Anda di halaman 1dari 5

I.

Pendahuluan

Komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan


komitmen negara untuk menyejahterakan rakyatnya sekaligus menyumbang pada
kesejahteraan masyarakat dunia.
Untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs, Presiden telah menetapkan
Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan. Salah satu amanat yang tercantum dalam Inpres tersebut adalah agar
setiap Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Para Bupati/Walikota mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-
masing dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang
berkeadilan, antara lain meliputi program pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium (Millenium Development GoalsMDGs).
Penetapan Surat Edaran Kementerian PPN dan Kemendagri Nomor:
0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor: 050/583/SJ tentang Percepatan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) Tahun 2011-
2015 antara lain untuk mendorong agar daerah menyusun program dan kegiatan
serta pengalokasian anggaran dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah agar mengacu pada RAD
MDGs di masing-masing provinsi untuk percepatan pencapaian tujuan target dan
indikator MDGs.
Menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua-pertiga dalam
kurun waktu 1990-2015 dan Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga-
perempat dalam kurun waktu 1990 - 2015 serta Mewujudkan akses kesehatan
reproduksi bagi semua pada tahun 2015 merupakan target MDGs 4 dan 5.
Tujuan-tujuan MDGs (2011) yang telah menunjukkan kemajuan signifikan
dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track), beberapa diantaranya
adalah:
MDG 4, yaitu penurunan yang sudah mendekati dua pertiga angka kematian
neonatal, bayi, dan balita serta proporsi anak usia 1 tahun yang mendapat
imunisasi campak yang meningkat pesat.
MDG 5, yaitu berupa peningkatan angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan
menikah dengan menggunakan cara modern, penurunan angka kelahiran remaja
perempuan umur 15-19 tahun, peningkatan cakupan pelayanan antenatal baik 1
maupun 4 kali kunjungan, dan penurunan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi
(unmet need).
Tujuan-tujuan MDGs (2011) yang telah menunjukkan kemajuan namun
masih diperlukan kerja keras untuk mencapainya salah satunya adalah: MDG 5,
yaitu berupa penurunan hingga tiga perempatnya angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup.

II. Latar Belakang

Hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012 lalu
menemukan bahwa angka kematian bayi di Indonesia saat ini adalah 32 per 1.000
kelahiran hidup. Di antara angka ini, 19 per 1.000 terjadi pada masa neonatal
sejak lahir sampai usia 28 hari. Padahal targetnya di tahun 2020 nanti angkanya
harus turun menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian balita adalah masalah neonatal (asfiksia, berat
badan lahir rendah, dan infeksi neonatal), penyakit infeksi (utamanya diare dan
pneumonia) serta terkait erat dengan masalah gizi (gizi buruk dan gizi kurang).
Masalah lain adalah disparitas angka kematian neonatal, kematian bayi dan angka
kematian balita yang cukup tinggi, antarprovinsi. Kondisi ini disebabkan oleh
masalah akses dan kualitas pelayanan kesehatan, masalah sosial ekonomi dan
budaya, pertumbuhan infrastruktur serta kerterbukaan wilayah tersebut akan
pembangunan ekonomi dan pendidikan.
Upaya membaiknya tingkat kesehatan anak dipengaruhi oleh meningkatnya
cakupan pelayanan yang diterima sejak anak berada dalam kandungan melalui:
pelayanan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, persalinan oleh tenaga
kesehatan utamanya di fasilitas kesehatan, pelayanan neonatal (melalui kunjungan
neonatal), cakupan imunisasi utamanya cakupan imunisasi campak, penanganan
neonatal, bayi dan balita sakit sesuai standar baik di fasilitas kesehatan dasar dan
fasilitas kesehatan rujukan dan meningkatnya pengetahuan keluarga dan
masyarakat akan perawatan pada masa kehamilan, pada masa neonatal, bayi dan
balita, serta deteksi dini penyakit dan care seeking behaviour ke fasilitas
kesehatan.
Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesehatan
anak Indonesia, yakni melalui continuum of care berdasarkan siklus hidup,
continuum of care berdasarkan pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif), continuum of care pathway sejak anak di rumah, di masyarakat
(pelayanan posyandu dan poskesdes), di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, dan
di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Upaya percepatan penurunan kematian
balita fokus pada penyebab kematian. Mengingat 56 persen kematian bayi terjadi
pada masa neonatal dan 46 persen kematian balita terjadi di periode neonatal
maka dalam upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan balita fokus
utama pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan neonatal, menurunkan
prevalensi dan kematian yang disebabkan oleh diare dan pneumonia, mengurangi
dan menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk serta meningkatkan cakupan
imunisasi campak. Upaya menurunkan angka kematian neonatal dilakukan dengan
meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan dan utamanya di fasilitas
kesehatan, meningkatkan pelayanan kunjungan neonatal oleh tenaga kesehatan
menjadi 3 kali (6-48 jam setelah persalinan, hari ke-3 sampai ke-7 serta hari ke-8
sampai ke-28).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menurunkan kematian
neonatal, bayi, dan balita adalah intervensi baik di tingkat keluarga dan
masyarakat, di tingkat pelayanan kesehatan dasar maupun di tingkat pelayanan
kesehatan rujukan. Adapun intervensi di tingkat pelayanan dasar dan rujukan
meliputi pemeriksaan kehamilan yang berkualitas dan terintegrasi, persalinan
ditolong tenaga kesehatan utamanya di fasilitas pelayanan kesehatan, penanganan
kasus emergensi melalui Puskesmas dan rumah sakit, pelayanan pasca salin bagi
ibu nifas dan bayi baru lahir, pelayanan KB dan pelayanan rujukan KB,
penanganan neonatal, bayi dan balita sakit sesuai standar (antaralain Manajemen
Terpadu Balita Sakit), penanganan balita gizi kurang dan buruk (Terapeutik
Feeding Centre) dan pelayanan rujukan kasus gizi buruk dengan komplikasi, serta
pelayanan rujukan bayi dan balita sakit.
Agar pelayanan tersebut di atas dapat terlaksana maka ketersediaan tenaga
kesehatan menjadi sangat penting baik dari segi jenis dan kompetensi yang
dimiliki (bidan, perawat, tenaga gizi lapangan dan nutrisionist, dokter, dr Spesialis
Anak, dr Spesialis Obgyn serta dr Spesialis Anestesi).
Tidak kalah pentingnya ketersediaan dan distribusi obat-obatan dan
peralatan medis yang lengkap dan siap digunakan sangat mendukung pelayanan
sesuai standar disamping supervisi fasilitatif yang dilaksanakan secara berkala.

II. Tujuan
 Umum :
 Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
 Khusus :
 Meningkatkan kompetensi tenaga medis dalam pelayanan
resusitasi neonatus dan obstetri emergensi di Rumah Sakit Permata
Hati
 Mengurangi angka kematian ibu dan anak di Rumah Sakit Permata
Hati

III. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan pelatihan ini adalah seluruh tenaga
medis di Rumah Sakit Permata Hati.

IV. Susunan Panitia


Terlampir

V. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal :
Pukul :
Tempat : Ruang Diklat Rumah Sakit Permata Hati
VI. Susunan Acara
Terlampir

VII. Anggaran
Terlampir

VIII. Penutup
Demikianlah proposal ini dibuat dengan harapan adanya dukungan dan
partisipasi dari…………….. Semoga acara ini dapat terlaksana
sebagaimana yang kita harapkan. Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu,
kami mengucapkan terima kasih.

Sekretaris Ketua

( ) ( )

Menyetujui :

dr. Harist Hamonangan


Direktur

Anda mungkin juga menyukai