Chapter II Komkel PDF
Chapter II Komkel PDF
BAB II
URAIAN TEORETIS
Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini
yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam
kelompok. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan
dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan di sekelilingnya, bahkan
mendorong manusia menyatu dengan alam. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka setiap
manusia melakukan proses yang dinamakan adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkungan
tadi - manusia lain dan alam sekitarnya - dapat melahirkan struktur sosial baru yang
kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif kecil yang hidup secara
guyub. Ada juga beberapa kelompok sosial yang dibentuk secara formal dan memiliki
formal-primer yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebut sebagai salah satu dari jenis
kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu. Isolasi kehidupan individu
dalam keluarga tak bertahan lama, karena seiring dengan perkembangan fisik,
keluarga dan memasuki serta menyebar untuk menjalankan berbagai kegiatannya dan
bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagai
Para ahli tidak memiliki kata sepakat mengenai pengertian atau definisi
kelompok. Hal itu bukanlah sesuatu yang aneh karena masing-masing ahli mempunyai
sudut pandang yang berbeda satu sama lain mengenai pengertian kelompok.
Pengertian kelompok dari segi persepsi, seperti dikemukakan oleh Smith, “We
may define a social group as a unit consisting of a plural number of separate organism
(agents) who have a collective perception of their unity and who have the ability to act
or are acting in a unitary manner toward their environment”. Dalam hal ini, Smith
menggunakan istilah social group sebagai unit yang terdiri atas beberapa anggota yang
mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka (Walgito, 2007:6-7). Selain itu
terdapat juga pengertian kelompok atas dasar motivasi, tujuan, interdepedensi, interaksi,
Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka
yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur
dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi
secara relatif mudah, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima informasi. Para
anggota dapat mengatur pertemuan tatap muka, dapat saling berhubungan satu sama lain
merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi kelompok. Setiap
proses komunikasi. Karena pada hakekatnya kelompok terdiri dari dua atau lebih
individu yang saling berhubungan, saling bergantung dan berinteraksi antara satu dengan
lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Interaksi tersebut
1985:7).
komunikasi yang berlangsung secara tatap muka karena komunikator dan komunikan
berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Para anggotanya saling
komunikasi kelompok kecil yaitu suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi
satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk
beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain, dan berkomunikasi tatap
muka. Jika salah satu dari komponen itu hilang, individu yang terlibat tidaklah
Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman yaitu
interaksi, waktu, ukuran, dan tujuan. Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan
faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara
kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang
yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu
sama lain. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak
dalam jangka waktu yang panjang sehingga akan dimiliki karakteristik atau ciri yang
tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara. Ukuran atau jumlah partisipan
dalam komunikasi kelompok tidak ada yang pasti. Tujuan yang mengandung pengertian
bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi
anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya (Bungin,
2006:266-267).
memecahkan masalah. Akan tetapi, dari semua tujuan itu sebenarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu untuk tujuan personal dan tujuan yang
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan. Alasan seseorang masuk dalam kelompok
dapat dibedakan atas empat tujuan utama yaitu untuk hubungan sosial, penyaluran, untuk
terapi, dan untuk belajar. Tujuan tersebut merupakan tujuan personal. Sedangkan tujuan
yang berhubungan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yaitu untuk membuat
Kata ‘belajar’ atau learning, tidak tertuju pada pengertian pendidikan sekolah
saja, namun juga termasuk belajar dalam kelompok (learning group), seperti kelompok
keterampilan, kelompok belajar musik, kelompok bela diri, kelompok diskusi dan
memusatkan aktivitasnya pada pertumbuhan keyakinan diri, yang biasa disebut dengan
consciousness-raising group.
lain ketika menghadapi masalah yang sama, atau informasi lain yang dapat membantu
individu dalam membuat keputusan dan melakukan sebuah tindakan untuk mengatasi
mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka,
biasanya bersifat spontan dan informal. Peserta satu sama lain menerima umpan balik
secara maksimal. Peserta komunikasi berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan
2005:45).
Tidak ada batasan yang jelas tentang berapa jumlah orang yang berada dalam satu
kelompok kecil, namun pada umumnya kelompok kecil terdiri dari 2-15 orang. Jumlah
yang lebih kecil dari 2 orang bukanlah kelompok, begitu juga jumlah anggota kelompok
yang melebihi 15 orang, akan menyulitkan setiap anggota berinteraksi dengan anggota
komunikasi kelompok kecil antara 20-30 orang, tetapi tidak lebih dari 50 orang.
Sumber
Penerima
Sumber Sumber
Penerima Penerima
Sumber Sumber
Penerima Penerima
Gambar 2.1
komunikasi dalam kelompok yang paling efektif yaitu pola semua saluran. Karena pola
semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan paling cepat memberikan
kepuasan kepada anggota-anggotanya, dan yang paling cepat menyelesaikan tugas bila
dan penerima dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama. Kelompok kecil ini
mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk berinteraksi. Mereka mempunyai
kesadaran akan kehadiran orang lain dan pemahaman tentang proses komunikasi. Tipe
komunikasi kelompok kecil ini melibatkan dua atau lebih individu secara fisik
berdekatan. Pelibatan itu juga dalam hal menyampaikan serta menjawab pesan-pesan
perbedaan tipis, bila dilihat dari kadar spontanitas, struktur, kesadaran akan sasaran
kelompok, ukuran, relativitas sifat permanen kelompok dan identitas diri (Goldberg,
1985:6-9).
norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-
orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya.
Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’
(rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan
Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas.
Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan norma
seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara
tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan (Bungin,
kelompok.
berperilaku, seperti benar atau salah, baik atau buruk, cocok atau tidak cocok, serta
diizinkan atau tidak diizinkan. Tiap kelompok menetapkan sistem nilai dan konsep
bermacam-macam. Ada anggota yang tunduk pada norma kelompok dengan terpaksa
karena ia termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada pula yang tunduk
pada norma kelompok dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma
kelompok, yaitu norma kelompok dijadikan norma pribadinya, maka individu yang
bersangkutan pasti tidak atau jarang melanggar norma-norma yang telah digariskan oleh
kelompok. Karena sikap dan perilakunya telah dikendalikan oleh dirinya sendiri.
Sebaliknya, apabila seorang individu tunduk pada norma kelompok karena terpaksa,
maka individu bersangkutan pasti akan sering melanggar norma kelompok karena belum
kelompok.
terikat satu sama lain, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan anggota-
anggotanya.
(DeVito, 1997:304).
kunci yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam norma kelompok, di antaranya yaitu:
patuh, yakni tingkat sifat yang suka menerima, tingkat kepercayaan akan
interaksi.
Norma kelompok (group norms) merupakan norma yang relatif tidak tetap.
Artinya, norma kelompok dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapai oleh
kelompok, sehingga norma kelompok yang dahulu berlaku, kini dapat tidak berlaku lagi.
oleh kelompok.
menjalankan suatu peran. Peran dibagi menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif,
dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena
partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada
kelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan memberi sumbangan yang sangat
berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota
kelompok yang bersifat pasif, di mana anggota kelompok menahan diri agar memberi
kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok dapat berjalan dengan baik atau
agar tidak terjadi pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang
Seseorang tidak hanya terlibat dalam satu kelompok, tetapi juga terlibat dalam
kelompok lain. Dengan demikian, seseorang dapat mempunyai status dan peran yang
berbeda satu dan yang lainnya. Seseorang dapat menjadi seorang pemimpin di suatu
kelompok, tetapi menjadi anggota biasa pada kelompok lain. Karena statusnya berbeda,
maka perannya pun berbeda. Karena status dan peran yang bermacam-macam, maka
seseorang dapat mengalami konflik peran. Konflik peran akan terjadi apabila seseorang
tidak dapat membedakan status dan perannya pada suatu waktu (Walgito, 2007:54).
ada yang menang atau kalah, tetapi mempunyai konotasi yang sama.
menyalurkan energi yang mungkin tidak dapat disalurkan bila orang itu
sendiri.
3. Kekompakan yaitu daya tarikkan anggota kelompok satu sama lain dan
kelompok.
setiap individu, maka hal itulah yang menjadi alasannya masuk dalam
kelompok.
kelompok. Kelompok janganlah terlalu besar dan terlalu kecil. Jika suatu
informasi yang timbul. Jika kelompok terlalu besar, kebesaran itu mungkin
yang Terjadi
2 2
3 9
4 28
5 75
6 186
7 441
8 1.056
6. Saling tergantung satu sama lain atau keterikatan. Keterikatan adalah satu
kebiasaan yang melembaga bagi setiap anggota kelompok, kebiasaan itu dapat
menciptakan pola perilaku yang dilakukan terus-menerus. Perilaku yang sudah terpola-
pola itu akan membentuk sikap setiap anggota kelompok. Kebiasaan yang melembaga,
perilaku, dan sikap tersebut berjalan secara simultan di antara individu dan kelompok.
pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi. Semua fungsi
b. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah
lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok
Apabila seseorang akan masuk dalam suatu kelompok, umumnya ia tidak serta-
merta masuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada tahapan-tahapan tertentu.
Menurut Johnson dan Johnson (2000), ada beberapa tahapan di mana orang akan masuk
Dalam tahapan ini, baik calon anggota maupun kelompok yang akan dimasuki,
masing-masing mengadakan evaluasi atau penilaian. Calon anggota akan melihat hal-hal
yang sekiranya dibutuhkan oleh calon anggota. Kemudian, kelompok pun mengevaluasi
Dalam tahapan ini, anggota baru akan menyesuaikan diri dengan hal-hal yang
dituntut oleh kelompok. Ia memperoleh status dan peran dalam kelompok. Pada
umumnya, anggota baru dalam kelompok belum mendapatkan status dan peran yang
c. Full Member
Dalam tahapan ini, anggota sudah cukup mapan dalam kelompok, sehingga
berkedudukan sebagai anggota baru. Kelompok juga sudah dapat menerima anggota
d. Marginal Member
terhadap kelompok yang bersangkutan. Anggota mungkin sudah tidak cocok dengan
norma-norma yang ada dalam kelompok, sehingga ia tidak sepenuh hati ada dalam
e. Ex – member
Dalam tahapan ini, anggota yang bersangkutan sudah tidak terikat pada kelompok
semula dan ada kemungkinan ia pindah ke kelompok lain. Jika dalam suatu kelompok,
tujuan seseorang tidak dapat dicapai, maka ia pindah ke kelompok lain yang mungkin
Alasan atau motivasi seseorang masuk dalam kelompok dapat bervariasi, antara
lain yaitu karena ingin mencapai tujuan yang secara individu tidak dapat atau sulit
harga diri seseorang; kelompok dapat memberikan pengetahuan dan informasi; serta
menjumpai berbagai macam kelompok yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan tujuan
yang berbeda, mereka masuk dalam kelompok yang berbeda atau dengan minat yang
Kelompok mentoring Agama Islam termasuk kelompok belajar, dalam hal ini
kelompok yang mempelajari nilai-nilai ajaran agama Islam. Tujuan dari kelompok
anggotanya.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar
agama adalah memberikan orientasi, motivasi, dan membantu manusia untuk mengenal
kepekaan rasa untuk mengenal dan memahami eksistensi sang Ilahi (Ridwan, 2006:1).
Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh
alam). dan Islam juga ya’la wa la yu’la alaihi (tinggi dan tak ada yang melebihi).
Sebagaimana dalam firman Allah SWT, “ Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi
benar, tidak boleh ada kesalahan. Karena ilmu agama yang dipresentasikan atau
Proses pembelajaran tersebut, seorang pementor, yang dalam hal ini bertindak
sebagai komunikator, menyampaikan pesan atau materi yang berisikan nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran Islam kepada para peserta mentoring. Sehingga akan
menimbulkan hasil belajar terhadap peserta mentoringnya yaitu para pelajar SMA.
diberlakukan layaknya seperti mengajarkan ilmu-ilmu duniawi. Oleh karena itu, materi
yang akan disampaikan hendaklah telah dikuasai sebelumnya oleh pementor dan tidak
hanya bermodalkan pada metode ‘text book’ alias tekstual dan tanpa persiapan, sehingga
materi yang disampaikan asal-asalan, dangkal, dan tidak menarik. Karena apa yang
disampaikan haruslah sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, dengan penjelasan yang
diri serta terus menperdalam dan mengamalkan ajaran yang disampaikannya dalam
kehidupan mereka sendiri. Selain itu, sebelum materi diberikan sebaiknya pementor
mad’u, baik secara psikologs, demografis, dan sosiologis sebelum penyampaian materi.
Analisis ini di antaranya melakukan prediksi terhadap hal apa yang didengar, rasakan,
dan perhatikan; mampu menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta,
karena mereka akan menilai materi yang akan diterima berdasarkan apa yang telah
mereka ketahui dan yakini sebelumnya; dan memperlakukan peserta sebagai pusat
dan lingkungan.
1. Persiapan
disampaikan.
2. Pelaksanaan
Tidak menuliskan semua hal pada papan tulis, artinya hanya kata-kata inti
Aktif dalam memperkenalkan diri (agar tidak menjadi orang asing) di tengah
mereka.
Menilai Peserta
Menilai Proses
mentoring.
4. Penyajian Bahan
Variasi nada suara, alat dan media, gerak, posisi, berdiri dan duduk.
Penguatan materi.
remaja.
membaca silabus pada saat dekat ketika akan memberikan materi tersebut,
gunakan kata secara jelas, sederhana, dan jangan sering mengulang kata-kata
peserta mentoring atau hanya pada pengetahuan mereka saja, tetapi juga diharapkan
menimbulkan hasil pada wilayah afektif dan konatif. Yang pada akhirnya berdampak
agar pengetahuan yang diterima oleh peserta mentoring tentang nilai-nilai ajaran Islam,
dapat diamalkan dalam perilaku atau tindakan sehari-hari. Mereka bertindak sesuai
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga dapat membentuk pribadi
yang benar aqidahnya, ibadahnya, dan berakhlak yang baik dalam pergaulan masyarakat
norma, dan nilai-nilai yang dianggap termuat dalam petunjuk suci, tetapi juga Islam
aktual yang tercermin dalam semua bentuk gerakan, praktik dan gagasan pada
kenyataannya eksis dalam masyarakat muslim dalam waktu dan tempat yang berbeda-
beda.
Kelompok Mentoring Agama Islam ini sangat membantu dalam dakwah Islam
yaitu penyebarluasan ajaran Islam. Karena memang pada kenyataannya, para pelajar
hanya diberi sedikit waktu dalam belajar agama di kelas yaitu hanya dua jam setiap
minggu. Padahal ilmu agama itu bukan hanya bekal ilmu di dunia, tetapi juga bekal ilmu
di akhirat. Sedangkan untuk ilmu dunia, pihak sekolah sangat memberi waktu lama,
lingkungannya.
sosial. Artinya, agama yang dianut melahirkan berbagai perilaku sosial, yakni perilaku
perilaku tersebut saling memengaruhi satu sama lain. Norma-norma dan nilai-nilai
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial
keagamaan, seperti perubahan dan perilaku sosial ialah teori pertukaran. Teori ini juga
Aktivitas manusia, seperti perubahan dan perilaku sosial, menurut perspektif teori
pertukaran, tiada lain ialah melakukan pertukaran yang saling menguntungkan satu sama
lain. Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu dalam sebuah komunitas akan
berlangsung.
Homans’ (1950, 1956, 1961) ideas of interpersonal rewards and cost are quite
similar to Thibaut and Kelley’s. Based upon their interaction group, members exchange
theory is that the greater the exchange of rewadrs, the greater the repetition of the
activity which led to them. In like manner, the greater the costs, the greater the
dalam berhubungan dengan komunitas lain atau hubungan antaranggota dalam suatu
komunitas akan berlangsung sampai pada suatu titik di mana satu sama lain merasa puas.
Bila anggota komunitas merasa tidak puas satu sama lain, akan terjadi perubahan. Secara
teoretis perubahan ini akan berlangsung sampai suatu titik di mana terjadi keseimbangan
satu sama lain (equilibrium), sehingga anggota komunitas atau kelompok memiliki
kepuasan baru. Hal ini akan berlangsung terus-menerus dalam perkembangan sebuah
masyarakat.
1. Prinsp Individual
Komunikasi memasuki tahap individual, pada tahap ini setiap individu mulai
memprakarsai hubungan antarpribadi dengan orang lain. Dia selalu mempunyai harapan
hubungan antarpribadi dihentikan, tetapi jika kualitas hubungannya hangat, maka ada
2. Komunikasi Coba-coba
terhadap tiap hubungan antarpribadi. Seorang individu akan mencari tahu dengan
melakukan uji coba terhadap relasinya, apakah relasi tersebut benar-benar adalah orang
yang ingin menjaga hubungan tersebut atau justru hanya hubungan biasa. Apabila
individu meragukan informasi itu, dia memutuskan agar hubungan itu dihentikan.
pihak lain, jenis informasi manakah yang lebih menguntungkan dan yang merugikan. Dia
tidak langsung memutuskan hubungan antarpribadi, tetapi meneliti ulang informasi yang
disampaikan komunikan.
4. Komunikasi Euphoria
kepentingan yang berbeda dan membentuk satu hubungan baru atas satu dasar atau
6. Komunikasi Pertalian
hubungan antarpribadi. Daya kontrol itu demikian baik, sehingga menghasilkan kaidah
peran bersama.
12. Individualis
masing-masing pihak menyendiri dan tidak tahu dari mana komunikasi harus dimulai.
Di dalam kelompok Mentoring Agama Islam telah terjadi proses pertukaran yaitu
para anggota kelompok mengharapkan imbalan yang mungkin menjadi alasan mereka
untuk ikut dalam kelompok tersebut dan salah satunya mungkin mengharapkan
dapat lebih memperdalam kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT, dengan mengamalkan
Sementara imbalan yang diterima oleh pementor, di sini yang bertindak sebagai
komunikator, adalah pahala dari Allah SWT, karena mereka telah melakukan tugasnya
sebagai umat Islam yaitu berdakwah yang merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar
lagi. Karena pada dasarnya manusia dalam melakukan suatu kebaikan tidak dapat lepas
di akhirat nanti.
yang telah diperolehnya kepada orang lain, istilahnya mengamalkan ilmu tersebut.
harus meluangkan waktu mereka di sela-sela aktivitas mereka yang lain, untuk belajar
bernilai ibadah, selama itu menuju jalan yang diridhai-Nya. Belajar atau menuntut ilmu
Imbalan lain yang didapat kemungkinan adalah para peserta mentoring dan
pementor dapat tetap menjaga hubungan silaturahim antara sesama muslim atau menjaga
ukhuwah islamiyah.
Kata Taksonomi diambil dari bahasa Yunani, yakni “tassein” berarti untuk
sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Hampir semua – benda bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian - dapat
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi).
Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi
yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi tiga
kawasan menurut jenis kemampuan yang tercantum di dalamnya yaitu kawasan kognitif,
mengajar. Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
(Winkel, 1999:53). Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu
diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
pendidikannya, perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berupa domain
dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. Perubahan dalam setiap
domain atau ranah, tidaklah tunggal. Setiap domain terdiri dari beberapa jenjang hasil
belajar, dari mulai yang paling rendah dan sederhana sampai dengan yang paling tinggi
dan kompleks. Tingkatan disusun dalam sebuah taksonomi yang mencerminkan tingkat
kompleksitas jenjang.
pengetahuan tertentu dimulai dari tahapan kognitif, di mana pada tahapan ini seseorang
berproses untuk memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu mengaplikasikan ilmu yang
diperolehnya. Lalu, akan naik ke tahap afektif, yaitu seseorang akan tertarik untuk
yang baik. Inilah tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh seseorang dari tahapan unskill
sampai ke tahapan skill terhadap suatu pengetahuan tertentu yang dikemukakan oleh
Bloom.
Afektif (Affective)
Kognitif (Cognitive)
Gambar 2.2
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan
kognisi seorang siswa. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak
dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan, dan pengolahan dalam
otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi atau mengingat ketika
melibatkan otak, maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi dalam otak berupa
Kawasan atau ranah kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkenaan dengan
intelektual dan kemampuan berpikir. Dalam kawasan kognitif ini, tujuan pendidikan
dibagi menjadi enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Keenam jenjang itu bersifat hierarkial, dimulai dari jenjang yang paling
bawah yaitu pengetahuan sampai ke jenjang yang paling tinggi yaitu evaluasi. Artinya
itu harus dicapai lebih dahulu agar dapat mencapai jenjang yang di atasnya.
Penerapan konsep jenjang taksonomi tujuan tersebut dapat kita jumpai dalam
proses pengembangan tes objektif untuk tujuan-tujuan instruksional yang berada dalam
kawasan kognitif. Dalam proses tersebut perlu membuat kisi-kis (blue print) tes. Salah
satu model kisi-kisi yang biasa digunakan orang mengandung kolom pengetahuan (C 1 ),
Evaluasi
Sintesis Menentu-
kan nilai
(value)
Menyatu- untuk suatu
Analisis kan konsep maksud
secara dengan
Penerapan Menjabar- terintegrasi mengguna-
kan konsep menjadi kan standar
menjadi bentuk tertentu.
bagian- ide/gagasan
Mengguna-
Pemahaman kan konsep bagian atau yang
menjelas- menyelu-
menjadi
bagian- kan Sumber:ruh.
M. Atwi Suparman,
Menterje-
Pengetahuan bagian atau gagasan
mahkan,
menjelas- yang
mengiter-
Mengingat kan menyelu-
pretasikan,
dan gagasan ruh.
atau
menghafal menyim- yang
fakta, ide, pulkan menyelu-
atau konsep ruh.
fenomena. dengan
kata
sendiri.
Gambar 2.3
kognitif, yakni:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Mengingat akan hal-hal yang khusus dan umum, ingatan akan ide, fenomena atau
peristiwa, istilah, fakta, tanggal, nama orang, metode, proses, pola, struktur, rumus,
peraturan, definisi, atau lokasi. Penekanan tujuan pengetahuan lebih banyak pada proses
psikologis atas upaya untuk mengingat. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal
2. Pemahaman (Comprehension)
ke materi/bahan lain.
Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi
(pernyataan kosa kata) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan
dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan
akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari
digunakan, baik pada jenjang perguruan tinggi maupun jenjang pendidikan di bawahnya.
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi atau bentuk yang lebih terintegrasi seperti
3. Penerapan (Aplication)
dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkret, nyata, atau baru. Kemampuan ini
mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori ke
dalam praktek memecahkan masalah atau melakukan suatu pekerjaan. Hasil belajar
4. Analisis (Analysis)
down) materi atau konsep ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih
hubungan antarbagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang
lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki
struktur organisasinya.
5. Sintesis (Synthesis)
terintegrasi menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi
memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara
mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau
informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif dengan
menulis.
6. Evaluasi (Evaluation)
materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penelitian) untuk tujuan tertentu. Karena
mengatakan sesuatu yang dinilai tersebut seberapa jelas, efektif, ekonomis, atau
memuaskan.
mencakup kriteria internal (organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan)
yang telah ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau memperoleh
kriteria dari nara sumber. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling
tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk
Kawasan afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia adalah yang paling
populer dan banyak digunakan. Krathwohl dan kawan-kawan mengurutkan ranah afektif
perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Ini berkenaan dengan minat, sikap, dan
dalam kawasan afektif terdiri dari lima jenjang, yaitu penerimaan, pemberian respon,
hirarkis, mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi
dan kompleks.
3.3 Komitmen
Berikut ini penjelasan setiap jenjang taksonomi tujuan pendidikan dalam kawasan
afektif, yakni:
1. Penerimaan (Receiving)
menenggang atau bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau gejala. Hasil belajar
atau urusan tertentu. Seseorang mungkin saja tidak mampu mengungkapkan dengan
bukan menghindarinya. Perilaku ini melibatkan adanya kenetralan atau penilaian yang
Di tingkat ini penerimaan masih tanpa ketegangan atau asesmen dan siswa
mungkin tidak tahu istilah atau simbol teknis untuk menggambarkan sebuah fenomena
dengan benar dan tepat pada orang lain. Terdapat unsur di mana pembelajar mengontrol
tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu.
Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan
Terdapat suatu perilaku yang pasif dan stimulus yang memancing perilaku ini
sulit untuk diterima atau digambarkan (subtle). Terdapat lebih banyak unsur reaksi
terhadap sebuah gagasan dan lebih sedikit implikasi dari penolakan atau keterpaksaan
(yielding unwillingly).
untuk merespon, bukan karena takut akan hukuman, namun karena “dirinya sendiri” atau
secara sukarela. Unsur penolakan atau keterpaksaan (yielding unwillingly) yang ada pada
tingkat sebelumnya, kini digantikan oleh persetujuan yang berasal dari pilihan pribadi
seseorang.
Unsur tambahan pada langkah yang melampaui tingkat respon secara sukarela,
adalah bahwa perilaku yang tampak disertai dengan rasa puas, suatu respon emosional,
3. Penilaian (Valuing)
perhitungan terhadap gagasan, bahan, benda, atau gejala. Hasil belajar perhitungan atau
penilaian merupakan keinginan untuk diterima, diperhitungkan, dan dinilai orang lain.
dan mendebat.
Ciri utama perilaku ini adalah konsistensi respon pada kelompok obyek,
Perilaku pada tingkatan ini tidak hanya menunjukkan penerimaan seseorang atas
suatu nilai sehingga ia bersedia diidentifikasi berdasarkan nilai tersebut, namun ia juga
cukup terikat pada nilai tersebut sehingga ia ingin mengejar, mencari dan
menginginkannya.
Komitmen merupakan penerimaan emosional yang kuat atas suatu keyakinan. Kesetiaan
4. Pengorganisasian (Organization)
mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang
telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu
secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati. Contoh kata
yang membuat seseorang melihat bagaimana nilai tersebut berhubungan dengan nilai
Meminta pembelajar untuk menyatukan sekelompok nilai yang sama, atau mungkin
nilai-nilai yang berbeda, dan membawanya ke dalam suatu hubungan dengan nilai lain
yang telah diatur dengan baik. Pengaturan nilai dapat menghasilkan sintesis yang berupa
suatu nilai baru atau kelompok nilai dengan tingkatan yang lebih tinggi.
Value Comple)
perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau
perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar niali yang tinggi.
yang tinggi, mencegah, berani menolak, mengelola, dan mencari penyelesaian masalah.
Memberikan suatu konsistensi internal terhadap sistem sikap dan nilai pada saat-
saat tertentu yang juga merupakan suatu dasar orientasi yang memungkinkan seseorang
untuk mempersempit dan mengatur dunia yang kompleks yang ada disekitarnya dan
b. Penentuan karakter
Ini merupakan tingkatan teratas dari proses penyerapan atau internalisasi nilai
yang berhubungan dengan pandangan seseorang terhadap dunia, filosofi hidupnya, serta
sebuah sistem nilai dengan obyek berupa seluruh bagian dari apa yang telah diketahui
Kawasan psikomotor pada tahun 1956 kurang mendapat perhatian dari Bloom
dan kawan-kawannya, karena mereka tidak percaya bahwa pengembangan tujuan dalam
kawasan tersebut sangat berguna. Mereka menyebutkan bahwa tujuan pendidikan dalam
kawasan ini berkenaan dengan otot, keterampilan motorik, atau gerak yang
mengembangkannya, anatar lain Elizabeth Jane Simpson (1966) dan Anita J. Harrow
(1977).
Harrow membagi kawasan ini menjadi enam jenjang yaitu gerakan refleks (reflex
communication).
psikomotor dari Simpson, yang mengklasifikasikan kawasan ini dalam 7 jenjang, yaitu
Taksonomi ini dimulai dengan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke
gerakan saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan tertinggi. Hierarki ranah
1. Persepsi (Perception)
dengan gejala lain. Kemampuan ini paling rendah dalam ranah psikomotor.
2. Kesiapan (Set)
menempatkan dir sebeblum lar, dan sebagainya. Contoh kata kerjanya seperti memulai,
Kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh, tetapi berpegang pada
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan
yang kompleks, seperti gerakan lancar, luwes, supel, gesit, dan lincah.
6. Penyesuaian (Adaptation)
kembal.
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
dan merencanakan.
1. Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai
konsep itu.
2. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep tersebut, jika
kemajuan zaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin
dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini
ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata “benda” menjadi “kata kerja”.
Perubahan signifikan pada perbaikan struktur ranah kognitif yang dapat dilihat sebagai
berikut:
• Mengingat
• Menerapkan
• Menganalisis
• Menilai
• Menciptakan
(http://gurupembaharu.com/index.php?option=com_content&view=article&id=121:takso
nomi-bloom-mengembangkan-strategi-berpikir-berbasis-
tik&catid=57:program&Itemid=80)
cara berpikir dalam suatu proses yang aktif. Dengan demikian penggunaan kata kerja
yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu
tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan katogori baru yaitu creating yang
Keenam kategori diubah menjadi kata kerja, kemudian beberapa subkategori juga
mengalami perbaikan dan perubahan. Pengetahuan merupakan hasil berpikir bukan cara
Akibatnya urutan dari taksonomi juga berubah seperti tampak di atas. Menilai
sintesis. Hal ini dilakukan untuk menempatkan hierarki dari proses berpikir yang paling
mudah ke proses penciptaan yang lebih rumit dan sulit. Pendapat ini cukup masuk akal,
Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang.
Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan.
Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui pentahapan itu. Hal itu
kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana
saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran
secara terintegrasi.
suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan