Anda di halaman 1dari 38

H.

M Bakhriansyah
Farmakologi PSPD FK UNLAM
BANJARMASIN
DAFTAR KOMPETENSI
 Keracunan makanan (4A)

 Intoksikasi zat psikoaktif (3B)


1. Jengkol 7. Organofosfat
2. Bongkrek 8. Khlorin
3. Tembakau 9. Minyak tanah
4. Alkohol 10. Warfarin
5. Barbiturat 11. CO
6. Morfin 12. CO2
13. Bisa ular
14. Sianida
15. Timbal
1. ASAM JENGKOLAT

Terapi: Na Bikarbonat
 Anuri  terapi
sebagai uremia

Gejala: kolik, hematuri,


oliguri  uremia
2. BONGKREK
Terapi:
 RJP
 Absorben
 Diuresis paksa
(forced diuresis) jika
fungsi ginjal dan
jantung baik
Toksin: asam bongkrek &
toksoflavin yang dihasilkan
bakteri Burkholderia galdioli
3. TEMBAKAU

 Daun tembakau terutama pada rokok


 Kandungan: nikotin & nikotinamid

Terapi
 Jauhkan paparan
 RJP
 Atrofin (prn)
4. ALKOHOL (etanol)
 Keracunan akut
terjadi pada orang
yang belum pernah
mengkonsumsi

 Pada peminum terjadi


karena kadar yang
besar

 Gejala: tidak bisa


diam, tidak bisa
berdiri tegak, muntah,
lesu, tremor, delirium,
depresi SSP
 Terapi:
 Beri napas buatan jika diperlukan
 Berikan glukosa dan tiamin (B1)
5. BARBITURAT
 Gejala: refleks
kurang, depresi
napas, koma, shok,
pupil kecil  dilatasi

 Terapi:
 Napas buatan
 Bilas lambung 
walau sudah > 4 jam
6. MORFIN (OPIOID LAINNYA)
Terapi
 Terapi simptomatis

 Nalokson HCl (sebagai antagonis


narkotik) bila ada depresi napas
7. ORGANOFOSFAT
 Organofosfat
banyak ditemukan
pada insektisida,
herbisida,
antelmintik, dll.
 Mortality rate 3-25%

 Fatalitas tergantung:
 Senyawa, jumlah, KU
pasien, kecepatan
penanganan,
 OP + AChE  ACh  GI : salivasi, mual,
menumpuk muntah
 Sal kemih: inkontinen
uri
 Gejala berhubungan
 Mata
dengan peningkatan
kadar ACh  Kelenjar
 SSP: kejang, bingung
 CV: bradikardi,
hipotensi
 Respirasi: rinorea,
spasme, bronchorea,
batuk
Penanganan
 Singkirkan paparan
 Irigasi mata dengan RL atau NaCl 0,9%
 Arang aktif
Penanganan di RS
 Awasi ABC
 Atrofin sulfat : 1-2 mg
bolus IV, 2 mg setiap
5-15 menit prn 
lanjutkan dengan drip
 Atau glikopirolat
 Pralidoksim  terapi
paralisis otot
 Diazepam  terapi
kejang.
8. KLORIN
 Digunakan di
industri dan rumah
tangga

 Gejala: mual,
muntah (per oral),
batuk, tercekik (per
inhalasi), delirium,
koma
 Terapi:
 Susu atau antasida

 Jangan dilakukan emesis, bilas lambung


atau antidotum asam
9. MINYAK TANAH
 Gejala: iritasi
saluran cerna,
depresi napas,
muntah, aspirasi
pneumonia, kejang

 Terapi simptomatik,
O2 (hiperbarik),
antibiotik untuk
edema paru
10. WARFARIN
 Antikoagulasi

Terapi:
 Vitamin K
11. CO
 Gas tidak berwarna dan berbau

 Dihasilkan: pembakaran senyawa organik, kompor


gas, pemanas ruangan mini & asap kendaraan
 Membentuk HbCO sebagai pengganti O2
untuk berikatan dengan Hb  hipoksia

 Gejala klinis: sesak, malaise, lelah  koma


 tergantung kadar CO dalam darah

 Pemeriksaan fisik  tidak spesifik, cherry


red skin jarang ditemukan.
Penanganan pra RS
 Jauhkan dari paparan
 Berikan O2
 Tentukan status tanda vital  lakukan
ABCD
Penanganan di UGD
 Lakukan pemantauan
tanda vital
 Lakukan koreksi bila
terdapat kelainan
(resusitasi)
 Bila mungkin: berikan
oksigen hiperbarik
12. KARBONDIOKSIDA
 CO2: hasil
pembakaran,
pernapasan,
fermentasi dan
pembusukan hewan

 Gejala: sakit kepala,


pusing, kelemahan
otot, depresi napas 
kematian
 Terapi
 Singkirkan dari lingkungan terpapar
 Jaga suhu tubuh agar hangat
 Jaga tanda vital
13. BISA ULAR KOBRA
 Mortalitas: 5,6-12,6
per 100 rb penduduk
(India)

 Selain lewat gigitan,


racun bisa
disemburkan

 Pembagian:
 Neurotoksik
 Kardiotoksik
 Aktivasi komplemen
 Toksik pada enzim
 Gangguan saraf:
 Disfungsi SSP, Gangguan mental, Paralisis,
Parese dan Kerusakan jaringan

 Gangguan jantung
 Disritmia, Hipotensi, Henti jantung

 Gangguan mata:
 Blefarospasme, Berair, Kabur, Ulkus kornea,
Uveitis, Kebutaan
Penanganan pra RS
 Jauhkan dari paparan, bawa ke pusat
perawatan terdekat
 Bantuan napas dan anti racun
 Identifikasi jenis ular bila mungkin
 Bebat daerah proksimal gigitan  hati-
hati!
 Teknik ini di KI untuk racun yang
menyebabkan nekrosis jaringan lokal
 Hindarkan:
 Insisi dan sedot
 Pemberian es
 Racun pada mata: irigasi dengan air,
saline atau susu.
Penanganan di RS
 Evaluasi ABC pasien
 Antiracun monovalen
atau multivalen 
paling efektif
 100-200 ml dalam
500-1000 ml saline IV
pelan
 Racun pada mata :
anestesi lokal tetes
mata
 Tidak diperlukan antibiotik profilaksis
 Penghambat kolinesterase (neostigmin,
edrophonium)  gangguan neurologis
berat berupa kelemahan otot
 Anafilaktik shok
 Gangguan CV (Epinefrin, Dopamin)
 Antihistamin  efektivitas (?)
 Steroid
 Imunisasi tetanus
14. SIANIDA
Sumber:
 Alami: umbi-umbian
(termasuk singkong
dan kacang-
kacangan), dan biji
apel.

 Non-alami: sintesis
zat kimia tertertentu,
analisis laboratorik,
dan pelapisan logam.
 Jumlah kecil
CN -------------------- > tiosianat
rhodanase

 Intoksikasi CN

CN + Fe3+ di sitokrom oksidase


Terapi
 Na-tiosulfat
 Senyawa nitrit (amil nitrit, Na nitrit)

Fe2+ --- > Fe3+


15. TIMBAL (Pb)
 Alami: di tanah
 Industri: cat, baterai, aki, dan gasolin.

Terapi
 CaNa2EDTA dalam infus 500 ml glukosa
5%.
 Ca glukonat 2 gr IV.
 Laksan dengan MgSO4.
 Diazepam IV (prn kejang)

Anda mungkin juga menyukai