Anda di halaman 1dari 2

Rp 300 Juta/Bulan dari PKL

Setiap hari, sekitar 2.000O pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan Dewi Sartika
dan Jalan MA Salamun, membayar "retribusi kebersihan" Rp 5.000 agar bisa bebas
menjajakan barangnya di sana. Jika ditotal, ada Rp 300 juta per bulan yang diterima
penarik retribusi.

Setoran itu diakui seorang PKL di Jalan Dewi Sartika, Maryamah (30). Cukup
membayar retribusi Rp 5.000 per hari, dia mengaku bisa dengan nyaman berjualan
di jalan.

Namun, Maryamah tidak tahu pihak yang memungut retribusi keber- sihan itu.
"Pokoknya, setiap hari ada yang menarik uang kebersihan. Tidak ada biaya lain," kata
Maryamah kepada wartawan, Senin (10/6/2019).

Namun, Pemerintah Kota Bogor mengaku tak tahu-menahu aliran retribusi


kebersihan itu. Soalnya, pemkot tak pernah menarik retribusi kebersihan dari para
PKL karena sama saja melegalkan reka berdagang di ka- wasan terlarang.

Fakta itu terungkap saat Wali Kota Bogor Bima Arya dan Wakil Wali Kota Bogor
Dedie A Rachim melakukan inspeksi mendadak ke kawasan PKL Pasar Anyar dan
Pasar Kebon Kembang di Jalan Dewi Sartika dan MA Saliman Salamun, Kecamatan
Bogor Tengah, Kota Bogor, Senin (10/6/2019). "Saya tanya ke pedagang satu-satu,
mereka setor kebersihan. Tapi, ke siapa-siapanya enggak jelas. Malah kita yang
kebagian bully dari warga," ujar Bima.

Oleh karena itu, penertiban PKL liar di Dewi Sartika dan MA Salmun menjadi salah
satu prioritasnya tahun ini. Paling lambat, penertiban dilakukan bulan Desember.
Menurut Bima, penertiban harus dilakukan karena PKL tidak memberikan
sumbangsih positif bagi kota Bogor.

Keberadaan PKL justru membuat kawasan MA Salamun dan Dewi Sartika semakin
macet. Imbasnya, pedagang pasar merugi dan warga sekitar kesulitan keluar rumah.

"Program PKL dilakukan bertahap. Desember akan ada bebe- rapa langkah relokasi.
Jadi, tidak digusur tetapi direlokasi. Jalur lalu lintas akan dinormalkan. Nanti dari
Sawojajar masuk ke MA Salamun, targetnya satu, lalu lintas lancar, belanja juga
nyaman, enggak ada PKL," katanya.

Mengenai titik relokasi untuk PKL, Bima belum dapat memaparkannya. Namun, dia
memastikan pemkot akan membentuk tim unit khusus untuk mengawasi aktivitas
PKL di pasar dan taman. Tim diisi Satpol PP dan Dishub Kota Bogor. "Pokoknya, nanti
PKL tidak ada di jalan lagi. Satpol PP akan dievaluasi kinerjanya. Sekarang, kita fokus
sosialisasi dulu ke pedagang sembari didata," kata Bima.

Soal dana penataan PKL, selain dari APBD murni, Bima akan mengusulkan ke
anggaran perubahan. Pemkot Bogor juga akan mengusulkan bantuan melalui forum
tanggung jawab Sosial perusahaan.
Sementara itu, Direktur Umum Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya Jenal Abidin
mengatakan, sejauh ini PD Pasar Pakuan Jaya tidak pernah menarik retribusi kepada
PKL Menurut dia, PKL. yang berada di kawasan pasar tidak menjadi kewenangan PD
Pasar Pakuan Jaya.

"Kami enggak tahu, PKL itu di luar wilayah pasar karena mereka ada dijalan. Kami
pun tidak pernah menarik (retribusi). Yang jelas keberadaan PKL sangat merugikan
pedagang pasar. Oleh karena itu, kami gencar sosialisasi penataan PKL," ucap Jenal.

Terkait dengan relokasi PKL, Jenal menyebutkan, PD Pasar Pakuan Jaya siap
memfasilitasi pemindahan PKL ke kios. Saat ini, ada kurang lebih 1.000 kios di Pasar
Bogor dan 400 kios di Pasar Kebon Kembang yang masih kosong.

Namun, perlu upaya khusus untuk mengedukasi PKL agar mau pindah. Soalnya,
banyak alasan yang membuat PKL enggan pindah ke kios.

"Kami enggak tahu kenapa mereka tidak mau kalau masalah sewa kios, kami bisa
bicarakan berapa mampunya mereka untuk masuk ke dalám pasar," kata Jenal.
(Windiyati Retno Sumardiyani)***

Anda mungkin juga menyukai