Anda di halaman 1dari 5

LANDASAN DASAR, TATA CARA, PERSIAPAN DAN MANTRAM KRAMANING

SEMBAH

Om swastyastu,

Om Awighnam Astu Namo Sidham, Om Anobadrah Krattavyantu Wiswatah.

Pertama-tama, marilah kita menghaturkan puja astungkara kepada Ida sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas asungkerta waranugrahaNya pada hari ini kita semua dapat berkumpul

di ruangan ini dalam acara ujian praktik Siswa-siswi kelas IX dan XII.

Yang Tiang Hormati Bapak Tutor pasraman Santih Aji serta teman – teman semua yang tiang

banggakan. Terimkasih tiang ucapkan untuk kesempatanyang telah di berikan.

Teman – teman sekalian ada beberapa hal yang tiang akan sampaikan / Sharing mengenai

landasan dasar, tata cara dan bagaimana persiapan persembahnyangan yang tepat. Dan mungkin sudah

99% sudah pernah teman- teman , kita lakukan bersama – sama saat kegiatan persembahyangan dan

mungkin itu semua belum tepat dan sesuai aturan kita lakukan. Nah untuk itu pada kesempatan kali

ini tiang akan mengajak teman- teman semua sama – sama belajar bagaimana aturan atau landasan

nya yang tepat dan tentunya sesuai dengan aturan –aturan yang telah di tetapkan.

Teman – teman yang tiang banggakan, Sembahyang atau sering juga disebut muspa

kramaning sembah merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan. salah satu hakekat inti ajaran

agama Hindu (sanata dharma) adalah sembahyang. setiap orang yang mengaku beragama, ia pasti

melakukan sembahyang karena sembahyang menurut agama bersifat wajib (harus). sembahyang

intinya adalah percaya sehingga semua tingkah laku atau perbuatan, pikiran dan ucapan sebagai

perwujudan dalam bentuk "bakti" hakekatnya sumber pada unsur sradha. menurut kitab Atharwa

Weda XI.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa,

Brahma dan Yadnya. dari keenam unsur srada tersebut, dua ajaran trakhir termasuk ajaran

sembahyang. Sembahyang terdiri dari dua suku kata, yaitu:

Sembah yang artinya "sujud atau sungkem" yang dilakukan dengan cara - cara tertentu dengan tujuan

untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata - kata

1
maupun tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan). Hyang artinya "yang dihormati atau dimuliakan"

sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut

kepercayaan itu.

dalam kehidupan sehari - hari, sembahyang kadang sering disebut "muspa, mebakti atau maturan".

 Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim dilakukan dengan jalan persembahan

kembang, bunga (puspa).

 Mebakti, yang berasal dari kata bakti. dikatakan demikian karena inti sembahyang itu adalah

untuk memperlihatkan rasa bakti atau hormat yang setulus - tulusnya, sebagai penyerahan diri

kepada yang dihormati atau Ida SangHyang Widhi Wasa

 Maturan, artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan (menghaturkan)

apa saja yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus iklas.

intinya adalah perwujudan rasa bakti dan kerelaan untuk beryadnya

Adapun Sarana Persembahyangan yakni;

1. Bunga dan kawangen

karena itu perlu diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika pada saat sembahyang

tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga (kemabang). Bunga yang tidak baik

dipersembahkan menurut Agastya Parwa adalah:

a. "Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Hyang Widhi, yaitu bunga yang

berulat, bunga yang gugur tanpa diguncanng, bunga yang berisi semut bunga yang layau atau

yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh dikuburan. Itulah bunga yang tidak patut

dipersembahkan oleh orang-orang baik"

2. Dupa

Apinya dupa adalah simbol Sang hyang Agni, yaitu saksi dan pengantar sembah kita kepada

Hyang Widhi, sehingga disamping sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.

3. Tirtha

2
adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan

Tirtha Wangsuh Pada Hyang Widhi (Ida Betara). Tirtha dipercikan di kepala, diminum dan

dipakai mencuci muka. Hal ini dumaksudkan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci

yaitu bebas dari segala kotoran , noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.

4. Bija atau Wija

Adalah Lambang Kumara yaitu putra atau bija Bhatara Siwa. Kumara ini adalah benih ke-

Siwaan yang bersemayam di dalam diri setiap orang. Dengan demikian "Mawija" (Mabija)

mengandung pengertian menumbuhkembangkan benih ke-Siwaan yang bersemayam didalam

diri kita. Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ditanam di tempat yang bersih dan

suci, maka itu pemasangan Bija(Wija) dilakukan setelah metirtha.

Teman – teman yang tiang banggakan Itulah konsep yang benar saat melakukan

persembahyangan dalam lingkup sarana persembahyangan. Dan saya yakin teman – teman semua

sudah paham, sudah mengerti tetapi alangkah baiknya sikap yang baik untuk melakukan sembah

bakti.

Jadi yang Tiang maksud adalah segala sesuatu yang akan kita rencanakan ataupun yang akan kita

lakukan yakni di awali dengan sebuah persiapan terlebih dahulu. Ketika kita akan melakukan

persembhyangan ya tentunya hendaknya kita membersiapkan sarananya untuk kita melakukan puja

bakti. Jangan saat sembahyang, berangkat dari rumah cuman berhias diri, berangkat ke pura tangan

kosong, sarana sembahnyang tidak ada. Baru sudah di pura dan persembahyangan di mulai, baru

tolah toleh minta bunga, ada yang bilang minta dupa dan lainya. Itu kan jadi mengganggu para

pamedek lainnya yang akan melakukan persembahyangan. Seandainya kita persiapkan dari rumah,

tampilan baik, pakaian rapi, sarana lengkap sampai pura kan tidak jadi seperti hal yang tadi,

sembahyang pun lancar. Hal itu kan lebih bagus lagi jika di dukung dengan bagaimana tata caranya,

persiapan nya seperti apa, yang salah satunya tadi sarana merupakan sebuah persiapan.

3
Tata Cara dalam Persembahyangan

Didalam Reg Weda IX. 113-4 menjelaskan bahwa hidup yang benar merupakan persiapan untuk

melakukan persembahyangan. yang diartikan hidup yang benar adalah:

1. Suci Lahiriah,

2. Suci Batiniah, dan

3. Suci Laksana (hidup)

Di dalam Yayur Weda 19.30 terdapat juga uraian yang menjelaskan tahap - tahap tingkatan

pencapaian realisasi dalam bakti. adapun tahapan itu diantaranya:

1. Wrata (brata),

2. Diksa,

3. Daksina,

4. Sraddha, dan

5. Satya

dalam rumusannya dikatakan bahwa

"dengan BRATA orang akan mencapai tingkat DIKSA (orang suci). bila orang hidup dalam kesucian

(diksa) maka ia akan memperoleh DAKSINA (rahmat) atau pahala. dengan pahala yang diperoleh ia

akan mencapai SRADDHA (peningkatan iman) atau yakin, dan atas dasar keyakinan itulah ia dapat

mencapai SATYA atau Tuhan".

Ketika bersembahyang tidak meminta sesuatu kepada-Nya, selain mengucapkan doa-doa seperti

tersebut di atas. Perhatikanlah makna Kekawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut:

"Hana Mara Janma Tan Papihutang Brata Yoga Tapa Samadi Angetekul Aminta Wirya Suka Ning

Widhi Sahasaika, Binalikaken Purih Nika Lewih Tinemuniya Lara, Sinakitaning Rajah Tamah

Inandehaning Prihati".

Artinya:

4
Adalah orang yang tidak pernah melaksanakan brata tapa yoga samadi, dengan lancang ia memohon

kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia

menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ ambisius) dan

tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.

Itu berarti pula bahwa Hyang Widhi mengasihi dan memberkati hamba-Nya yang melaksanakan brata

tapa yogi samadi terus menerus tanpa mengharap pahala.

Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa

dan di mana serta dengan siapa melakukannya. Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang,

membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga. Kemantapan hati itu

hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu

makna yang terkandung dari setiap langkah dan cara.

Persiapan sembahyang

Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap

duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan. Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah

sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah

ketenangan dan kesucian pikiran. Jadi kesimpulannya bila kita tahu dasarnya seperti apa, konsepnya

bagaimana serta tatacaranya seperti apa untuk itu tentunya harus dan wajib diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari dengan sungguh-sungguh,dalam sifat dan prilaku kita maka kehidupan ini akan

menjadi sangat harmonis menuju Satya yang suci laksana.

Mungkin hanya itu sekiranya yang dapat tiang sampaikan kurang lebihnya tiang mohon maaf.

Untuk itu mari kita, teman- teman semua patut kita pedomani, cermati, dan laksanakan dengan sebaik-

baiknya dalam kehidupan sehari-hari. Dan tiang akhiri dengan parama santih.

Om Santih Santih Santih Om.

Anda mungkin juga menyukai