Anda di halaman 1dari 10

WILAYAH PERTAMBANGAN

IUP Eksplorasi

1. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP)


Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP)

IUP Oprasi Produksi

 IUP Eksplorasi
Izin yang diberikan kepada perusahaan atau koperasi untuk melakukan aktivitas
eksplorasi (belum melakukan penambangan) yaitu melakukan penyelidikan untuk
mengetahui keberadaan atau potensi tambang yang sebenarnya di wilayah IUP.
umumnya berupa pemetaan geologi lokal secara detail, pengambilan sample batuan dan
pengeboran dibeberapa lokasi (untuk mengambil contoh batuan dan bukan
penambangan).
 IUP Operasi Produksi
Izin yang diberikan pemerintah daerah untuk melakukan penambangan. Izin ini
dikeluarkan setelah melalui tahap IUP Eksplorasi.

Tahapan IUP eksplorasi :

1. Menyusun rencana reklamasi berdasarkan dokumen lingkungan hidup


Seperti yang di jelaskan pada Peraturan Pemerintah No.78 Thn 2010 Pasal 5 bahwa :
(1) Pemegang IUP eksplorasi dan IUPK Eksplorasi sebelum melakukan kegiatan
eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi berdasarkan dokumen lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolahan lingkunan hidup
(2) Rencana reklamasi sebagaimana di maksud pada ayat (1) dimuat dalam rencana kerja
dan anggaran biaya eksplorasi
2. Setelah penyusunan rencana reklamasi tahapan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi
(penyelidikan terperinci) terhadap wilayah yang akan di jadikan tempat usaha
pertambangan.
Hal yang perlu di ketahui saat eksplorasi berupa :
 Daerah prospek yang akan di kembangkan
 Topografi
 Kondisi geologi
 Penyebaran bahan galian
 Keberadaan sumberdaya
3. Studi Kelayakan
Studi kelayakan tambang merupakan kegiatan untuk menghitung dan mempertimbangkan
suatu endapan bahan galian ditambang dan atau diusahakan secara menguntungkan.
Sebelum kegiatan perencanaan dan perancangan tambang diperlukan kegiatan study
kelayakan yang menyajikan beberapan informasi.
PP no.27/1999 “Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian kegiatan
studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan”.
Kegunaan Dokumen Studi Kelayakan :
 Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, baik acuan
kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor
 Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan
 Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan, sehingga
apabila ditemukan kendala teknis ataupun nonteknis, dapat segera ditanggulangi atau
dicarikan jalan keluarnya
 Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan, merupakan pedoman dalam melakukan
pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi, kontrol keselamatan dan
kesehatan kerja, kontrol pengendalian aspek lingkungan, dan lain-lain.

Tahap IUP Oprasi Produksi


1. Pengajuan permohonan persetujuan kepada Mentri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewewenanganya.
Peraturan Pemerintah No.78 Thn 2010 Pasal 6 : “pemegang IUP Eksplorasi DAN IUPK
Eksplorasi yang telah menyelesaikan kegiatan studi kelayakan harus mengajukan
permohonan persetujuan rencana reklamasi dan rencana pascatambang kepada mentri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewewenangan”.
2. Persiapan/konstruksi
kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum operasi
penambangan dilakukan. Pekerjaan tersebut seperti pembuatan akses jalan tambang,
pelabuhan, perkantoran, bengkel, mes karyawan, fasilitas komunikasi dan pembangkit
listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan galian.

3. penambangan bahan galian


penambangan bahan galian dibagi atas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang bawah
tanah dan tambang bawah air.
 Metoda tambang terbuka
Tambang terbuka secara umum didefinisikan sebagai kegiatan penambangan bahan
galian yag berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat tahapan umum dalam
kegiatan penambangan terbuka yaitu pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk dan
menyimpannya di tempat tertentu, pembongkaran dan penggalian tanah penutup
(overburden) dengan menggunakan bahan peledak ataupun tanpa bahan peledak dan
memindahkannya ke disposal area, penggalian bahan galian atau eksploitasi, dan
membawanya ke stockpile untuk diolah dan dipasarkan serta melakukan reklamasi
lahan bekas penambangan (pembahasan selanjutnya).
 Tambang Bawah Tanah
Tambang bawah tanah secara umum didefinisikan sebagai tambang yang tidak
berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat beberapa tahapan dalam tambang
bawah tanah yaitu, pembuatan jalan utama (main road), pemasangan penyangga
(supported), pembuatan lubang maju untuk produksi, ventilasi, drainase, dan fasilitas
tambang bawah tanah lainnya. Setelah itu melakukan operasional penambangan
bawah tanah dengan atau tanpa bahan peledak dan kemudian membawa bahan galian
ke stock pile untuk diolah dan dipasarkan.
 Tambang bawah air
Tambang bawah air ialah metode penambangan di bawah air yang dilakukan untuk
endapan bahan galian alluvial, marine dangkal dan marine dalam. Pralatan utama
penambangan bawah air ini ialah kapal keruk.

4. Pengolahan
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih dahulu di
tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor bersama
bahan galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah maka
harga jualnya relative lebih rendah jika dibandingka dengan yang sudah diolah, dan bahan
galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos angkut, mningkatkan nilai
tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa-senyawa kimia yang tidak
dikehendaki pabrik peleburan.

5. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Antara
perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka
panjang, dan spot ataupun penjualan sesaat. Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar
yang penjualan produknya dengan kontrak jangka panjang misalnya lebih dari satu tahun.
Sedangkan penjualan spot, yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau
order saja.
6. Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah rusak
baik itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Reklamasi ini dilakukan dengan
cara penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan
penambangan tersebut.
2. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)

Wilayah Izin Pertambangan Rakyat (IPR)

Wilayah Izin Pertambangan Rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan
dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
UU No 4 tahun 2009 pasal 66 : Kegiatan pertambangan dikelompokkan sebagai berikut:

 pertambangan mineral logam


 pertambangan mineral bukan logam;
 pertambangan batuan; dan/atau
 pertambangan batubara.
UU No 4 tahun 2009 Pasal 21 “WPR ditetapkan oleh bupati/walikota setelah berkonsultasi
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota.
UU No 4 tahun 2009 Pasal 67 :
(1) Bupati/walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik
perseorangan maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi.
(2) Bupati/walikota dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan.
(3) Untuk memperoleh IPR sebagaimana dimaksud pada ayat(1), pemohon wajib
menyampaikan surat permohonan kepada bupati/walikota.
Khusus Eksplorasi
3. Wilayah Perencanaan Negara (WPN)
Wilayah Perencanaan Negara Khusus
Khusus Oprasi Produksi

 IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi


kelayakan; (wajib melaporkan kepada Menteri).
 IUPK Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan. (Iuran produksi).

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) :


 Diberikan oleh Menteri.
IUPK diberikan oleh Menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah. Diberikan
untuk 1 (satu) jenis mineral logam atau batubara dalam 1 (satu) WIUPK. Apabila
pemegang IUPK menemukan mineral lain di dalam WIUPK yang dikelola diberikan
prioritas untuk mengusahakannya (Izin Mentri). Apabila menolak,wajib menjaga.
 Diberikan pada Wilayah pencadangan negara.
 IUPK dapat diberikan kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, baik berupa
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, maupun badan usaha swasta.
 BUMN dan BUMD “have the firt refusal”.

Prosedur Memperoleh IUPK

Perihal Penjelasan
Pemohon a. BUMN
BUMD
badan usaha swasta

Pemberi izin Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan


mineral dan batubara
Pemberian  WIUPK adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUPK,
WIUPK sedangkan WUPK atau adalah bagian dari WPN yang dapat diusahakan
 Pemberian WIUPK terdiri atas WIUPK mineral logam dan/atau batubara
 Pemohon hanya dapat diberikan 1 (satu) WIUPK, kecuali pemohon
merupakan badan usaha yang telah terbuka dapat diberikan lebih dari 1
(satu) WIUPK.
 Proses pemberian WIUPK
a. Menteri dalam memberikan WIUPK harus terlebih dahulu
menawarkan kepada BUMN atau BUMD dengan cara prioritas.
b. Dalam hal peminat hanya ada 1 (satu) BUMN atau BUMD,
WIUPK diberikan kepada BUMN atau BUMD dengan
membayar biaya kompensasi data informasi
c. Dalam hal peminat lebih dari 1 (satu) BUMN / BUMD, WIUPK
diberikan dengan cara lelang.
d. Dalam hal tidak ada BUMN atau BUMD yang berminat, WIUPK
ditawarkan kepada badan usaha swasta yang bergerak dalam
bidang pertambangan mineral atau batubara dengan cara lelang

Pemberian  IUPK adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di wilayah


IUPK izin usaha pertambangan khusus (WIUPK), yang terdiri dari
a) IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan di
WIUPK.
b) IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah
selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan
operasi produksi di WIUPK
 IUPK diberikan oleh Menteri kepada BUMN, BUMD, atau badan usaha
swasta setelah mendapatkan WIUPK
 Persyaratan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi meliputi
persyaratan:
a) administratif;
b) teknis;
c) lingkungan; dan
d) finansial

Luas Wilayah dan Jangka Waktu


1. Luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan mineral logam
diberikan dengan luas paling banyak100.000 (seratus ribu) hektare.
2. luas1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan mineral logam
diberikan dengan luaspaling banyak25.000 (duapuluh lima ribu) hektare.
3. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan eksplorasi pertambangan batubara diberikan
dengan luas paling banyak 50.000 (lima puluh ribu) hektare.
4. luas 1 (satu) WIUPK untuk tahap kegiatan operasi produksi pertambangan batubara
diberikan dengan luas paling banyak 15.000 (lima belas ribu) hektare.
5. jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan mineral logam dapat diberikan paling
lama 8 (delapan) tahun.
6. jangka waktu IUPK Eksplorasi pertambangan batubara dapat diberikan paling lama 7
(tujuh) tahun.
7. jangka waktu IUPK Operasi Produksi mineral logam atau batubara dapat diberikan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing
10 (sepuluh) tahun.
STUDI KASUS

PANGKAL PINANG – komisi III yang membidangi pertambangan dan lingkungan


hidup dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi bangka belitung (Babel)
mengakui banyaknya kerusakan lingkungan laut di Babel, salah satunya di sebabkan oleh
lemahnya pengawasan pemerintah dalam pemantauan limbah yang dilakukan oleh KIP
(Kapal Isap Produksi) dan KK (Kapal Keruk).
Anggota komisi III, antonius mengungkapkan bahwa pemerintah sebenarnya dapat
mencabut izin usaha pertambangan (IUP) kepada perusahaan yang memang terbukti
melanggar.
Pemegang IUP mempunyai kewajiban untuk melakukan reklamasi pasca tambang. Seperti
yang terdapat pada Peraturan Pemerintah No.78 tahun 2010 pasal 3 ayat (1) huruf a dan
ayat (2) huruf a:
(1) pelaksanaan reklamasi oleh pemegang IUP eksplorasi dan IUPK ekplorasi wajib
memenuhi prinsip :
a. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
b. Keselamatan dan kesejateraan kerja
(2) Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang IUP Oprasi Produksi
dan IUPK Oprasi Produksi wajib memenuhi prinsip :
a. Pelindungan dan pengelolahan lingkungan hidup
b. Keselamatan dan kesehatan kerja
c. Konservasi mineral dan batubara
No.78 tahun 2010 pasal 3 ayat 1 huruf a: “
Pasal di atas di perjelas lagi pada pp No.78 Tahun 2010 pasal 4 ayat 1 yang menyatakan
bahwa :
Prinsip perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf a meliputi :
a. Melindungi terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta
udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Pemulihan dan perlindungan keanekaragaman hayati
c. Penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing,
lahan bekas tambang, dan struktur buatan lainnya.
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya
e. Memperhatikan nilai sosial dan budaya setempat
f. Pelindung terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menyikapi studi kasus di atas jika di hubungkan dengan pasal-pasal yang terurai di atas
jelas saja pemerintahan Bangka Belitung Melanggar Pasal-Pasal tersebut.
SUMBER :

1. Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor. 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan
pascatambang.
2. Studi kasus : http://www.mongabay.co.id
3. http://cahaya-pengasih.blogspot.com/
4. www.academia.edu/3757334/Penjelasan_UU_no_32_Tahun_2009

Anda mungkin juga menyukai