Anda di halaman 1dari 6

Maha Besar Allah dan Maha Suci Ia.

Tuhan yang telah menciptakan alam semesta


ini, tempat kita hidup dan bertanah air. Maha Besar Allah, Tuhan yang telah
mengadakan sesuatu, baik di darat maupun di laut dengan cukup dan sempurna,
yang merupakan kelengkapan syarat bagi kehidupan kita sebagai manusia. Maha
Besar Robbi, dan Maha Agung Ia, Tuhan yang telah memanjangkan dan
melanjutkan usia kita masing-masing, sehingga dapatlah kita di pagi hari yang
tenang ini berkumpul bershaf-shaf menghadiri dan merayakan Hari Raya Fitri ini
dengan aman dan tentram. Puji dan syukur yang tak terhingga dengan penuh
perasaan gembira dan tadabbur, kita panjatkan kehadirat Allah jalla wa'alaa.

Allahu Akbar 3X. Walillahil hamd.

Ma'aasyirai muslimin wal muslimaat rahima kumullah!

Bilamana pada pagi hari yang tenang tahadi, fajar tanggal 1 syawal menyingsing di
ufuk timur yang merupakan isyarat, bahwa kita semua kini telah berada di suatu hari
yang sangat berbahagi, dimana seluruh umat tauhid disegenap penjuru dunia, dari
Marokko di belahan barat, sampai Merauke di belahan bumi timur, bangkit serentak
bersama-sama menyuarakan dan menggemakan suara keramat dan sakti, berupa
takbir dan tahmid, maka dengan serta merta kita kibarkan panji-panji kemenangan
dan bendera kejayaan.

Di pagi yang cerah ini, dengan berlantaikan rumput yang menghijau, beratapkan
awan putih laksana salju, kita berkumpul dan berhimpun di lapangan ini, sebagai
'ibadullah yang tunduk dan patuh. Kita keluar dari rumah kita masing-masing menuju
tanah lapang yang terhampar ini, dengan bibir yang sudah basah karena
mengucapkan takbir dan tahmid, dengan lidah yang sudah biasa melafadzkan asma
'ullahil husna dan dzikrullah.

Allahu Akbar 3X.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!

Kalimat di atas adalah ucapan keyakinan, ucapan kepercayaan, dan ucapan


kesadaran. Ucapan di atas adalah bayangan keabadian, pedoman kekal sepanjang
masa, pangkalan tempat muslim bertolak, dan pelabuhan tempat mu'min bersauh. Ia
adalah laksana menara laut di tengah samudra raya perjuangan kehidupan dan
kemanusiaan. Ia adalah lambang dari suatu 'aqidah dan keyakinan, simbol dari
pandangan dan pendirian hidup, ynag memancarkan nur dan cahaya.

Allahu Akbar, Allah Maha Besar.

Selain dari Dia, adalah kecil. Alam Maha Raya ini adalah ciptaannya, bergerak di
bawah asuhan dan kekuasaannya, bernaung di bawah penelitian dan
muraqabahnya. Kekuasaan para penguasa adalah sangat kecil bila dibandingkan
dengan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa. Sekecil-kecilnya dzarah yang terlepas
dari kesatuannya, sekuntum bunga yang telah habis masa mekarnya, kemudian
lunglai dan jatuh ke bumi kena hembusan angin, selembut-lembut bisikan semut
hitam kepada kawannya di malam yang gelap gulita, tidak terlepas dari pengawasan
Allah SWT. Dia mengetahui akan segala gema irama niat yang tersembunyi id balik
lapisan hati dan jantung manusia.

Allahu Akbar 3X walillahil hamd.

Saudara-saudara kaum muslimin rahima kumullah!

Sebulan dalam setahun kita menjalankan ibadah puasa. Perintah menjalankan


puasa Ramadhan kita lakukan dengan patuh dan taat. Kita berpuasa bukan selaku
penyiksaan diri karena mengharapkan sesuatu, melainkan sebagai pembaktian diri
kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena mengharapkan ridlanya. Apa yang
ditujudengan ibadah puasa yang kita lakukan dengan memenuhi syarat dan
rukunnya, jelas ditegaskan dalam Al-Qur'anul Karim surat Al-Baqarah ayat 183

Artinya:

Dalam bahasa Indonesia kira-kira: "Wahai segenap orang yang telah beriman, telah
diwajibkan atasmu sekalian menjalankan ibadah puasa, sebagaimana yang telah
diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu sekalian, supaya kamu sekalian menjadi
umat yang taqwa".

La'allakum tattaquun, itulah tujuan puasa, yang baru saja kita lakukan. Menurut ayat
ini, orang-orang yang mengerjakan puasa berdasar perintah Tuhan, mempunyai
harapan akan menjadi hamba Allah yang taqwa. Jadi sebenarnya, puasa dapat
merubah sifat-sifat manusia ke jalan yang lebih baik sebulan lamanya kita
menjalankan puasa, meninggalkan kebiasaan hidup sehari-hari di waktu siang.
Maka kelezatan bertakbir, bertahmid dan bertasbih pada hari ini, hanyalah akan
dirasakan oleh orang-orang yang betul-betul menjalankan puasa. Derajat taqwa
hanya mungkin dicapai oleh orang-orang yang menjalankan puasa. Demikian pula,
kegembiraan sejati pada hari yang mulia ini, hanyalah akan dirasakan oleh manusia-
manusia yang dengan tekunnya menjalankan ibadah puasa. Mereka yang tak
menjalankan puasa, kegembiraannya tak secerah dibandingkan yang berpuasa.

Allahu Akbar 3X.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia!


Pada hari Idul Fitri ini kita rasakan kenikmatan hidup beragama yang mempunyai
kodrat dan taat kepada Allah. Kita saksikan sebagian besar anak-anak kita bersuka
ria, melonjak-lonjak kian kemari, karena girang dan sukanya. Dengan bangga dan
riang dipakainya baju baru pemberian ibu, dipamerkannya sepatu merah hadiah
ayah. Begitu agaknya suasana sebagian besar keluarga kita menyambut tibanya
hari raya, membesarkan hari jamuan Allah ini ala kadarnya, sepanjang kemampuan
dan kekuatan kita.

Akan tetapi sudara-saudara marilah sejenak kita layangkan pandangan kita ke arah
saudara-saudara kita para fuqara' dan masakin. Bagi mereka, idul fitri ini mereka
rayakan tidak dengan menggunakan pakaian baru, tidak dengan menghidangkan
makanan lezat, tiada pula dengan hati yang gembira. Mereka sambut hari raya ini
dengan perasaan pilu, dengan hati duka, karena serba tak ada.

Ma'aasyiral muslimin rahima kumullah!

Tengok pulalah anak-anak yang sudah menjadi yatim, yang tak berbapak dan tak
beribu, sebagian dari mereka karena keadaan memaksa, sangat tidak terurus.
Mereka tak mempunyai baju baru pemberian ibu, tak ada celana pemberian ayah,
tak ada sepatu hadiah paman. Dengan hati pilu mereka saksikan anak-anak orang
lain bersuka ria, mereka saksikan pula anak-anak orang lain yang mampu sedang
menghambur-hamburkan uang. Dengan perasaan yang pedih, dengan hati teriris-
iris, dengan air mata yang berlinang, mereka saksikan orang lain berhari raya.
Kepada siapakah mereka akan mengadukan nasib? Ayah bunda telah tiada, sedang
paman telah berpulang. Tak ada orang yang mendukung, tak ada tangan yang
menjinjing.

Allahu Akbar 3x.

Saudara-saudara sekalian! Marilah kita kenangkan sejenak, marilah kita renungkan


sebentar nasib anak-anak yatim piatu itu! Mari kita tanyakan hati nurani kita masing-
masing, tidak berdosakah namanya kita, bilamana kita menutup mata terus-menerus
menyaksikan anak-anak itu terapung-apung dalam gelombang kesedihan,
tenggelam dalam lautan air mata.

Jangan saudara-saudara! Jangan biarkan mereka terus-menerus terlunta-lunta.


Mereka adalah tanggung jawab kita. Tempatkanlah mereka ke dalam khazanah
kalbu kita. Kita urus mereka itu menurut daya kemampuan kita, baik secara kolektif
ataupun secara sendiri-sendiri. Masing-masing kita bertanggung jawab dihadapan
Allah tentang nasib anak-anak yatim piatu itu, karena menjadi korban kelengahan
dan kelalaian kita.

Allahu Akbar 3X walillahil hamd.

Ibadah puasa telah mendidik kita tahu akan taat dan disiplin. Kodrat taat dan disiplin
tersebut yang mengemudikan jalan hidup kita selama kita menjalani ibadah puasa,
wajib kita pakai juru mudi untuk hidup dan kehidupan kita selanjutnya. Marilah kita
koreksi diri kita masing-masing, terutama dalam arena perjuangan masa datang,
yang penuh dengan tantangan. Suatu penyakit khas bagi umat Islam yang hingga
kini masih juga melekat, yakni penyakit rasa puas diri. Banyak diantara kita salah
mengartikan hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:

Artinya:

"Islam adalah tinggi, tiada sesuatu yang melebihi tingginya".

Akan tetapi di samping itu, kita bertopang dagu berpangku tangan. Janganlah kita
merasa senang dengan pujian Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

Artinya:

"Kamu adalah sebaik-baik umat, yang dibangkitkan diantara segenap manusia".

Tetapi kita lupa membenahi diri, lupa tugas kita sendiri. Janganlah kita merasa puas
dengan sejumlah yang banyak, yang hanya merupakan buih di samudra luas.
Jangan kira memuaskan diri karena kelengkapan dan kesempurnaan Islam, tanpa
mau berbuat, beramal dan berjuang. Sikap dan perasaan semacam itu, bukanlah
sifat umat yang taqwa, tetapi adalah sifat dan perasaan orang yang sudah
kehilangan iman dan pedoman. Sikap dari suatu umat yang sudah tak mempunyai
haluan, rasa, dan daya di dalam Islam serta iman di dadanya.

Rasa dan daya iman di dalam Islam yang selama bulan Ramadan kita tanamkan,
mendidik dan menempatkan diri kita pada ruang dan lapangan yang luas, asal ada
kerelaan dan kesediaan kita dalam berbakti kepada Allah. Sikap penyerahan diri ini,
bukanlah merupakan diri pribadi kita ini laksana kapas yang ringan, yang tak
mempunyai sikap dan pendirian yang positif. Akan tetapi sikap penyerahan diri
menurut pelajaran segala perintah Allah, baik yang mengenai diri pribadi, maupun
yang mengenai masyarakat dan umat. Karenanya, wahai umat muttaqin! Sambutlah
dengan penuh kesanggupan diri panggilan Allah dan Rasulnya, insyaAllah panggilan
itu akan memberi nafas panjang bagi kita sekalian. Maadzaa ajabtu mul mursaliin?
Apa sambutan dan jawaban kita terhadap panggilan Allah dan Rasulnya? Itulah
suatu pertanyaan yang perlu kita pecahkan.

Allahu Akbar 3X.

Ma'aasyiral muslimin rahima kumullah!


Menyambut panggilan Allah dan rasulnya bukanlah dengan perkataan. Menyambut
panggilan Allah dan Rasulnya bukanlah dengan ucapan belaka. Perkataan dan
ucapan hanyalah sampai kepada batas sanjungan dan pujian. Memuji zaman emas
di masa lalu, megah dengan sejarah Islam yang gilang gemilang pada masa dahulu.
Menyanyikan lagu seronak jejak sejarah yang telah dibuat oleh generasi umat Islam
sebelum kita. Bukan begitu kita menyambut dan menjawab panggilan Allah dan
Rasulnya dengan amal dan perbuatan yang nyata, dengan suatu perjuangan yang
penuh liku onak dan duri. Janganlah kita terlalu megah dengan sulaman sejarah
masa yang lalu. Allah memperingatkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 141:

Artinya:

"Itu adalah umat yang telah lalu. Baginya apa yang diusahakannya. Dan kamu tidak
akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan".

Rasul dan sahabat, mujahidin Islam sebelum kita telah mewariskan sejarah yang
terang benderang bagi kita. Angkatan kita sekarang mempunyai tugas dan
kewajiban yang maha luhur menyambung dan meneruskan perjuangan itu. Bukan
menghabiskan warisan itu dengan semau-mau kita. Tetapi meneruskan dan
memperbanyak warisan itu, sehingga bermanfaat bagi anak cucu kita dan angkatan
sesudah kita turun menurun.

Kita sudah terlalu lama tenggelam membanggakan sejarah Islam yang telah ditenun
dan disusun oleh umat Islam sebelum kita. Kita sudah terlalu lama menangis dan
meratap. Menangisi dan meratapi tepian tempat mandi yang telah runtuh. Kita sudah
terlalu lama merupakan umat yang menjadi objek sejarah, menunggu ketentuan
takdir sambil bertopang dagu, berdiri di pinggir jalan menyaksikan manusia lalu.
Kewajiban kita sekarang ialah: beramal, bekerja, dan berjuang.

Allahu Akbar 3x walillahil hamd.

Artinya:

"Berbuatlah, beramallah, bekerjalah! Nanti Allah akan menyaksikan dan memberi


nilai atas segala perjuanganmu".
Selama bulan Ramadan kita menjalankan latihan dan ujian, baik jasmani ataupun
rohani. Ujian, adakah kita mampu dan cakap memikul amanat berupa kenikmatan-
kenikmatan. Kesanggupan, kecakapan, kepandaian dan kemampuan menggunakan
66666666666666666666666666

Anda mungkin juga menyukai