Anda di halaman 1dari 3

M6 KB1

Bapak Ibu Mahasiswa, Indonesia merupakan negara yang juga terlibat dalam asesmen
internasional, salah satunya PISA. kira-kira bagaimana pendapat Bapak Ibu terkait dengan hasil
asesmen tersebut terhadap pendidikan di Indonesia?

Bagaimana pula pendapat Bapak Ibu terkait pelaksanaan UASBN yang diselenggarakan untuk
jenjang sekolah dasar?
Jawab:
Menurut saya, terlepas dari hasil yang diperoleh Indonesia melalui asesmen internasional
(seperti PISA), maka sudah seharusnya hasil tersebut digunakan sebagai data untuk
meningkatkan pencapaian dalam dunia pendidikan. Terlebih lagi, hasil tersebut bisa digunakan
untuk evaluasi terhadap beberapa aspek yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia.
Dengan begitu, permasalahan-permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan Indonesia bisa
mulai diperbaiki.
Kemudian, yang perlu diketahui juga, bahwa hasil yang diperoleh dari asesmen internasional
belum tentu bisa mengukur semua aspek dalam pendidikan di Indonesia, sebab tidak semua
aspek diuji (PISA). Terlebih lagi, rumusan pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya
juga berbeda-beda, misalnya di Indonesia sendiri, pada K13 ada poin-poin tertentu yang
menekankan pada pembentukan karakter. Ini tentu tidak bisa diukur dengan data asesmen
PISA.

Meskipun pendidikan dasar menitikberatkan pada proses pendidikan karakter, pelaksanaan


UASBN yang diselengarakan pada jenjang SD saya rasa itu perlu, sebab selain sebagai alat ukur
sejauh mana anak mampu berkembang pada tingkat dasar, hasilnya juga bisa digunakan untuk
mengukur keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan melakukan perbaikan jika
diperlukan. Hal ini karena pendidikan dasar merupakan titik awal seorang manusia bisa
berkembang lebih baik di masa depannya dan tentu pembentukan kognisi awal dan karakter itu
selalu dimulai dari pendidikan dasar bahkan usia dini.
Pendapat ini tentu berdasarkan pengalaman ketika menjadi bagian dari panitia PPDB tingkat
SMK, dimana terdapat beberapa orang calon peserta didik baru pada fase seleksi, masih
terbata-bata, bahkan sulit untuk membaca dan menghitung. Jika sudah seperti ini, maka yang
menjadi sorotan bukanlah pendidikan di tingkat menengahnya akan tetapi pada tingkat
dasarnya.
M6 KB2
Bapak Ibu , apakah sebenarnya esensi dari penilaian otentik itu? Silakan gambarkan
pemahaman dan sharing pengalaman Bapak Ibu terkait hal ini!
Jawab:
Menurut saya esensi penilaian otentik adalah penilaian terhadap kemampuan seseorang dalam
menerapkan pengetahuannya dan keterampilannya dalam unjuk kerja nyata. Hal tersebut lebih
kepada aplikasi pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk kinerja.
Selama ini penilaian otentik yang bisa saya lakukan untuk aspek keterampilan, hanya sebatas
penilaian kinerja saja pada aspek-aspek sederhana, seperti hasil kerja dan keaktifan siswa
dalam mengaktualisasikan diri. Hal ini karena untuk melakukan penilaian yang rumit dan
kompleks membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Mengingat kemampuan siswa
yang masih belum cukup tinggi dan permasalahan tingkat kehadiran sebagian besar siswa yang
begitu rendah. Disamping itu, permasalahan lainnya adalah sebagian besar siswa tidak
sepenuhnya bisa belajar secara mandiri (susah untuk diberi tanggungjawab) sehingga lebih
banyak waktu dihabiskan untuk mendampingi dan membimbing. Kendala-kendala ini juga
dijadikan dasar untuk melakukan penilaian pada apek kognitif dan sikap. Terutama pada aspek
sikap, biasanya kami (saya) menggunakan presentasi kehadiran untuk mewakili penilaian sikap
yang paling utama, disamping melalui observasi pada saat pembelajaran. Karena dengan
kendala-kendala yang begitu rumit, kehadiran sudah mewakili salah satu sasaran penilaian
aspek sikap, yaitu menerima (receiving). Dimana siswa mau hadir ke sekolah dan ikut dalam
pembelajaran saja sudah merupakan sebuah prestasi.

M6 KB3
Bapak Ibu Mahasiswa, terkait dengan kompleksnya langkah pembuatan tes hasil belajar, kira-
kira langkah dan kegiatan yang mana yang dirasa masih menjadi kendala? Apakah butir soal
yang Bapak Ibu buat sudah sesuai dengan tahapan pembuatan atau perumusan tes hasil
belajar?
Jawab:
Dari penjelasan pada modul kegitan belajar 3 ini, maka dapat diketahui bahwa penulisan soal
yang selama ini dilakukan masih belum sesuai dengan tahapan-tahapan penulisan soal yang
sesuai standar. Namun demikian, dalam pembuatan butir soal, ada beberapa kriteria yang
sudah bisa kami (saya) ikuti, seperti merumuskan tujuan hingga ke penulisan butir soal dan
penggunaan acuan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom dan penggunaan opsi-opsi
jawaban yang homogen meskipun secara keseluruhan masih jauh dari sempurna.
Sehingga bisa diketahui bahwa yang masih menjadi kendala adalah masalah telaah butir soal
khususya pada aspek bahasa. Serta uji coba dan alalisis untuk membuat alat tes tersebut
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Sebab untuk tahapan-tahapan ini, membutuhkan
keterlibatan validator (ahli) dan banyak sumber daya (termasuk pengetahuan staistik).
M6 KB4
Bapak Ibu Mahasiswa, penting bagi seorang guru untuk membuat dan menggunaakan soal yang
valid dan reliabel. Menurut Bapak Ibu, apa yang dapat dilakukan untuk mengetahui soal
tersebut valid dan reliabel? Tuliskan pula pengalaman Bapak Ibu dalam menelaah soal-soal
yang akan digunakan di kelas!
Jawab:
Menurut saya, untuk mengetahui soal yang digunakan itu valid dan reliabel, harus dilakukan
melalui telaah secara teoritis dan empiris atau hasil eksperimen atau uji coba yang juga
melibatkan validator dan uji statistik.
Sejauh ini telaah soal yang saya lakukan hanya terbatas pada telaah secara teoritis saja. Itupun
masih ada beberapa kriteria yang masih belum terpenuhi jika ditinjau dari segi konstruksi dan
bahasa dan tentunya sudah bisa dipastikan, soal masih belum bisa dikatakan valid dan reliabel.
Sebab, meskipun analisis soal sudah dilakukan secara teoritis dan sudah memenuhi 3 kriteria
(materi, konstruksi dan bahasa), maka instrumen tersebut juga harus di-validasi oleh beberapa
orang ahli (expert judgement) dan hasilnya harus diuji secara statistik. Kemudian barulah
instrumen itu dapat masuk pada analisa secara empiris melalui uji coba atau eksperimen.
Itupun, instrument tersebut belum tentu bisa dikatakan 100% valid dan reliabel, karena
tergantung pada data-data statistik yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen.

Setelah mengikuti pembelajaran pada kegiatan pembelajaran 4 pada modul 6 ini, maka
diketahui bahwa untuk membuat soal yang valid dan reliabel harus dilakukan analisa berupa
analisa teoritis dan empiris……selama ini butir soal yang kami buat hanya menggunakan satu
kriteria, yaitu analisa kualitas secara teoritis.

TA M6
Instructions
Setelah Bapak/Ibu mendalami Kegiatan Belajar 1 sampai dengan Kegiatan Belajar 4, tentunya
Bapak/Ibu memiliki keinginan bagaimana menerapkan konsep-konsep tersebut kan? Bersama
tugas ini, Bapak/Ibu diharapkan melakukan sebagai berikut:

Pilihlah dua Kompetensi Dasar sesuai mata pelajaran yang Ibu/Bapak ajarkan. Kembangkan soal
tes tertulis bentuk pilihan ganda (lima alternatif jawaban) untuk mengukur penguasaan kognitif
siswa terhadap materi kedua KD tersebut
Kirimkan hasil pekerjaan Ibu/Bapak dalam bentuk PDF atau MS Word. Ukuran file maksimal 10
MB.

Anda mungkin juga menyukai