numerik. Persoalan rekayasa dalam prakteknya tidak selalu membutuhkan solusi dalam bentuk
fungsi matematika menerus (continuous). Rekayasawan seringkali menginginkan solusi dalam
bentuk numerik, misalnya persoalan integral tentu dan persamaan diferensial. Bagi
rekayasawan, solusi persamaan diferensial yang berbentuk fungsi menerus ini tidak terlalu
penting (bahkan beberapa persamaan diferensial tidak dapat dicari solusi khususnya karena
memang tidak ada teknik yang baku untuk menyelesaikannya). Dalam praktek di lapangan,
seringkali para rekayasawan hanya ingin mengetahui berapa suhu bola logam setelah t tertentu
misalnya setelah 30 menit tanpa perlu mencari solusi khususnya dalam bentuk fungsi terlebih
Harjanto Sutedjo
Hal
Harjanto Sutedjo
Hal
Harjanto Sutedjo
Hal
(P.2.12)
Contoh 2.4
Misalkan nilai sejati = 10/3 dan nilai hampiran = 3.333. Hitunglah galat, galat mutlak, galat
relatif, dan galat relatif hampiran.
Penyelesaian:
galat = 10/3 3.333 = 10/3 3333/1000 = 1/3000 = 0.000333
galat mutlak = | 0.000333| = 0.000333
galat relatif = (1/3000)/(10/3) = 1/1000 = 0.0001
galat relatif hampiran = (1/3000)/3.333 = 1/9999
Galat relatif hampiran yang dihitung dengan persamaan (P.2.12) masih
mengandung kelemahan sebab nilai tetap membutuhkan pengetahuan nilai a (dalam praktek
kita jarang sekali mengetahui nilai sejati a). Oleh karena itu, perhitungan galat relatif
hampiran menggunakan pendekatan lain. Pada perhitungan numerik yang menggunakan
pendekatan lelaran (iteration), RA dihitung dengan cara
yang dalam hal ini ar+1 adalah nila i hampiran lelaran sekarang dan ar adalah nilai hampiran
lelaran sebelumnya. Proses lelaran dihentikan bila
Harjanto Sutedjo
Hal
Harjanto Sutedjo
Hal
Perhatikanlah bahwa angka 0 bisa menjadi angka bena atau bukan. Pada contoh 0.001360, tiga
buah angka nol pertama tidak berarti, sedangkan 0 yang terakhir angka berarti karena
pengukuran dilakukan sampai ketelitian 4 digit. Jumlah angka bena akan terlihat dengan pasti
bila bilangan riil itu ditulis dalam penulisan ilmiah (scientific notation), misalnya tetapan
dalam kimia dan fisika atau ukuran jarak dalam astronomi. Jumlah angka bena terletak pada
jumlah digit mantis-nya (tentang mantis ini akan dibahas belakangan):
Harjanto Sutedjo
Hal
Komputer hanya menyimpan sejumlah tertentu angka bena. Bilangan riil yang jumlah angka
benanya melebihi jumlah angka bena komputer akan disimpan dalam sejumlah angka bena
komputer itu. Pengabaian angka bena sisanya itulah yang menimbulkan galat pembulatan
Bilangan Titik-Kambang
Untuk memahami galat pembulatan lebih rinci, kita perlu mengerti cara penyimpanan
bilangan riil di dalam komputer. Format bilangan riil di dalam komputer berbeda-beda
bergantung pada piranti keras dan compiler bahasa pemrogramannya. Bilangan riil di dalam
komputer umumnya disajikan dalam format bilangan titik-kambang. Bilangan titik -kambang
a ditulis sebagai
a = m B p = 0.d1d2d3d4d5d6 ...dn Bp (P.2.17)
yang dalam hal ini, m = mantisa (riil), d1d2d3d4d5d6 ...dn adalah digit atau bit mantisa yang
nilainya dari 0 sampai B 1, n adalah panjang digit (bit) mantisa. B = basis sistem bilangan
yang dipakai (2, 8, 10, 16, dan sebagainya) p = pangkat (berupa bilangan bulat), nilainya dari
Pmin sampai +Pmaks
32 Metode Numerik
Sebagai contoh, bilangan riil 245.7654 dinyatakan sebagai 0.2457654 103 dalam format
bilangan titik kambang dengan basis 10. Cara penyajian seperti itu serupa dengan cara
penulisan ilmiah. Penulisan ilmiah termasuk ke dalam system bilangan titik-kambang. Sistem
bilangan yang kita gunakan setiap hari menggunakan basis sepuluh (disebut juga sistem
desimal), B = 10. Umumnya komputer menggunakan system biner (B = 2), tapi beberapa
komputer menggunakan basis 8 dan 16. Untuk memudahkan pemahaman juga karena kita
Harjanto Sutedjo
Hal
Harjanto Sutedjo
Hal
Arti Kesalahan
Kesalahan pengukuran ialah ketidaksesuaian antara nilai hasil pengukuran
dengan nilai sebenarnya
1. KETEPATAN ( AKURASI )
Ketepatan adalah kesesuaian / kedekatan antara hasil pengukuran ( rata-rata) dengan nilai
yang sebenarnya/seharusnya.
Semakin dekat harga hasil pengukuran ( rata-rata ) dengan harga sebenarnya, ( semakin
kecil kesalahan ), semakin akurat (tepat) metode / proses pengukuran yang digunakan, dan
sebaliknya.
Harjanto Sutedjo
Hal
Misal :
- Kadar cuka ( As. Asetat ) perdagangan adalah 25 % ( menurut etiket) ( dianggap
sebenarnya )
- Hasil pengukuran ( rata-rata ) = 23 %
- Maka : Kesalahan absolutnya = (25 - 23)% = 2 %
Kesalahan relatif = (25 23 ) / 25 = 8 %
Kesalahan Absolut dan Kesalahan Relatif
Kesalahan absolut (E)
sebenarnya
Kesalahan relatif (E rel) : Selisih antara hasil analisis (x) dengan harga sebenarnya()
dibandingkan dengan harga sebenarnya
Contoh:
Zat A yang beratnya 32,60 ditimbang dengan timbangan N beratnya 32,91 gram
Kesalahan absolutnya :
Kesalahan Relatifnya :
Harjanto Sutedjo
Hal
X (mg)
5,0
(xx)
- 0,2
Harjanto Sutedjo
( x x )2
0,04
Hal
0,1
0,5
0,4
0
0,01
0,25
0,16
0
0,46
Parameter yang biasa digunakan untuk menentukan ketelitian dinyatakan dengan harga
koevisien variasi (KV) ( selain setandar deviasi = simpangan baku )
S = simpangan baku
X = nilai masing-masing pengamatan
N= banyaknya pengamatan
Harjanto Sutedjo
Hal
x
x
xx
harga sebenarnya
xX
x
x
xxx
(1)
AKURASI : JELEK
PRESISI
Harjanto Sutedjo
: JELEK
: BAIK
Hal
xxx
xX x
X
x
x x
x
x
x
(3)
AKURASI : BAIK
PRESISI
: JELEK
: BAIK
Soal latihan
1.
1.
Suatu zat Z yang kadar sebenarnya 17,50 % ditentukan dengan dua metode A dan
B. sampel yang sama dianalisis lima kali.
Harjanto Sutedjo
Hal
3, TEORI KESALAHAN
Jenis Kesalahan
MetM
I.Kesalahan tertetapkan
Harjanto Sutedjo
Hal
I. Kesalahan Tertetapkan
-Dapat dihindari
-Besarnya dapat ditetapkan
-Kesalahan yang berulang-ulang ( satu arah ) : selalu lebih kecil / besar
atau
selama penimbangan
- Pengugnaan reagen yang mengandung zat-zat pengotor
- Ketidakmampuan fisik untuk melakukan pengamatan tertentu dengan tepat
misalnya tidak
dapat melihat dengan jelas perubahan warna pada titik akhir titrasi (t.a.t)
melewati TAT
Harjanto Sutedjo
Hal
3. Kesalahan Metode
-Pengambilan sampel tidak benar
-Reaksi tidak sempurna
-Pada gravimetri:
- keterlarutan endapan
- Pengotor endapan (kopresipitasi, post presipitasi)
- Penguraian endapan waktu dipijar
-Pada Volumetri
- reaksi tidak sempurna
- reaksi samping (dari zat yang ditetapkan )
- adanya zat asing yang ikut bereaksi
- perbedaan TAT dan titik ekivalen (pemilihan indikator yang kurang tepat)
lTerjadi , walaupun analis sudah bekerja dengan prosedur yang benar dan sangat
Ditimbulkan oleh sebab-sebab yang takt erkendalikan oleh analis, umumnya susah
difahami
tidak dapat dianalisis
l
Cara Memperkecil Kesalahan
Harjanto Sutedjo
Hal
Tujuan:
- mengetahui adanya pengotor (dalam reagen/wadah)
- koreksi larutan standar untuk mencapai titik akhir titrasi
Contoh:
a. analisis kadar besi:
- dengan gravimetri Fe2O3 dipijar ditimbang
- titrimetri Fe2O3 diubah dulu menjadi FeO ( Fe2+ ) larutan dititrasi
dengan
K2Cr2O7 atau Ce(SO4)2
b. PK HCl
- H+ titrasi asam basa
- Cl- gravimetri sebagai AgCl
Metode dinggap benar jika hasil pengukuran perbedaannya kecil ( tidakberbeda secara
bermakna )
Harjanto Sutedjo
Hal
Harjanto Sutedjo
Hal
Harjanto Sutedjo
Hal