Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PROGRAM

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MALAMG


DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS PAKIS


KATA PENGANTAR

Pakis,……………………….

Penanggungjawab Program ………

(Nama)
NIP.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di fasilitas pelayanan kesehatan semakin tinggi. Puskesmas sebagai salah satu
fasilitas kesehatan dari pemerintah merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan
dan fungsi Puskesmas tersebut, maka akan semakin kompleks peralatan dan bahan yang
dibutuhkan. Kerumitan tersebut menyebabkan Puskesmas mempunyai potensi bahaya
yang sangat besar, tidak hanay bagi pasien dan tenaga medis tetapi juga pengunjung
Puskesmas.
Potensi bahaya di Puskesmas, selain Penyakit Akibat Kerja (PAK) juga ada potensi
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas yaitu Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK), kecelakaan yang berhubungan dengan Instalasi listrik dan sumber cidera
lainnya, radiasi, bahan-bahan kimia berbahaya, gas-gas anastesi, psikososial dan
ergonomi.
Sebqgaimana disebutkan di dalam Undang-Undang No.23 tahun tahun 1992
tentang Kesehatan pasal 23, bahwa Upaya Kesehatan Kerja harus diselenggarakan
disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang.
Oleh karena itu, sudah seharusnya Puskesmas menerapkan progam Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3). Agar penyelenggaraan K3 di Puskesmas lebih efektif dan
efisien diperlukan sebuah pedoman manajemen K3, baik untuk pasien, pengunjung,
pekerja dan masyarakat sekitar Puskesmas. Selain dituntut mampu memberikan
pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Puskesmas harus menjadi patien & provider
safety sehingga mampu melindungi pasien, pengunjung, pekerja dan masyarakat sekitar
Puskesmas dari berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja, aman dan
sehat untuk pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar Puskesmas.
Sehingga proses pelayanan di Puskesmas berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan Khusus
b. terwujudnya organisasi kerja yang menjunjung tercapainya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas.
c. Meningkatkan profesionalisme dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
untuk manajemen, pelaksana dan pendukung program.
d. Terpenuhinya syarat-syarat kesehatan dan Keselaman Kerja (K3) di setiap unit kerja.
e. Terkindunginya pekerja dan mencegah terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
f. Terselenggaranya program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas
secara optimal dan menyeluruh.
g. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Puskesmas.
C. Ruang Lingkup Pedoman
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas mencakup prinsip,
kebijakan pelaksanaan dan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Puskesmas, standar pelayanan K3 di Puskesmas, standar sarana prasarana dan peralatan
K3 di Puskesmas, pengelolaan jasa dan barang berbahaya, standar sumber daya manusia
K3 di Puskesmas, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan.
D. Batasan Operasional
Kesehatan kerja menurut WHO (1955) adalah untuk bertujuan meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerjaaan yang disesuaikan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya akibat faktor yang merugikan
kesehatan, dan penempatan serta pemeliharaan dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisik, psikologinya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada setiap manuisa kepada pekerjaan atau jabatannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya umtuk memberikan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja cara menangani kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), Pengendalian Bahaya dan Promosi Kesehatan,
Pengobatan dan Rehabilitasi.
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia dalam melaksanakan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Tenaga Kesehatan Masyarakat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diploma III dan
S1 minimal 1 orang dan mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3.
2. Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi minimlak 1 orang dengan
sertifikat dalam bidang K3/hiperkes dan mendapatkan pelatihan khusus yang
terakreditasi mengenai K3.
3. Tenaga paramedis yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai K3
minimal 1 orang.
4. Tenaga teknis lainnya yang mendapatkan pelatihan khusus yang terakreditasi mengenai
K3 minimal 1 orang.
B. Distribusi Ketenagaan
saat ini petugas yang telah mengikuti orientasi K3 adalah satu (1) orang tenaga
Keperawatan (D3).
C. Jadwal Kegiatan
(terlampir)
BAB III
STANDAR FASILITIAS

A. Denah Ruang
Denah ruang Puskesmas Induk Terlampir.
B. Standar Fasilitas
a. Standar bangunan
1. Lantai
a. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata tidak licin dan mudah
dibersihkan serta berwarna terang.
b. Lantai kamar mandi atau WC dari bahan yang kuat , kedap air, tidak licin, mudah
dibersihkan, mempunyia kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
2. Dinding
a. Dinding berwarna netral, cerah, cat tidak mudah luntur, beberapa menggunakan
wallpaper.
b. Sudut dinding, dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langut-
langit, membentuk korus (tidak membentuk siku).
c. Dinding kamar mandi atau WC dari bahan kuat dan kedap air.
d. Dinding ruang UGD dibuat dari keramik atau perselin setinggi 1,5 m dari lantai.
3. Pintu dan Jendela
a. Pintu harus cukup tinggi minimal minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm
b. Pintu dapat dibuka dari luar
c. Khusus pintu darurat menggunakan panic handle, automatic door closer dan
membuka kearah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
d. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
e. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji.
f. Khusus UGD pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus menutup
sendiri (dipasang door close)
4. Plafond
a. Rangka kuat dan anti rayap
b. Permukaan plafond berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak menggunakan
asbes
c. Langit-langit dengan ketinggian minimal 2,8 m dari lantai
d. Langit-langit menggunakan cat anti jamur
e. Khusus UGD harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil
baja dobel INP 20 yang dipasang sebelum langit-langit
5. Ventilasi
a. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup,
luas minimum 15% dari luas lantai.
b. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruangan UGD
kombinasi antara fan, exhauter dan AC harus dapat memberikan sirkulasi udara
dengan tekanan positif.
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
6. Atap
a. Atap kuat, tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
penganggu lainnya.
b. Atap dengan ketinggian dari 10 m harus menggunakan penangkal petir
7. Sanitair
a. Closet urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh, dan tidak
cacat serta mudah dibersihkan.
b. Urinoir dipasang atau ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik
c. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi disposable tissue
d. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan.
e. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar
mandi 10:1
f. Indek operbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi
20:1
g. Air untuk kepentingan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, keluar dengan
lancar dan jumlahnya cukup.
8. Air bersih
a. Sistem penyediaan air bersih menggunakan jaringan PDAM atau sumur dalam
(arteris)
b. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali
c. Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran
9. Plumbing
a. sistem perpipaan menggunakan kode warna : biru untuk perpipaan air bersih dan
merah perpipaan kebakaran
b. pipa air bersih tidak boleh bersilangan dengan air kotor
c. instalasi perpipaan tidak boleh berdekatan atau berdampingan dengan instalasi
listrik.
10. Drainase
a. Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedap air dan
berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran
pembuangan
b. Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi dengan bak kontrol dalam jarak
tertentu, dan tiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah
dibuka dan ditutup memenuhi syarat teknis serta berfungsi dengan baik
11. Ramp
a. Kemiringan rata-rata 10-15 derajat
b. Ramp untuk evakuasi harus satu arah dengan lebar minimal 140 cm, khusus ramp
koridor dapat dibuat dua arah dengan lebar minimal 240 cm, kedua ramp tersebut
dilengkapi pegangan rambatan, kuat, ketinggian 80 cm
c. Area awal dan akhir ramp harus bebas dan datar, mudah untuk berputar, tidak
licin
d. Setiap ramp dilengkapi dengan lampu penerangan darurat, khusus ramp evakuasi
dilengkapi dengan pressure fan untuk membuat tekanan udara positif
12. Tangga
a. Lebar tangga minimal 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah
b. Lebar injakan minimal 28 cm
c. Tinggi injakan 21 cm
d. Tidak berbentuk spiral/bulat
e. Memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang seragam
f. Memiliki kemiringan injakan <90 derajat
g. Dilengkapi pegangan minimal pada salah satu sisinya.pegangan rambat mudah
dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi
h. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup tidak terkena air hujan
13. Pedestrian
a. Tersedia jalur kursi roda dengan permukaan keras atau stabil, kuat dan tidak licin
b. Hindari sambungan atau gundukan permukaan
c. Kemiringan 7 derajat, setiap jarak 9 meter ada border
d. Drainase searah jalur
e. Ukuran minimal 20 cm (jalur searah), 160 cm (jalur dua arah)
f. Tepi jalur pasang pengaman
14. Area parker
a. Area parkir harus tertata dengan baik
b. Mempunyai ruang bebas disekitarnya
c. Untuk penyandang cacat ramp trotoar
d. Diberi rambu penyandang cacat yang bica membedakan untuk mempermudah
dan membedakan dengan fasilitas bagi umum
15. Landscape : jalan, taman
a. Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas
b. Saluran pembuangan yang melewatu jalan harus tertutup dengan baik dan tidak
menimbulkan bau
c. Tanaman-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang
ada
d. Jalan dalam area puskesmas pada kedua belah tepinya dilengkapi dengan
kansten dan dirawat
e. Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner)
f. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar berbeda dan dilengkapi dengan gardu jaga
g. Papan nama puskesmas dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca untuk umu
terpampang dibagian depan puskesmas
h. Taman tertata rapi, terpelihara dan berfungsi memberikan keindahan, kesejukan,
kenyamanan bagi pengunjung maupun pekerja pasien puskesmas
b. Standar Teknis Prasarana
1. Penyediaan listrik
Kapasitas dan instalasi listrik yang terpasang disemua ruangan puskesmas harus
memenuhi standar PUIL
2. Penangkal petir
Penangkal petir di Puskesmas harus sesuai dengan ketentuan Permenaker nomer 2
tahun 1989
3. Pencegahan dan penangulanan kebakaran
a. Tersedia APAR sesuai dengan Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM)
kebakaran seperti yang diatur sesuai Permenaker nomer 4 tahu 1980
b. HIDRAN terpasang dan berfungsi dengan baik dan tersedia air yang cukup,
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
c. Tersedia sprinkler dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area
d. Tersedia siamese connection
e. Tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan
f. Tersedia dan tercukupi air untuk pemadam kebakaran
g. Tersedia sistem alarm kebakaran otomatis Permenker nomer 2 tahun 1983
4. Sistem komunikasi
a. Tersedia saluran telpon internal dan eksternal serta berfungsi dengan baik
b. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral
telepon dan posko darurat)
c. Instalasi kabel telah terpasang dengan rapi, aman dan berfungsi dengan baik
d. Tersedia komunikasi lain(HT, paging sistem dan alarm) untuk mendukung
komunikasi tanggap darurat
e. Terssedia sistem tata suara (central sound system)
5. Limbah cair
Tersedianya Instalasi Pengolaha Air Limbah (IPAL) dengan perijinannya
6. Pengolahan limbah padat
a. Tersedianya tempat atau kontainer penampungan limbah sesuai dengan kriteria
limbah
b. Tersedianya pembuangan limbah padat sementara tertutup dan berfungsi
dengan baik
c. Standar Peralatan Puskesmas
1. Memiliki perijinan
2. Terkalibrasi secara berkala
3. Tersertifikasi badan atau lembaga terkait
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Puskesmas dilakukan sebagai
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan di tempat kerja. Kegiatan
tersebut terdiri dari :
1. Kegiatan di loket/pendaftaran
2. Kegiatan di poli umum
3. Kegiatan di laboratorium
4. Kegiatan di UGD
5. Kegiatan di apotek
6. Kegiatan di kamar bersalin
7. Kegiatan di rawat inap
8. Kegiatan di

B. Metode
1. Penyuluhan kepada seluruh karyawan puskesmas tentang kesehatan dan keselamatan
kerja
2. Setiap peralatan yang berada di puskesmas diberi petunjuk pemakaian yang ditempel
dengan jelas
C. Langkah Kegiatan
1. Sosialisasi tentang cara cuci tangan yang benar
2. Sosialisasi tentang penggunaan alat pelindung diri yang benar
3. Sosialisasi tentang penanganan jika terkena cairan tubuh pasien maupun tertusuk jarum
4. Sosialisasi tentang penanganan sampah dan limbah berbahaya
5. Penempelan cara pemakaian alat di setiap alat yang ada di puskesmas
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di Puskesmas
direncanakan dalam lokakarya mini Puskesmas sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode
yang akan dilaksanakan.
1. Kebutuhan Media
2. Kebutuhan ATK
3. Semua logistik yang berhubungan dengan kesehatn dan keselamatan kerja dicatat dan
dilaporkan ke Kepala Puskesmas
4. Alat kesehatan
5. Sarana dan prasarana
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi
resiko terhadap segala kemungkinanyang dapat terjadi pada saat melakukan kegiatan di
Puskesmas. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Keselamatan keselamatan kerja Puskesmas Pakis meliputi 6 sasaran keselamaan
pasien seperti yang tertuang pada peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2019 yaitu terdiri dari :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Petugas (paramedis) menanyakan ulang kepada pasien tentang kebenaran identitas
pasien sehingga petugas mampu mengidentifikasi pasien secara tepat
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif dapat terjalin dengan baik antara petugas dan pasien melalui
proses konseling sesuai standart
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-Alert)
Untuk meningkatkan keamanan obat yang diberikan kepada pasien maka petugas
menanyakan kepada pasien apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan
tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya alergi terhadap terapi yang diberikan oleh
petugas
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Untuk memastikan tepat prosedur maka petugas memberikan informasi atau penjelasan
kepada pasien tentang rencana tindakan yang akan dilakukan serta efek samping jika tidak
dilakukan tindakan
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Untuk mengurangi resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan maka petugas menggunakan
APD sesuai standar
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Untuk mengurangi resiko pasien jatuh maka petugas harus memberikan pengawasan saat
melakukan pemeriksaan

TUJUH LANGKAH DAN TUJUH STANDAR KESELAMATAN PASIEN


a. Tujuh langkah keselamatan pasien
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
b. Tujuh standar keselamatan pasien
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dalam berkesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam peningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalama
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian
atau kesengajaan. Pekerjaan yang teroganisir, doikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat
kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan
kerja. Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan dan keselamatan
kerja perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan tiap-
tiap kegiatan.
1. Keselamatan kerja di Poli Umum
a. Setiap petugas kesehatan maupun non kesehatan dalam menjalankan tugas
memperhatikan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
 Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
 Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot, celemek,
masker, caps kepala)
 Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupuan
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
c. Melakukan upaya kewaspadaan standar meliputi :
 Mencuci tangan
- Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi dan alat yang
terkontaminas
- Segera setelah melepas sarung tangan
- Sebelum dan setelah memeriksa pasien satu ke pasien yang lain
 Sarung tangan
- Untuk kontak dengan membran mukosa dan kulit yang tak utuh (non-intact skin) :
koyak, terkelupas, dan lain-lain
 Masker, kacamata, pelindung wajah
- Melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut ketika terjadi kontak
dengan darah dan cairan tubuh
 Kain linens
- Tangani linen yang telah terkontaminasi sedemikian rupa agar tidak menyentuh
kulit maupun membran mukosa
- Jangan lakukan pembilasan awal untuk kain linen yang terkontaminasi
 Membersihkan lingkungan
- Perawatan arutin, membersihkan dan disinfeksi perlengkapan dan perabotan di
ruang asuhan pasien
 Penempatan pasien
- Tempatkan pasien yang dapat mengkontaminasi lingkungan maupun yang tidk
terjamin kebersihannya paa ruang khusus/terpisah
2. Keselamatan kerja di laboratorium
Mengingat besarnya resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi
akibat kegiatan laboratorium, maka diperlukan pengelolaan K3 laboratorium yang baik
melalui penerapan K3. Penerapan manajemen K3 adalah agar seluruh kegiatan K3 dapat
terlaksana melalui proses identifikasi, perencanaan, pelaksanaanl pemantauan dan evaluasi
serta kegiatan pengendalian dan pengawasan dengan baik
Penangung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 di laboratorium adalah kepala
laboratorium. Tugas K3 laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan ditempat dan lingkungan kerja
biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through survey) bahaya
dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat diperlukan informasi mengenai :
a. Alur proses dan cara kerja yang digunakan
b. Bahan kimia, media dan reagen yang digunakan
c. Spesimen yang diperiksa
d. Saran, prasarana dan laboratorium
e. Limbah yang dihasilkan
f. Efek kesehatan dan bahan berbahaya ditempat dan lingkungan kerja
g. Kecelakaan kerja, kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugaian material dan
penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat
 Kecelakaan di laboratorium dapat berbetuk dua jenis, yaitu :
- Kecelakaan medis, jika yang menjad korban pasien
- Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri
 Penyebab kecelakaan kerja dapat ibagi dalam kelompok :
- Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari :
1. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
2. Lingkungan kerj
3. Proses kerja
4. Sifat pekerja
5. Cara kerja
- Perbuatan berbahaya (unsafe action), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia, yang dapat terjadi antara lain karena :
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pengawasan
5.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
BAB X
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai