BAB I
PENDAHULUAN
dimanfaatkan dalam produk lain seperti dalam bidang pangan sebagai bahan baku
industri makanan dan minuman, serta industri farmasi. Selulosa merupakan
sumber daya alam yang banyak ditemukan di alam dan memiliki potensi dalam
menghasilkan produk yang bermanfaat seperti etanol dan bahan bakar lainnya.
Salah satu bahan baku yang mengandung selulosa cukup tinggi sehingga dapat
dimanfaatkan dalam pembuatan bioetanol yaitu sabut kelapa. Komposisi dari
sabut kelapa tersebut dintaranya yaitu, 43,44 % selulosa, 19,9% hemiselulosa,
45,84% lignin, dan 5,25% air, serta 2,22% abu. Dilihat dari komposisi pada sabut
kelapa yang terdiri dari selulosa tersebut , sabut kelapa memiliki suatu potensi
untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol.
Sabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan serta
komposisi dari sabut dalam buah kelapa sekitar 35% dari berat keseluruhan buah
kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus. Sabut kelapa juga merupakan
salah satu limbah yang jumlahnya cukup banyak dan dapat dimanfaatkan kembali.
Setiap butir sabut kelapa, bisa menghasilkan serat (coco fiber) sekitar 0,15 Kg dan
serbuk (coco peat) sekitar 0,39 Kg (Nurfian, 2015). Sabut kelapa merupakan
bagian terluar yang membungkus buah kelapa. Sabut kelapa yang dimiliki oleh
setiap buah kelapa berkisar hampir 35% atau sekitar 2/3 bagian dari volume buah
kelapa dengan ketebalan sabut kelapa berkisar antara 5-6 cm. Sabut kelapa ini
terdiri dari lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium).
Pemanfaatan sabut kelapa ini juga pada umumnya hanya untuk dibakar ataupun
dijadikan kerajinan tangan seperti keset kaki dan kerajinan lainnya.
Pembakaran pada sabut kelap dapat mengakibatkan polusi udara dan emisi
gas pada lingkungan yang mengakibatkan terganguntya masyarakat yang lain yang
ada disekitar. Hal ini membuktikan bahwa masih rendahnya pemanfaatan terhadap
sabut kelapa untuk menjadikannya lebih bernilai secara ekonomis. Sabut kelapa
ini jika dikonversi menjadi bioetanol akan mengurangi polusi udara dari efek
pembakaran tersebut yang dilakukan secara langsung, mengurangi limbah dari
perkebunan kelapa, dan juga meningkatkan nilai ekonomis dari sabut kelapa itu
sendiri. Selain itu, konversi sabut kelapa menjadi bioetanol juga dapat mengurangi
kebutuhan impor migas jika dilakukan produksi secara massal dan berkelanjutan.
3
1.4. Hipotesa
1) Proses hidrolisis dengan menggunkan amonia dan enzim selulasa mampu
meningkatkan hasil glukosa.
2) Pengaruh dari amonia dan enzim selulase terhadap kadar bioetanol dapat
mempengaruhi hasil dari bioetanol.
3) Proses fermentasi menggunakan amonia dan enzim selulase serta variasi
waktu (hari) mampu menghasilkan etanol.