Anda di halaman 1dari 6

Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (1), 62 - 67 62

ANALYSIS OF FREE FATTY ACID ON SOYBEAN OIL USING


GAS CHROMATOGRAPHY – MASS SPECTROSCOPY

Analisis Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kedelai dengan Kromatografi Gas-
Spektroskopi Massa

Deni Pranowo, M. Muchalal


Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT

Research on transesterification of soybean oil with sodium methoxide as the catalyst in methanol
has been conducted. Yields of transesterification reaction were analyzed by gas chromatography-mass
spectroscopy (GC-MS). GC-MS spectrum showed that mehtyl palmitic, methyl stearic, methyl oleic and
methyl linoleic were produced from the reaction. The reaction was done for 90 minutes and gave convertion
of 84.53% (b/b).

Keywords: transesterification, soybean oil.

PENDAHULUAN Molekul trigliserida merupakan hasil


kondensasi satu molekul gliserol dan tiga asam
Minyak merupakan salah satu jenis lipida, lemak dengan melepaskan tiga molekul air.
yaitu lipida netral. Selain lipida netral, terdapat O

fosfolipida, spingolipida, dan glikolipida. Minyak H 2C OH HOOCR1 H2C O C R1


merupakan salah satu penyusun utama tubuh O
hewan dan tumbuhan. Minyak yang berasal dari HC OH + HOOCR2 HC O C R2 + 3 H 2O
hewan digolongkan sebagai minyak hewani dan
biasa disebut sebagai lemak hewani atau disebut O

lemak saja, sedangkan minyak dari tumbuhan H 2C OH HOOCR3 H2C O C R3


digolongkan sebagai minyak nabati dan disebut
gliserol asam lemak trigliserida air
sebagai minyak [1]. Minyak dan lemak tidak
berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan Trigliserida yang terkandung dalam minyak
hanya berbeda dalam bentuk (wujud), disebut merupakan campuran berbagai macam asam
minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar dan lemak dan kecil kemungkinan yang sejenis. Bila
disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu ketiga asam lemak yang terdapat pada molekul
kamar [2]. trigliserida merupakan asam-asam lemak yang
Minyak merupakan ester dari molekul gliserol sama disebut lemak sederhana (simple
dan tiga molekul asam lemak, oleh karena itu tryglyceride), sebagai contoh apabila R adalah
disebut juga triasil gliserol atau trigliserida. Asam C17H35 maka lemak tersebut dikenal sebagai
lemak yang terkandung dalam trigliserida tristearin, karena lemak tersebut mengandung tiga
berpengaruh besar terhadap sifat minyak dan residu asam stearat. Sedangkan pada trigliserida
merupakan penentu sifat fisika dan sifat kimia campuran (mixed tryglyceride) terdapat lebih dari
minyak. Lemak yang mengandung asam lemak satu macam asam lemak. Sebagai contoh β-
dengan titik lebur rendah biasanya berwujud cair palmitil-α,α’-disterin dimana R pada posisi α (-
pada suhu kamar, dan lemak yang mengandung C17H35) dan R pada posisi β (-C15H31).
asam lemak bertitik lebur tinggi cenderung Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan rangkap
berwujud setengah padat atau padat pada suhu karbon-karbon di dalam asam lemak, dikenal asam
kamar [3]. Asam-asam lemak yang terikat lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh. Asam
membentuk trigliserida merupakan asam organik lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki
berantai lurus yang biasanya mempunyai atom ikatan rangkap karbon-karbon, sedangkan asam
karbon antara 16 sampai 24 atom per molekul. lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak
mengandung ikatan rangkap pada ikatan antara
atom-atom karbon penyusun asam lemak tersebut.

Deni Pranowo & M. Muchalal


Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (1), 62 - 67 63

Derajat ketidakjenuhan lemak bergantung pada Transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi
ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemaknya, campuran esternya dengan cara reaksi
dan dapat diketahui dari besarnya angka iod. Makin transesterifikasi menggunakan katalis asam
banyak ikatan rangkap yang terkandung dalam ataupun basa telah dilakukan Morrison [6]. Metoda
suatu lemak maka angka iod akan semakin besar pemisahan campuran metil ester dilakukan dengan
[4]. Asam-asam lemak tidak jenuh yang mempunyai distilasi fraksinasi pengurangan tekanan [7].
18 atom karbon per molekul, yaitu asam oleat, Esterifikasi dengan metoda Fischer dilakukan
asam linoleat dan asam linolenat. Asam-asam dengan menggunakan katalis asam-asam mineral
lemak ini mempunyai 1, 2, dan 3 ikatan rangkap kuat, seperti asam klorida atau asam sulfat [8].
dua per molekul. Asam lemak jenuh dari minyak Transesterifikasi minyak tumbuh-tumbuhan di
pada umumnya mempunyai rantai lurus dalam metanol pada ratio molar antara metanol
monokarboksilat dengan jumlah atom karbon genap terhadap minyak adalah 6 : 1, menggunakan
misalnya, asam laurat (C12), asam miristat (C14), katalis 0,5% NaOCH3 pada temperatur 600 C dan
asam palmitat (C16) , dan asam stearat (C18). waktu reaksi 1 jam akan menghasilkan konversi
Kedelai adalah tanaman semusim yang biasa ester secara optimum berkisar 98% dan bila
diusahakan pada musim kemarau, karena tanaman menggunakan ratio molar 3 : 1 maka konversi ester
kedelai tidak memerlukan air dalam jumlah besar. yang diperoleh secara optimum berkisar 76 - 78%.
Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal Dengan katalis 1% NaOH dalam ratio molar 3 : 1,
warna, ukuran, dan bentuk biji dan juga terdapat maka konversi ester secara optimum hanya
perbedaan pada komposisi asam lemak dalam berkisar 60%.
kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan iklim Transesterifikasi minyak tumbuh-tumbuhan
tempat tumbuh. dengan menggunakan katalis basa dari logam alkali
Asam lemak dalam kedelai sebagian besar umumnya dilakukan mendekati titik didih
terdiri dari asam lemak essensial yang sangat alkoholnya. Namun di dalam [3] dan [9], disebutkan
penting dibutuhkan oleh tubuh. Minyak kedelai bahwa transesterifikasi berkatalis basa dalam skala
dapat digunakan untuk pembuatan minyak goreng besar akan menghasilkan konversi ester secara
serta untuk segala keperluan pangan. Lebih dari optimum 90% dalam suhu kamar. Pada saat
50% produk pangan terbuat dari minyak kedelai, penambahan katalisator suhu sistem akan naik
terutama margarine dan shortening. Hampir 90% karena reaksi bersifat eksotermis.
dari produksi minyak kedelai digunakan di bidang
pangan dalam bentuk telah dihidrogenasi, karena
minyak kedelai mengandung lebih kurang 85 % METODOLOGI
asam lemak tak jenuh. Minyak kedelai juga
digunakan untuk pembuatan lilin, sabun, semir, Bahan dan alat
insektisida dan lain-lain (Ketaren, 1986). Kadar
minyak kedelai relatif rendah dibandingkan dengan Penelitian ini menggunakan bahan-bahan
jenis kacang-kacangan lainya dan memiliki kadar utama yaitu minyak kedelai (Happy Salad Oil),
protein yang tinggi. Karena hal tersebut kedelai metanol p.a (E.Merck), logam natrium p.a
lebih banyak digunakan sebagai sumber protein (E.Merck), asam sulfat p.a (E.Merck), natrium sulfat
daripada sebagai sumber minyak. anhidrous p.a (E.Merck), petroleum eter p.a (E.
Asam-asam lemak yang terkandung dalam Merck), batu didih (E.Merck). Alat yang digunakan
minyak kedelai disajikan pada tabel 1. Minyak untuk menganalisa asam lemak adalah
kedelai secara umum memiliki sifat-sifat kimia Kromatografi Gas-Spektrometer Massa Shimadzu
sebagai berikut: berat jenis (250C) 0,916– QP 5000.
0,922, indeks bias (250C) 1,471–1,475, Angka
penyabunan 189–195, angka asam lemak bebas Metode
1,5%, angka asam 0,2–0,6 dan angka Iod 189-195
[5]. Transesterifikasi pada penelitian ini dilakukan
Komponen penyusun minyak adalah asam- dengan mereaksikan minyak nabati dengan natrium
asam lemak dengan kandungan berkisar 94-96%, metoksida. Minyak yang digunakan minyak kedelai.
yang mempunyai pengaruh besar terhadap sifat Minyak tersebut direaksikan dengan natrium
fisika dan sifat kimianya. Untuk mempelajari minyak metoksida dalam media metanol.
yang dipelajari adalah sifat asam-asam lemak Metanol seberat 48,063 g (1,5 mol; BM
penyusunnya. Asam lemak penyusun minyak dapat 32,042) atau 60,7 mL (ρ = 0,792) dimasukkan ke
diperoleh dengan memecah molekul trigliserida dalam labu alas bulat kapasitas 1 L yang dilengkapi
melalui reaksi hidrolisis atau melalui reaksi pengaduk magnit. Kedalam metanol dimasukkan
transesterifikasi. logam natrium seberat 0,71 g (0,03 mol; BA 23)

Deni Pranowo & M. Muchalal


Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (1), 62 - 67 64

sambil dilakukan pengadukan. Setelah semua dalam media metanol pada berbagai waktu reaksi
logam natrium larut di dalam metanol, larutan disajikan pada grafik Gambar 1.
kemudian didinginkan hingga suhu kamar. Semakin lama waktu reaksi, berat ester yang
Ke dalam larutan Na-metoksida dimasukkan dihasilkan cenderung semakin bertambah dan
333,7 g minyak sedikit demi sedikit, disertai minyak yang tersisa semakin sedikit. Pertambahan
pengadukan. Selang waktu reaksi 30 menit (dimulai berat ester terlihat tidak mencolok untuk setelah
dari 30 menit pertama), sampel diambil sebanyak waktu reaksi 90 menit. Reaksi mulai berjalan
1/10 berat total sistem reaksi. Sampel yang berupa lambat setelah 90 menit yang dapat dilihat dari
campuran metil ester dan sisa-sisa reaktan pertambahan berat ester yang dihasilkan tidak lagi
dimasukkan dalam corong pisah kapasitas 125 mL, bertambah secara mencolok pada waktu reaksi 120
ditambahkan 25 mL air dan ditambahkan H2SO4 menit. Pada waktu reaksi 90 menit konsentrasi
secara bertetes-tetes hingga pH ± 4. Terbentuk dua reaktan sudah sangat kecil sehingga tumbukan
lapisan, lapisan organik dan lapisan anorganik antara molekul ion metoksida dengan molekul
dipisahkan. Lapisan anorganik yang masih minyak tidak efektif menghasilkan metil ester.
mengandung ester dan minyak diekstrak dengan Selain ester sebagai hasil reaksi
12,5 mL petroleum eter (2 kali). Lapisan organik transesterifikasi pada akhir reaksi masih terdapat
dijadikan satu. Lapisan organik kemudian dicuci sisa reaktan. Sisa reaktan memiliki volatilitas yang
beberapa kali dengan air hingga netral. Kemudian rendah yang tertinggal pada saat distilasi dengan
ditambahkan Na2SO4 anhidrous secukupnya. pengurangan tekanan. Ditinjau dari volatilitas
Larutan disaring dan pelarut diuapkan dengan semua reaktan yang digunakan yang memiliki
evaporator Buchii. Pemisahan campuran metil ester volatilitas paling besar adalah minyak, berarti sisa
dan minyak sisa reaksi dilakukan dengan distilasi reaktan adalah minyak. Untuk gliserol, asam
dengan pengurangan tekanan. karboksilat dan sabun sebagai hasil samping
Campuran metil ester dianalisis dengan reaksi transesterifikasi larut dalam air.
Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa Shimadzu Hasil transesterifikasi tidak dapat mencapai
QP-5000 dengan kondisi: jenis pengion EI (elektron hasil yang optimum dimungkinkan karena
impact) 70 ev, kolom DB-1, panjang 30 meter, terbentuknya NaOH yang larut dalam air. NaOH
temperatur kolom 80o – 250 oC, laju kenaikan terjadi dari reaksi redoks antara molekul air dan
temperatur 10 oC/menit, temperatur injektor 270 oC, logam Na pada saat pembuatan larutan Na-
temperatur detektor 280 oC, gas pembawa helium, metanolat, dimana kemungkinan metanol masih
laju alir 40 mL/menit. mengandung air. Selain itu minyak yang
mengandung air juga dapat menyebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN berkurangnya konsentrasi Na-metanolat, karena ion
Na+ pada Na-metanolat akan ditarik oleh molekul
Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak H2O membentuk NaOH dan metanol. Hal ini
yang berbeda tergantung jenis tumbuhan sumber dikarenakan reaktivitas yang berbeda antara H2O
minyak tersebut. Perbedaan komposisi asam lemak dan CH3OH. Reaktivitas molekul H2O lebih kuat
dalam minyak dapat dipelajari dengan memecah terhadap Na maupun K dibandingkan CH3OH [1].
molekul trigliserida dalam minyak menjadi ester dari Berkurangnya jumlah atau konsentrasi Na-
asam-asam lemak penyusun trigliserida melalui metanolat menyebabkan berkurangnya jumlah
reaksi transesterifikasi. Minyak kedelai memiliki reaksi yang terjadi sehingga jumlah metil ester yang
komponen utama berupa asam linoleat (C18:2) terbentuk tidak bertambah.
sebanyak 48-58%. Hasil reaksi transesterifikasi
minyak kedelai dengan katalis natrium metoksida
berat total metil ester (gram)

30
25
20
15
10
5
0
30 60 90 120 150 180
waktu reaksi (menit)

Gambar 1 Berat metil ester hasil reaksi transesterifikasi minyak kedelai pada berbagai waktu reaksi

Deni Pranowo & M. Muchalal


Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (1), 62 - 67 65

Gambar 2 Kromatogram GC-MS campuran metil ester minyak kedelai

Gambar 3 Spektra massa GC-MS metil palmitat minyak kedelai fraksi 1

Gambar 4 Spektra massa GC-MS metil palmitat minyak kedelai fraksi 2

Untuk menganalisis macam atau jenis a. Puncak ke-1 (Gambar 3)


senyawa dari setiap puncak kromatogram di atas Spektra menunjukan spektra massa metil
digunakan kromatografi gas-spektroskopi massa palmitat yaitu munculnya puncak dasar m/z = 74,
Shimadzu. Hasil berupa kromatogram dengan muncul serapan untuk ion hasil pemecahan α dan β,
puncak sejumlah empat buah dan spektra yang serapan untuk ion pecahan rantai alkana CnH2n-1 dan
dihasilkan menunjukkan empat senyawa metil CnH2n+1 serta muncul pula serapan ion molekuler M+
ester yang berbeda (Gambar 2). pada m/z = 270, sehingga dapat disimpulkan
Empat puncak di atas ternyata merupakan spektra di atas adalah spektra metil palmitat.
empat senyawa metil ester, berturut-turut adalah b. Puncak ke-2 (Gambar 4)
metil palitat, metil linoleat, metil oleat dan metil Serapan 41 juga memiliki kelimpahan yang
stearat. Kesimpulan ini diperoleh dari interpretasi cukup besar yaitu lepasnya ion propil pada ujung
spektra massa keempat puncak di atas. Spektra rantai alkil. Adanya dua ikatan rangkap ditunjukkan
massa masing-masing puncak adalah seperti adanya serapan ion CnH2n-3 pada m/z = 53, 67, 81,
diterangkan sebagi berikut : …151. Serapan dari pemecahan β muncul dengan
limpahan yang kecil, pemecahan α m/z 59 dan 263
cukup besar.

Deni Pranowo & M. Muchalal


Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (1), 62 - 67 66

Gambar V.31 Spektra massa GC-MS metil oleat minyak kelapa sawit

Gambar 5 Spektra massa GC-MS metil palmitat minyak kedelai fraksi 3

Gambar 6 Spektra massa GC-MS metil palmitat minyak kedelai fraksi 4

Dari serapan-serapan tersebut dan juga d. Puncak ke-1 (Gambar 6)


serapan ion molekuler M+ pada m/z = 294 Spektra yang ditunjukkan gambar 6 sama
menunjukkan pemecahan dari molekul metil dengan spektra massa metil stearat dari minyak
linoleat. Jadi puncak ke-2 adalah puncak dari metil kelapa sawit ditambah dengan munculnya serapan
linoleat. pada m/z = 154, 172, 281, dan 283 yang masing-
c. Puncak ke-3 (Gambar 5) masing merupakan serapan dari ion CnH2n-1, ion
Metil oleat memiliki berat molekul 296 dan (CH2)8COOCH3⎤+ dan (CH2)16COOCH3⎤+. Serapan
memiliki satu ikatan rangkap pada posisi C9 untuk ion molekuler muncul pada m/z = 298. Dari
sehingga disebut pula asam 9-(Z)-oktadekanoat serapan-serapan ini dapat disimpulkan metil stearat
metil ester. Puncak dasar muncul pada m/z = 55 merupakan molekul awal yang terpecah menjadi ion
melalui pemecahan : dan menghasilkan serapan pada spektra massa ini.
+
CH3(CH2)4 H CH2 +
CH CH3 CH CH CH2 + CH3(CH2)4CH CH2 KESIMPULAN
CH m/z = 55 Transesterifikasi minyak kedelai pada
CH2 penelitian ini menghasilkan ester-ester metil
palmitat, metil stearat, metil oleat, dan metil linoleat
Serapan pada m/z = 41, 55, 69, … 153 merupakan sehingga asam-asam lemak yang terkandung di
limpahan ion CnH2n-1+ yang menun-jukkan adanya dalam minyak kedelai adalah asam palmitat, asam
ikatan rangkap dua atau gugus olefin. Serapan 74 stearat, asam oleat, dan asam linoleat. Reaksi
memiliki limpahan kecil dan limpahan 59 dan 365 transesterifikasi minyak kedelai pada suhu kamar
merupakan limpahan ion hasil pemecahan α. Ion berlangsung maksimum pada 90 menit dengan
molekuler tidak muncul namun muncul ion M-OCH3 konversi 84,53% (b/b)
(M-31) yaitu pada m/z = 265.
Serapan-serapan pada spektra di atas DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan limpahan ion hasil pemeca-han
molekul metil oleat, sehingga puncak ke-3 1. Fessenden, R. J., dan Fessenden, J. S., 1986,
merupakan puncak dari metil oleat. Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Pudjo
Atmoko, A. H., dan N. M. Surdia, 1992, Kimia
Organik, jilid II, Erlangga, Jakarta

Deni Pranowo & M. Muchalal


Indonesian Journal of Chemistry, 2004, 4 (1), 62 - 67 67

2. Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi 7. Furniss, B. S., Hannford, A.J., Smith, P. W. G.,
Minyak dan Lemak, edisi I, Penerbit and Rogers, T. A., 1978, Vogel’s Textbook of
Universitas Indonesia , Jakarta Practical Organic Chemistry, 5th edition, The
3. Markley, K. S., 1947, Fatty Acid, 1st, English Language Book Society and Longman,
Interscience Publishers, Inc., New York London
4. Hilditch, T.P., 1949, Industrial Chemistry of 8. Allinger, N. L., Cava, M., De Jongh, D. C.,
Fats and Waxes, 3rd edition, Bailliere, Tindall Johnson, C., Lebel, N. A., and Stevens, C. L.,
and Cox, London 1976., Organic Chemistry, 2nd edition, Worth
5. Allen, J, C. and Hamilton, R. J., 1983, Publishers, Inc., New York
Rancidity in Food, Applied Science Publishers 9. Eckey, E. W., 1954, Vegetable Fat and Oil,
LTD, England Reinhold Publishing Corporation, New York
6. Morrison, R. I., and Boyd, R. N., 1981, Organic
Chemistry, 3rd edition, university Publication,
Taiwan

Deni Pranowo & M. Muchalal

Anda mungkin juga menyukai