I. Identitas Pasien
Nama : Nn. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 05 November 1978
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jln. Swadaya Duren Sawit, Jakarta Timur
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : S1
Status pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal masuk RSIJ : 07 November 2014
Tempat wawancara : Ruang perawatan RSIJ Klender
Rawat jalan : Pasien baru
Rawat Inap : 07 November 2014 di Ruang perawatan bangsal
RSIJ Klender
Alloanamnesis :
Diambil pada tanggal : 07 November 2014 (pukul 16.00 WIB) melalui
wawancara langsung
Diperoleh data dari : Ibu dan Adik kandung pasien
Nama (inisial) : Ny.I dan Nn. A
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Hubungan dengan pasien : Adik kandung
A. Keluhan Utama
Marah-marah dengan anggota keluarga sejak 7 hari yang lalu SMRS
B. Keluhan Tambahan
Pasien gelisah karena merasa masih terdapat silikon di hidungnya
sehingga pasien tidak nyaman dengan bentuk hidungnya.
Pasien merasa dibicarakan oleh orang di lingkungan sekitar
Pasien mengurung diri di kamar
Pasien mengganggu warga sekitar
Pasien merasa akan dibunuh oleh orang yang tidak dikenalnya
Pasien merasa akan dijodohkan dengan pria Sumatera beristri dan
beranak 2 oleh ibu kandungnya.
Pasien mengaku beberapa kali didatangi sosok wajah perempuan yang
tidak dikenalnya pada saat sendirian
Pasien sulit tidur
1
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Psikiatrik
Menurut adik pasien, penyakit pasien bermula 15 tahun yang
lalu pada tahun 1999 saat pasien masih kuliah. Awalnya pasien
pernah menyuntikkan silikon ke dalam hidungnya. Seiring
berjalannya waktu, silikon tersebut dirasa menyebabkan bentuk
hidung pasien menjadi aneh dan silikon tersebut dirasa menyumbat
hidung pasien. Sebenarnya keluaga pasien telah membawa pasien ke
dokter spesialis bedah plastik untuk mengeluarkan silikon yang ada
di hidung pasien tersebut, tetapi pasien selalu merasa orang-orang di
sekitarnya membicarakan bentuk hidungnya yang aneh.
Pasien dirawat pada tahun 2009 di RS Duren Sawit selama 1
minggu dengan keluhan pasien gaduh gelisah dan merisaukan warga
sekitar rumahnya. Selama di rawat pasien diberi obat sehingga
menjadi lebih baik dan gejala-gejala yang ada sudah berkurang tapi
tidak pernah kembali kepada fungsi awalnya.
Setelah keluar dari RS Duren Sawit, pasien rawat jalan tetapi
dua tahun terakhir ini, pasien tidak mau minum obat dengan alasan
pasien sudah merasa sehat.
b. Medik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit bawaan pada saat
lahir, kejang, trauma kepala atau penyakit berat lainnya dari kecil
sampai sekarang .
Pasien tidak pernah dirawat di RS dan dioperasi sebelumnya.
Pasien tidak memiliki gangguan fungsi otak yang mempengaruhi
gangguan kejiwaan saat ini.
c. Penggunaan Zat
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penggunaaan obat-
obatan terlarang. Riwayat konsumsi alkohol tidak disangkal pasien.
Pasien saat ini mempunyai kebiasaan merokok yang dapat
menghabiskan 3 bungkus rokok perhari.
2
E. Riwayat Hidup
a. Masa prenatal dan perinatal
Menurut ibu pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam keadaan
sehat, tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis.
Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan di lahirkan secara normal
dibantu oleh dokter kandungan. Pada saat lahir bayi langsung menangis.
Pasien merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya. Tidak pernah ada
sakit kejang atau penyakit lainnya yang bermakna. Tidak ada kecelakaan
yang bermakna, riwayat operasi tidak ada.
e. Masa dewasa
I. Riwayat Pendidikan
Pendidian terakhir pasien S1 dengan jurusan Ekonomi
Manajemen.
II. Riwayat pekerjaan
Pada saat 7 tahun yang lalu pasien pernah bekerja di Bank
swasta, namun hanya bertahan 1 bulan dan sejak saat itu pasien
tidak pernah bekerja lagi.
III. Riwayat perkawinan/berpasangan
Pasien belum pernah menikah dan belum mempunyai anak
IV. Riwayat beragama
Pasien adalah seorang yang beragama islam. Sejak kecil
diajarkan agama oleh kedua orangtuanya dan pasien menurutinya
namun setelah adanya gangguan kejiwaan pasien jarang sholat.
V. Aktivitas sosial
Pasien mudah bergaul pada saat kuliah sehingga akhirnya
pasien terjerumus ke dalam pergaulan yang salah, mulai dari
kebiasaan merokok, alkohol, sampai merubah bentuk hidungnya.
Namun karena saat ini pasien tidak bekerja dan tidak diberikan uang
oleh orang tua untuk membeli rokok, mengakibatkan pasien sering
mengambil uang ibunya secara sembunyi-sembunyi dan mengganggu
warga sekitar dengan meminta uang dan rokok secara paksa sehingga
warga sekitar merasa terganggu. Sejak pasien merubah bentuk
hidungnya dan merasa tidak percaya diri, pasien menjadi orang yang
menarik diri dan sering mengurung diri dikamar.
4
VI. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah terlibat kasus hukum, pasien juga tidak
pernah ditahan atau dipenjara.
Keterangan :
Perempuan
Laki-laki
5
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Hubungan
antara pasien dan saudaranya diakui kurang baik.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien sorang wanita berusia 36 tahun berkulit sawo matang , dengan
tinggi sekitar 168 cm dengan berat 60 kg, memakai baju terusan berwarna
hitam tanpa lengan, rambut diikat, dan sendal jepit.
3. Pembicaraan
Cara berbicara : Spontan
Volume berbicara : Sedang
Irama : Teratur
Kelancaran berbicara : Lancar
Kecepatan berbicara : Sedang
D. Gangguan Pikir
i. Proses pikir
Produktifitas : Cukup ide.
Blocking : Tidak Ada
Asosiasi Longgar : Tidak Ada
Inkoherensi : Tidak Ada
Flight of idea : Tidak Ada
Word Salad : Tidak Ada
Neologisme : Tidak Ada
Sirkumstansialitas : Tidak Ada
Tangensialitas : Tidak Ada
Hendaya berbahasa : Tidak ada
ii. Isi pikir
Preokupasi : pasien merasa masih ada sisa silikon dihidungnya,
sehingga pasien ingin pergi ke dokter bedah plastik.
Gangguan isi pikiran :
7
Waham Rujukan : Tidak Ada
Waham Curiga : Ada
Thought Echo : Tidak ada
Thought Broadcasting : Tidak ada.
Thought Withdrawal : Tidak ada.
Thought Insertion : Tidak ada.
Thought Control : Tidak ada
Delusion Of Passivity : Tidak ada
Gagasan Bunuh Diri : Tidak ada
Obsesi : Tidak ada
3. Konsentrasi : Baik
a. Daya ingat.
i. Daya ingat segera baik (pasien dapat menyebutkan 3 benda yang
pewawancara ajukan).
ii. Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu
sarapan tadi pagi).
iii. Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat
sekolah pasien ketika TK sampai SMA).
F. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial: baik.
o Pasien bersalaman dengan dokter muda yang mewawancarai dirinya
2. Uji daya nilai : Baik.
a. Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh
pasien yaitu pasien mau mengembalikan kepada pemiliknya.
H. Tilikan : Derajat
Tilikan 1, pasien menyangkal sepenuhnya bahwa dirinya sakit.
9
Jantung : S1S2 reguler, Murmur -, gallop -
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstermitas : Tidak ada kelainan
2. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal : tidak ada
Mata :
Gerakan baik : Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)
Persepsi : Baik
Bentuk Pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor
Rangsang Cahaya : Reaksi cahaya (+/+)
Motorik
Tonus : Baik
Turgor : Baik
Kekuatan : 5555/5555
5555/5555
Refleksi : Baik
1. RTA : Terganggu
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Mood : Hipertimik
4. Afek : Luas
5. Kesesuaian : Sesuai
6. Gangguan persepsi : Halusinasi visual
7. Gangguan isi pikir : Waham kejar dan waham curiga
8. Tilikan : Derajat 1
9. Reabilitas : Dapat dipercaya
10. Nilai MMSE : -
10
Aksis I : Skizofrenia Paranoid
o Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi
visual yang berlangsung selama 5 tahun.
o Terdapat gejala negatif seperti penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial.
o Onset dimulai pada usia 31 tahun
o Terdapat kepribadian premorbid : senang menyendiri
Aksis II : Tidak ditemukan gangguan kepribadian
Aksis III : Tidak ditemukan kelainan organobiologik
Aksis IV : Pasien menarik diri dari lingkungannya.
Aksis V : GAF scale 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
VII. DIAGNOSA
Diagnosa kerja : Skizofrenia Paranoid
c. Terapi perilaku
Didasarkan pada keyakinan prinsip teori belajar (learning theory)
khususnya pembiasaan pelaku dan klasik ( operant and classical
conditioning)
Terapi perilaku paling sering digunakan jika diarahkan pada
kebiasaan bereaksi yang spesifik dan tergambar terhadap kecemasan
terhadap stimuli yang secara objektif tidak berbahaya
11
a. Sosial budaya
Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau
pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam
kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat
beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.
Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.
b. Religius
Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan
berdzikir.
2. Rencana Farmakoterapi :
a. Risperidon 2 x 2mg
b. Trihexyphenidil 2 x 2mg
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Dubia Ad Malam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Malam
Faktor yang memperberat :
Kepatuhan berobat yang tidak teratur.
Sering Relaps.
Faktor yang memperingan :
Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat baik.
12
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau
halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan
dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.2
1.2 Epidemiologi
namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun
skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1
dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merup akan temuan utama dari penelitian di
13
yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki
daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih
mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada
umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik
1.3 Etiologi
spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
14
antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah
semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data
hipodopaminergik.3
yaitu:
15
Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini
inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini
16
peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,
Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari
yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.5 Gejala waham
1. Waham
2. Halusinasi
17
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau
inkoherensi)
kemauan (avolition)
mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang
tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-
disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau
campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2)
jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi
18
totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan
residual.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
– “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi
kualitasnya berbeda.
–“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas merujuk ke
khusus);
19
– “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
Halusinasi auditorik:
– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
pasien
residual yakni harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu
mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk.
20
Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
skizofrenia.5
1.6 Pengobatan
yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor
dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini
antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1).
21
Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun
dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat
lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri
Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
dalam aktivitas.
22
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan
dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu
terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien.
Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat
23
1.7 Prognosis
gangguan depresif)
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
orang yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan
24
institusi perawatan yang berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka
bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian di negara
muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada
10%, sekitar 12 kali lebih tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah
dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses perawatan kesehatan
25
DAFTAR PUSTAKA
Available from:
http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/introduction.html
2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC.
Jakarta:1998. 970
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri,
6. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13. Available
from:
26