A. Konsep Teori
1. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan, dan aktvitas
berbagai organ atau sel ( Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Seseorang biasanya mengalami masalah
oksigenasi disebabkan oleh :
1) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah suatu keadaan ketika
seorang indivdu mengalami suatu ancaman yang nyata atau
potensial pada status pernapasan sehubungan dengan
ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. (Carpenito, Lynda
Juall 2012).
2) Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang
individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial
yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan. (Carpenito,
Lynda Juall 2012).
3) Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida)
yang aktual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru –
paru dan sistem vaskular. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
2. Anatomi Fisiologi
Stuktur Sistem Pernafasan
a. Sistem Pernafasan Atas
Sistem pernafasan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan
laring. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan. Faring merupakan
saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri
atas nasofaring, orofaring dan laryngopharynk yang kaya akan
jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan dan
menghancurkan kuman dan pathogen yang masuk bersama udara.
Laring merupakan struktur yang menyerupai tulang rawan
yang bisa disebut jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara,
laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan melindungi
jalannafas bagian bawah dari air dan makanan yang masuk.
b. Sistem Pernafasan Bawah
Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang
dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler
paru dan pleura.
Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus
utama anatara kanan dan kiri.
Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan
kiri. masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3
lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasah oleh satu bronkus.
Jaringan-jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan nafas
yang bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan
jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua
lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi
torakal dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral
membatasi permukaan luar paru.
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
1) Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan
perifer.
2) Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3) Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena
penyakit membrane hialin karena belum matur dalam menghasilkan
surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran
pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar faktor risiko
kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami
perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
4) Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi
kardiopilmonar. Obesitas yang berat menyebabkan penurunan
ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok
dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry, 2006).
4. Gangguan Terkait
a. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami
gangguan oksigenasi menurut NANDA (2011), yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas,
penurunan energy/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi
tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya
perubahan membrane kapiler-alveoli.
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Loscalzo, Joseph 2010 penatalaksanaan medis pada pasien
dengan gangguan oksigenasi dapat meliputi pemberian medikamentosa
dan terapi suportif yang terdiri dari sebagai berikut :
a. Pemberian medikamentosa
b) Pemberian bronkodilator
c) Pemberian kortikosteroid
d) Pemberian ekspektoran
e) Pemberian antibiotik
f) Pemberian mukolitik
b. Terapi suportif
a) Pemantauan hemodinamika
b) Fisioterapi dada
c) Therapi oksigenasi
d) Penggunaan ventilator mekanik
B. Tinjauan Teori
a. Pengkajian
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit dan tiingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengutahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
3. Riwayat perkembangan
a. Neonates : 30-60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 – 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 – 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Alam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan – kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor- faktor
allergen dll.
6. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (
gangguan hidung dan tenggorokan ), seperti epistaksis ( kondisi
akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan kanker ),
obstruksi nasal ( akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan
influenza ), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan
pernapasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal – hal
yang perlu diperhatikan adallah keadaan infeksi kronis dari hidung,
sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan nyeri pada
tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50 C, sakit
kepala, lemas, sakit perut hingga muntah – muntah (pada anak –
anak), faring berwarna merah dan adanaya edema.
8. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa
saki.
9. Pengkajian fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi :
a. Pertama, penentuan tipe jalan nafas, seperti menilai apakah
nafas spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau
menggunakan selang endotrakeal atau trachcostomi,
kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada
atau tidaknya secret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi
mekanik.
b. Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu
menit ( umumnya wanita bernapas lebih cepat ) yaitu, 20 kali
per menit orang dewasa, kurang dari 30 kali per menit oada
anak-anak, pada bayi pernapasan kurang dari 50 kali per
menit.
c. Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal,
abdominal, dan kombinasi dari keduanya.
d. Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah ,
masa inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi
lebih lama dari inspirasi yaitu 2 : 1 pada orang sesak napas
ekpirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal perbandingan
frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi adalah 1 : 1
sedangkan pada orang yang keracunan berbiturat
perbandingannya adalah 1 : 6. Kaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah regular atau irregular.
a) Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat
kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi
apnea.
b) Kusmaul yaitu pernapsan yang cepat dan dalam,
atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme
maupun amplitudonya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
e. Kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya pernapasan.
Pada pernapasan dangkal dinding toraks hamper kelihatan
tidak bergerak ini biasanya dijumpai pada pasien penderita
emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri
tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat,
metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan
benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding
toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan pada
paru, seperti getaran suara atau fremitus vocal, dapat dideteksi
bila terdapat getaran sewaktu pemeriksaan meletakkan tangannya
sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan
pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus yang
bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran
antara membrane pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara
perkusi paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji
resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu :
c. Intervensi Keperawatan
5. Kolaborasi 5. Membantu
humidikasi menghangatkan
tambahan dan
(nebulizer) mengencerkan
dan terapi secret
oksigen
Ketidakefektif- Setelah diberikan 1. Pantau 1. Mengetahui
an pola nafas asuhan keadaan kesadaran, dan
keperawatan umum kondisi tubuh
selama . . . x 24 pasien dan dalam keadaan
jam diharapkan TTV normal atau
pola nafas efektif tidak
dengan kriteria :
- Menunjukkan 2. Atur posisi 2. Memungkinka
pola nafas sesuai n ekpansi paru
efektif kebutuhan, dan
dengan seperti memudahkan
frekuensi semifowler pernapasan
nafas 16-24
kali/menit 3. Ajarkan 3. Memperbaiki
dan irama teknik pola nafas
teratur nafas
- Mampu dalam
menunjukkan
perilaku 4. Kolaborasi 4. Memperbaiki
peningkatan dalam pola nafas dan
fungsi paru pemberian irama nafas
oksigenasi menjadi teratur
Gangguan Setelah diberikan 1. Pantau 1. Mengetahui
pertukaran gas asuhan keadaan kesadaran dan
keperawatan umum kondisi tubuh
selama . . . x 24 pasien dan dalam keadaan
jam diharapkan TTV normal atau
mempertahankan tidak
pertukaran gas
yang normal 2. Observasi 2. Menentukan
dengan kriteria : warna adekuatnya
- Menunjukka kulit dan sirkulasi yang
n perbaikan capillary penting untuk
ventilasi dan refill pertukaran gas
oksigenasi ke jaringan
jaringan
- Tidak ada 3. Kurangi 3. Mengurangi
gejala aktivitas kebutuhan
distress pasien akan oksigen
pernafasan 4. Beri posisi 4. Memudahkan
pasien pernafasan
yang
nyaman,
seperti
semifowler
5. Kolaborasi 5. Memaksimalk
dalam an sediaan
pemberian oksigen
oksigenasi khususnya
ventilasi
menurun
d. Pelaksanaan
Merupakan langkah keempat dalam tahap keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Aziz Alimun,
2009).
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
telah tercapai (Meirisa, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7 volume
3. Indonesia: Salemba Medika
WOC
Udara di
Udara di atmosfer
atmosfer
Sumbatan Bronkus
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS