Skripsi 2
Skripsi 2
SKRIPSI
Oleh :
i
STATUS HEMATOLOGIS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA
SKRIPSI
Oleh :
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
Ttd
iii
Judul Skripsi : Status Hematologis Sapi Bali Jantan dan Betina
Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc Prof. Dr. Ir. Herry Sonjaya, DEA, DES
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco, M.Sc
Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Produksi Ternak
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
v
Muh Yusuf Malle (I11106014). Haematology Status of Male and Famale
of Bali Cattle. Supervised by: Djoni Prawira Rahardja, Supervised by and
Herry Sonjaya.
A study aims to determine the haematological status of male and female of
Bali cattle. The research was conducted at the Faculty of Animal Husbandry,
Hasanuddin Universitas, Makassar. The material used were male and female Bali
cattle of 7 animals each. Parameters measured were the values of hematocrit and
hemoglobin (Hb), the red blood cells and white blood cell counts. Data obtained
were tested with the Student T-test to determine differences in haematological
status of male and famale of Bali cattle. The results indicated that red blood cell
counts and hemoglobin values in male and female of Bali cattle were not
significantly different while hematocrit values in female were significantly higher
compared with that in male, and white blood called counts significantly higher in
male than in female.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
ajaran tauhid.
perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga bisa menjadi seperti
sekarang ini.
2. Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, M.Sc selaku pembimbing utama dan Prof. Dr.
Ir. Herry Sonjaya, DEA, DES. selaku pembimbing anggota yang telah
3. Dr. Muhammad Yusuf, S.Pt. yang telah banyak membantu penulis dalam
kebaikan bapak.
4. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan,
Prof. Dr. Ir. Lellah Rachim, M.Sc selaku Ketua Jurusan Produksi Ternak
hingga 2010, Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Ketua Jurusan
vii
Produksi Ternak mulai 2010 dan Prof. Dr. Ir. H. MS. Effendi Abustam, M.Sc
selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Ternak hingga 2011. Prof. Dr.
Drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi
6. Kepada angkatan “tanduk 01“, “caput 02“, “spider 03“, “hamster 04“, “Lebah
05“, “colagen 06“, “rumput 07“, “Bakteri 08“, “merpati 09“, dan “lion 10“
Mawardi Asja dan Muh. Akhsan yang banyak mengajari penulis tentang
seluruh orang yang telah berjasa kepada penulis yang tidak dapat penulis
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi
skripsi ini. Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran demi kesempurnaan
viii
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
ABSTRACT..................................................................................................... vi
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3
D. Hemaglobin (Hb).......................................................................... 6
E. Penetuan Nilai Hematokrit........................................................... 7
F. Gambaran Hematologi Sapi Hematokrit dan Hemaglobin…….. 7
G. Eritrosit (Sel Darah Merah) …………………………………… 9
H. Leukosit (Sel Darah Putih) ……………………………………. 9
I. Faktor Nutrisi dalam Status Hematologi ……………………… 10
J. Faktor Umur dan Jenis Kelamin dalam Status Hematologis …. 11
x
MATERI DAN METODE PENELITIAN........................................................ 16
LAMPIRAN .................................................................................................... 24
xi
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
2.Nilai Total Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi-sapi
Indonesia oleh Beberapa Peneliti..........................................................
11
3.Jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan jumlah
sel darah putih pada sapi bali jantan dan betina ...............
17
xii
xiii
PENDAHULUAN
kebutuhan nasional daging sapi pada tahun 2006 adalah 395,80 ton. Hal ini juga terjadi
pada tahun 2007 yaitu sebanyak 418,20 ton akibatnya terjadi perlambatan peningkatan
produksi daging. Kekurangan daging sapi tersebut dapat dipenuhi lewat penggemukan
sapi bakalan ekspor -import dan daging beku import. Hal ini tentu merugikan pemerintah
reproduksi serta memberdayakan sapi lokal hasil peternakan rakyat yaitu dengan
Jenis sapi yang umum dipelihara dan digemukkan adalah jenis sapi Bali yang
terhadap lingkungan maupun pakan serta dapat digunakan sebagai tenaga kerja.
Keunikan lain dari sapi Bali sekaligus kelebihannya yaitu tingkat kesuburannya tinggi.
Hal ini menyebabkan sapi Bali berpotensi untuk dikembangkan di seluruh Indonesia.
penyediaan hijauan pakan ternak masih merupakan kendala bagi peternak. Pada musim
hujan, pakan akan melimpah tetapi pada musim kemarau, pakan sangat sulit didapatkan
1
sehingga dapat berpengaruh terhadap sapi Bali jantan dan betina. Perbaikan manajemen
tubuh ternak, darah mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai alat transportasi zat-zat
makanan keseluruh sel tubuh namun dilain hal darah juga rentan sebagai media
penyebaran penyakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status hematologis sapi Bali
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi data awal bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
2
Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai
hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi
tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut sapi Bali. Sebagai keturunan banteng, sapi
Bali memiliki warna dan bentuk tubuh persis seperti banteng liar (Guntoro,2002)
Sapi Bali lebih unggul dibandingkan bangsa sapi lainnya, misalnya sapi Bali akan
yang baik bila dipindahkan dari lingkungan jelek ke lingkungan yang lebih baik. Selain
cepat beradaptasi pada lingkungan yang baru, sapi Bali juga cepat berkembang biak
Salah satu sapi asli di dunia adalah sapi Bali dan merupakan sapi yang
mempunyai beberapa karakteristik. Ciri khas sapi Bali (Bos sondaicus) adalah warna
bulunya merah bata dan mempunyai garis belut di sepanjang punggungnya. Beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh sapi Bali yaitu terletak pada kemampuan reproduksinya
yang tinggi, mampu menghasilkan kualitas daging dan karkas yang baik. Persentase
produksi karkas juga paling tinggi sehingga cocok untuk dikembangkan sebagai sapi
Keunggulan lain sapi Bali adalah sangat disenangi oleh petani karena memiliki
kemampuan kerja yang baik, reproduksinya sangat subur, tahan caplak, mampu
persentase karkas 56,6% apabila diberi pakan tambahan konsentrat (Moran, 1978).
Pakan Ternak
dengan cermat. Jika jumlah pakan yang diberikan sangat terbatas, akan menyebabkan
3
terjadinya kompetisi dalam memperebutkan pakan. Akibatnya sapi-sapi yang kuat akan
jika pemberian pakan sangat berlebihan, tidak ada kompetisi dalam memperebutkan
pakan. Akibatnya sapi-sapi yang kuat akan pesat pertumbuhannya, sedangkan sapi yang
tidak ada kompetisi, tetapi sisa pakan yang tidak terkonsumsi merupakan pemborosan
(Abidin,2002)
dipenuhi oleh suatu pakan yang akan diberikan pada ternak yaitu murah, disukai oleh
ternak (palatabilitas) dan mudah diperoleh serta tidak bersaing dengan kebutuhan pakan
manusia
Salah satu cara baru yang dapat diterapkan dalam upaya penggemukan sapi
potong adalah dengan menggunakan pakan tambahan. Pakan tambahan berupa suatu
bahan yang mengandung koloni mikrobe terpilih dan digunakan untuk mengatur
sapi modern. Mikrobe didalam pakan tambahan akan menghasilkan enzim yang
menguraikan serat kasar pada pakan sapi, dengan begitu daya cerna pakan oleh sapi lebih
Frandson (1996), menyatakan bahwa darah terdiri dari sel-sel yang terendam
dalam cairn yang disebut plasma. Sebagian besar sel-sel darah berada di dalam
4
pembuluh-pembuluh, akan tetapi leukosit dapat bermigrasi melintasi dinding pembuluh
Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut
zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari
jaringan tubuh ke ginjal dan hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh
(Swenson, 1984) selanjutnya dikatakan bahwa darah juga berpartisipasi dalam pengaturan
Darah mengandung sekitar 80% air dan 20% bahan organic, sedangkan bahan
anorganik kurang dari 1%. Viskositas darah adalah 3 sampai 5 kali viskositas air, derajat
mempertahankan pH darah di dalam batas-batas yang relatif sempit karena adanya buffer
Hemoglobin(Hb)
mengandung ferrum (zat besi) dan yang memberi warna merah pada eritrosit dalam
jaringan.
Mitruka dan Rawnsley (1981), menyatakan bahwa hemoglobin adalah zat besi
yang mengandung gabungan protein (heme + globin). Molekul hemoglobin terdiri dari
satu molekul globin dihubungkan dengan empat molekul heme dan masing-masing dapat
5
Fungsi utama dari hemoglobin adalah sebagai transport oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan sebaliknya membawa karbodioksida darah dan membantu regulasi asam-asam
melalui CO2 dalam paru-paru serta buffer dari imidazole histidin hemoglobin (Benjamin,
1994), selanjutnya Phillis (1976) menyatakan bahwa hemoglobin berfungsi sebagai pigmen
respiratoris darah dan sebagai bagian dari system buffer intrinsik darah. Oksigen tersedia dan
dibebaskan secara mudah oleh kandungan atom Fe dalam molekul hemoglobin sambil darah
Hematokrit value adalah volume sel-sel darah terhadap volume darah secara
keseluruhan. Penentuan nilai hematokrit (dengan pemberian zat anti gumpal), setelah itu
disentrufuge. Sel-sel darah merah akan berkumpul pada bagian bawah tabung dan sebagai
Volume sel dalam sirkulasi darah biasanya lebih sedikit dari pada volume plasma
dan pada hewan normal hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit
dan kandungan hemoglobin (Swenson, 1984). Lebih lanjut Mitruka dan Rawsley (1981)
menyatakan bahwa hematokrit merupakan ukuran proporsi dari sel darah merah dengan
plasma dalam darah periperial. Hematokrit tubuh memberi ratio dari massa total eritrosit
6
Ada banyak variasi nilai normal dalam spesies hewan. Umumnya pada sebagian
besar darah hewan normal nilai hemoglobinnya antara 13 sampai 15 gram per 100
mililiter (Swenson,1970; Benyamin, 1978; Mitruka dan Rawnsley, 1981; Phillis, 1976).
Sedangkan sebagian besar hewan piaraan mempunyai nilai hematokrit dari 38 sampai
kondisi dengan hati-hati, maka nilai hematologis dapat bervariasi. Hematokrit dan
hemoglobin relatife tinggi pada kelahiran dan menurun setelah sapi mendapatkan
colostrums sebagai akibat dari pengenceran plasma (Mitruka dan Rawnsley, 1981).
Nilai total hematokrit dan kadar hemoglobin sapi-sapi Indonesia oleh beberapa
Tabel 1. Nilai Total Hematokrit PVC dan Kadar Hemoglobin Sapi-sapi Indonesia
oleh Beberapa peneliti.
7
No. Uraian PCV (%) Hb (g/100 ml)
5. 33,5 11,5
Sapi Madura (Ginting, 1987)
6. 31,8 11,31
Sapi Bali (Thahar dan Moran,
1978)
7. 42,00 17,28
8. 39,00 15,04
8
Eritrosit mengandung hemaglobin dan berfungsi sebagai transpor oksigen.
Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan lingkaran tepi tipis dan tebal ditengah, eritrosit
(”erithropoiesis”) terjadi di sum-sum tulang. Pada fetus eritrosit dibentuk juga di dalam
hati dan limpa. Eritrhopoiesis merupakan suatu proses yang kontinu dan sebanding
dengan tingkat pengrusakan sel darah merah. Erithtopoiesis diatur oleh mekanisme
umpan balik dimana prosesnya dihambat oleh peningkatan level sel darah merah yang
Perbedaan sel darah putih dengan eritrosit adalah leukosit selalu mempunyai inti
sel dan sitoplasma serta mampu bergerak bebas. Jumlah leukosit lebih sedikit dari
granula di dalam sitoplasma dibagi menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri
dari netrofil , basofil dan eosinofil, sedangkan agranulosit atas limposit dan monosit.
Jumlah total sel darah putih dinyatakan dengan 109/l, sedangkan jumlah total darah
Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyai variasi yang
berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan,bangsa
(breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut (Swenson, 1984).
9
Pengaruh pakan telah dilaporkan dapat menyebabkan perubahan status
hematologi ternak (Anonim,2007). Rata-rata jumlah sel darah merah yang rendah di
Pulau Jawa di duga adalah akibat malnutrisi terutama mineral Fe (Ginting, 1984).
Menurut Hoffbrand dan Pettit (1987) bahwa oleh karena sangat besar jumlah sel darah
yang harus di produksi setiap hari, maka sumsum memerlukan banyak prekursor untuk
mensintesis sel baru dan sejumlah besar hemoglobin. Golongan zat yang dibutuhkan
dalam pembentukan darah adalah : 1) logam : besi, mangan dan kobalt, 2) vitamin :
Tabel 2. Nilai Total Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi-sapi Indonesia
oleh Beberapa Peneliti
10
(juta/mm3) (ribu/mm3)
(Ginting,1984)
(Jatman, 1993)
1978)
11
Status hematology ternak menyangkut nilai-nilai parameter darah seekor ternak.
Parameter darah yang umum digunakan adalah kadar hemoglobin, nilai hematokrit,
jumlah sel darah merah dan sel darah putih serta deferensiasi sel darah putih. Nilai
parameter darah tersebut dapat berbeda oleh karena berbagai faktor dan Faktor penting
yang mempengaruhi status hematology adalah: umur, jenis kelamin, status, ketinggian
wilayah atau tempat, pakan dan keseimbangan air tubuh (Dallmann dan Brown, 1989).
hampir semua rongga-rongga sumsum tulang berisi sel-sel hemopoiesis darah merah dan
sedikit sel-sel lemak. Setelah tua hemopoiesis aktif kira-kira setengah dari jumlah sum-
Menurut Trankle dan Marple (1983), jenis kelamin merupakan faktor yang
kelamin erat hubungannya dengan aktifitas fisiologi dari ternak tersebut dan ada
kecendurungan dengan bertambahnya umur, nilai parameter darah semakin menurun dan
METODE PENELITIAN
12
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 bertempat di laboratorium
Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi Bali jantan dan betina
sebanyak 14 ekor sapi Bali jantan dan betina serta larutan HCl 0,1 N, larutan hayem,
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah kandang jepit, tabung
reaksi, spoit, tabung Sahli, mikro hematokrit, venojet, pipa kapiler, termos es, kamar
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 7 ekor sapi Bali jantan dan 7 ekor sapi Bali betina.
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah nilai hematokrit, kadar
Prosedur Kerja
13
Prosedur pengambilan darah yaitu menyiapkan ternak yang akan diambil
darahnya, kemudian menyiapkan tabung reaksi dan venojet, lalu pengambilan darah
Pengambilan sampel darah dilakukan pada sapi Bali jantan dan betina. Nilai
hematokrit ditentukan dengan memasukan darah yang telah diberi anti koagulan kedalam
pipa kapiler sekitar tiga perempat kemudian salah satu ujung kapiler ditutup dengan wax
(malam), setelah itu kadar hematokrit dibaca dengan menggunakan tabel mikrohematikrit.
2. Kadar Hemoglobin
hemaglobin (Haemoglobin Skala, nach talquist, no.446, made in Germany) dengan cara
meneteskan darah keatas kertas tersebut sebanyak 1-2 tetes darah kemudian dilihat
Menghitung jumlah sel darah merah dilakukan dengan cara mengisap darah
dengan pipet sampai angka 0,5, kemudian mengisap cairan hayem sampai angka 101, lalu
melepaskan pembuluh karet dari pipet, memegang pipet dengan ibu jari kemudian
mengeceknya. Setelah itu meletakkan pada kamar hitung, dan mengamatinya di bawah
mikroskop. Perhitungan dilakukan pada bagian bertanda R dengan lima buah kotak,
kemudian menghitung sel darah merah yang terletak dan menyinggung garis batas
sebelah kiri atas, jumlah sel darah merah yang diperoleh kemudian dikalikan dengan
14
Menghitung jumlah sel darah putih dengan cara mengisap darah hingga angka 0,5
dengan menggunakan pipet, lalu mengisap larutan turk sampai angka 11, kemudian
melepas pembuluh karet dari pipet dan pipet dipegang dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian mengeceknya. Setelah itu meletakkan ke dalam kamar hitung dan mengamati
dibawah mikroskop. Perhitungan dilakukan pada kotak persegi bertanda W (W1, W2,
Analisis Data
15
Untuk mengetahui perbedaan keadaan status hematologis ternak yang digunakan
Uji T-Student (Sudjana, 1996). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
x1 x 2
t = 1 1
s
n1 n 2
2 2
(n 1) s1 (n 2 1) s 2
s = 1
2
n1 n 2 2
Keterangan:
16
Jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan jumlah
sel darah putih pada sapi Bali jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan
jumlah sel darah putih
Sel darah merah (eritrosit) mengandung hemoglobin dan berfungsi sebagai alat
hemaglobin sapi Bali jantan dan betina tidak berbeda nyata (P>0,05).
Susunan dari sel darah merah adalah air (62%-72%) dan kira-kira sisanya
berupa solid terkandung homoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma
dan membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin. Umur sel darah
secara keseluruhan. Rata-rata kadar hematokrit sapi Bali dapat di lihat pada Tabel
17
3. Tabel 3 menunjukkan nilai hematokrit sapi Bali jantan sebesar 26,29%
sedangkan sapi Bali betina menunjukkan angka 41,14%. Hasil uji t-student
(Lampiran 1) menunjukkan bahwa nilai hematokrit sapi Bali betina tersebut nyata
lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan sapi Bali betina. Kondisi Nilai
hematokrit yang diperoleh dalam penelitian ini, pada sapi jantan terlihat angka
yang lebih rendah dari nilai hematokrit yang ada di Bali dan nilai yang lebih
tinggi pada ternak betina, yakni sebesar 29,06 (Wahyuni, 2003). Namun
hematokrit yang normal pada sapi Bali sebesar 42,00. Dengan demikian maka
dapat dinyatakan bahwa nilai hematokrit sapi Bali yang dipelihara di Unit Ternak
normal. Hal ini didukung oleh Swenson (1984) yang mengemukakan bahwa
sebagian besar hewan peliharaan mempunyai nilai hematokrit dari 38 sampai 40%
relatif lebih tua dibandingkan dengan ternak jantan. Terdapat berbagai faktor yag
diberikan pada ternak. Mitruka dan Rawnsley (1981) mengemukakan bahwa jika
maka nilai hematologis dapat bervariasi. Hematokrit dan hemoglobin relatif tinggi
pada kelahiran dan menurun setelah sapi mendapatkan colostrums sebagai akibat
18
dari pengenceran plasma. Jumlah hemoglobin berubah-ubah seperti jumlah
besi) dan yang memberi warna merah pada eritrosit dalam darah. Hemaglobin
hasil uji t-tudent (Lampiran 2) diketahui bahwa nilai hemaglobin sapi bali jantan
Sel darah putih (leukosit) selalu mempunyai inti sel dan sitoplasma serta mampu
bergerak bebas. Rata-rata jumlah sel darah putih pada sapi bali dapat di lihat pada Tabel
19
3. Berdasarkan hasil uji t-student menunjukkan bahwa jumlah sel darah putih sapi bali
Kesimpulan
20
Perbedaan status hematologis sapi Bali jantan dan betina dicirikan oleh
nilai hematokrit yang rendah dan jumlah sel darah putih yang tinggi pada sapi
Saran
DAFTAR PUSTAKA
21
Ali, H. M. 1994. Pertumnuhan, Jumlah Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Sapi
Bali jantan dan betina dari Beberapa Daerah Di Sulawesi Selatan yang
Dipelihara Intensif. (Skripsi) Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Anonim. 2007. The Merc Veteriner Manual. 5th Ed. Merck and Co. Inc, Rahway,
New york.
Dallmann, H.D. and E. M. Brown. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Jilid I.
Edisi III. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
http://docs.geogle.com
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Ginting, N. 1984. Gambaran Darah Sapi Frisien Holstein diBogor dan Pontianak.
Press. Yogyakarta.
22
Hoffbrand, A. V. dan J. E. Pettit. 1987. Kapita Selekta Haematologi. Edisi Kedua.
Diterjemahkan oleh : I Darmawan. EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
Moran, J.B. 1978. Growth and Carcass Development of Indonesian Beef Breeds.
Dalam “Pros. Sem. Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan.
Lembaga Penelitian Peternakan. Bogor.
Wahyuni, 2003. Fermentasi Dedak Padi Oleh Kapang Aspergillus Ficvum dan
Pengaruhnya Terhadap Kadar Fitrat, Kualitas Protein Kasar Serta Energi
Metabolis Pada Ayam. Jurnal Bionatura. L.P. Unpad. Bandung. Vol. 5.
No.2 (143-145).
23
RIWAYAT HIDUP
24
1999, penulis melanjutkan pendidikan di SMP YPGRI Makassar, Lulus pada
Makassar. Penulis lulus SMA pada tahun 2005. Pada tahun 2006 penulis
Produksi Ternak.
25