Anda di halaman 1dari 14

IDENTIFIKASI KEDALAMAN BIDANG GELINCIR

PADA RUAS JALAN TAVELI-TOBOLI


Muhammad Rusydi, H1),Moh. Dahlan Th. Musa1), Abdullah1),Seniwati1), Rustan E1), Sandra1), Badaruddin1),
Mauludin Kurniawan1), Sitti Rugaya1), Rahmawati2)
1)
JurusanFisika, FakultasMatematika dan IlmuPengetahuanAlam, UniversitasTadulako, Palu
2)
Prodi Pendidikan Geografi, JurusanIlmuPengetahuanSosial, FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan,
UniversitasTadulako, Palu
*e-mail Korespondensi :rusydiutd@gmail.com

Abstract
LatarBelakang: Pergerakantanahataulongsormerupakan salah satubencanaalam yang
seringterjadiketikacurahhujansedangtinggi.
Longsorakanmenjadiancamanbagimanusiaapabilaterjadididaerahpemukiankarenadapatmerusakin
frastruktur dan membuatmanusiamengalamikerugianhartabenda. Tujuan:
penelitianinibertujuanmengidentifikasikondisilapisanbawahpermukaan
yangberfungsisebagaibidanggelincir pada ruasjalanTavaili - Toboli, DesaNupabomba,
KecamatanTanantovea, KabupatenDonggala.Jenispenelitian:
Penelitianinimerupakanpenelitiansurveidenganmenggunakanmetodegeolistrikhambatanjenis.
Hasil penelitian: Hasil
interpretasimenunjukkanbahwapenyusuntanahwilayahpenelitianadalahkerikil, batupasir, dan
genes. Nilai hambatanjenissetiaplapisanbatuanyaitukerikilberkisarantara 10 Ωm – 84 Ωm,
lapisanbatupasirberkisarantara 84 Ωm – 158 Ωm, dan lapisan genes berkisarantara 232 Ωm –
565 Ωm. Pada wilayahpenelitianlapisan genes didugamerupakanbidanggelincir.
Bentukbidanggelincir yang diperoleh pada wilayahpenelitianyaitugelincirrotasi.
Setiaplintasanmemilikikedalamanbidanggelincirberbeda – beda, yaitu L-1 dan L4 terletak pada
kedalaman 8 m, L-2 terletak pada kedalaman 3 m, dan L-3 terletak pada kedalaman 7
m.Kesimpulan: keempatlintasanmemilikipenyusunlapisantanah yang sama, yaitukerikil,
batupasir, dan genes. Bidanggelincirberada pada lapisanbatuan yang kedap air yaitu
genes.Saran: Untukmemperkecilkemungkinanlongsor yang
dapatmenutupijalanperludibuatdindingpenahan di
sepanjangjalansesuaidengankedalamanbidanggelincir. Dindingpenahandapatberupageotekstil,
dan bronjong.

Kata Kunci: Longsor, BidangGelincir, Geolistrik, HambatanJenis, Konfigurasidipole-dipole

A. PENDAHULUAN
Pergerakantanahataulongsormerupakan salah satubencanaalam yang
seringterjadiketikacurahhujansedangtinggi(Dai, Lee, & Ngai, 2002; Malamud, Turcotte,
Guzzetti, & Reichenbach, 2004; Stark & Hovius, 2001; USGS, 2004; Varnes J, 1958). Pada
musim hujan, volume air yang
meresapkedalamtanahbertambahbesarsehinggamenyebabkanterjadinyaalterasiteganganpermukaa
n dan menambah berat massa tanah. Hal inidapatmemicuketidakstabilan lereng. Ketidakstabilan
juga dapatterjadi pada suatuwilayah yang memilikibidanggelincir pada
strukturbawahpermukaannya(Bekler, Ekinci, Demirci, Erginal, & Ertekin, 2011; Chigira, Wang,
Furuya, & Kamai, 2003; Souisa, Hendrajaya, & Handayani, 2015). Tanah longsorbanyakterjadi
pada topografiterjaldengansudutlereng 15– 450 dan pada
batuanvolkaniklapukdengancurahhujantinggi. Pada musimhujan,
perubahanteganganpermukaandalamporitanah dan peningkatanbobotmassatanahakibatdari air
yang meresapkedalamtanahdapatmemicuperpindahan (ketidakstabilangravitasi).
Ketidakstabilangravitasidapatterjadi pada suatudaerah yang memilikibidanggelincir pada
strukturbawahpermukaan(Supeno, Priyantari, N., dan Halik, 2008).
Gejalaumumtanahlongsorditandaidenganmunculnyaretakan-retakan di lereng yang
sejajardenganarahtebing, biasanyaterjadisetelahhujan, munculnyamata air barusecaratiba-tiba
dan tebingrapuhsertakerikilmulaiberjatuhan. Ada 6 jenistanahlongsoryaknilongsorantranslasi,
longsoranrotasi, pergerakanblok, runtuhanbatuan, rayapantanah, dan
aliranbahanrombakan(Cardinali и др., 2002; Fell, Whitt, Miner, & Flentje, 2008). Proses
terjadinyatanahlongsordapatditerangkansebagaiberikut: air yang
meresapkedalamtanahakanmernambahbobottanah. Jika air tersebutmenembussampaitanahkedap
air yang berperansebagaibidanggelincir, makatanahmenjadilicin dan
tahananpelapukandiatasnyaakanbergerakmengikutilereng dan luarlereng.
Bidanggelincirdapatdiperolehdarikontrashambatanjenisantarduabatuan yang salingberdekatan.
Bilahambatanjenislapisanatasnyajauhlebihrendahdarihambatanjenislapisanbawahnya,
makasangatmemungkinkanterjadilongsoranhalinidikarenakanlapisantersebutakangampangterkiki
s dan mengalir, apalagibiladidukung oleh bidang yang cukupterjal dan
curahhujandiwilayahtersebutcukuptinggi(ESDM, 2005; Luchman Hakim,
2015
)
.Longsorakanmenjadiancamanbagimanusiaapabilaterjadididaerahpemukiankarenadapatmerusaki
nfrastruktur dan membuatmanusiamengalamikerugianhartabenda(Ahmed, 2015; Glade,
Anderson, & Crozier, 2012; Lari, Frattini, & Crosta, 2014; Pardeshi, Autade, & Pardeshi, 2013;
Shahabi & Hashim, 2015; Shanmugam & Wang, 2015).
Tanah longsorseringterjadi di ruasjalanTavaili - Toboli, DesaNupabomba,
KecamatanTanantovea, KabupatenDonggala. Jalurdenganpanjangnyasekitar 40 km ini,
merupakanjalanutamapenghubung Kota Paludengan Kota atauProvinsilainnya yang
adadisekitarnya. Ketikaterjadilongsormakaruasjalaniniterputus, sehinggatidakbisadilalui oleh
kendaraan. Ruasjalaniniberada di sepanjanglerengpegunungan pada ketinggiansekitar 700 – 900
m di ataspermukaanlaut (m dpl). Wilayah inimemilikikemiringanlereng yang terjal. Kondisi yang
demikianmemungkinkanlapisantanah di atasnyaakanmudahterkikis, bila air
meresapmenembussampailapisankedap air yang berperansebagaibidanggelincir.
Berdasarkanhaltersebutruasjalaninidapatdikatakanwilayah yang rawanterhadapbencanalongsor.
Salah satumetodegeofisika yang
dapatdigunakandalammenyelidikibidanggelinciryaitumetodegeolistrikhambatanjenis(Irayani,
Permanajati, Haryadi, Wihantoro, & Azis, 2016; Pranata, Jufriadi, Ayu, & Wahyuningsih, 2016;
Sugito, Irayani, & Jati, 2010).
Pengukurandilakukandenganmenginjeksiaruslistrikkedalambumimelaluiduabuahelektrodaarus
dan dilakukanpengukuranbedapotensialmelaluiduabuahelektrodapotensial. Dari
hasilpengukuranarus dan bedapotensiallistrikakandapatdihitungvariasinilaihambatanjenis pada
lapisanpermukaanbumi di bawahtitikukur (Sounding point).
Metodegeolistrikhambatanjenisdidasarkan pada
anggapanbahwabumimempunyaisifathomogenisotropis, denganasumsiini, hambatanjenis yang
terukurmerupakanhambatanjenis yang sebenarnya dan tidaktergantung pada spasielektroda.
Namun pada kenyataannyabumitersusunataslapisan-lapisandenganhambatanjenis yang berbeda-
beda, sehinggapotensial yang terukurmerupakanpengaruhdarilapisan-lapisantersebut.
Karenanyanilaihambatanjenis yang diukurseolah-
olahmerupakannilaihambatanjenisuntuksatulapisansaja. Hambatanjenis yang

terukursebenarnyaadalahhambatanjenissemu ( ) (Reynolds, 2011).

B. METODE PENELITIAN
Penelitianinidilaksanakan di ruasjalanTawaili - Toboli, DesaNupabomba,
KecamatanTanantovea, KabupatenDonggala. Letakgeografisdaerahpenelitian 119055’16,841’’-
119059’39,431’’ BT dan 0042’28,613’’- 0043’52,641’’ LS.
Pengukurandilakukandengangeolistrikhambatanjenis, konfigurasi dipole-dipole,
menggunakanmetodeElectrical Resistivity Tomografi (ERT), untukmemperoleh data
hambatanjenisbatuanbawahpermukaan, pada lokasipenelitian yang
memilikikemiringanlerengterjal(de Bari, Lapenna, Perrone, Puglisi, & Sdao, 2011; Drahor,
Göktürkler, Berge, & Kurtulmuş, 2006; Göktürkler, Balkaya, & Erhan, 2008; Lebourg и др.,
2010; Ling, Xu, Zhang, Ran, & Lv, 2016; Perrone, Lapenna, & Piscitelli, 2014; Piegari и др.,
2009).Pengukuranmenggunakankonfigurasi dipole-dipole dengan 4 lintasanpengukuran. Pada
setiaplintasanelektroda yang digunakansebanyak 25 buah, denganspasiantarelektroda 5 m,
sehinggapanjanglintasansebesar 120 m. Pada awalpengukuranuntukmemperoleh data n=1, C 2
diletakkan pada titikawallintasan (titik 0), titik C1 berada pada jarak 5 m, P1 berada pada jarak 10
m, dan P2berada pada jarak 15 m. Setelah itu, C2digesersejauh 5 m darititiksebelumnya,
haliniterusdilakukansampaititik P2berada pada titikakhirlintasan (titik 120).
Kemudiansusunaninidirubahuntukmendapatkan n=2, sampai n maksimum (n=8).
C. HASIL
Pengukuran geolistrik dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan batuan bawah permukaan
yang berfungsi sebagai bidang gelincir pada ruas jalan Tavaili - Toboli di Wilayah Kebun Kopi,
Desa Nupabomba. Konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi dipole-dipole. Data
pengukuran terdiri dari beda potensial (V), kuat arus listrik (I), jarak (a), faktorpengali (n. Pada
penelitian ini data pengukuran hambatan jenis dibatasi sampai kadalaman n=8. Dari data tersebut
kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai hambatan jenis semu (ρa).
Pengolahan data menggunakansoftwareRes2dinv, dengan data masukanadalahjaraktitik

datum , jarakelektroda (a), faktorpengali (n), nilaihambatanjenissemu (ρa) dan


nilaibedatinggitiapelekroda. Hasil pengolahantersebutberupa 3 penampang 2D yang terdiridari,
penampangresistivitassemuhasilpengukuran, penampangresistivitassemuhasilperhitungan, dan
model inversihambatanjenis, yang menggambarkankedalaman dan
nilaihambatanjenisbawahpermukaan. Hasil
inversiuntukkeempatlintasandiketahuibahwanilaihambatanjenis minimum dan maksimum pada
setiaplintasanberbeda – bedayaitu: untukLintasan 1 sebesar 11.3 Ωm – 556,5 Ωm, Lintasan 2
sebesar 39.8 Ωm – 482.4 Ωm, Lintasan 3 sebesar 30.2 Ωm – 460.1 Ωm dan Lintasan 4 sebesar
11.9 Ωm – 564.7 Ωm. Karena singkapanbatuan yang terlihat pada
wilayahpenelitianuntuksemualintasansama, sehingganilaihambatanjenis pada
keempatlintasandiseragamkan. Hal
iniperludilakukanuntukmempermudahdalamtahapaninterpretasi. Nilai hambatanjenis minimum
sebesar 10 Ωm dan maksimumsebesar 565 Ωm. Karena wilayahpenelitianmempunyaitopografi
yang tidak rata, makadilakukanpengolahan data denganefektopografi
Berikutadalahhasilpengolahan data hambatanjenis pada Lintasan 1 sampaiLintasan 4.
1. Lintasan 1
Lintasan 1 (L-1) terletak pada koordinat 119o59’28,714” BT dan 0o43’41,941” LS,
denganarahlintasan S 15o N. Titik 0 terletak pada ketinggian606 m dpl yang
beradadibagianselatan, sehingggalintasan naik kearahutarayaitusampai pada titik 120 yang
terletak pada ketinggian 696 m dpl.

S 15o U

Gambar 1. Hasil pengolahan data hambatanjenis L-1 tanpakoreksitopografi


2. Lintasan 2
Lokasi L-2 terletak pada koordinat 119o58’15,474” BT dan 0o43’11,532” LS.
Arahlintasanyaitu S 60o N. Titik 0 terletak pada ketinggian 417 m dpldibagianselatan,
sehingggalintasan naik kearahutarayaitusampai padatitik 120 terletak pada ketinggian 658 m
dpl.

S 60o U
Gambar2. Hasil pengolahan data hambatanjenis L-2 tanpakoreksitopografi
3. Lintasan 3
Koordinat L-3 berada pada 119o56’57,523” BT dan 0o43’4,251” LS, arahlintasanyaitu S 55o
N. Titik 0 terletak pada ketinggian 338 m dpl yang beradadisebelahselatan, sehingggaintasan
naik kearahutarayaitusampai pada titik 120 terletak pada ketinggian 605 m dpl.

S 55o U

Gambar 3. Hasil pengolahan data hambatanjenis L-3 tanpakoreksitopogtafi


4. Lintasan 4
Arah L-4 yaitu S 68o N, titik 0 terletakpada ketinggian 106 m dplyang
beradadisebelahselatan, sehingggaintasan naik kearahutarayaitusampai padatitik 120 yang
terletak pada ketinggian 167 m dpl. Lokasiiniberada pada koordinat119 o55’ 40,857” BT dan
0o43’31,234” LS.

S 68o U

Gambar 4. Hasil pengolahan data hambatanjenis L-4 Tanpakoreksitopografi


D. PEMBAHASAN
Dasar dalampenginterpretasianhasilpengolahan data di
wilayahpenelitianyaitunilaihambatanjenissetiaptitikduga, kondisigeologi, dan
hasilpenelitiansebelumnya yang telahdilakukan di sekitarwilayahpenelitian.
Secaraumumnilaihambatanjenis yang diperolehdarihasilpengolahan data Electrical Resistivity
Tomografi (ERT) di wilayahpenelitiandiinterpretasikansebagaiberikut :
1. Nilai hambatanjenisberkisarantara ± 10 – 84 Ωmdidugamerupakanlapisankerikil.
2. Nilai hambatanjenisberkisarantara ± 84 – 158Ωmdidugamerupakanlapisanbatupasir.
3. Nilai hambatanjenisberkisarantara ± 232 – 565 Ωmdidugamerupakanlapisan genes yang
berperansebagaibidanggelincir.
Berdasarkannilaihambatanjenisdiatasdapatdiidentifikasilapisanbatuanbawahpermukaan pada
setiaplintasanpengukuran.
1. Lintasan 1
Hasil pengolahanuntuklintasanpertama (L-1) yang terlihat pada penampang, dapatdiketahui
pada L-1 penyusunlapisantanahadalahkerikil, batupasir, dan genes. Lapisan genes
didugasebagaibidanggelincirkarenalapisantersebutmemilikinilairesistivitas yang
lebihbesardarilapisan yang lainnya. Genes yang didugasebagaibidanggelincirtersebutberada
pada kedalaman 8 m dibawahpermukaanbumi. Bidanggelincir pada lintasaniniterlihat pada
jarakke 25 m – 45 m dan jarakke 60 m – 80 m dariawallintasan.

Gambar 5. Penampanghambatanjenis L-1 hasilinversi RES2DINV


dengankoreksitopografi

2. Lintasan 2
Dari hasilpengolahan data diperolehbahwapenyusunlapisantanah pada L-2
samadenganpenyusuntanah pada L-1, yaitukerikil, batupasir,dan genes. Genes yang
didugasebagaibidanggelincirpada L-2 berada pada kedalaman 3 m dibawahpermukaanbumi.
Bidanggelincir pada lintasaniniterlihat pada jarakke 25 m – 90 m dariawallintasan.

Gambar 6. Penampanghambatanjenis L-2 hasilinversi RES2DINV


dengankoreksitopografi

3. Lintasan 3
Berdasarkangambarpenampang yang diperoleh, dapatdiketahuibahwapenyusunlapisantanah
pada L-3 samadenganL-1 dan L-2, yaitukerikil, batupasir dan genes. Pada L-3 genes yang
didugasebagaibidanggelincirberada pada kedalaman 7 m dibawahpermukaanbumi.
Bidanggelincir pada lintasaniniterlihat pada jarakke 65 m – 90 m dariawallintasan.

Gambar 7. Penampanghambatanjenis L-3 hasilinversi RES2DINV


dengankoreksitopografi

4. Lintasan 4
Berdasarkangambarpenampang yang diperolehdapatdiketahuibahwapenyusunlapisantanah
L-4 samadenganL-1, L-2, dan L-3 yaitukerikil, batupasir, dan genes. Genes yang
didugasebagaibidanggelincirberada pada kedalamanyang samadenganL-1 yaitu pada
kedalaman 8 m dibawahpermukaanbumi. Bidanggelincir pada lintasaniniterlihat pada
jarakke 35 m – 50 m dan jarakke 75 m – 85 m dariawallintasan.

Gambar 8. Penampang hambatan jenis L-4 hasil inversi RES2DINV dengan koreksi
topografi

Berdasarkaninterpretasi pada hasilpengolahan data


diperolehbahwastrukturlapisanbawahpermukaanL-1 hingga L-4 memilikitigalapisan yang
samayaitukerikil (FormasiAlivium dan Endapan Pantai), batupasir (Formasi Sarasin dan
Sarasina, dan FormasiTinombo), serta genes (FormasiKompleksBatuanMetamorfosis). Pada
seluruhlintasan genes didugasebagaibidanggelincir. Hal inikarena genes merupakanlapisan yang
kedap air ataulapisan yang tidakdapatmenyimpan dan meloloskan air. selainitu genes juga
memilikikisarannilaihambatanjenis yang paling besardiantaraketigalapisantersebut, dapatdilihat
pada Tabel 2.2.
Genes biasanyaterbentuk oleh metamorfisme regional di bataslempengkonvergen.
Batuaninimerupakan salah satujenisbatuanmetamorfberkualitastinggidimanabutiran mineral
penyusunnyadirekristalisasi oleh suhu dan tekanan yang tinggi. Genes
dapatterbentukdalambeberapacara. Terbentuknya genes yang paling
umumdimulaidenganbatuserpih, yang merupakanbatuansedimen. Metamorfosis regional
dapatmengubahserpih (shale) menjadibatusabak, lalufilit (phyllite), kemudiansekis, dan
akhirnyamenjadi genes. Genes biasanyasulitpecahsepertikebanyakanbatuanmetamorflainnya.
Bentukbidanggelincir yang ditemukan di wilayahpenelitianadalahbentukrotasi.
Gelincirrotasiadalahlongsoran yang mempunyaibidanglongsorberbentuksetengahlingkaran, log,
spiral, hiperbola, ataubentuktidakteraturlainnya. Hasil
penelitianmenunjukkanbahwabidanggelincir pada setiaplintasanberbentuksetengahlingkaran,
yang merupakanlapisan genes.
Secarageolistrikkarakteristikbidanggelincirditandaidengankontrasnilaitahananjenis yang
cukupbesarantarlapisan. Bidanggelincirdiperolehdarikontrasresistivitasantarduabatuan yang
berdekatan. Genes memilikinilaitahananjenis yang lebihbesardarilapisan yang berada diatasnya.
Bidanggelincirterletakdiantaralapisan yang tidakkedap air dan lapisankedap air. lapisan
yang kadap air memilikinilaitahananjenis yang cukupbesar. Pada
wilayahpenelitianterdapattigalapisan yang secaraberturut-turutyaitulapisankerikil, batupasir, dan
genes. Kerikil dan batupasirmerupakanlapisan yang tidakkedap air (akuifer), yaitulapisan yang
dapatmenyimpan dan mudahmeloloskan air dalamjumlahbanyak. Genes
memilikinilaitahananjenis yang lebihbesar. Sehingga genes merupakanlapisan yang kedap air.
Lapisanpertama dan lapisankeduamerupakanlapisan yang dapatdenganmudahmeloloskan
air dalamjumlahbanyak. Sehingga air akanmudahmeresapkebawahpermukaan dan tertahan pada
lapisan genes. Karena genes merupakanlapisan yang kedap air, sehingga air
akanterakumulasipermukaabatuantersebut yang menjadikanbatuantersebutlicin dan
mengurangikuatgeser.
Pada musimhujanselainmeloloskan air kepermukaan genes, kerikil dan batupasir juga
menyimpan air yang
menyebabkanbertambahnyabebanbatuantersebutsehinggamenambahgayapendorong
(tegangangeser) batuantersebut. Hal iniakanmenyebabkanmeningkatnyakadar air yang
dapatmeningkatkantekananpori dan melemahnyakestabilanlereng. Lapisan genes yang
licininiakanberperansebagaibidangtempatbergeraknya material pelapukan yang
beradadiatasnyakeluarlereng. Material yang bergerak di atasbidanglicininilah yang
disebutsebagai material longsor. Bidanglicintempatbergeraknya material
longsorinidisebutdenganbidanggelincir.
Bidanggelincir L-1 terletak pada kedalaman 8 m. Bidanggelincir pada L-2yang
berpotensilongsorterletak pada kedalaman 3 m. bidanggelincir pada L-3 terletak pada kedalaman
7 m. bidanggelincir L-4 terletak pada kedalaman yang samadenganL-1yaitu 8 m.
Dengandemikianbidanggelincir pada wilayahpenelitianmerupakanbidanggelincirdangkal dan
bidanggelincirdalam. Semakindalambidanggelincirtingkatbahayalongsorakansemakinbesar.
Lokasipengukuranberada pada wilyah yang seringterjadilongsor. Titikpengukuranuntuk L-
1 dan L-4 berada pada lokasibekaslongsoran. Lintasaninimemilikisrukturlapisan yang sama,
yaitu pada lapisanatasnyadidominasi oleh kerikil. Meskipunkedualintasaniniberada pada
titikyang pernahterjadilongsor, tetapimasihmempunyaibidanggelincir yang dalam.
haliniberartibahwalongsordapatterjadikembali pada titik yang sama.
Faktor lain yang mempengaruhitingkatbahayalongsoradalahkeadaantopografiwilayah.
Terjadinyalongsor di ruasjalanTavaili – Tobolidipicu oleh beberapahal. Ruasjalan yang
beradadisepanjanglereng yang terjal. Karena
pembangunanjalandiwilayahinidilakukandenganmemotongperbukitan dan pegunungan,
sehinggakestabilanlerengmenjaditerganggu. Zona sesaraktifpatahanPalu-Koro yang
menjadisumbertingginyaaktivitaskegempaan. Aktivitasmanusia yang
berupaalihfungsihutanmenjadi area perkebunan. Juga adanyakendaraan yang
melintasijalaninidengantingkatkepadatan yang cukupbesar.
Menambahbebandipermukaantanahsehinggamenimbulkangetaran yang
dapatmemperbesargayapendorongterjadinyalongsor.
Sebelumnyatelahdilakukanpenelitianmengenaibidanggelincir pada ruasjalanTavaili-Toboli.
Penelitiandenganmenggunakanmetodeseismikrefraksi yang dilakukan oleh Ayu. Pada
penelitiantersebutdiperolehtigalapisantanah. Lapisanpertamaberupapasirkering,
lapisankeduaberupalempungpasiran, dan lapisanketigaberupabatupasir.
Bidanggelincirpenyebabtanahlongsordidugaberadadiantaralapisanlempungpasiran dan batupasir.
Iniberartilapisan yang berperansebagaibidangtempatbergeraknya material
longsorkeluarlerengadalahlapisanbatupasir(Ayu, 2016). Bidanggelincir pada
setiaplintasanpengukuranterlihatdarititikawalhinggatitikakhirpengukuran. Hasil penelitianini,
berbedadenganpenelitiansebelumnyadimanabidanggelincirberada pada lapisan genes. Genes
merupakanlapisanbatuankeras dan kedap air. Bidanggelincir yang di peroleh pada
setiaplintasantidakterlihatsepenuhnya pada lintasanpengukuran, denganbentukbidanggelincir
yang ditemukandiwilayahpenelitianberbentukgelincirrotasi. Hal
inikerenalokasilintasanpengukuran pada penelitianini dan penilitiansebelumnyaberbeda,
meskipunwilayahpenelitiannyasamayaitu pada ruasjalanTavaili – Toboli.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkanhasildaripenelitianmenggunakangeolistrikhambatanjenisdengankonfigurasi
dipole-dipole makadapatdisimpulkanbahwakeempatlintasanmemilikipenyusunlapisantanah yang
sama, yaitukerikil, batupasir, dan genes. Bidanggelincirberada pada lapisanbatuan yang kedap air
yaitu genes. Kedalamanbidanggelincir yang diperoleh pada setiaplintasanberbeda-beda.
Untukbidanggelincir L-1 dan L-4 terletak pada kedalaman yang samayaitu 8 m, bidanggelincir
L-2 terletak pada kedalaman 3 m, dan bidanggelincir L-3 terletak pada kedalaman7 m.
Bentukbidanggelincir yang diperoleh pada L-1 sampai L-4 sama,
yaitujenislongsoranrotasidenganlongsoranmengarahkearahjalanraya.
Untukpenelitianselanjutnyadisarankandenganmetodegeolistrikdenganpenambahankedalaman
.Sebab pada penelitianbentukbidanggelincir yang diperoleh pada
wilayahpenelitianbelumterlihatsepenuhnya

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, B. (2015). Landslide susceptibility mapping using multi-criteria evaluation techniques in
Chittagong Metropolitan Area, Bangladesh. Landslides. https://doi.org/10.1007/s10346-
014-0521-x
Ayu, N. S. (2016). Identifikasi potensi tanah longsor dengan menggunakan metode seismik
refraksi di daerah kebun kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten
Donggala. Palu: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako.
Bekler, T., Ekinci, Y. L., Demirci, A., Erginal, A. E., & Ertekin, C. (2011). Characterization of a
Landslide using Seismic Refraction, Electrical Resistivity and Hydrometer Methods,
Adatepe - Canakkale, NW Turkey. Journal of Environmental & Engineering Geophysics.
https://doi.org/10.2113/jeeg16.3.115
Cardinali, M., Reichenbach, P., Guzzetti, F., Ardizzone, F., Antonini, G., Galli, M., … Salvati, P.
(2002). A geomorphological approach to the estimation of landslide hazards and risks in
Umbria, Central Italy. Natural Hazards and Earth System Sciences.
https://doi.org/10.5194/nhess-2-57-2002
Chigira, M., Wang, W. N., Furuya, T., & Kamai, T. (2003). Geological causes and
geomorphological precursors of the Tsaoling landslide triggered by the 1999 Chi-Chi
earthquake, Taiwan. Engineering Geology. https://doi.org/10.1016/S0013-7952(02)00232-6
Dai, F. C., Lee, C. F., & Ngai, Y. Y. (2002). Landslide risk assessment and management: An
overview. Engineering Geology. https://doi.org/10.1016/S0013-7952(01)00093-X
de Bari, C., Lapenna, V., Perrone, A., Puglisi, C., & Sdao, F. (2011). Digital photogrammetric
analysis and electrical resistivity tomography for investigating the Picerno landslide
(Basilicata region, southern Italy). Geomorphology.
https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2011.06.013
Drahor, M. G., Göktürkler, G., Berge, M. A., & Kurtulmuş, T. Ö. (2006). Application of
electrical resistivity tomography technique for investigation of landslides: A case from
Turkey. Environmental Geology. https://doi.org/10.1007/s00254-006-0194-4
ESDM. (2005). Pengenalan Gerakan Tanah. Esdm.
Fell, R., Whitt, G., Miner, T., & Flentje, P. (2008). Guidelines for landslide susceptibility, hazard
and risk zoning for land use planning. Engineering Geology.
https://doi.org/10.1016/j.enggeo.2008.03.009
Glade, T., Anderson, M., & Crozier, M. J. (2012). Landslide Hazard and Risk. В Landslide
Hazard and Risk. https://doi.org/10.1002/9780470012659
Göktürkler, G., Balkaya, Ç., & Erhan, Z. (2008). Geophysical investigation of a landslide: The
Alti{dotless}ndaǧ landslide site, İzmir (western Turkey). Journal of Applied Geophysics.
https://doi.org/10.1016/j.jappgeo.2008.05.008
Irayani, Z., Permanajati, I., Haryadi, A., Wihantoro, W., & Azis, A. N. (2016). Investigasi Bidang
Gelincir Tanah Longsor Dengan Metode Tahanan Jenis Dan Pengujian Sifat Plastisitas
Tanah Di Bukit Pawinihan Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten
Banjarnegara. Dinamika Rekayasa. https://doi.org/10.20884/1.dr.2016.12.2.145
Lari, S., Frattini, P., & Crosta, G. B. (2014). A probabilistic approach for landslide hazard
analysis. Engineering Geology. https://doi.org/10.1016/j.enggeo.2014.07.015
Lebourg, T., Hernandez, M., Zerathe, S., El Bedoui, S., Jomard, H., & Fresia, B. (2010).
Landslides triggered factors analysed by time lapse electrical survey and multidimensional
statistical approach. Engineering Geology. https://doi.org/10.1016/j.enggeo.2010.05.001
Ling, C., Xu, Q., Zhang, Q., Ran, J., & Lv, H. (2016). Application of electrical resistivity
tomography for investigating the internal structure of a translational landslide and
characterizing its groundwater circulation (Kualiangzi landslide, Southwest China). Journal
of Applied Geophysics. https://doi.org/10.1016/j.jappgeo.2016.06.003
Luchman Hakim, S. P. S. (2015). ANALISIS POTENSI LONGSORAN PADA DAERAH
RANU PANI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG. JURNAL NEUTRINO.
https://doi.org/10.18860/neu.v0i0.1656
Malamud, B. D., Turcotte, D. L., Guzzetti, F., & Reichenbach, P. (2004). Landslide inventories
and their statistical properties. Earth Surface Processes and Landforms.
https://doi.org/10.1002/esp.1064
Pardeshi, S. D., Autade, S. E., & Pardeshi, S. S. (2013). Landslide hazard assessment: Recent
trends and techniques. SpringerPlus. https://doi.org/10.1186/2193-1801-2-523
Perrone, A., Lapenna, V., & Piscitelli, S. (2014). Electrical resistivity tomography technique for
landslide investigation: A review. Earth-Science Reviews.
https://doi.org/10.1016/j.earscirev.2014.04.002
Piegari, E., Cataudella, V., Di Maio, R., Milano, L., Nicodemi, M., & Soldovieri, M. G. (2009).
Electrical resistivity tomography and statistical analysis in landslide modelling: A
conceptual approach. Journal of Applied Geophysics.
https://doi.org/10.1016/j.jappgeo.2008.10.014
Pranata, K. B., Jufriadi, A., Ayu, H. D., & Wahyuningsih, D. (2016). PENERAPAN METODE
GEOFISIKA UNTUK PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DAS BRANTAS
KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG. JURNAL NEUTRINO.
https://doi.org/10.18860/neu.v8i2.3311
Reynolds, J. (2011). An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
Shahabi, H., & Hashim, M. (2015). Landslide susceptibility mapping using GIS-based statistical
models and Remote sensing data in tropical environment. Scientific Reports.
https://doi.org/10.1038/srep09899
Shanmugam, G., & Wang, Y. (2015). The landslide problem. Journal of Palaeogeography.
https://doi.org/10.3724/sp.j.1261.2015.00071
Souisa, M., Hendrajaya, L., & Handayani, G. (2015). Determination of Landslide Slip Surface
Using Geoelectrical Resistivity Method at Ambon City Moluccas-Indonesia. International
Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering.
Stark, C. P., & Hovius, N. (2001). The characterization of landslide size distributions.
Geophysical Research Letters. https://doi.org/10.1029/2000GL008527
Sugito, Irayani, Z., & Jati, I. P. (2010). Investigasi Bidang Gelincir Tanah Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Tahanan Jenis di Desa Kebarongan Kec. Kemranjen Kab. Banyumas.
Berkala Fisika.
Supeno, Priyantari, N., dan Halik, G. (2008). Penentuan struktur bawah permukaan daerah rawan
longsor berdasarkan interpretasi data resistifitas. Jurnal Ilmu Dasar.
USGS. (2004). Landslide Types and Processes. Highway Research Board Special Report.
https://doi.org/Fact Sheet 2004-3072
Varnes J, D. (1958). LANDSLIDE TYPES AND PROCESSES. Highway Research Board
Special Report.

Anda mungkin juga menyukai