Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4

PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


DI RUANG VII (HUDOWO) RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Pembimbing Akademik :
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep
Pembimbing Klinik :
Ns. Anita Mayasari, S.Kep

Disusun oleh:
Umi Afrikhah
22020118220093

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4
PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
PERTEMUAN KE-7

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke RSJ karena klien
meresahkan warga. Keluarga mengatakan 1 tahun terakhir klien
bertingkah laku aneh, sulit tidur, tampak berbicara sendiri, sering
marah-marah tanpa sebab, merusak tanaman-tanaman tetangga
hingga bakar-bakar. Keluarga mengatakan bahwa sudah 2 tahun klien
tidak mau minum obat, semua aktivitas seperti makan, mandi harus
diperintah.
2. Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Klien mengetahui dan mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan
spiritual
b. Tujuan Khusus
1. Klien mengetahui cara-cara mengontrol perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengetahui dan memahami cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan spiritua (ibadah sholat/berdoa)
3. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan ibadah sholat/berdoa
4. Klien memasukkan spiritual (ibadah sholat/berdoa) ke dalam
jadwal harian
4. Rencana Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien (ucapkan salam,
perkenalan, tanyakan kabar)
2) Diskusikan dengan klien hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik dan sosial/verbal.
3) Melatih klien cara spiritual dengan sholat/berdoa.
4) Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam jadwal kegiatan
harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1) Tahap Orientasi
a) Salam
“Assalamu’alaikum, Pak. Sesuai dengan janji yang kemarin saya
datang kembali.
b) Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana Pak, latihan
apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?”
c) Kontrak : waktu, tempat dan tujuan
“bagaimana kalau sekarang kita kita latihan cara lain untuk
mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
depan ruangan? Berapa lama bapak mau kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
2) Tahap Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus.
Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik
napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat.”
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
“Coba Bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?
Coba sebutkan caranya.”
3) Tahap Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara yang ketiga ini?“
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang sudah kita
pelajari? Bagus.”
b. Evaluasi objektif
“Coba Bapak disampaikan apa yang sudah kita obrolkan tadi
tentang mengontrol marah dengan cara ibadah? ”
“Coba praktikkan bagaimana cara sholat/berdzikir Pak? Oh ya
benar Pak, bagus sekali sekarang, Bapak sudah dapat
melakukannya”
c. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak.
Mau berapa kali Bapak Sholat. Baik kita masukkan sholat ... dan ...
(sesuai kesepakatan pasien)”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara cara ibadah yang dapat Bapak
lakukan bila Bapak merasa marah”
“Setelah ini coba Bapak lakukan jadwal sholat sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi.”
d. Kontrak: waktu, tempat dan tujuan
“Besok kita ketemu lagi ya, Pak. Nanti kita bicarakan cara keempat,
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam
berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya seperti hari ini ya.” “Nanti kita
akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah Bapak, Setuju Pak?”
“Tempat nya disini lagi atau mau di tempat yang lain?”
“Baiklah Pak, kalau begitu besok kita bertemu lagi disini jam 10 ya
Pak.” “Kalau begitu saya permisi dulu, jangan lupa latihan rutin
untuk mengontrol marah ya Pak.” Sampai jumpa lagi,
Assalamu’alaikum”.

Anda mungkin juga menyukai