Anda di halaman 1dari 22

25 Juli pukul 18:31 ·

Saat terbaik jatuh cinta adalah sore hari.


Sebab sebentar lagi senja,
saat di mana Tuhan lebih peka
menyimak doa-doa.

~ Hasan Aspahani

24 Juli pukul 22:57 ·

Dari perjalanan saya tahu


setiap kota memiliki mendungnya masing-masing
Begitu juga dengan mata.

~ Aan Mansyur

28 Mei ·

Buatlah satu permintaan, cinta;


untuk kuperjuangkan, untuk kudoakan.

19 Mei ·

Hidup bukan untuk mencari perhentian,


namun untuk melakukan perjalanan.

~ Djenar Maesa Ayu


Sajak

13 Mei ·

Seperti spasi pada kata-kata, gerbong-gerbong


kereta, atau apa saja; jarak menghidupkan makna.

~ Anggi

Sajak

12 Mei ·

Mungkin akan lebih mudah jika kita


mulai belajar membenci. Suatu saat tak
perlu ada salah satu dari kita yang perlu pamit.
Cukup pergi. Dan tak ada salah satu dari kita
yang perlu berlama-lama terluka. Cukup
membenci. Dengan itu kita sepakat;
tak ada yang tak tuntas oleh api

~ Unknown

Sajak

12 Mei ·

Sedih itu sederhana


Makan sudah siap, kopi sudah cantik,
hujan sudah romantis, rokok habis.

~ Joko Pinurbo

Sajak

5 Juni 2016 ·

Semoga yang sementara hanya cuaca,


bukan kebahagiaan kita.

~ @titikjauh

Sajak
18 April 2016 ·

Sepatu kepada Kaus Kaki

Tak kulupakan aroma mu, atau aroma kita


Usai berlama-lama dipakai
Atau setelah dibiarkan di pojok ruangan...

Sajak

13 Agustus 2015 ·

Kelak, kita akan mulai menghitung jumlah kesedihan


Dan air mata yang lupa kita seka dan keringkan.
Kau dan mungkin aku akan sama-sama mengerti,
Untuk bersedih kita tak pernah belajar–diajarkan siapa
Bukankah begitu, Bu?

Sajak

4 Mei 2015 ·

Ode kepada Usia

Tidak kauhapus bekas-bekas kaki


sebelum akhirnya beranjak pergi
meninggalkan punggungku, menjauhi..

Chepy Slow tidak kuhapus bekas bekas kaki, sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan
punggung ku, menjauhi lengan jalanan yang kelak ku lalui.. mengapa hidup? dan mengapa
harus mati?.. kau memanjang seperti dahan dahan..dan kelak aku akan jatuh bagai daun
didahan yang tak kuat lagi bertahan.. Pergilah!!,
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 19 Desember 2015 pukul 9:55
Kelola
Sajak

5 Maret 2015 ·

XVII

Aku tak mencintaimu seakan kau mawar-bergaram, atau manikam


Atau panah bunga-bunga anyelir yang diluncurkan nyala api
Aku mencintaimu bak benda-benda gelap tertentu yang dicintai...

Lihat Selengkapnya
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
16 16
1 kali dibagikan
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

19 Februari 2015 ·

Aku lupa rindu itu api.


Semakin kita berjarak, semakin kita terbakar.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
Komentar Teratas
17 17
Komentar

Tulis komentar...
Felix Sihotang Lama tak berteduh di sajakmu lek. Hehe
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 20 Februari 2015 pukul 5:52
Kelola

Sajak

18 Januari 2015 ·

Sebuah ranting berderak patah, jauh dalam ingatanku.


Seseorang mungkin, tengah mencoba berjalan,
mendapatkan atau melepaskanku.

Sebuah ranting berderak patah, jauh dalam ingatanku.


Seseorang mungkin, tengah mencoba berjalan,
mendapatkan atau melepaskanku.
·
Beri peringkat terjemahan ini
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
18 18
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

28 Desember 2014 ·
Tutup matamu dan tidurlah. Biar kujaga malam.
~ Sapardi Djoko Damono

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
10 10
1 kali dibagikan
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

15 Oktober 2014 ·

MATAMU, TANAH PEMAKAMAN

Kutemukan, di antara makam


Kesedihanmu adalah udara
Dinafaskan pepohonan, diaminkan gundukan tanah.

... Lihat Selengkapnya


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
12 12
1 kali dibagikan
Komentar

Tulis komentar...
Sajak

21 Juli 2014 ·

Kita tak pernah menanam apa-apa, kita tak akan kehilangan apa-apa. ~ Soe Hok Gie

Lihat Terjemahan
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
10 10
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

21 Juli 2014 ·

Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa bisa kita mengerti, tanpa
bisa kita menawar. ~ Soe Hok Gie

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
77
1 kali dibagikan
Komentar

Tulis komentar...
Sajak

21 Juli 2014 ·

Kita akan menua, manisku, menunggu senja terbenam, dengan debur ombak tak henti
melagu.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
10 10
1 kali dibagikan
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

21 Juli 2014 ·

Kuterima takdirku, sebagai air mata yang dijatuhkan matamu.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
12 12
Komentar
Tulis komentar...

Sajak

15 Juli 2014 ·

Barangkali kita, tak perlu berdusta pada kata-kata.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
88
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

2 Juni 2014 ·

Hari ini sembilan kali stasiun memberangkatkan kereta.


Dan cinta, tak menemukan kita.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
99
Komentar
Tulis komentar...

Sajak

2 Juni 2014 ·

Duka itu fana.


Airmata lah yang mengekalkannya
lebih dari kata-kata.

Lihat Terjemahan
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
99
2 kali dibagikan
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

24 Mei 2014 ·

Pada detak diam tik-tok waktu,


adalah aku, yang mengeja maut
dengan terbata.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
10 10
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

24 Mei 2014 ·

Apa yang lebih misterius dari waktu?


Mungkin maut, mungkin entah.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
77
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

24 Mei 2014 ·
Apa yang lebih abadi dari waktu?
Mungkin cinta, mungkin entah.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
88
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

13 April 2014 ·

Aku kerap lupa diri. Rindu dalam puisi, sering kukira, seseorang yang menikahi bayangannya
sendiri.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
99
Komentar

Tulis komentar...

Sajak
13 April 2014 ·

Seorang sahabat pernah bilang, "Aku suka cara puisi menjatuhkan hati pada penulisnya"

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
66
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

13 April 2014 ·

Simpanlah puisimu pada tempatnya, sebab di negeri ini, selain korupsi, asu juga pandai
memisahkan puisi dari pemiliknya.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
66
Komentar

Tulis komentar...
Sajak

6 Maret 2014 ·

Maka bersabdalah kunang-kunang dalam matamu, "Puisimu adalah gelap tempat cahayaku
bertualang. Pun di tubuhmu"-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
44
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

18 Februari 2014 ·

Mengapa bulan di jendela makin lama


makin redup sinarnya?
Karena kehabisan minyak dan energi.
Mimpi semakin mahal,
hari esok semakin tak terbeli.

... Lihat Selengkapnya


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
12 12
Komentar

Tulis komentar...
Sajak

9 Januari 2014 ·

Lenganku embun terakhir yang meninggalkan bumi. Di daunmu aku memilih mati lalu
menguap.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
Komentar Teratas
99
Komentar

Tulis komentar...

Si Kardoel (y)Lihat Terjemahan


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 9 Januari 2014 pukul 11:40
Kelola

Sajak

20 November 2013 ·

Di urat-urat senar keroncong ini kami gantungkan nafas, Tuan. Rebut ini, maka katakan
dengan apa lagi kami harus lagukan kehidupan.-

Lihat Terjemahan
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
55
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

22 Oktober 2013 ·

Sahabat, aku mengagumimu sesunyi tembakau yang kau sesap, mengasap, dan menghilang
perlahan. Nafasmu prahara, rambutmu istana ribuan kutu, peluhmu anggur karbitan, tapi
ocehanmu politik, sendawamu puisi.

Ah sahabat, dengan berapa gelas kopi harus kubayar sendawa itu?

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
88
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

22 Oktober 2013 ·
Engkau masih senja. Masih seperti biasanya, meromansa kan elegi dalam genap enam senar,
juga ganjilnya secangkir kopi

Engkau masih hujan. Engkau juga masih sepasang sandal jepit. Engkau masih tetap lagu,
yang aku lupa judulnya entah apa, Sahabat.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
Komentar Teratas
88
Komentar

Tulis komentar...

Felix Sihotang ga daatku maknanya lis.hehe


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
1
· 22 Oktober 2013 pukul 22:43
Kelola

Si Kardoel (y) lanjut kan mz :D


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas ·
1
· 22 Oktober 2013 pukul 22:40
Kelola

Sajak

18 Oktober 2013 ·

Sayang, ketika kuat tak lagi menjadi alasanmu dalam mempertahankan cinta. Cobalah
mempertahankan sebagai alasanmu. mungkin Tuhan akan menguatkan cintamu.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
11 11
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

16 Oktober 2013 ·

Maka biarlah aku menghitung jumlah tetesan hujan dari pada harus menghitung sungai yang
mengalir dari matamu.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
77
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

16 Oktober 2013 ·
Kawan, aku hidup di tanah yang hukumnya hanya untaian kata pajangan. Dentuman palu saja
sudah tak mampu lagi melagukan keadilan.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
44
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

16 Oktober 2013 ·

DERAI DERAI CEMARA

Cemara menderai sampai jauh


Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh...

Lihat Selengkapnya
Lihat Terjemahan
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
44
Komentar

Tulis komentar...
Sajak

16 Oktober 2013 ·

Sekali berarti, sudah itu mati.-

Chairil Anwar

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
Komentar Teratas
33
Komentar

Tulis komentar...

Ahmad Jamaludin Diponegoro ?


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
· Balas · 31 Juli pukul 15:48
Kelola

Sajak

15 Oktober 2013 ·

Di tanahku, kawan. Senja seolah suatu agama. Dengan panorama matahari terbenam sebagai
dewanya. Dan pemujanya orang gila. Ah-

Lihat Terjemahan
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
KomentariBagikan
22
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

29 September 2013 ·

Dan kamu masih bertanya ini tetes hujan atau air mata? Bahkan hujan belum menyapa subuh
ini.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
33
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

4 September 2013 ·

"Apa kabar, Saudari Hujan? Sudah cukup lama kenangan itu tak kau bawa
kembali",tersenyum, kopiku menyapa dari dalam penjara kacanya.-

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan


KomentariBagikan
11
Komentar

Tulis komentar...

Sajak

4 September 2013 ·

Seekor camar terbang di tengah hujan. Sayapnya mengepak, paruhnya membelah. Apakah ia
bahagia? Aku tak tau. Tapi sepertinya, ia menikmatinya

Lebih banyak cerita yang dimuat.

Anda mungkin juga menyukai