Anda di halaman 1dari 42

TUGAS 1 : FARMAKOTERAPI TERAPAN

’’HIPERLIPIDEMIA”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

RAHMAT MAKMUR : O1B1 19 028

PUTRI CANDRA SARI : O1B1 19 027

NURFITRI GOMUL : O1B1 19 026

PROGRAM STUDI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami masih diberikan kesehatan
dan kekuataan untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gagal ginjal
Kronik” ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah “Farmakoterapi Terapan”. Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat
membantu meningkatkan pengetahuan kita tentang Penyakit HIPERLIPIDEMIA
serta dapat memahami dan menyelesaikan permasalahan terkait penyakit yang
dimaksud dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dibidang kesehatan serta
meningkatkan mutu individu itu sendiri.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari dosen
pengajar maupun berbagai pihak sangat kami harapkan dalam rangka perbaikan
makalah ini ke depannya.
Kendari, 8 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
A. Defenisi .....................................................................................................
B. Patofisiologi ..............................................................................................
C. Klasifikasi .................................................................................................
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................
E. Etiologi ......................................................................................................
F. Tata Laksana Terapi ..................................................................................
G. Evaluasi Keberhasilan Terapi...................................................................
H. Alogaritma Pengobatan.............................................................................
I. Komplikasi ................................................................................................
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN .............................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lemak (disebut juga lipid) merupakan zat kaya kalori yang berfungsi

sebagai sumber utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari

makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan disimpan di dalam

sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi

tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak

merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus

sel-sel saraf serta empedu (Suyatna, 2007).

Lipid plasma yang utama terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan

asam lemak bebas. Lipid yang bersifat hidrofobik ini dalam sirkulasi berada

dalam bentuk kompleks lipid – protein atau lipoprotein. Lipoprotein plasma terdiri

atas : Kilomikron,Very Low Density Lipoprotein (VLDL), LDL, dan High

Density Lipoprotein (HDL). Komposisi dan fungsi dari tiap lipoprotein ini

berbeda-beda (Guyton & Hall, 2008).

Kurang bergerak, pola makan tinggi kalori, kaya lemak dan karbohidrat,

menyebabkan penumpukan kelebihan energi dari glukosa, lemak dan protein yang

tidak terpakai. Penimbunan lemak ini dapat menyebabkan pembesaran jaringan

adiposa yang membuat seseorang menjadi gemuk terutama pada bagian perut

yang lambat laun nampak membuncit.

Penderita hiperlipidemia pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis

yang spesifik sehingga untuk memastikan adanya hiperlipidemia secara


konvensional sebaiknya dilakukan dengan pemeriksaan kadar lipid darah secara

berkala. Untuk penegakan diagnosis hiperlipidemia dilakukan dengan

pemeriksaan profil lipid darah antara lain kolesterol total, trigliserida, LDL dan

HDL (Gitawati dkk., 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui apaitu hiperlipidemia?

2. Bagaimana patofisiologi hiperlipidemia?

3. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya hiperlipidemia?

4. Bagaimana etiologi hiperlipidemia?

5. Bagaimana tata laksana hiperlipidemia?

6. Bagaimana evaluasi keberhasilan terapi?

7. Bagaimana alogaritma terapi hiperlipidemia?

8. Bagaimana komplikasi hiperlipidemia dengan penyakit lain?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi hiperlipidemia

2. Untuk mengetahui patofisiologi hiperlipidemia

3. Untuk mengetahu tanda dan gejala

4. Untuk mengetahui etiologi hiperlipidemia

5. Untuk mengetahui tata laksana hiperlipidemia

6. Untuk mengetahui evaluasi keberhasilan terapi

7. Untuk mengetahui alogaritma terapi

8. Untuk mengetahui komplikasi hiperlipidemia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Hiperlipidemia didefenisikan sebagai terjadinya peningkatan satu atau

lebih kolestrol, fosfolipid atau trigliserida. Hiperlipidemia juga biasa dikaitkan

dengan meningkat total kolestrol dan trigliserida, penurunan HLD, peningkatan

apolipoprotein B, dan peningkatan LDL (Dipiro, 2005).

Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena

sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein

membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan

menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk.

Kolesterol dalam darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol

LDL dan HDL. Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat

menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan

jantung. Sedangkan HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi

menyapu kolesterol bebas di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar

trigliserida darah dalam kisaran normal (Suyatna, 2007).

Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu terbentuknya

aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan dan pengerasan

pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama terjadinya

penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2002).

Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi

sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh
dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di

dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Sel-sel lemak juga

melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh terhadap cedera.

Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang

membungkus sel-sel saraf serta empedu. Dua lemak utama dalam darah adalah

kolesterol dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga

bisa larut dalam darah; gabungan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein.

Lipoprotein yang utama adalah :

1. Kilomikron

2. VLDL(Very Low Density Lipoproteins)

3. LDL (Low Density Lipoproteins)

4. HDL(High Density Lipoproteins)

Sintesis dan metabolisme :

1. Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus dan

membawa trigliserida yang berasal dari makanan. Beberapa ester kolestril juga

terdapat pada kilomikron. Kilomikron melewati duktus toraksikus ke aliran darah.

Trigliserida dikeluarkan dari kilomikron pada jaringan ekstrahepatis melalui suatu

jalur yang berhubungan dengan VLDL yang mencakup hidrolisi oleh sistem lipase

lipoprotein (LPL), suatu penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika

trigliserida di dalam inti tersebut dikosongkan. Lipid permukaan , yakni apo-A-1,

apo-A-II, dan apo-C, ditransfer ke dalam hepatosit.


2. Lipoportein berdensitas sangat rendah (VLDL)

Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk

mengekspor trigliserida ke jaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B-100 dan

Apo-C. trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein menghasilkan asam

lemak bebas untuk disimpan didalam jaringan seperti di otot jantung dan otot

rangka. Hasil dari deplesi trigliserida menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein

berdensitas menengah (IDL). Partikel LDL mengalami endositosis secara

langsung oleh hati, sisa HDL dikonversi menjadi LDL dengan menghilangkan

trigliserida yang diperantaraioleh lipase hati. Proses tersebut menjelaskan

fenomena klinis pergeseran beta (beta shift). Peningkatan VLDL dalam plasma

dapat disebabkan karena peningkatan sekresi precursor VLDL dan juga penurunan

katabolisme LDL.

3. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)

Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian

besar sel bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai oleh reseptor

berafinitas tinggi. Ester kolesteril dari inti LDL kemudian dihidrolisis, yang

menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis membrane sel. Sel-sel juga

mendapatkan kolesterol dari sintesis de-novo melalui suatu jalur yang melibatkan

pembentukan asam mevalonat yang dikatalisis oleh HMG koA reduktase. Hati

memainkan peran utama dalam pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel

lainnya, hepatosit mampu mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi

kolesterol dalam empedu dan mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu

yang juga disekresikan dalam empedu.


4. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)

Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid dari

permukaan satu lapis kilomikron dan VLDL selama liposis. HDL juga

mendapatkan kolesterol dari jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi

homeostasis kolesterol sel. HDL juga dapat membawa ester kolestril langsung ke

hati melalui suatu reseptor pengait/ docking (reseptor scavenger, SR-BI) yang

tidak melakukan endositosis terhadap lipoprotein (Bertram, Katzung).

Tabel 1. Komposisi Lipoprotein dari Subjek Normal (dipiro, 2005)

Komposisi berat (% b/b)


Kolesterol
Kelas Range Diameter
Lipoprotein density (nm) Protein trigliserida bebas Ester Fosfolipid
(g/mL)
kilomikron <0.94 75-1200 1-2 80-95 1-3 2-4 3-9
VLDL 0.94- 30-80 6-10 55-80 4-8 16-22 10-20
1.006
LDL 1.006- 18-25 18-22 5-15 6-8 45-50 18-24
1.063
HDL 1.063- 5-12 45-55 5—10 3-5 15-20 20-30
1.21

B. Patofisiologi

Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai

kompleks lipid dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai

kolesterol total, LDL dan HDL pada orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 1.

Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total serta penurunan

HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung koroner

(PJK) (Dipiro et al, 2006).


Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial berupa ketidakmampuan

pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau kerusakan pencernaan

kompleks LDL-R ke dalam sel setelah pengikatan normal. Hal ini mengarah pada

kurangnya degradasi LDL oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol,

dengan jumlah kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya

reseptor LDL (Dipiro et al., 2006).

Tabel 2. Klasifikasi Nilai Kolesterol Total, LDL, HDL dan Trigliserida (Dipiro
2005)

C. Klasifikasi Hiperlipidemia
Klasifikasi hiperlipidemia yang dikenal adalah klasifikasi Frederickson

yang membagi hiperlipidemia berdasarkan fenotip plasma. Klasifikasi ini

merupakan alat bantu yang penting karena meliput berbagai keadaan

metabolisme (Suyatna, 2007). Klasifikasi ini dapat dilihat pada Tabel:


1. Hiperlipoproteinemia tipe I

Disebut juga hiperkilomikronemia familial, merupakan penyakit keturunan

yang jarang terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh penderita tidak

mampu membuang kilomikron dari dalam darah. Anak-anak dan dewasa muda

dengan kelainan ini mengalami serangan berulang dari nyeri perut. Hati dan limpa

membesar, pada kulitnya terdapat pertumbuhan lemak berwarna kuning pink

(xantoma eruptif). Pemeriksaan darah menunjukkan kadar trigliserida yang sangat

tinggi. Penyakit ini tidak menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa

menyebabkan pankreatitis, yang bisa berakibat fatal Penderita diharuskan

menghindari semua jenis lemak (baik lemah jenuh, lemak tak jenuh maupun

lemak tak jenuh ganda).

2. Hiperlipoproteinemia tipe II

Disebut juga hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit

keturunan yang mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini,

biasanya karena serangan jantung. Kadar kolesterol LDLnya tinggi. Endapan


lemak membentuk pertumbuhan xantoma di dalam tendon dan kulit. 1 diantara 6

pria penderita penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia 40 tahun dan 2

diantara 3 pria penderita penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia 60

tahun. Penderita wanita juga memiliki resiko, tetapi terjadinya lebih lambat. 1 dari

2 wanita penderita penyakit ini akan mengalami serangan jantung pada usia 55

tahun. Orang yang memiliki 2 gen dari penyakit ini (jarang terjadi) bisa memiliki

kadar kolesterol total sampai 500-1200 mg/dL dan seringkali meninggal karena

penyakit arteri koroner pada masa kanak-kanak. Tujuan pengobatan adalah untuk

menghindari faktor resiko, seperti merokok, dan obesitas, serta mengurangi kadar

kolesterol darah dengan mengkonsumsi obat-obatan. Penderita diharuskan

menjalani diet rendah lemak atau tanpa lemak, terutama lemak jenuh dan

kolesterol serta melakukan olah raga secara teratur. Menambahkan bekatul

gandum pada makanan akan membantu mengikat lemak di usus. Seringkali

diperlukan obat penurun lemak.

3. Hiperlipoproteinemia tipe III

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, yang menyebabkan

tingginya kadar kolesterol VLDL dan trigliserida. Pada penderita pria, tampak

pertumbuhan lemak di kulit pada masa dewasa awal. Pada penderita wanita,

pertumbuhan lemak ini baru muncul 10-15 tahun kemudian. Baik pada pria

maupun wanita, jika penderitanya mengalami obesitas, maka pertumbuhan lemak

akan muncul lebih awal. Pada usia pertengahan, aterosklerosis seringkali

menyumbat arteri dan mengurangi aliran darah ke tungkai. Pemeriksaan darah

menunjukkan tingginya kadar kolesterol total dan trigliserida. Kolesterol terutama


terdiri dari VLDL. Penderita seringkali mengalami diabetes ringan dan

peningkatan kadar asam urat dalam darah. Pengobatannya meliputi pencapaian

dan pemeliharaan berat badan ideal serta mengurangi asupan kolesterol dan lemak

jenuh. Biasanya diperlukan obat penurun kadar lemak. Kadar lemak hampir selalu

dapat diturunkan sampai normal, sehingga memperlambat terjadinya

aterosklerosis.

4. Hiperlipoproteinemia tipe IV

Merupakan penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota

keluarga dan menyebabkan tingginya kadar trigliserida. Penyakit ini bisa

meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis. Penderita seringkali mengalami

kelebihan berat badan dan diabetes ringan. Penderita dianjurkan untuk

mengurangi berat badan, mengendalikan diabetes dan menghindari alkohol. Bisa

diberikan obat penurun kadar lemak darah.

5. Hiperlipoproteinemia tipe V

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak

mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana

mestinya. Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :

- Penyalahgunaan alkohol

- Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

- Gagal ginjal

- Makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu.

Jika diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.

Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit, pembesaran


hati dan limpa serta nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan

asam urat. Banyak penderita yang mengalami kelebihan berat badan. Komplikasi

utamanya adalah pankreatitis, yang seringkali terjadi setelah penderita makan

lemak dan bisa berakibat fatal. Pengobatannya berupa penurunan berat badan,

menghindari lemak dalam makanan dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat

penurun kadar lemak.

Hiperlipidemia Sekunder

Hiperlipidemia sekunder merupakan gangguan yang disebabkan oleh

faktor tertentu seperti penyakit dan obat-obatan. Beberapa jenis penyakit

penyebab hiperlipidemia :

1. Diabetus melitus

Penderita NIDDM umumnya akan menyebabkan terjadinya

hipertrigliseridemia. Penyebabnya pada glukosa darah tinggi akan menginduksi

sintesis kolesterol dan glukosa akan dimetabolisme menjadi Acetyl Co A. Acetyl

Co A ini merupakan prekusor utama dalam biosintesis kolesterol. Sehingga akan

menyebabkan produksi VLDL-trigliserida yang berlebihan oleh hati dan adanya

pengurangan proses lipolisis pada lipoprotein yang kaya trigliserida.

2. Hipotiroidisme

Pengaruh hipotiroidisme pada metabolisme lipoprotein adalah peningkatan

kadar kolesterol-LDL yang diakibatkan oleh penekanan metabolik pada reseptor

LDL, sehingga kadar-LDL akan meningkat antara 180-250 mg/dL. Di samping

itu, bila penderita ini menjadi gemuk kaqrena kurangnya pemakaian energi oleh

jaringan perifer, maka kelebihan kalori ini akan merangsang hati untuk
meningkatkan produksi VLDL-trigliserida dan menyebabakan peningkatan kadar

trigliserida juga.

3. Sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik akan menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Hal

ini diakibatkan oleh adanya hipoalbuminemia yang akan merangsang hati untuk

memproduksi lipoprotein berlebih.

4. Gangguan hati

Sirosis empedu primer dan obstruksi empedu ekstra hepatik dapat

menyebabakan hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar fosfolipid plasma yang

berhubungan dengan abnormalitas lipoprotein, kerusakan hati yang parah dapat

menyebabakan penurunan kadar kolesterol dan trigliserida. Hepatitis akut juga

dapat menyebabkan kenaikan kadar VLDL dan kerusakan formasi LCAT.

5. Obesitas

Pada orang yang obesitas, karena kurangnya pemakaian energi oleh

jaringan perifer akan meyebabkan kelebihan kalori yang dapat merangsang hati

untuk menungkatkan produksi VLDL-trigliserida dan peningkatan trigliserida.


Tabel 3. Penyebab Hiperlipidemia Sekunder (ATP III, 2002)

Penyebab
Penyakit Obat-obatan
Hiperkolesterolemia Hipotiroidisme, penyakit Progestin, diuretik tiazid,
hati obstruktif, sindrom glukokortikoid, β-bloker,
nefrotik, anorexia isotretionin, inhibitor
nervosa, intermiten protease,siklosforin,
porphyria akut mirtazapin, sirolimus

Hipertrigliseridemia Obesitas, diabetes melitus, Alkohol, estrogen,


lipodystrophy, sepsis, isotretionin, β-bloker,
kehamilan, hepatitis akut, glukokortikoid, resin asam
lupus erythematosis empedu, tiazid,
sistemik. Monoklonal asparaginase, interperon,
gammathophy: multiple antijamur golongan Azol,
myeloma, lymphoma mirtazopin, steroid anabolik,
sirolimus, bexaroten

HDL rendah Obesitas, malnutrisi Non-ISA β-bloker, steroid


anabolik, probukol,
isotretionin, progestin

D. Tanda dan Gejala

Hiperlipidemia biasanya tidak terdeteksi dini sehingga baru ditemukan

ketika evaluasi atau pemeriksaan penyakit aterosklerosis atau penyakit

kardiovaskuler. Tanda dan gejalanya yaitu xantoma, xanthelasma, nyeri dada,

nyeri perut, hepatosplenomegali, kadar kolesterol atau trigliserida tinggi, serangan

jantung, obesitas, intoleransi glukosa, lesi menyerupai jerawat pada sekujur tubuh,

plak ateromatosus pada pembuluh darah arteri, arkus senilis, dan xantomata

(Harikumar, dkk., 2013).

E. Etiologi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia biasanya disebabkan oleh :
a. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia

b. Obesitas

c. Diet kaya lemak

d. Kurang melakukukan olahraga

e. Penggunaan alcohol

f. Merokok sigaret

g. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

h. Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total

bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan

lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang

berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah

memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dl, sedangkan yang lainnya

menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar

kolesterol total di bawah 260mg/dl. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan

secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya

lipoprotein dari aliran darah (Balai Informasi Tekhnologi Lipid, 2009).

F. Tatalaksana terapi hiperlipidemia


1. Terapi non farmakologi

Diet rendah kolesterol dan lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL. Olahraga

bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah kadar

kolesterol HDL. Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang

memiliki kadar kolesterol dan trigliserida tinggi adalah:


a. Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan
b. Berhenti merokok
c. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam tubuhnya
d. Menambah porsi olahraga
e. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan)
Jika kadar lemak darah sangat tinggi atau tidak memberikan respon

terhadap tindakan diatas, maka dicari penyebabnya yang spesifik dengan

melakukan pemeriksaan darah khusus sehingga bisa diberikan pengobatan yang

khusus (Balai Informasi Tekhnologi Lipi, 2009).

2. Terapi farmakologi

Tabel 4. Terapi Farmakologi (Balai Informasi Tekhnologi Lipi, 2009)

Jenis Obat Contoh Cara Kerja


Penyerap asam empedu Kolestiramin Mengikat asam empedu di usus, dan
Kolestipol meningkatkan pembuangan LDL dari
aliran darah
Penghambat sintesa protein Niasin Mengurangi kecepatan VLDL (VLDL
merupakan prekursos dari LDL)
Penghambat HMG Adrenalin, Flufastatin Menghambat pembentukan kolesterol,
Koenzim-A reduktase Lovastatin dan meningkatkan pembuangan LDL
Vlavastatin dari aliran darah
Sinvastatin
Derivat asam fibrat Klofibrat Meningkatkan pemecahan lemak
Fenofibrat
Gemfibrosil
a. Niasin (asam nikotinat)

Asam nikotinat mempunyai kemampuan menurunkan lipid yang luas, tetapi

penggunaaan dalam klinik terbatas karena efek samping yang tidak

menyenangkan. Mekanisme kerja: pada dosis dalam gram, niasin (NYE a sin)

merupakan vitamin larut air, menghambat lipolisis dengan kuat dalam jaringan

lemak-penghasil utama asam lemak bebas yang beredar. Hati umumnya


menggunakan asam lemak dalam sirkulasi sebagai precursor utama untuk sintesis

triasilgliserol. Karena itu, niasin menyebabkan penurunan sintesis triasilgliserol

yang diperlukan untuk produksi VLDL (lipoprotein densitas sangat rendah).

Lipoprotein densitas rendah (LDL, lipoprotein kaya kolesterol) berasal dari VLDL

dalam plasma. Karena itu, reduksi VLDL juga mengakibatkan penurunan

konsentrasi LDL plasma. Dengan demikian, baik triasilgliserol (dalam VLDL)

dan kolesterol (dalam VLDL dan LDL) dalam plasma menjadi rendah.

Selanjutnya, pengobatan dengan niasin akan meningkatkan kadar kolesterol-HDL

(HDL merupakan karier kolesterol yang “baik”). Selanjutnya, dengan

meningkatkan sekresi aktivator plasminogen jaringan dan merendahkan

fibrinogen plasma, niasin dapat mengubah beberapa disfungsi sel endotel

penyebab thrombosis yang ada kaitannya dengan hiperkolesterolemia dan

aterosklerosis.

Penggunaan dalam terapi : niasin merendahkan kadar plasma kolesterol dan

triasilgliserol. Karena itu, obat ini berguna pada pengobatan hiperlipoproteinemia

tipe II b dan IV, dengan VLDL dan LDL naik. Niasin juga diguanakan untuk

pengobatan hiperkolesterolemia lain yang berat, sering dengan kombinasi

antihiperlipidemia lain. Selain itu, obat ini merupakan obat antihiperlipidemia

paling poten untuk meningkatkan kadar HDL plasma.

Farmakokinetik : niasin diberikan per oral. Zat ini diubah dalam tubuh menjadi

nikotinamid yang dimasukkan dalam kofaktor nikotinamid adenine dinukleotida

(NAD). Niasin adalah derivat nikotinamid dan metabolit lain dikeluarkan dalam

urin. Nikotinamid sendiri tidak menurunkan kadar lipid dalam plasma.


Efek samping : efek samping niasin yang paling menonjol adalah kemerahan pada

kulit (disertai perasaan panas yang tidak nyaman) dan pruritus. Pemberian aspirin

sebelum minum niasin mengurangi rasa panas yang diantar oleh prostaglandin.

Beberapa pasien juga mengalami mual dan sakit pada abdomen. Asam nikotinat

menghambat sekresi tubular asam urat dan karena itu mudah terjadi hiperurisemia

dan pirai. Telah dilaporkan adanya gangguan toleransi glukosa dan

hepatotoksisitas.

b. Fibrat-Klofibrat dan Gemfibrozil

Obat-obat tersebut merupakan derivat asam fibrat dan keduanya mempunyai

mekanisme kerja yang sama. Gamfibrozil dalam klinik telah menggantikan

klofibrat karena kematian akibat klofibrat lebih tinggi. Kematian tersebut tidak

ada hubungannya dengan penyebab kardiovaskular tetapi lebih ganasan atau

komplikasi pasca kolesistektomi dan pankreasitis.

Mekanisme kerja : Kedua obat menyebabkan penurunan trigliserol plasma dengan

memacu aktifitas lipase lipoprotein, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada

kilomikron dan VLDL, sehingga dapat mempercepat pengeluaran partikel-partikel

ini dari plasma. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa fibrat dapat

menyebabkan penurunan kolesterol plasma dengan menghambat sintesis

kolesterol dalam hati dan meningkatkan ekskresi biliar kolesterol ke dalam feses.

Fibrat juga merendahkan kadar fibrinogen plasma.

Penggunaan Terapi : Fibrat digunakan dalam pengobatan hipertrigliseridemia,

menyebabkan penurunan yang signifikan pada kadar triasilgliserol plasma.

Klofibrat dan gamfibrozil berguna dalam mengobati hiperlipidemia tipe III


(disbetalipoproteinemia), dengan penumpukan partikel lipoprotein densitas

sedang (IDL). Pasien dengan hipertrigliseridemia (tipe IV) (VLDL meningkat)

atau penyakit tipe V (peningkatan VLDL dan kilomiron) yang tidak responsif

dengan diet atau obat lain dapat mengambil manfaat obat-obat ini.

Farmakokinetik : Kedua obat diabsorpsi sempurna setelah dosis oral. Klofibrat

mengalami esterifikasi menjadi asam klofibrat yang aktif terikat pada albumin dan

tersebat luas seluruh jaringan tubuh. Untuk gamfibrizil secara luas menyebar ke

seluruh tubuh dan terikat pada albumin juga.Keduanya mengalami

biotransformasi sempurna dan dikeluarkan dalam urin sebagai konjugat

glukuronida.

Efek samping

a. Efek Gastrointestinal

Efek samping paling umum adalah gangguan pencernaan ringan. Efek samping

akan berkurang dengan berkembangnya terapi.

b. Litiasis

Karena obat-obat ini meningkatkan ekskresi kolesterol biliar,terdapat predisposisi

untuk pembentukan batu empedu.

c. Keganasan

Pengobatan dengan kolifibrat telah menyebabkan sejumlah keganasan-terkait

dengan kematian.

d. Otot

Miositis atau peradangan otot polos dapat terjadi dengan kedua obat

sehingga pelemahan otot atau nyeri otot harus dievaluasi. Meskipun jarang, pasien
dengan insufisiensi ginjal mengandung resiko. Miopati dan rhabdomiolisis telah

dilaporkan pada beberapa pasien yang menggunakan gamfibrozil dan lovastatin

bersamaan.

e. Interaksi Obat

Kedua fibrat bersaing dengan antikoagulan kumarin dalam pengikatan

pada protein plasma, sehingga meningkatkan efek antikoagulan sepintas. Karena

itu kadar protrombin perlu dimonitor jika pasien meminum kedua obat ini.

f. Kontraindikasi

Keamanan obat-obat ini pada ibu hamil atau menyusui belum jelas.

Seharusnya obat-obat ini tidak digunakan pada pasien dengan kelainan fungsi hati

atau ginjal atau pasien dengan penyakit kandung empedu.

c. Resin pengikat asam empedu : kolestiramin dan kolestipol

Mekanisme kerja: kolestiramin dan kolestipol adalah resin pertukaran

anion yang terikat pada asam dan garam empedu bermuatan negatif dalam usus

halus. Kompleks resin atau asam empedu ini dikeluarkan melalui feses, sehingga

mencegah asam empedu kembali ke hati melalui sirkulasi enterohepatik.

Berkurangnya konsentrasi asam empedu menyebabkan hepatosit meningkatkan

konversi kolesterol ke asam empedu, menyebabkan suplai senyawa ini baik

kembali, sebagai komponen penting empedu. Akibatnya, konsentrasi kolesterol

intraseluler, mengaktifkan hati untuk meningkatkan ambilan partikel LDL yang

mengandung kolesterol, sehingga LDL plasma turun. Ambilan yang miningkat ini

dilakukan melalui upregulasi reseptor LDL pada permukaan sel.


Penggunaan dalam terapi : resin yang mengikat asam empedu (sering

dikombinasidengan diet atau niasin) adalah obat-obat pilihan dalam mengobati

hiperlipidemia tipe II a dan II b. kolestiramin juga dapat meringankan pruritus

akibat akumulasi asam empedu pada pasien dengan obstruksi biliar.

Farmakokinetik : kolestiramin dan kolestipol diminum per oral. Karena tidak larut

dalam air dan merupakan molekul yang sangat bessar (berat molekul lebih dari

106), keduanya tidak diabsorbsi atau dimetabolisme dalam usus. Sebaliknya

semua dikeluarkan dalam feses.

Efek samping :

a. Efek Gastrointestinal : efek samping paling sering adalah gangguan pencernaan

seperti konstipasi, mual dan flatus.

b. Gangguan Absorbsi : absorbsi vitamin larut lemak A,D,E,K dapat terganggu

jika terdapat dosis resin yang tinggi. Absorbsi asam folat dan askorbat juga

dapat berkurang.

c. Interaksi Obat : kolestiramin dan kolestipol mengganggu absorbsi beberapa

obat dalam usus, misalnya tetrasiklin, fenobarbital, digoksin, warfarin,

pravastatin, fluvastatin, aspirin, dan diuretic thiazid. Karena itu, obat-obat

harus diminum 1-2 jam sebelum atau 4-6 jam setelah resin pengikat asam

empedu ini diminum.

d. Inhibitor HMG – CoA reduktase : Atrovastatin, Lovastatin, Pravastatin,

Simvastatin, dan Fluvastatin

Kelompok antihiperlipidemia yang baru ini menghambat tahap pertama

aktifitas enzim dalam sintesis sterol. Analog dengan struktural alamia, asam3-
hidroksi-3metil Glutarat (HMG), semua obat dalam grup ini berpacu dalam

menghambat hidrosi metil glutaril koenzim A (HMG-CoA reduktase). Kecuali

fluvastati, inhibitor HMG reduktase lainnya merupakan modifikasi kimia dari

senyawa alamia yang terdapat dalam jamur.

Mekanisme Kerja Inhibisi

a. HMG-CoA reduktase

Lovastatin, simvastatin, pravastatin, fluvastain adalah analog 3-tatin dan

simvastatin adalah lakton yang dihidrolisis menjadi obat aktif. Pravastatin dan

fluvastatin aktif dengan cara demikian. Karena afinitasnya yang kuat terhadap

enzim, semua efektif berpacu menghambat HMG-CoA reduktase, tahapan terbatas

dalam sintesis kolesterol. Dengan menghambat sintesis kolesterol denovo-, obat

akan menghabiskan simpanan kolesterol.

b. Penurunan reseptor LDL

Penghapusan kolesterol intraseluler menyebabkan sel meningkat jumlah

resepto LDL permukaan sel spesifik yang dapat mengikat dan

menginternalisasikan LDL yang beredar. Sehingga, hasil akhir adalah penurunana

kolesterolplsama karena sintesis berkurang dan peningkatan katabolisme LDL.

Inhibitor HMG-CoA reduktase, seperti kolestiramin , dapat meningkatkan kadar

HDL plasma pada beberapa pasien sehingga menurunkanresiko mendapatkan

penyakit PJK. Penurunan triasilgliserol juga terjadi sedikit.

3. Penggunaan Dalam Terapi

Obat-obat ini efektif dalam menurunkan kadar kolesterol plasma pada

semua jenis hiperlipidemia. Namun pasien yang homozigot untuk penyakit


hiperkolesterolemia kekurangan reseptor LDL dan oleh karenanya mendapatkan

keuntungan sedikit dari obat-obat ini. Perlu diperhatikan bahwa meskipun proteksi

diberikan karena pengurangan kadar kolesterol, kira-kira ¼ pasien yang diobati

dengan obat ini masih menderita masalah koroner. Karena itu diperlukan strategi

tambahan seperti diet, latihan, atau obat tambahan perlu diberikan.

Farmakokinetik: pravastatin dan fluvastatin hamper seluruhnya dapat

diabsorbsi setelah pemberian oral; dosis oral lovastatin dan simvastatin diabsorbsi

30-50%. Pravastatin dan fluvastatin adalah obat aktif langsung, sedangkan

lovastatin dan simvastatin harus dihidrolisis menjadi asam. Karena ekstraksi first

pass, kerja utama obat-obat ini pada hati. Semua mengalami biotransformasi,

beberapa produk masih tetap aktif. Ekskresi terjadi terutama melalui empedu dan

feses, tetapi pengeluaran melalui urin juga terjadi. Waktu paruh berkisar antara

1,5-2 jam.

Efek samping :

 Hati : kelainan biokimiawi fungsi hati telah terjadi dalam penggunaan

inhibitor HMG-CoA reduktase. Karena itu, sangat diperlukan menilai

fungsi hati dan mengukur kadar serum transaminase secara periodic.

Semua akan kembali normal jika obat dihentikan.

 Otot : miopati dan rhabdomiolisis (disintegrasi atau disolusi otot) jarang

dilaporkan. Dalam beberapa kasus, pasien biasanya menderita insufisiensi

ginjal atau mengambil obat seperti siklosporin, itrakonazol, eritromisin,

gemfibrosil atau niasin. Kadar keratin kinase plasma harus diperiksa

secara teratur.
 Interaksi obat : inhibitor HMG-CoA reduktase juga meningkatkan kadar

kumarin. Sehingga, penting untuk sering mengevaluasi waktu protrombin.

 Kontra indikasi : obat-obat ini merupakan kontraindikasi bagi ibu hamil

atau menyusui. Obat-obat ini tidak boleh digunakan pada anak-anak atau

remaja.

4. Terapi obat kombinasi

Kadang-kadang perlu memberikan 2 antihiperlipidemia untuk

mendapatkan penurunan kadar lipid plasma yang signifikan. Sebagai contoh, pada

hiperlipidemia terapi II, pasien sering diobati dengan kombinasai niasin ditambah

obat pengikat asam empedu, seperti kolestiramin. Kombinasi inhibitor HMG-CoA

reduktase dengan zat pengikat asam empedu juga telah menunjukkan manfaat

dalam menurunkan kolesterol LDL.

Tabel 5. Efek Terapi Obat Lipid dan Lipoprotein

Obat Mekanisme Efek Lipid Efek Lipoprotein Keterangan


Aksi
Cholestyramine, Naiknya Turunnya Turunnya LDL Permasalahan
colestipol, katabolis kolestero akibat
colesevam me LDL, l komplikasi,
turunnya ikatan
Absorpsi dengan
kolesterol, beberapa
obat
golongan
asam
Niacin Turunnya Turunnya Turunnya Masalah
LDL, trigliseri VLDL,LDL,HDL dengan
sintesis da dan penerimaan
VLDL kolestero pasaien,
l kombinasi
yg baik
dengan
resin
obat,menye
babkan
hepatotoksi
k yang
rendah
Probucol Naiknya Turunnya Turunnya LDL dan Menurunnya
bersihan kolestero HDL HDL,
LDL l efikasi
dengan
menghamb
at oksidasi
LDL dan
fasilitator
bolak balik
kolesterol
Gemfibrozil, Naiknya Turunnya Turunnya VLDL, Menyebabkan
fenofibrate, bersihan trigliseri LDL dan naiknya kolesterol,
clofibrate VLDL da dan HDL rendahnya
dan kolestero lDL akibat
turunnya l HDL,
sintesis Gemfibrosil
VLDL menghamb
at
glukoronida
si oleh
simvastatin,
lovastatin,
atorvastatin
Lomvastatin, Naiknya Turunnya Turunnya LDL Naiknya
pravastatin, katabolis kolestero aktivitas
simvastatin,fluvastati me LDL l family
n, atrovastatin, dan heterozygot
furvastatin mengham e
bat hiperkolestr
sintesis olemia
LDL dengan
kombinasi
beberapa
agen
Ezetimibe Menghambat Turunnya Turunnya LDL Menimbulkan
absorpsi kolestero reaksi efek
koloestero l samping
l dan dan reaksi
melewati additive
saluran dengan
intestinal obat lain

Tabel 7. Anjuran Pemilihan Pengobatan Hiperlipidemia

Tipe Hiperlipidemia Pilihan Obat Terapi Kombinasi


I Tidak diindikasikan -
Diet
IIA Diet
Statin Niacin atau BAR
Kolesteramin atau Statin atau Niacin
Kolestipol Statin atau BAR
Niacin Ezetimib
IIB Diet
Statin BAR/Fibrat/Niacin
Fibrat Statin/Niacin/BAR
Niacin Statin/Fibrat
Ezetimib
III Diet
Fibrat Statin /Niacin
Niacin Statin/Fibrat
Ezetimib
IV Diet
Fibrat Niacin
Niacin Fibrat
V Diet
Fibrat Niacin
Niacin Minyak Ikan
*BAR (Bile Acid Resin) pengikat asam empedu

G. Evaluasi Keberhasilan Terapi

 Respon terhadap diet dan terapi obat dengan pengukuran kolesterol total,

LDL, HDL, dan Trigliserida.

 Perhitungan lipid dilakukan pada waktu puasa untuk meminimalisasi

gangguan pengukuran dari kilomikron.

 Pasien dengan terapi resin asam empedu sebaiknya melakukan pengecekan

puasa selama 4-8 minggu sampai dosis stabil tercapai.


 Pasien dengan faktor resiko beragam dan penyakit jantung coroner

sebaiknya dipantau dalam pengaturan faktor resikonua seperti control

tekanan darah, berhenti total merokok, kontrol berat badan, kontrol

glikemik (bila diabetes).

 Pasien yang mendapatkan statin sebaiknya melakukan pengecekan puasa

4-8 minggu setelah dosis awal atau perubahan dosis, tes fungsi hati, kadar

asam urat.

H. Algoritma Terapi

Firts line terapi untuk hiperlipidemia menurut CPHCS Care Guide (2011) yaitu

sebagai berikut:

Gambar Algoritma terapi hiperlipidemia

Golongan statin efektif menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dan

merupakan terapi utama untuk mayoritas pasien hiperlipidemik. Statin adalah

inhibitor HMG KoA reduktase yang memblok sintesis kolestrol.Dokter


memberikan obat anti hiperlipidemia golongan statin (Simvastatin 40mg/hari)

untuk menurunkan profil lipid pasien.Setelah 1 tahun 3 bulan, terapi

hiperlipidemia pasien mencapai target.

1. Simvastatin

Dosis 40 mg perhari obat diminum setelah atau sebelum makan

sebelum tidur

I. Komplikasi

 Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur

paling tidak dalam tiga kesempatan berbeda. Tekanan darah normal bervariasi

sesuai usia. Sehingga diagnosis hipertensi spesifik sesuai usia, namun secara

umum, seorang dianggap mengalami hipertensi bila tekanan sistolik >140 mmHg

dan tekanan diastolik >90 mmHg.

Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume

sekuncup, dan tahanan perifer, maka peningkatan salah satu dari tiga faktor diatas

yang tidak dikompensasi akan menyebabkan tekanan darah tinggi. Peningkatan

frekuensi denyut jantung dapat terjadi karena perangsangan yang abnormal saraf

atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang

berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi

apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron atau penurunan aliran

darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan mineral oleh ginjal.

Penambahan volume darah akan meningkatkan volume diastolik akhir sehingga

terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Selain itu pada penderita

DM diamana darah menjadi kental akibat kadar gula yang tinggi akan menambah

kontraktilitas otot jantung sehingga tekanan darah meningkat. Pada retensi

elektrolit viskositas darah akan meningkat.

Peningkatan tahanan perifer yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol atau responsivitas

berlebihan dari arteriol terhadap perangsangan normal. Peningkatan tahanan

perifer juga disebabkan oleh kekakuan dinding pembuluh darah karena plak yang

menenpel pada pembuluh darah dan menurunkan laju alir darah sehingga

mencetuskan faktor lokal yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga tahanan

perifer meningkat dan terjadi tekanan darah tinggi.

Hipertensi dapat ditimbulkan akibat aterosklerosis karena pembentukan

trombus, jaringan parut, dan proliferasi sel otot polos yang menyebabkan lumen

arteri berkurang serta resistensi terhadap aliran darah yang melintasi arteri

meningkat. Ventrikel kiri harus memompa secara lebih kuat untuk menghasilkan

cukup gaya yang mendorong darah melewati sistem vaskular yang menyempit

sehingga dapat timbul hipertensi. Hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh

viskositas darah yang meningkat.

 Jantung Koroner
Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi

menyuplai makanan bagi sel-sel jantung.Penyakit jantungkoroner terjadi bila


pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan

lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu

disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya

pada arteri koroner.

Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner

mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat

beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali

karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung

yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan

ketika sedang beristirahat.

Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung

melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal

jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya

dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan

persendian.

 Obesitas
Obesitas adalah kelebihan proporsi total lemak tubuh. Seseorang dianggap

gemuk jika berat nya adalah 20% atau lebih di atas berat badan normal. Ukuran

yang paling umum dari obesitas adalah indeks massa tubuh atau BMI. Seseorang

dianggap kelebihan berat badan jika BMI nya adalah antara 25 dan 29,9,

seseorang dianggap obesitas jika BMI-nya lebih dari 30.

Morbid obesitas berarti bahwa seseorang adalah baik 50% -100% dari

berat badan normal, lebih dari 100 pound selama berat badan normal, memiliki
BMI 40 atau lebih tinggi, atau cukup kelebihan berat badan sangat mengganggu

kesehatan atau fungsi normal.

Orang gemuk dan obesitas memiliki resiko peningkatan insiden penyakit

jantung, dan dengan demikian menjadi korban serangan jantung, gagal jantung

kongestif, kematian jantung mendadak, angina, dan ritme jantung yang abnormal

lebih sering daripada yang menjaga indeks massa tubuh yang sehat.

 Asam Urat
Bahaya asam urat, yang merupakan serangan gout arthritis yang menyebabkan

penderita mengalami sakit parah yang menyerang sendi tiba-tiba berdenyut atau

menyakitkan seperti jarum. Selain sakit parah, sendi akan juga terlihat meradang,

merah hangat, lembut, sendi meradang berjumlah kurang dari empat

(oligoartritis), dan serangan di satu sisi (unilateral). Jika parah, nyeri yang

dirasakan dapat membuat penderitaan sulit untuk bergerak.

Waspadai Komplikasi Asam Urat (Gout)

Asam urat bisa terjadi karena tingginya kadar purin dalam tubuh, atau

mungkin juga karena penurunan fungsi ginjal. Anda harus tahu, itu mengkonversi

asam urat juga harus dilakukan dengan obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dan

diabetes mellitus.Biasa dikenal dengan pria yang lebih tua dari 30 tahun.
Tiap jari, ibu jari, pergelangan kaki, sendi lutut, dan retina mata

(pengendapan asam urat dapat menyebabkan gangguan penglihatan) umumnya

target utama serangan gout. Anda harus menyadari komplikasi asam urat. Asam

urat tinggi dapat mempengaruhi atau ada hubungannya dengan penyakit lain

seperti batu ginjal dan disfungsi ginjal. Dan lebih buruk, kristal asam urat juga

dapat diinstal dalam hati dengan disfungsi jantung konsekuen.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kadar lipid darah yang melebihi kadar

normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah dan

karena sering disertai peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga

hiperlipoproteinemia. Hiperlipidemik dapat berupa hiperkolesterolemia dan

hipertrigliseridemia.

2. Pasien pengidap hiperlipidemia akan merasakan tanda dan gejala berupa Sakit

dada, Jantung berdebar, berkeringat, cemas, nafas pendek, hilangnya kesadaran

atau kesulitan berbicara atau bergerak, sakit abdominal dan kematian mendadak.

Adapun cara mendiagnosa pasien hiperlipidemia adalah dengan memperhatikan

ada atau tidaknya faktor resiko jantung dan sejarah penyakit jantung atau

gangguan lipid, ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia termasuk

pengobatan secara bersamaan, ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdominal, atau

sejarah pancreatitis, penyakit ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer,

aneorisme aortic abdominal, atau penyakit pembuluh darah otak (bruits carotid,

stroke, serangan iskemik transient).

3. Pengobatan pada pasien hiperlipidemia dapat dilakukan dengan pengobatan

farmakologis (menggunakan obat) dan nonfarmakologis (Tanpa obat). Untuk

farmakologis dapat digunakan obat-obatan yang dapat menyerap asam empedu,

menghambat sinstesa protein, penghambat HMG, koenzim A-reduktase, dan


derivate asam fibrat. Untuk secara non farmakologis dengan melakukan diet

dengan mengkonsumsi makanan rendah kolesterol, menurunkan berat badan jika

mereka mengalami kelebihan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah

lemak dan kolesterol dalam tubuhnya, menambah porsi olahraga.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2006, Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana


Kesehatan , Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Dipiro, Joseph T., 2005. Pharmacotherapy : A patophysiologic Approach. New


York : McGaraw-Hill.

Suyatna, F.D. (2007). Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R.


Setiabudy,Nafrialdi, Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal.

Gitawati, Lucie Widowati dan Frans S., 2015, Penggunaan Jamu pada Pasien
Hiperlipidemia Berdasarkan DataRekam Medik, di Beberapa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di Indonesia, Jurnal Kefarmasian Indonesia,
Volume 5 (1).

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC

Harikumar, K., S.A.Althaf.,B.K.Kumar., M.Ramunaik.,CH.Suvarna, 2013. A


Review of Hyperlipidemic.International Journal of Novel Trends In
Pharmaceutical Sciences 3 (4).

Katzung, B.G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi III, 693-694, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
KASUS DAN PEMBAHASAN

SOAL :

Bapak BW umur 56 tahun mengalami sakit dada 3 bulan lalu dan telah masuk RS

dengan diagnosis Angina Tak Stabil (Unstable Angina). Tuan BW memiliki

Riwayat Penyakit : Hipertensi yang diterapi dengan enalapril 10 mg,/hari. Hasil

Lab Untuk profil lipid pada saat masuk : Kolesterol Total : 235 mg/dl, HDL-C :

35 mg/dl, LDL-C : 165 mg/dl, TG : 300 mg/dl

Bapak BW juga menjalani Kateterisasi kardiak yang menunjukan 90% lesi

anterior kiri bagian atas arteri. Obat simvastatin 40 mg setiap malam, Ezetimibe

10 mg setiap hari, Asam asetil salisilat 325 mg setiap hari, Klopidrogel 75

mg/hari, metoprolol 100 mg 2x/hari dan enalapril 10 mg/hari.

Saat ini bapak BW BB 99,5 kg, TB 183 cm (IBW : 63,5-84 kg) dan lingkar

pinggang 106,7 cm. Bapak BW telah kehilangan 4,5 kg BB. Dia mampu

berenang 1,6 km (3x/minggu) tanpa gejala iskemi jantung. Ayahnya meninggal

diumur 58 thn karena infark miokard/MI. Dia tidak merokok. Hasil Pemeriksaan

fisik : TD 148/90 mmHg, HR 60x/menit, daerah mata terlihat seperti cincin putih

(arcus senilis), denyut nadi tidak teratur tanpa memar pada vascular.

Hasil pemeriksaan lab : Kadar TSH normal, fungsi hati dan ginjal normal.

urinalisasi normal, glukosa darah puasa 120 mg/Dl, total kolesterol 143 mg/dL,

Trigliserida 210 mg/dL, HDL 33 mg/dL, LDL 63 mg/dL.

Pertanyaan :
1. Apa faktor resiko penyebab CHD/PJK, apakah berhubungan dengan profil
lipid.?
2. Apa yang menjadi faktor resiko penyakit bpk BW.?
3. bagaimana tatalaksana terapi pasien, jika setelah modifikasi terapi TD
tetap.? (termaksud terapi tambahan)
4. apa terapi non farmakologi dan farmakologi.?
Penyelesaian :

1. Menurut Koda Kimble

− Hipertensi
Hipertensi, > atau sama denga 140/90 mmHg juga merupakan fakter resiko
PJK
− Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga (Infark miokard) juga merupakan faktor resiko PJK. Dimana
ayah pasien meninggal di umur 58 tahun karena infark miokard.
− Diabetes melitus juga salah satu faktor resiko yang dominan.
Kecenderungan untuk terjadinya asteroklorosis pun meningkat dan dapat
mengakibatkan terjadinya PJK jika kadar glukosa dalam darah meningkat.
− HDL Rendah
HDL rendah < atau sama dengan 40 mg/dL juga faktor resiko PJK. HDL-C
rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko PJK. Namun, bukti spesifik dari
uji klinis bahwa meningkatkan HDL-C mengurangi PJK masih kurang.
Pasien dengan lowHDL-C harus didorong untuk berolahraga dan
mempertahankan berat badan yang sehat.
− Umur
Usia ≥ 40 thn beresiko dibandingkan usia ≤ 40 thn. Resiko ini bisa saja
terjadi jika tidak menerapkan gaya hidup sehat salah satunya, akibatnya
terjadi penumpukan plak pada dinding pembulu darah sedikit sehingga
terjadi penyempitan dan beresiko tinggi terkena PJK akibat dari
penyempitan pembuluh darah tersebut.
− Hubungannya dengan profil lipid yaitu :
PJK adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh
darah koroner, sehingga terjadi gangguan aliran darah ke otot jantung
karena aterosklerosis. Dimana aterosklorosis itu menumpuknya lemak,
kolesterol, dan zat lain di dalam dinding arteri sehingga terjadi penimbunan
plak ini yang menyebabkan terhalangnya aliran darah. Apalagi dikaitkan
denga tingginya kadar TG dan rendahnya HDL yang menjadi pemicu
timbulnya PJK.
2. Berdasarkan data terbaru pasien, BW dianggap sebagai pasien yang memiliki
resiko PJK yang sangat tinggi karena level TG nya masih tetap tinggi.
Tingkat TG yang tinggi merupakan faktor risiko untuk PJK. Pasien dengan
kadar TG tinggi hampir selalu memiliki HDL-C yang rendah, yang juga
memprediksi risiko PJK. Tingginya TG (150 hingga 500 mg / dL, indikasi
peningkatan kehadiran partikel sisa VLDL), tingkat HDL-C yang rendah
(<40 mg / dL), dan tingkat LDL-C yang cukup tinggi (termasuk peningkatan
konsentrasi partikel LDL kecil dan padat, non-HDL-C, dan apolipoprotein).
Paling umum, pasien ini kelebihan berat badan atau obesitas dengan
peningkatan lingkar pinggang, hipertensi, dan resisten insulin,
bermanifestasi sebagai glukosa puasa tinggi atau glukosa puasa terganggu,
dan dikatakan memiliki sindrom metabolik.
3. Data pasien BW TD 148/90 mmHg (terjadi penurunan dari sebelumnya)
sehingga Menurut JNC VIII tuan BW masuk dalam hipertensi stage 1
(sistolik BP 140 hingga 159 mmHg). Sehingga terapi obat yang diberikan
yaitu dari gol.obat ACEI. Terapi tambahan untuk pasien BW dilihat kembali
profil TD nya. Jika pasien BW TDnya meningkat maka kombinasi 2 obat
(jika stage 2) diperlukan. Jika TD nya tetap maka ditingkatkan dosis
obatnya.
4. - Terapi Farmakologi
a. Hipertensi
Tetap diberikan Obat Enalapril Gol. ACEI namun ditingkatkan dosisnya
menajdi 20 mg/hari.
Indikasi : direkomendasikan untuk pasien dengan IM, penderita
hipertensi dengan DM (dapat menurunkan resistensi
insulin), gagal jantung.
KI : Hipersensitif, wanita hamil, menyusui, gagal ginjal,
hiperkalemia.
ES : Hipotensi, gangguan fungsi ginjal, batuk kering,
ruam, gangguan pengecapan, mual, muntah.
Dosis : Hipertensi dosis awal 1x5 mg/hari. Dosis penunjang
1x 10-20 mg/hari. Jika hipertensi berat maka dapat
ditingkatkan sampai maksimal 1x40mg/hari. Terapi
untuk IM akut yaitu 5-20 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
Sedian : Tablet.
Keterangan : alasan pemilihan obat ini yaitu, pasien memiliki data
pemeriksaan fisik yang menunjukan bahwa pasien
masuk dalam pengobatan hipertensi stage 1 dan juga
lini pengobatan pasien hipertensi + dislipidemia yaitu
golongan ACEI namun disni kami tingkatkan
dosisnya untuk mencapai target terapi TD normal.
b. Dislipidemi
Obat gol.Fibrat (Gemfibrozil)
Indikasi : Mencegah PJK untuk pasien yang tidak merespon
baik terhadap diet, hipertrigliserida,
hiperkolesterolimia, dislipidemia, dislipidemia akibat
diabetes..
KI : Gangguan fungsi hati berat, ginjal, kantung empedu,
hipersensitifitas,
P : mempengaruhi uji fungsi hati, kehamilan, menyusui
ES : gangguan saluran cernah, dispepsia, ruam, mual,
muntah, lelah, diare, miopati, rabdiomiolisis
D : 2x600 mg /hari, 30 menit sebelum makan
Keterangan : Pemilihan obat ini didasarkan pada tingginya kadar
TG dan rendahnya HDL. Dimana gemfibrozil dari
Gol.Fibrat ini bisa menurunkan kadar TG dan
meningkatkan kadar HDL.
- Terapi Non Farmakologi
Pada pasien yang berisiko tinggi terkena PJK, maka intervensi
terapeutik tidak boleh ditunda. Tidak hanya akan memulai pengobatan
pelayanan kesehatan rumah sakit juga harus memberikan informasi
pengurangan risiko, tetapi pasien lebih cenderung untuk menghubungkan
terapi ini dengan kejadian akut.

Anda mungkin juga menyukai