Anda di halaman 1dari 9

Tugas Pendidikan Agama

Disusun oleh

Salsa istiqomah
SDN Kebon Bawang 08 PT
puasa Ramadhan – Pengertian, Rukun, Syarat,
Ketentuan Puasa Ramdahan
Secara bahasa, puasa diartikan sebagai menahan dari sesuatu. Syarat Sah Puasa
Ramadhan adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkannya yang disertai
dengan adanya niat dan dilakukan mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari
Rukun Puasa Ramadhan adalah menahan diri dari rasa lapar dan dahaga, serta dari perbuatan-
perbuatan buruk maupun dari segala hal yang dapat membatalkannya dalam periode waktu
tertentu dengan Persiapan Puasa Ramadhan dilakukan dalam jangka waktu satu hari. Adapun
pelaksanaan Puasa Ramadhan dan Fadhilahnyaadalah sebagai bentuk upaya dalam rangka
menunaikan ibadah. Akan tetapi bagi sebagaian masyarakat, puasa juga dilakukan dalam
rangka tujuan tertentu seperti untuk meningkatkan kualitas kehidupan spiritual seseorang,
seperti puasa yang dilakukan oleh para pertapa.
Puasa Menurut Ajaran Agama Islam
Puasa dalam islam juga dikenal dengan shaum yang merupakan salah satu ibadah yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam yang mana Puasa Ramadhan dan
Cara Pelaksanaannya boleh dilakukan pada hari apa saja, kecuali di Hari yang Dilarang
Puasa yaitu dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dan di tiga hari tasrikAdapun definisi dari
puasa menurut islam adalah menahan diri dari dua syahwat (yaitu perut dan kemaluan) serta
dari segala yang memasuki tenggorokan seperti obat-obatan dan lain sebagainya yang
dilakukan mulai dari terbit fajar kedua / shadiq hingga Waktu Buka Puasa yaitu terbenamnya
matahari kembali. Disertai oleh niat yang tulus dengan tujuan untuk mendapatkan ridho dari
Allah SWT.
Ditinjau dari hukumnya, puasa dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Puasa wajib seperti puasa ramadhan, puasa kifarah, puasa qadla, serta puasa nazar(Baca)
2. Puasa sunnah. Macam – Macam Puasa Sunnah seperti puasa enam hari Syawal, puasa
Arafah, puasa Tasu’a dan Asyura, puasa ayyamul bidh, puasa Senin Kamis, puasa Daud, dan
sebagainya.
3. Puasa makruh seperti mengkhususkan bulan Rajab untuk berpuasa, mengkhususkan hari
Jum’at untuk berpuasa.Puasa haram, seperti puasa pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan
puasa pada hari tasyrik.Nah kali ini kita akan membahas tentang puasa wajib, khususnya
tentang puasa Ramadhan.

Pengertian Puasa Ramadhan


Puasa Ramadhan merupakan pelaksanaan dari Rukun Iman yang keempat yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT kepada seluruh hamba-Nya yang beriman.Allah telah
berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Jadi, dari Firman Allah SWT di atas bisa disimpulkan bahwa melaksanakan puasa Ramadhan
adalah wajib hukumnya, dimana hal tersebut adalah bentuk pertanggungjawaban manusia
kepada penciptanya secara langsung serta kegiatan yang menyangkut aspek hablum minallah.
Akan tetapi, dengan menjalankan puasa Ramadhan juga memiliki keterkaitan yang begitu
erat di antara manusia satu dengan manusia lainnya, seperti timbulnya rasa simpatik serta rasa
kebersamaan, timbulnya semangat untuk saling tolong menolong, dan masih banyak lagi.
Selain itu, puasa merupakan salah satu bentuk ketentuan Allah yang harus dijalankan oleh
setiap mukmin, dimana dalam syariat islam tujuan berpuasa adalah untuk meningkatkan
kualitas ketakwaan kita.
Selain ayat 183, dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 185 juga tampak sekali tentang kewajiban bagi
umat muslim dalam menjalankan puasa Ramadhan
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang
siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185)

Rukun Puasa Ramadhan


Adapun Rukun Puasa Ramadhan adalah :
1. Niat
Niat dan doa di bulan Ramadhan merupakan tahapan penting dalam menjalankan puasa
Ramadhan maupun ibadah-ibadah lainnya. Dimana, hal tersebut merupakan Persiapan Puasa
Ramadhan yang dilakukan sebelum melaksanakan puasa maupun jenis ibadah lainnya.
Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Jamaah, Rasulullah Sholallahu Alaihi
Wassalam bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya amal tergantung dari niat, dan setiap manusia hanya memperoleh apa yang
diniatkannya.”
Niat Doa Puasa Ramadhan diucapkan sebelum fajar tiba. Dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh 5 orang perawi dari Hafsah.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda:
“barang siapa tidak berniat berpuasa sebelum fajar, tak ada puasa baginya.”
Akan tetapi dalam pengucapan niat puasa Ramadhan terdapat perbedaan diantara beberapa
golongan, yaitu :

 Menurut mahdzab Syafe’i, Hanafi, dan Hambali niat pelaksanaan puasa Ramadhan, wajib
dilakukan disetiap malam pada bulan-bulan tersebut, yaitu mulai dari terbenamnya matahari
hingga sebelum sang fajar terbit. Adapun lafadz niat puasa ramdhan adalah: “Nawaitu
shouma ghodin ‘an adaa-i fardhi syahri romadhoona haadzihis sanati lillaahi ta ‘aala”
Yang artinya “Aku berniat puasa esok hari menunaikan kewajiban Ramadhan tahun ini
karena Allah Ta’ala.”

 Menurut mahdzab Maliki menyatakan hal yang lain yaitu niat untuk berpuasa Ramadhan bisa
dilakukan sekali saja, yaitu pada malam pertama yang diniatkan selama sebulan
penuh. Adapun lafadz niatnya adalah “Nawaitu sauma syahri ramadana kullihi lillaahi
ta’aalaa.” Yang artinya “Aku berniat berpuasa sebulan Ramadhan ini karena Allah ta’ala.”

2. Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lainnya
yang dapat membatalkan puasa
Allah telah berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 187, yang artinya:
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri kamu. Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa
kamu tidak dapat menahan dirimu, karena itu Allah mengampuni dan memaafkan kamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri
mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu
mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar
mereka bertakwa.”

Syarat Puasa Ramadhan


Syarat Sah Puasa Ramadhan sama seperti syarat-syarat berpuasa pada umumnya, dimana
syarat tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Syarat Wajib puasa
Yang dimaksudkan dengan syarat wajib berpuasa yaitu apabila seseorang telah tiba pada
masa tertentu, maka ia wajib melaksanakan ibadah tersebut. Adapun syarat wajib puasa
adalah:

 Berakal, artinya puasa diwajibkan bagi mereka yang waras dalam berfikir sebagai seorang
manusia. Dengan kata lain tidak gila, tidak sadarkan diri (koma.
 Baligh, artinya puasa diwajibkan bagi mereka yang telah mencapai usia baligh disisi syarak.
Adapun tanda seseorang yang bisa dikatakan baligh antara lain adalah:

-> Ihtilam (keluar air mani baik dalam keadaan sadar maupun sedang bermimpi.
-> Tumbuhnya bulu pada kemaluan.
-> Pada wanita terdapat dua tanda khusus yakni datangnya haid serta kehamilan.

 Kuat mengerjakan puasa, artinya apabila seseorang sedang dalam keadaan sakit yang apabila
dengan berpuasa akan mendatangkan beban kepada dirinya seperti penyakit yang ia derita
semakin parah atau sesorang yang sedang dalam perjalanan jauh ( seorang musafir ) maka ia
tidak diwajibkan untuk berpuasa.Hal ini dipertegas dengan firman Allah dalam Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 185, yang artinya:

“…barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain…”
2. Syarat Syahnya puasa
Islam, artinya puasa Ramadhan telah disyariatkan bagi umat Islam, dan bukan bagi orang-
orang yang kafir. Mumayiz, artinya mampu membedakan yang baik dan yang tidak baik.
Suci dari Haid dan nifas bagi kaum wanita, artinya jika seorang wanita sedang dalam keadaan
haid maupun nifas, maka ia tidak diperbolehkan untuk berpuasa, akan tetapi ia wajib
menggantikannya di lain hari sebanyak puasa yang telah ia tinggalkan di bulan
tersebut.Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Muslim menjelaskan :
“Dari Mu’adzah dia berkata, Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, ‘Kenapa
gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Maka Aisyah
menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan
Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami
haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk
mengqadha’ shalat.”

Hal-hal yang memperbolehkan untuk berbuka puasa (tidak berpuasa)


Puasa Ramadhan diwajibkan bagi mereka yang beriman baik itu laki-laki maupun
perempuan, serta bagi mereka yang telah baligh dan memiliki pikiran yang waras dan juga
sehat. Akan tetapi beberapa golongan orang diperbolehkan untuk tidak menjalankan ibadah
puasa Ramadhan dengan ketentuan:
1. Dalam Perjalanan Jauh
Mereka yang sedang dalam perjalanan jauh atau bepergian dengan ukuran yang boleh
mengerjakan shalat qashar dan tujuan dari bepergian tersebut adalah tidak untuk kemaksiatan.
Mereka yang mengalami hal tersebut memiliki kewajiban untuk mengqada puasanya di lain
hari.
Kita bisa melihat dalilnya dari cuplikan Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 184, Allah
SWT telah berfirman, yang artinya:
“(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”
2. Orangtua Berusia Lanjut
Mereka yang tidak kuat berpuasa karena sudah tua dan tidak memungkinkan bagi mereka
untuk menjalankan ibadah tersebut. Orang-orang seperti itu tidak diwajibkan untuk
mengqadlanya, akan tetapi ia diwajibkan untuk mengeluarkan fidyah jikalau ia mampu
mengeluarkannya.
Kita bisa melihat dalilnya dari cuplikan Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 184, Allah
SWT telah berfirman, yang artinya:
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu), memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
3. Dalam Keadaan Sakit
Mereka yang sedang dalam keadaan sakit dan bisa sembuh lagi. Bagi orang-orang seperti ini,
terdapat kewajiban untuk menqadla puasanya dikemudian hari setelah ia sembuh, akan tetapi
jika ia tidak dapat mengqadlanya, ma ia berkewajiban untuk membayar fidyah jika ia mampu.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Al-Baihaqi, Rasulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:
“Maka ditetapkanlah kewajiban puasa bagi setiap orang yang mukim dan sehat dan diberi
rukhsah (keringanan) untuk orang yang sakit dan bermusafir dan ditetapkan cukup memberi
makan orang miskin bagi orang yang sudah sangat tua dan tidak mampu puasa.”
4. Wanita Menyusui dan Hamil
Bagi mereka terdapat kewajiban untuk mengqadha puasa di kemudian hari atau dengan cara
membayar fidyah. Beberapa ulama menyatakan bahwa bagi wanita hamil dan menyusui
selain kewajiban membayar fidyah, maka ia wajib mengganti puasanya di lain hari.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, yang artinya:
“Wanita yang hamil dan wanita yang menyusui apabila khawatir atas kesehatan anak-anak
mereka, maka boleh tidak puasa dan cukup membayar fidyah memberi makan orang miskin
“ (HR. Abu Dawud).

Sunah – Sunah dalam Menjalankan Puasa

 Sahur yang hendaknya dilakukan pada akhir malam meskipun hanya dengan seteguk air saja.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar menjadi kekuatan bagi mereka yang berpuasa.
Sebaiknya sahur diakhiri sebelum terbitnya fajar.
 Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, yang artinya:

“Sahur itu suatu berkah. Maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan
meneguk seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas orang
yang bersahur.” [HR. Ahmad]

 Menyegerakan untuk berbuka puasa apabila telah nyata benar waktu terbenam matahari. Dan
sangat dianjurkan bagi mereka yang berpuasa untuk berbuka puasa dengan kurma atau
makanan yang manis-manis, atau juga bisa dengan air saja. Dalam sebuah hadist,Rasulullah
Shollallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya:

“Apabila seseorang diantara kalian berbuka, maka hendaklah ia berbuka dengan korma.
Jika ia tidak memperoleh korma, hendaklah ia berbuka dengan air, karena air itu bersih dan
membersihkan.” [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Sulaiman bin ‘Amir]

 Membaca Niat Buka Puasa. Adapun niat do’a berbuka puasa yang sering kita dengar adalah
“Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘alaa rizqika afthartu birahmatika ya
arhamarrohimin.”Yang artinya:“Ya Allah bagi Engkau aku berpuasa dan dengan Engkau
beriman aku dengan rezeki Engkau aku berbuka dengan rahmat Engkau wahai yang Maha
Pengasih dan Penyayang.”Adapun lafadz do’a yang diucapkan oleh Rasulullah Sholallahu
Alaihi Wassalam ketika berbuka puasa adalah “Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa
Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah”yang artinya:“Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan
telah diraih pahala, insya Allah.”
 Berhati-hati dalam perkataan (menjaga lisan) serta bertaubat agar tidak terjatuh dalam
perbuatan kemaksiatan.

 Memperbanyak kegiatan beribadah seperti membaca, menghayati, serta mengamalkan


Alqur’an.

 Melaksanakan shalat tarawih pada malam hari serta shalat-shalat malam seperti tahajud dan
shalat witir.

 Beri’tikaf di dalam masjid untuk mengharapkan Malam Lailatul Qadar


 Meninggalkan Hal-Hal yang Membatalkan Puasa.

Hal-Hal yang diperbolehkan dan hal-hal yang dilarang selama berpuasa


Selama menjalankan puasa ramadhan, terdapat hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang
tidak boleh dilakukan. Apa sajakan itu ?
1. Hal-Hal yang boleh dilakukan selama berpuasa

 Menyiramkan air ke atas kepala di siang hari yang disebabkan oleh rasa haus maupun karena
udara yang sangat panas. Hal yang sama juga berlaku pada kegiatan menyelam kedalam air
pada siang hari, selama dalam melakukannya kita tidak menelan air tersebut secara sengaja.
 Melakukan Mandi Wajib atau mandi junub setelah adzan subuh berkumandang.
 Berhijamah disiang hari. Hijamah adalah proses membuang darah kotor yang bertoksin dan
beracun yang berbahaya, dari tubuh badan kita melalui permukaan kulit.
 Menggauli, menciumi, serta mencumbu istri di siang hari tetapi tidak sampai bersetubuh.
 Menghirup air ke dalam hidung (beristiyak) terutama pada saat sedang berwudlu, dengan
catatan tidak terlalu kuat pada saat melakukannya.
 Mencicipi makanan pada saat memasak.
 Disuntik pada siang hari.

2. Hal – hal yang dilarang selama berpuasa (yang membatalkan puasa)

 Makan dan minum disiang hari secara sengaja. Lalu bagaimana jika tidak sengaja? Dalam
sebuah hadist, Rasulullah Sholallahu alaihi Wassalam bersabda, yang artinya “Barangsiapa
yang terlupa, sedang dia dalam keadaan puasa, kemudian ia makan atau minum, maka
hendaklah ia sempurnakan puasanya. Hal itu karena sesungguhnya Allah hendak
memberinya karunia makan dan minu.”
 Muntah yang dilakukan dengan sengaja, sedangkan jika hal tersebut tidak sengaja dilakukan,
maka puasanya dianggap masih sah. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dan Tirmidzi, rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, yang artinya “Barangsiapa
yang muntah dengan tidak sengaja, padahal ia sedang puasa, maka tidak wajib qadha
(puasanya tetap sah), sedang barangsiapa yang berusaha sehinggga muntah dengan
sengaja, maka hendaklah ia mengqadha (puasanya batal)”
 Terbersit niat untuk berbuka puasa di siang hari
 Bersetubuh atau melakukan hubungan badan secara disengaja di siang hari. Hal ini selain
membatalkan puasa, juga ia juga wajib menjalankan puasa selama 60 hari secara terus
menerus.
 Mendapatkan haid di siang hari pada saat masih berpuasa.
Hikmah Puasa Ramadhan

1. Melatih kesabaran

Pada dasarnya, puasa adalah Cara Meningkatkan Kesabaran dalam bentuk amalan batin yang
berupa kesabaran dan bukan amalan yang semata-mata agar dilihat oleh banyak orang,
dimana kesempurnaan puasa seseorang hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri dan Allah
SWT. Dengan menjalankan ibadah puasa, merupakan suatu jalan untuk mengekang diri dari
perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkannya.
Dengan kata lain, puasa dapat melatih kesabaran dalam diri seseorang atau sebagai latihan
untuk meningkatkan ketabahan dalam diri seseorang, khususnya dalam menahan dorongan
hawa nafsu untuk melakukan hal-hal yang terlarang. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Baihaqi,
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda yang artinya
“Puasa adalah separuh kesabaran, dan kesabaran itu separuh iman.”

2. Membentuk Akhlaqul-karimah

Dengan menjalankan puasa Ramadhan, seorang insan akan terdidik untuk selalu berbuat hal-
hal yang baik dan mulia, karena selama berpuasa ia terbiasa menghindari kemaksiatan dan
sifat kemungkaran yang bisa membatalkan puasanya. Dengan begitu setiap insan akan dapat
mengubah serta melengkapi akhak dalam kehidupannya kepada tingkat yang lebih baik lagi.

3. Dapat mengembangkan nilai-nilai sosial

Dengan menjalankan puasa ramadhan, akan dapat mendidik setiap insan untuk lebih
menghargai serta merasakan jerih payah yang dilakukan oleh orang lain. Dengan begitu akan
dapat melahirkan sifat persaudaraan serta kehidupan bermasyarakat yang lebih baik

4. Dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang

Setiap insan akan dididik untuk mengistirahatkan anggota badan terutama organ-organ
pencernakan selama ia menjalankan puasa. Dengan demikian, hal tersebut akan memabntu
dalam membentuk badan sehingga menjadi lebih kuat dan segar kembali

5. Menumbuhkan rasa syukur dalam diri setiap insan

Berpuasa akan dapat meningkatkan rasa syukur kita pada Allah SWT atas segala nikmat yang
telah Ia berikan selama ini kepada kita, dan dengan melakukan puasa, setiap insan akan
dilatih untuk dapat merasakan penderitaan orang lain. Misalnya saja belum tentu orang lain
bisa menikmati makanan dan minuman yang dapat kita nikmati saat perut kita terasa lapar,
kita masih bisa berobat ke dokter pada saat kita sedang sakit, sementara orang lain belum
tentu bisa melakukannya, dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan ketakwaan dalam diri seseorang

Dengan menjalankan ibadah puasa ramadhan dengan baik dan benar, yaitu dengan tata cara
yang telah disyariatkan islam, maka akan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan
dalam diri seseorang. Selain itu, akan dapat menanbah ketabaha dan ketangguhannya dalam
menghadapi segala cobaan dan permasalaahn hidup yang sedang menimpanya.

7. Dapat membersihkan diri dari dosa-dosa yang pernah dilakukan.

Dengan berpuasa, maka seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak, terutama segala
perbuatan yang dapat menimbulkan dosa. Kita akan terbiasa serta terlatih untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik dan menghindari segala perbuatan dosa sehingga kita senantiasa
dapat terbersihkan dari perbuatan dosa.

8. Membiasakan diri untuk menerapkan hidup hemat

Pada kenyataannya, kita sering menjumpai kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam


masyarakat, dimana mereka akan menyiapkan beraneka ragam jenis makanan untuk
menyambut datangnya waktu berbuka puasa. Padahal ketika waktu berbuka telah tiba, justru
hanya sedikit makanan saja yang dapat kita makan. Sehingga hal tersebut akan membuat
makanan-makanan yang tidak termakan menjadi sia-sia atau mubadzir.
Sementara di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang tidak dapat berbuka puasa
karena tidak memiliki sesuatupun untuk dimakan. Jika begitu, kenapa kita masih bisa
menyia-nyiakan makanan? Bukankah akan lebih baik jika kita berhemat dan menabungkan
uang yang tadinya untuk membeli makanan tetapi menjadi sia-sia karena tidak termakan?
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn

Anda mungkin juga menyukai