Anda di halaman 1dari 95

Periodontic

Journal, Vol 1.
No.1 July-Dec
2009; 15-19
17
sistemik dengan
pemberian per oral
dosis 250mg
3x1sehari selama 7
hari mengikuti
perawatan
scaling
dan
root planing
. Evaluasi pada
minggu ke-15
sampaiminggu ke-30
menunjukkan
penurunan
kedalaman poket
yang berbeda
bermakna
dibandingkan
kondisisebelum
perawatan.Loesche
et al.
6
juga melaporkan
hasil penelitiannya
tentang tingkat
keperluan
terhadap perawatan
bedah pada pasien
dengan
adult periodontitis
. Semua pasien
diberi
metronidazole
per oral 250mg 3x1
sehari selama 7 hari.
Kemudiandilakukan
evaluasi dalam
selang waktu setiap 3
bulanselama 2 tahun.
Setiap evaluasi
dilakukan
scaling
dan
root planing
disertai pemberian
metronidazole
250mg 3x1 sehari
selama 7 hari. Hasil
yang didapatadalah
rata-rata 5 (lima) gigi
setiap pasien tidak
lagimemerlukan
perawatan bedah.
Pemeriksaanmikrobi
ologi ditemukan
sedikit bakteri,
antara laingolongan
spirochaeta
.Efek samping
metronidazole
terutama padasaluran
pencernaan.
Disamping itu
pernah
puladilaporkan
adanya keluhan
pusing, kulit
kemerahanserta
depresi pada
penggunaan
metronidazole
secarasistemik. Urin
berwarna merah
kecoklatan
pernah pula
dilaporkan pada
penggunaan
metronidazole
jangka panjang .
2
Tetrasiklin
Tetrasiklin populer
pada tahun 1970an
sebagaiantibiotika
spektrum luas
dengan toksisitas
rendah.Tetrasiklin
menghambat
multiplikasi sel
dengan
caramenghambat
sintesa protein tetapi
tidak membunuhnya,
oleh karena itu
tetrasiklin
disebutsebagai
antibiotika
bakteriostatik.
Tetrasiklinmerupaka
n antibiotika yang
telah lama
digunakan,generasi
baru dari golongan
ini antara lain
adalahminosiklin,
doksisiklin dan
demeklosiklin.
3
Tetrasiklin mampu
menghambat kerja
enzimkolagenase
yang dihasilkan oleh
bakteri, oleh
karenaitu tetrasiklin
disebut sebagai
antibiotika
yang bersifat anti
kolagenolitik. Sifat
ini
menguntungkan jarin
gan periodontal
karena menghambat
kerusakanyang
terjadi pada penyakit
periodontal.
9
Tetrasiklin efektif
terhadap bakteri
actinobacillus
actinomycetemcomita
ns
yang
banyak ditemukan
pada kasus
juvenile periodontitis
.Tetrasiklin tidak
efektif terhadap
subspesies bakteri
capnocytophaga
dan
eikenella corrodens,
walaupunkedua
macam bakteri
tersebut banyak pula
ditemukandalam
poket periodontal.
13
Olsvik
14
mengemukakan
bahwa
scaling
dan
root planing
saja tidak cukup
untuk
menghilangkan bakte
ri
actinobacillus
actinomycetemcomita
ns
padakasus
localized juvenile
periodontitis.
Untuk itu
perlu pemberian
tetrasiklin sistemik
yang diberikan
per oral dengan dosis
250mg 4x sehari
selama 2-3minggu.
Gordon
and
Walker (1993)
menyatakan bahwa
pemberian tetrasiklin
dalam jangka
waktuyang lama
diperlukan untuk
menekan
pertumbuhan bakteri
dalam poket.Scopp
(1994) melaporkan
hasil studi
kasusterhadap
penderita laki-laki
usia 30 tahun dengan
localized juvenile
periodontitis
yang
dirawatmenggunaka
n tetrasiklin 250mg
4x1 sehariselama 2
minggu, kemudian
setelahnya
diikutidosis tunggal
250mg selama 1
tahun.
Evaluasiselama 1
tahun didapatkan
hasil tidak
ada pembengkakan
yang sebelumnya
bersifatkambuhan
setiap 1 bulan sekali.
Pemeriksaan jaringa
n rongga mulut tidak
ada kelainan,
kecualikaries tahap
awal pada beberapa
gigi. Secaraumum
gingiva normal, 90%
permukaan
gigi bebas plak, tidak
ada kegoyangan.
Rata-ratakedalaman
poket 1-3 mm,
kecuali pada
molar pertama atas
dan bawah + 8 mm,
hal ini
didugamerupakan
ciri khas
LJP
.Tetrasiklin yang
diberikan secara
sistemik dapat terikat
pada permukaan akar
dan
dilepaskansedikit
demi sedikit dalam
bentuk aktif
selama jangka waktu
tertentu.
11
Efek samping
yangditimbulkan
dengan pemberian
tetrasiklin
secarasistemik
adalah
staining
pada gigi dan
hipoplasienamel.
9
Klindamisin
Klindamisin
merupakan derivat
linkomisin,termasuk
antibiotika
bakteriostatik
denganaktifitas kerja
menghambat sintesa
protein bakteri.
Klindamisin
mempunyai
aktifitas penetrasi
yang baik ke
jaringan lunak dan
keras.Klindamisin
efektif terhadap
bakteri
stricanaerob
yang memproduksi
enzim
β
-laktamase,antara
lain
pigmented
dan
non-
pigmented prevotella
.
3,15
Menurut Goodman
and Gillman’s,
2
klindamisin
berpotensi
meningkatkan daya
tahantubuh serta
menghambat
transmisineuromusk
uler, sehingga dapat
membantumenguran
gi rasa sakit. Efek
samping
klindamisinantara
lain: mual, pusing,
diare, serta yang
perludiwaspadai
adalah timbulnya
colitis pseudomembra
n
.Pada umumnya
klindamisin secara
sistemik digunakan
pada perawatan
penyakit
periodontalkhususny
a
refractory adult
periodontitis.
MenurutKuriyama
et al.
,
15
klindamisin
digunakan
pada perawatan
penyakit periodontal
yang
bersifatkambuhan,
terutama bila
perawatan
secaramekanis
maupun perawatan
dengan
antibiotikayang lain
(penisilin dan
tetrasiklin)
tidak menunjukkan
keberhasilan.Mombe
lli
and
Winkelhoff
9
menyebutkan bahwa
supurasi, kedalaman
poket,
kehilangan perlekata
n jaringan
periodontal serta
bleeding on probing
dapat berkurang
secara signifikan
pada pasien-pasien
yang dirawat
kombinasi
antara perawatan
mekanis dengan
klindamisin 150mg
3xsehari selama 7
(tujuh) hari. Rata-
rata
aktifitas penyakit
setiap sisi setiap
pasien menurun
dari10% menjadi
0,5% setelah 1 tahun
evaluasi.
Periodontic
Journal, Vol 1.
No.1 July-Dec
2009; 15-19
18
Mombelli and
Winkelhoff
9
melaporkan
hasil penelitiannya
tentang efektifitas
klindamisin
terhadap bakteri
dalam poket.
Evaluasi setelah 1
minggu pemberian
klindamisin 150mg
3x sehari selama
5(lima) hari efektif
mengurangi jumlah
bakteri
porphyromonas
gingivalis,
fusobacterium
nucleatum
dan golongan
spirochaeta
, serta dapat
mengurangiskor
gingival index
secara signifikan
tanpa
dilakukan perawatan
mekanis.
PEMBAHASAN
Konsep pemberian
antibiotika secara
sistemik dalam
perawatan penyakit
periodontal dilandasi
teori bahwa
konsentrasi obat
antibiotika pada
poket periodontal
mampu membunuh
bakteri spesifik
yangdianggap
sebagai
penyebabnya.
Pertimbangan
lainadalah bahwa
perawatan mekanis
saja tidak
cukupuntuk
menghilangkan
bakteri yang berada
pada dasar poket,
epitel gingiva dan
sementum.
16
Perawatan penyakit
periodontal
dengan pemberian
antibiotika secara
sistemik
juga berdasarkan tipe
dan keparahan
penyakit
periodontal.Hal ini
berhubungan dengan
macam dan
jumlahmikroorganis
me penyebab infeksi.
Mikroorganismeyan
g sering ditemukan
dalam poket
periodontaldalam
jumlah yang cukup
banyak adalah:
porphyromonas
gingivalis, prevotella
intermedia,actinobaci
llus
actinomycetemcomita
ns, fusobacterium
nucleatum dan
eikenella corrodens
.
4
Bakteri-bakteri
tersebut
mendominasi
penyakit periodontal
tertentu. Misalnya
actinobacillusactinom
ycetemcomitans
mendominasi pada
penyakit periodontal
tipe
adult periodontitis
.
15
Berbagai data
penelitian
menyebutkan
bahwatetrasiklin
merupakan
drug of choice
pada
adult periodontitis
yang banyak
didominasi oleh
bakteri
actinobacillus
actinomycetemcomita
ns
.
4
Efek bakteriostatik
tetrasiklin dapat
ditingkatkan
menjadi bakterisid
dengan
meningkatkan dosis.
Oleh karenaitu
konsentrasi tinggi
tetrasiklin dapat
merusak membran
sitoplasma bakteri
sehingga
bakterimengalami
kematian.
3
Pemberian
tetrasiklin secara
sistemik
efektif untuk
membunuh bakteri
dalam poket. Seperti
yangdisebutkan oleh
Walker
17
tetrasiklin yang
diberikansecara
sistemik mempunyai
kadar pada
GCF
2-4 kalilebih tinggi
dibandingkan dengan
konsentrasi
dalamdarah. Hal ini
berarti bahwa
tetrasiklin
yangdiberikan secara
sistemikmampu
untuk
membunuh bakteri
dalam
poket.Keuntungan
inilah yang membuat
tetrasiklinsampai
sekarang masih
banyak digunakan
dalam perawatan
penyakit periodontal,
walaupun
efek samping yang
ditimbulkan juga
tidak
bolehdikesampingka
n. Mombelli
and
Winkelhoff
9
meyebutkan bahwa
efek samping
tetrasiklin
dapat berupa
staining
pada gigi dan
hipoplasi
enamel.Disamping
tetrasiklin,
antibiotika lain
yangdiakui sebagai
drug of choice
untuk
penyakit periodontal
adalah
metronidazole
.
Metronidazole
banyak digunakan
dalam perawatan
penyakit periodontal
terutama yang
didominasi
oleh bakteri anaerob
gram negatif bentuk
batang.Bakteri
tersebut adalah
bacteroides spp
dan
fusobacterium spp
yang banyak
ditemukan pada
adult periodontitis
.
4
Kombinasi
metronidazole
dan
amoksisilin(Augmen
tin) efektif
membunuh bakteri
actinobacillus
actinomycetemcomita
ns
, sehingga banyak
peneliti melaporkan
metronidazole
efektif digunakan
dalam perawatan
adult periodontitis
dan
juvenile periodontitis
.
6,11
Efek samping
metronidazole
yang diberikansecara
sistemik antara lain:
gangguan
padasaluran cerna,
pusing,
urtikaria
, mulut terasakering
dan kandidiasis.
3
Meskipun
amoksisilin,
tetrasiklin dan
metronidazole
diyakini oleh
beberapa
penelitiefektif
terhadap bakteri
penyebab
periodontitis,tetapi
kenyataan secara
klinis perawatan
dengan pemberian
antibiotika tersebut
belum
tentumemberikan
hasil yang
memuaskan
walaupuntelah
dikombinasikan
dengan perawatan
mekanis.Ini sesuai
dengan yang
disebutkan oleh
Kuriyama
et al.
,
15
bahwa penyakit
periodontal tipe
refractory adult
periodontitis (RAP)
yang telahdirawat
dengan pemberian
amoksisilin,
tetrasiklindan
metronidazole
ternyata memberikan
hasilyang kurang
memuaskan.Penyeba
b yang telah diteliti
adalah adanya
porphyromonas
gingivalis
dan
prevotellaintermedia
pada
RAP
yang
diketahuimenghasilk
an enzim
β
-laktamase.
15
Enzim
inimenurunkan
aktifitas tetrasiklin
dan
amoksisilinsehingga
tidak bekerja efektif
membunuh
bakteri.Disamping
alasan tersebut,
amoksisilin
dantetrasiklin pada
berbagai penelitian
disebutkankurang
efektif terhadap
bakteri anaerob.
4,11
Sedangkan
metronidazole
walaupun
efektif terhadap
bakteri anaerob,
tetapi karena
penyebab
RAP
tidak hanya bakteri
anaerob saja,
makakeberhasilan
perawatan juga
belum
optimal.Antibiotika
yang diyakini efektif
untuk perawatan
RAP
adalah klindamisin.
Klindamisinmerupak
an
drug of choice
untuk
perawatan penyakit
periodontal apabila
amoksisilin
dantetrasiklin diduga
telah resisten.
15
Klindamisin efektif
terhadap bakteri
porphyromonas
gingivalis
dan
prevotellaintermedia
yang bersifat
anaerob.
Klindamisintahan
terhadap enzim
β
-laktamase
yangdihasilkan oleh
bakteri tersebut,
sehingga
efektif bekerja
membunuh bakteri
dalam
poket periodontal
pada
RAP
.
15,17,18
Dari berbagai hasil
penelitian yang
telahdilaporkan
nampak bahwa
setiap
antibiotikamempuny
ai efektifitas
terhadap kuman
yang berbeda.
Antibiotika yang
tepat untuk salah
satu jenis tipe
penyakit periodontal
belum tentu
tepatuntuk penyakit
periodontal yang
lain. Hal ini erat
Periodontic
Journal, Vol 1.
No.1 July-Dec
2009; 15-19
19
hubungannya dengan
bakteri penyebab.
Setiap tipe penyakit
periodontal
mempunyai bakteri
penyebabyang
mendominasi
berbeda.Walaupun
pemberian
antibiotika secara
sistemik untuk
perawatan penyakit
periodontal
memberikankeberhas
ilan yang memadai.
Namun bukan
berartimerupakan
perawatan tanpa
kekurangan.
Kekurangan pemberi
an secara sistemik
adalah timbulnya
efek samping serta
resistensi kuman
terutama
untuk antibiotika
berspektrum
luas.Kenyataan
klinis membuktikan
bahwa
dasar pemberian
antibiotika lebih
berpedoman pada
datahasil penelitian
dari pada
pemeriksaan
mikrobiologiterhada
p bakteri penyebab
penyakit setiap
penderita.Kecenderu
ngan inilah yang
dapat
menimbulkanresisten
si kuman pada
penderita yang
dirawat
dengan pemberian
antibiotika secara
sistemik.Pemberian
antibiotika secara
sistemik
tanpadiawali
pemeriksaan
mikrobiologi
terhadapmikroorgani
sme penyebab
cenderung
menimbulkanresisten
si. Tes kepekaan
kuman sangat
diperlukanterutama
terhadap komposisi
kuman yang
sangat bervariasi.
Pernyataan ini sesuai
kondisi dalam
pocket
periodontal yang
multibakterial.
Ketepatandiagnosa
juga sangat
menentukan.
Ketepatandiagnosa
yang ditunjang
pemeriksaan
mikrobiologiuntuk
menetapkan jenis
mikroorganisme
penyebabmerupakan
hal yang penting.
Ketepatan diagnosa
ini berhubungan
dengan jenis, dosis
dan cara
pemberianobat yang
diperlukan untuk
mencapai
keberhasilan perawat
an.
2,3,7,9
Dari uraian di atas
dapat diambil
kesimpulan bahwa
pemberian
antibiotika secara
sistemik
untuk menunjang
perawatan mekanis
dalam
perawatan penyakit
periodontal
memberikan hasil
yang baik.Setiap
golongan antibiotika
mempunyai
spesifikasi pada
kasus tertentu sesuai
dominasi bakteri
penyebab penyakit
periodontal.
DAFTAR
PUSTAKA
1.

Newman MG, Takei


H, Carranza FA.
Clinical periodontolo
gy. 9
th
ed. Philadelphia -
London - New York:
WB Saunders Co;
2002.2.

Goodman and
Gillman’s. The
pharmacological basi
c of therapeutics. 10
th
ed. New
York:McGraw-Hill;
2001. pp. 1256-8.3.
Katzung BG. Basic
and clinical
pharmacology.7
th
ed. California:
Med.Publ; 2001.pp
749-51.4.

Seymour RA,
Heasman PA.
Pharmacologicalcont
rol of periodontal
disease II.
Antimicrobialagents.
J of Dent 1995; 23
(1): 5-11.5.

Brook I.
Microbiology and
management
of periodontal
infections. Gen Dent
2003; 51(5):424-8.6.

Loesche WJ,
Giordano JR, Hujoel
P, Scwarcz J,Smith
BA. Metronidazole
in
periodontitisreduced
need for surgery. J
Clin
Periodonto1992; 19:
103 -12.7.

Van Winkelhoff AJ,


Rams TE, Slots
J.Systemic antibiotic
therapy in
periodontics.Periodo
ntology 2000.
Copenhagen:Munksg
aard; 1996. pp
47,51,57,60.8.

Christensen GJ.
Adjuntive
periodontaltheraphy.
J Am Dent Assoc
1999;30: 869-71.9.

Mombelli AW,
Winkelhoff AJ. The
SystemicUse of
Antibiotics in
Periodontal
Therapy.Proceedings
of The 2
nd
European
Workshopon.
1997.10.
Tinoco EM., Preus
HR, Gjermo P,
BelliniHT.
Actinobacillus
actinomycetemcomit
ansand Localized
Juvenile
Periodontites in
adisadvantaged
Brazilian populetion.
Aclinical,
microbiologic and
immunologicstudy. J
Periodontol 1998;
69:12:1355-63.11.

Gordon JM, Walker


CBJ.. Current status
of antibiotic usage in
destructive
periodontaldisease. J
Periodontol 1993;64:
760–71.12.

Sanctis MD,
Zucchelli G, Clauser
C.Bacterial
colonization of
barrier material
and periodontal
regeneration. J Clin
Periodontol1996;23(
11): 1039-46.13.

Haffajee

AD,

Socransky

SS. 1994.
Microbialetiological
agents of destructive
periodontaldiseases.
Periodontol
2000;6(5): 78–
111.14.

Olsvik B, Hansen
BF, Tenover FC,
Olsen
I..Tetracycline-
resistant micro-
organismsrecovered
from patients with
refractory periodonta
l disease. J Clin
Periodontol1995;22(
5 ):391 – 96.15.

Kuriyama T,
Karasawa T,
Nakagawa K,Saiki Y,
Yamamoto E,
Nakamura
S.Bacteriologic
features and
antimicrobialsuscepti
bility in isolates from
orofacialodontogenic
infections. Osomop
2000;90: 5:600-7.16.
Scopp IW, Froum
SJ, Sullivan
M,Kazandijan G
,
Wank D
,
Fine

A.
Localchemotherapeu
tics as an adjunct to
scalingand root
planing. J
Periodontol
1994;65:685-91.17.

Walker CB. The


acquisition of
antibioticresistance
in the periodontal
microflora.Periodont
ology 2000.

Anda mungkin juga menyukai