x =
b3
x
a a a a 3
34 4
x
31 32
33
b
a a a a 4
41 42 43 44
Elemen pertama dari semua baris lainnya dihilangkan dengan cara:
a. Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan kedua (a21) dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan kedua.
b. Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan ketiga (a31) dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan ketiga.
Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan keempat (a41) dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan keempat
35
2. kemudian ditetapkan baris kedua sebagai baris pivot dan a'22 sebagai elemen
pivot. Prosedur di atas diulangi lagi untuk baris kedua.
Baris kedua dari persamaan di atas dibagi dengan elemen pivot yaitu a'22
sehingga didapat:
b'3
0 32 33 34 4
b'
4
0 a' a' a'
42 43 44
Elemen kedua dari semua baris lainnya dihilangkan dengan cara:
a. Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan pertama (a'12) dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan pertama.
b. Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan ketiga (a'32) dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan ketiga.
c. Persamaan kedua dikalikan elemen kedua dari persamaan keempat (a'42)
dan
kemudian dikurangkan terhadap persamaan
keempat. Operasi ini menghasilkan sistem persamaan
berikut:
36
1 0 a''13 a''14
b''1
x
a'' b''
0 1 a''23 24
2
1
x
=
2
b''3
x
x3
0 0 a''33 a''34 4
b''4
0 0 a'' a''
43 44
(5-6)
37
3. Untuk langkah selanjutnya ditetapkan baris ketiga sebagai pivot. setelah itu
1 0 0 0 iv1
0 1 00 x1
b
iv
2
x
b 2
=
0 0 1 0
x3
x4 biv 3
000
iv
1 b
4
(5-7)
Dari sistem persamaan (5-7) dapat dihitung nilai x1, x2, x3 dan x4
x1 = b1iv
x2 = b2iv
x3 = b3iv
x4 = b4iv
Contoh 1:
3x + y - z = 5
4x + 7y - 3z = 20 (1)
2x - 2y +5z = 10
Penyelesaian:
Sistem persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matrik berikut:
Sistem persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matrik berikut:
3 1 1 x 5
7
4 3 y 20
=
2 2
5
z
10
(2)
Baris pertama dari persamaan (2) dibagi dengan elemen pivot, yaitu 3 sehingga
persamaan menjadi:
1 0,3333 0,3333 x 1,6666
7 3
4
=
y 20
2
2 5
z 10
Persamaan pertama dikalikan elemen pertama dari persamaan kedua, yaitu 4, dan
kemudian dikurangan terhadap persamaan kedua. Dengan cara yang sama untuk
persamaan ketiga, sehingga didapat:
38
1 0,3333 0,3333 x 1,6666
0 5,6668 1,6668 y 13,3336
=
0
2,6666 5,6666
z 6,6668
Baris kedua dari persamaan di atas dibagi dengan elemen pivot, yaitu 5,6668,
sehingga sistem persamaan menjadi:
1 0,3333 0,3333 x 1,6666
1
0 0,2941
=
y 2,3529
0
2,6666 5,6666 z 6,6668
Persamaan kedua dikalikan dengan elemen kedua dari persamaan pertama
(0,3333) dan kemudian dikurangkan terhadap persamaan pertama. Kemudian
dengan cara yang sama untuk persamaan ketiga, sehingga didapat:
1 0 0,2353 x 0,8824
1 0,2941
0
y
= 2,3529
0 0 4,8824
z 12,9410
Persamaan ketiga dibagi dengan elemen pivot yaitu 4,8824 sehingga persamaan
menjadi:
1 0 0,2353 x 0,8824
1 2,3529
0 0,2941
y
=
0
0 1
2,6505
z
Persamaan ketiga dikalikan elemen ketiga dari persamaan pertama dan kemudian
dikurangkan terhadap persamaan pertama. Kemudian dengan cara yang sama
untuk persamaan kedua, sehingga didapat:
1 0 0 x 1,5061
1 0
0
y
=
3,1324
0 0 1 2,6505
z
Dari sistem persamaan di atas, didapat nilai x, y dan
z x = 1,5061 y = 3,1324 z = 2,6505
39
NEXT I
FOR LANG = 1 TO N
PRINT "LANGKAH PERHITUNGAN KE = ",
LANG FOR PIV = 1 TO (N + 1)
C(LANG, PIV) = A(LANG, PIV) / A(LANG, LANG)
NEXT PIV
FOR K = 0 TO (N - 1)
L = K + 1
IF L = LANG THEN GOTO 10
FOR NORM = 1 TO (N + 1)
D(L, NORM) = C(LANG, NORM) * A(L,
LANG) C(L, NORM) = A(L, NORM) - D(L,
NORM) NEXT NORM
10 NEXT K
FOR ROW = 1 TO N
FOR COL = 1 TO (N + 1)
A(ROW, COL) = C(ROW, COL)
PRINT USING "######.#####"; A(ROW, COL);
NEXT COL
PRINT
NEXT ROW
PRINT
NEXT LANG
PRINT "HASIL PERHITUNGAN : "
FOR I = 1 TO N
X(I) = A(I, N + 1)
PRINT "NILAI VARIABEL X("; I; ") = ", X(I)
NEXT I
END
C. Matriks Inverse
Telah dijelaskan di atas bahwa apabila matriks A adalah bujur sangkar,
maka terdapat matriks lain yaitu A-1, yang disebut matriks inverse dari A,
sedemikian hingga:
A A-1 = A-1 A = I
dengan I adalah matrik identitas.
Selain itu juga telah ditunjukkan bahwa matriks inverse dapat digunakan untuk
menyelesaikan sistem persamaan yang berbentuk:
AX=C (5-8)
atau
X = A-1 C (5-9)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa X dapat dihitung dengan
mengalikan matriks inverse dari koefisien matriks A dengan ruas kanan dari
persamaan (5-9), yaitu C.
Matriks inverse dapat diari dengan menggunakan metode Gauss-Jordan.
matriks identitas, maka sisi kanan dari matriks yang ditingkatkan adalah matriks
2. Baris kedua ditetapkan sebagai baris pivot, kemudian baris tersebut dibagi
dengan elemen pivot, yaitu 3/2.
1 1/ 2 1/ 2! 1/ 2 0 0
A= 0 1 1/ 3! 1/ 3 2 / 3 0
0 1/ 2 3 / 2! 1/ 2 0 1
Kemudian baris kedua dikalikan dengan 1/2 dan hasilnya digunakan untuk
mengurangi persamaan pertama dan ketiga,
1 0 1/ 3! 2/3 1/ 3 0
A= 0 1 1/ 3! 1/ 3 2 / 3 0
0 0 4 / 3! 1/ 3 1/ 3 1
3. Persamaan ketiga ditetapkan sebagai baris pivot dan kemudian baris tersebut
dibagi dengan elemen ivot, yaitu 4/3.
1 0 1/ 3! 2/3 1/ 3 0
A= 0 1 1/ 3! 1/ 3 2/3 0
0 0 1! 1/ 4 1/ 4 3 / 4
41
Baris pertama dan kedua dikurangi dengan baris ketiga yang dikalikan dengan
1/3.
1 0 1/ 3! 3 / 4 1/ 4 1/ 4
A= 0 1 1/ 3! 1/ 4 3 / 4 1/ 4
0 0 1 ! 1/ 4 1/ 4 3 / 4
Dengan demikian didapat matriks inversenya adalah:
42
I
FOR LANG = 1 TO N
PRINT "LANGKAH PERHITUNGAN KE = ";
LANG FOR PIV = 1 TO (2 * N)
C(LANG, PIV) = A(LANG, PIV) / A(LANG,
LANG) NEXT PIV
FOR K = 0 TO (N -
1) L = K + 1
IF L = LANG THEN GOTO 10
FOR NORM = 1 TO (2 * N)
D(L, NORM) = C(LANG, NORM) * A(L, LANG)
C(L, NORM) = A(L, NORM) - D(L, NORM)
NEXT NORM
10 NEXT K
FOR ROW = 1 TO N
FOR COL = 1 TO (2 * N)
A(ROW, COL) = C(ROW, COL)
PRINT USING "######.#####"; A(ROW,
COL); NEXT COL
PRINT
NEXT ROW
PRINT
NEXT
LANG
43
vertikal pada tiap simpul disamadengankan ke nol)
0,7071 0 0 -1 -0,8660 0 0 0 0 0
50
F1 F2 F5 F7 F9
F1 F2 F5 F7 F9
44
Analisis Regresi
Didalam praktek, sering dijumpai data diberikan dalam nilai diskret atau
tabel. Ada dua hal yang diharapkan dari data diskret tersebut, yaitu;
1. mencari bentuk kurva yang dapat mewakili data diskret tersebut
2. mengestimasi nilai data pada titik-titik diantara nilai-nilai yang
diketahui Kedua aplikasi tersebut di atas dikenal dengan curve fitting.
Ada dua metode pendekatan di dalam curve fitting yang didasarkan pada jumlah
kesalahan yang terjadi pada data.
kesalahan cukup besar. Untuk itu dibuat kurva tunggal yang mempresentasikan
trend secara umum dari data. Karena beberapa data mungkin kurang benar, maka
kurva tidak dipaksakan untuk melalui setiap titik. Kurva dibuat mengikuti pola
dari sekelompok titik data. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.1. yang
berupa contoh hasil pengukuran, dua titik data A dan B kemungkinan mempunyai
kesalahan yang sangat besar, karena tidak mengikuti ola penyebaran titik-titik
lainnya. Curve fitting dengan menggunakan data A dan B akan menghasilkan
nilai yang juga mempunyai kesalahan.
53
45
f(x) .
.A
. .B
. .
. .
. .
X
Interpolasi
Apabila data diketahui sangat benar maka pendekatan yang dilakukan
adalah membuat kurva atau sejumlah kurva yang melalui setiap titik.
Gambar 6.1. menunjukkan sket kurva yang dibuat dari data yang sama
dengan cara regresi kuadrat terkecil (gambar 6.1.a.) dan interpolasi (gambar 6.2.b
dan c). Kurva pada gambar 6.2.a. tidak melalui semua titik pengukuran, tetapi
hanya mengikuti trend dari data menurut garis lurus. Gambar 6.2.b. menggunakan
segmen garis lurus atau interpolasi linier untuk menghubungkan titik-titik data.
Sedangkan gambar 6.2.c. menggunakan kurva untuk menghubungkan titik-titik
data.
f(x) .
.
54
46
.
. x
(a)
f(x) f(x)
. . . .
. . . .
x x
(b) (c)
Gambar 6.2.
persamaannya adalah:
g(x) = a + b.x (6-1)
1
a = 1 yi - xi.b (6-2)
n n
n xy x
i y
i i i
47
Contoh:
Tentukan persamaan garis yang mewakili data berikut:
x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
y 4 6 8 10 14 16 20 22 24 28
Penyelesaian
No xi yi xi . yi xi2
1 4 30 120 16
2 6 18 108 36
3 8 22 176 64
4 10 28 280 100
5 14 14 196 196
6 16 22 352 256
7 20 16 320 400
8 22 8 176 484
9 24 20 480 576
10 28 8 224 784
152 186 2432 2912
30 y
20
10
x
0 10 20 30
Gambar 6.3. Ploting titik-titik data pada sistem koordinat
48
=15,2 n 10
y 186
y= = 18,6
n =18,6 n 10
Persamaan garis yang mewakili titik-titik data adalah: y = a =
b.x
dengan
n xy x
i y
i i i 10x2432 152x186 3952
49
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
50
DAFTAR PUSTAKA
51