2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
b) Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah
suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons dari
beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara terkontrol
dalam suatu regulasi yang teratur.
Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu,
menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian
sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut diabsorpsi
sehingga sel yang mati menghilang.
5
2.2 Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
1. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel
sel lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya
tidak teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan
pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut
karioreksis. Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).
2. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada
jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik
akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri
arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif,
seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan
proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada
jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi
cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada
tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna.
Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.
Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis
nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau
trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa
(oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam
6
seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis
lemak enzimatik.
3. Perubahan Kimia Klinik
Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur
berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran sel
lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada
intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu masuk ke dalam
sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.
Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami
peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik jantung.
Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami peningkatan kadar
SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan
penurunan apabila terjadi perbaikan.
Ø Dampak Nekrosis
Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik
tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses
perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh
sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah
nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan
akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi
jaringan nekrotik. Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan
daerah nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada selama hidup.
7
2.3 Jenis-jenis Nekrosis atau Kematian Jaringan
Ada tujuh khas morfologi pola nekrosis:
Dengue nekrosis adalah karena penyumbatan pada drainase vena dari suatu organ atau
jaringan (misalnya, dalamtorsi testis).
Lemak nekrosis hasil dari tindakan lipasedi jaringan lemak (misalnya, pankreatitis
akut,payudara nekrosis jaringan).
8
Penyumbatan mengakibatkan anoxia.Nekrosis terutama terjadi apabila daerah
yang terkena tidak mendapat pertolongan sirkulasi kolateral. Nekrosis lebih mudah
terjadi pada jaringan-jaringan yang bersifat rentan terhadap anoxia. Jaringan yang
sangat rentan terhadap anoxia ialah otak.
b. Agens biologik
Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah dan
trombosis. Toksin ini biasanya berasal dari bakteri - bakteri yang virulen, baik endo
maupun eksotoksin.
c. Agens kimia
Dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat kimia merupakan juga merupakan
juga zat yang biasa terdapat pada tubuh, seperti natrium danglukose, tapi kalau
konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan
kosmotik sel. Beberapa zat tertentu dalam konsentrasi yang rendah sudah dapat
merupakan racun dan mematikan sel, sedang yang lain baru menimbulkan kerusakan
jaringan bila konsentrasinya tinggi.
d. Agens fisik
Trauma, suhu yang sangat ekstrem, baik panas maupun dingin, tenaga listrik,
cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan
potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul kekacauan tata kimia
potoplasma dan inti.
e. Kerentanan (hypersensitivity)
Kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara di dapat (acquired) dan
menimbulkan reaksi imunologik. Pada seseorang bersensitif terhadap obat-obatan sulfa
dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal apabila ia makan obat-obatan sulfa.
Juga dapat timbul nekrosis pada pembuluh-pembuluh darah. Dalam imunologi dikenal
reaksi Schwartzman dan reaksi Arthus.
f. Atropi
Atropi adalah penurunan bobot otot karena tidak dipergunakan untuk
aktivitas. Atrofi adalah membuang-buang parsial atau lengkap pergi dari bagian tubuh.
Penyebab atrofi termasuk mutasi (yang dapat merusak gen untuk membangun organ),
gizi buruk, sirkulasi yang buruk, kehilangan dukungan hormon, kehilangan suplai saraf
ke organ target, tidak digunakan atau kurangnya latihan atau penyakit intrinsik untuk
jaringan itu sendiri . Input hormonal dan saraf yang mempertahankan organ atau bagian
9
tubuh disebut sebagai trofik dalam praktik medis. Trofik menggambarkan kondisi trofik
jaringan. Sebuah trofik otot berkurang ditunjuk sebagai atrofi.
Atrofi adalah proses fisiologis umum dalam reabsorpsi dan kerusakan jaringan,
yang melibatkan apoptosis pada tingkat sel. Jika terjadi sebagai akibat dari penyakit
atau kehilangan dukungan trofik akibat penyakit lain, maka disebut atrofi patologis,
meskipun dapat menjadi bagian dari perkembangan tubuh normal dan homeostasis
juga.
g. Hipertrofi
Hipertrofi merupakan peningkatan volume organ atau jaringan akibat pembesaran
komponen sel. Hipertrofi harus dapat dibedakan dengan hiperplasia, yang dalam
kondisi ini ukuran sel tetap akan tetapi jumlah sel yang bertambah. Meskipun hipertropi
dan hiperplasia adalah dua proses yang berbeda, seringkali muncul bersamaan, seperti
dalam kasus proliferasi yang dirangsang hormon serta perbesaran sel pada rahim saat
kehamilan.
h. Embolism
Dalam medis, emboli merupakan peristiwa penumpukan embolus (massa
intravaskular terpisah yang dapat menyumbat arteri kapiler pada suatu bagian yang jauh
dari ujungnya) ke dalam pembuluh kapiler sempit arteri yang menyebabkan terjadinya
penyumbatan (oklusi vaskular) pada bagian tubuh.
Embolisasi adalah prosedur yang sengaja menciptakan seperti penumpukan dan
oklusi pembuluh darah tertentu dengan thrombo-emboli untuk menghilangkan tumor
(atau proses patologis lainnya) perfusi (suplai darah).
i. Trombosis
Trombosis adalah proses koagulasi dalam pembuluh darah yang berlebihan,
sehingga menghambat aliran darah dan membentuk gumpalan darah, atau bahkan
menghentikan aliran tersebut. Salah satu yang berbahaya adalah terjadi trombosis atau
pembekuan darah di pembuluh vena dan arteri. Akibatnya, pembuluh darah tersumbat
sebagian atau total sehingga aliran darah ke jaringan atau organ menjadi terganggu dan
akhirnya rusak, terutama jantung, paru-paru dan otak, sehingga dapat menimbulkan
risiko kematian mendadak. Gumpalan darah mengganggu pasokan darah ke kulit,
menyebabkan nekrosis.
10
2. Akibat Nekrosis
a. Sekitar 10% kasus terjadi pada bayi dan anak-anak.
Pada bayi baru lahir, nekrosis kortikalis terjadi karena:
- Persalinan yang disertai dengan abruptio placentae – sepsis bakterialis.
Pada anak-anak, nekrosis kortikalis terjadi karena:
- infeksi - syok
- dehidrasi
b. Pada dewasa, 30% kasus disebabkan oleh sepsis bakterialis.
Sekitar 50% kasus terjadi pada wanita yang mengalami komplikasi kehamilan:
- Abroptio placenta
- Placenta previa
- Pendarahan rahim
- Infeksi yang terjadi segera setelah melahirkan (sepsis puerpurium)
- Penyumbatan arteri oleh cairan ketuban (emboli)
- Kematian janin di dalam rahim
- Pre-eklamsi(tekanan darah tinggi disertai adanya protein dalam air kemih atau
penimbunan cairan selama kehamilan)
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma,dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah
suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Nekrosis hanya dapat diobati sebelum
jaringan sel tersebut mati.
3.2 Saran
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan selakut
atau trauma, di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol. Maka kita
harus mempraktekkan gaya hidup sehat, dengan makan makanan yang sehat dan
melakukan aktivitas yang teratur sebelum mendapatkan hal yang tidak diinginkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmukeperawatan.info/2016/06/kematian-jaringan-dan-nekrosis-sel.html
http://lasunapa.blogspot.co.id/2014/06/definisi-anemia-hemorraghe-edema-emboli.html
http://kebengen.blogspot.co.id/2013/08/makalah-mekanisme-kematian-jaringan-dan.html
13