PENDAHULUAN
Gangguan pendengaran adalah ketidak mampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Saat terjadi gangguan pendengaran,
suara-suara keseharian mulai memudar. Pada kebanyakan orang prosesnya berjalan sedikit demi
sedikit. Biasanya nada yang lebih tinggi dulu yang memudar. Suara kicauan burung dipohon
terdengal lama kelamaan menjadi kecil. Suara music makin tidak jelas, Karena nada rendah
biasanya terdengar lebih baik dari nada lainnya, bukan hal yang aneh jika seseorang sudah mulai
mengalami gangguan pendengaran dan mengatakan tidak ada masalah dengan pendengaraannya.
Bila kondisi pendengaran memburuk, suara yang diperlukan untuk memahami percakapan makin
tidak jelas. Konsonan dengan frekuensi tinggi tidak lagi terdengar dan membuat makin sulit
membedakan satu suara dengan suara lain.
Telinga adalah sisten yang sangat kompleks. Masalah yang terjadi pada satu bagian pada system
dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Secara medis gangguan pendengaran dibagi dala 2
kategori pokok :
Conductive hearing loss, disebabkan oleh masalah yang terjadi pada telinga luar atau telinga
tengah dan berkaitan dengan masalah penghantaran suara. Kemungkinan penyebabnya bias dari
tertumpuknya earwax atau kotoran telinga, infeksi.
Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah pada telinga
bagian dalam, baik di coclea, syaraf pendengaran atau system pendengaran pusat 9sering disebut
tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bias disebabkan oleh berbagai hal namun kebanyakan
disebabkan oleh kerusakan sel rambut didalam coclea akibat penuaan, atau rusak akibat suara
yang terlalu keras.
Tipe ketiga dari gangguan pendengaran disebut mixed hearing loss (gangguan pendengaran
campuran), dimana kondisi gangguan pendengarannya ada unsure konduktif dan sensorineural.
Banyak orang dengan gangguan pendengaran jenis ini dapat terbantu bila memakai alat bantu
dengar
BAB II
PEMBAHASAN
I. ANATOMI
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan laing telinga sampai membrane timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S ,dengan
rangka tulang pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua peetiga bagian dalam rangkanya teridri
dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5-3cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar (kelenjar keringat)
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga. Bagian atas
disebut pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dlam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars
tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit
serat elastin yang berjalan sejajar radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai
umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kea rah bawah yaitu pada pukul 7
untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Reflek cahay dari luar
yang dipantulkan oleh membrane timpani. Di dalam membrane timpani terdapat dua macam
serabut sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang
berupa kerucut. Secara klinis refleek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek chaya mendatar
berarti terdapat gangguan pada tuba eustacius.
Membrane timpani dibagi menjadi 4 kuadran, dengan menarik garis searah prosesus
longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian
atas-depan,atas-belakang,bawah-depan,bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi
membrane timpani.
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat inkus,
dan ikus melekat pada stapes. Stape terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan
koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida
terdapat derah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus adantrum, yaitu lubang yang
menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustacius termasuk dalam telinga tengah tang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah.
Telinga tengah
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkara yang
terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibulum.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria,
dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar
dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
Proses pendengaran terjadi melalui alur sebagai berikut : gelombang suara mencapai
membrane timpani, membrane tympani bergetar menyebabkan tulang-tulang pendengaran
bergetar. Tulang stapes yang bergerak masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada
perilhym di skala vestibuli. Karena luas permukaan membrane tympani 22 kali lebih besar dari
luas tingkap oval, maka terjadi penguatan 15-22x tingkap oval. Membrane basilaring yang
terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada
rendah. Getaran yang bernada tinggi pada pelyliph scala vestibule akan melintasi membrane
vestibularis yang terletak dekat telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan
bagian membrane basilaris di daerah apex. Getran ini kemudian akan turun ke perilhyn scala
tympani, kemudian keluar melalui tingkap bulatnke telinga tengah untuk direndam.
Gangguan telinga luar dan telinga tengah akan menyebabkan tuli konduksi,
sedangkan gangguan telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural, yang terbagi atas ttuli
koklea dan tuli retrokoklea
Sumbatan tuba eustacius menyebabkan gangguan telinga tengah dan akan terdapat
tuli konduktif. Gangguan pada vena jugulare berupa aneuris a akan menyebabkan telinga
berbunyi sesuai dengan dennyut jantung.
Antara inkus dan maleolus berjalan cabang n.fasialis yang disebut korda timpani.
Bila terdapat radang di telinga tengah atau trauma mungkin korda timpani terjepit, sehingga
timbul gangguan pengecap.
Di dalam telinga dalam terdapat alat keseimbangan dan alat pendengaran. Obat-
obatan dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran rusak, dan terjadi tuli
sensorineural. Setelah pemakaian obat ototoksi seperti streptomisin, akan terdapat gejala
gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural dan gangguan keseinbangan.
Tuli dibatasi atas tuli konduktif, tuli sensorineural (sensorineural deafness), tuli
campuran (mixed deafenes).
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau
penyakit telinga luar atau di telinga tengah. Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat
pada koklea (telnga dalam), nervus VIII atau dipusat pendengaran, sednagkan tuli campur
disebabkan oleh kombinsi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli campur dapat merupakan
satu penyakit, misalnya radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau
merupakan dua penyakit berlainan, misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga
tengah (tuli konduksi).Jadi jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan.
Suara yang didengar dapat dibagi dalam bunyi, nada murni dan bising.
Bunyi (frekuensi 20hz-18000 Hz) merupaka frekuensi nada murni yang dapat didengar oleh
telinga normal
Nada murni (pure tone), hanya satu frekuensi, misalnya garpu tala, piano
Bising (noice) dibedakan antara : NB (narrow band), teriri atas beberapa frekuensi/spektrumnya
terbatas WN (white noice) yang terdiri dari banyak frekuensi.
V. GANGGUAN PENDENGARAN
Definisi gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau total
untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Tingkat penurunan gangguan
pendengaran terbagi menjadi ringan, sedang, sedang berat, dan sangat berat.
Jenis ketulian :
1. Tuli konduktif Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara,
disebabkan oleh kelainan atau penyakit telinga luar atau di telinga tengah.
Misalnya : mikrotia dan atresia telinga, sumbatan oleh serumen, otitis ekterna,
osteoma liang telinga. Kelainan pada telinga tengah misalnya : sumbatan tuba,
otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, kelainan tulang
pendengaran.
2. Tuli sensorineural Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada
koklea (telnga dalam), nervus VIII atau dipusat pendengaran. Tuli sensorineural
koklea mislanya : aplasia, labirinitis, intoksikasi obat, sudden deafness, trauma
akustik, pajanan bising. Tuli sensorineural retrokoklea misalnya : neuroma
akustik, tumor sudut pons, mielomo multiple, cedera otak, perdarahan otak dan
kelainan otak lainnya.
3. Tuli campur dapat merupakan suatu penyakit, misalnya radang telinga tengah
dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit berlainan,
misalnya tumor nervus VIII (tuli saraf) dengan radang telinga tengah (tuli
konduksi).Jadi jenis ketulian sesuai dengan letak kelainan.
3
Menurut kepustakaan terbaru frekuensi 4000 Hz berperan penting untuk
pendengaran.sehingga derajat ketulian dihitung dengan menambahkan ambang dengar 4000Hz
dengan ketiga ambang dengar diatas, kemudian dibagi empat.
Gangguan pendengaran pada bayi dan anak kadang –kadang disertai dengan
keterbelakangan mnetal, gangguan emosional maupun afasia perkembangan. Umumnya seorang
anak atau bayi yang mengalami gangguan pendengaran diketahui oleh keluarganya sebagai
keterlambatan bicara (delayed speech)
Gangguan pendengaran dibedakan menjadi tuli sebagian (hearing impaired) dan tuli total
(deaf).
Tuli sebagian adalah keadaan fungsi pendengaran berkurang namun masih dapat dimanfaatkan
untuk berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar, sedangkan tuli total adalah keadaan
fungsi fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehingga tidak dapat berkomunikasi
sekalipun mendengar perkerasan bunyi (amplikasi).
ETIOLOGI
Penyebab gangguan pendengaran pada bayi dan anak dibedakan berdasarkan saat
terjadiny gangguan pendengaran yaitu : pada masa prenatal, perinatal, dan pos natal
1. MASA PRANATAL
a. Genetic herediter
b. Non genetic seperti gangguan/ kelainan pada masa kehamilan, kelainan struktur
anatomic dan kekurangan zat gizi (missal defisiensi yodium).
Selama kehamilan, periode yang paling penting adalah trimester pertama sehingga
setiap gangguan atau kelainan yang terjadi pada masa tersebut dapat menyebabkan
ketulian pada bayi. Infeksi bakteri maupun virus pada ibu hamil seperti
Toksoplasma,Rubela,cytomegalovirus,Herpes dan Sifilis (TORCHS) dapat berakibat
buruk pada pendengaran bayi yang akan dilahirkan.
Selain itu malformasi struktur anatomi telinga seperti atresia liang telinga dan
aplasia koklea juga akan menyebabkan ketulian.
2. MASA PERINATAL
Bebrapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan factor resiko
terjadinya gangguan pendengaran/ ketulian seperti premature, berat badan lahir rendah
(<2500gram), hiperbilirubinemia, asfiksia (lahir tidak menangis).
Umumnya ketulian yang terjadi akibat factor prenatal dan perinatal adalah tuli
sensorineural bilateral dengan derajat ketulian berat atau sangat berat.
3. MASA POSTNATAL
Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubella,campak,parotis,infeksi
otak,perdarahan pada telinga tengah, trauma temporal juga dapat menyebabkan tuli saraf
atau tuli konduktif.
Beberapa pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan pada bayi dan anak :
1. Behavior observation audiomety (BOA) tes ini berdasarkan respon aktif pasien
terhadap stimulus bunyi dan merupakan respon yang disadari. Metode ini dapat
mengetahui seluruh system auditorik termausk pusat kognitif yang lebih tinggi.
Dibedakan menjadi dua yaitu
b. behavior response audiometry pada bayi normal usia 5-6bulan, stimulus akustik
akan menghasilkan pola respon khas berupa menoleh atau menggerakkan kepala
kea rah sumber bunyi di luar lapangan pandang. Awalnya gerakan kepala hanya
pada bidang horizontal, dan dnegan bertambahnya usia bayi dapat melokalisir
sumber bunyi dari arah bawah. Selanjutnya bayi mampu mencari sumber bunyi
dari arah atas. Pada bayi normal kemampuan melokalisir sumber bunyi dari segal
arah akan tercapai pada usia 13-16 bulan. Teknik BOA ini ada dua macam yaitu 1)
tes distraksi respon terhadap stimulus bunyi adalh menggerakkan bola mata
atau menoleh kea rah sumber bunyi. Bila tidak ada respon terhadap stimulus
bunyi, pemeriksaan diulangi seklai lagi. Kalau tidak berhsil, pemriksaan ke 3
dilakukan 1 minggu kemudian. Seandainya tidak ada respon juga maka dilakukan
pemeriksaan lanjutan yang lebih lengkap.
2) tes visual reinforcement audiometry (VRA) mulai dilakukan pada bayi usia 4-7
bulan dimana control neuromotor berupa kemampuan mencari sumber bunyi
sudah berkembang.
Menurut joint committee on infant hearing (tahun 2000) menetukan pedoman registrasi resiko
tinggi terhadap ketulian sebagai berikut :
6. Obat ototoksik
7. Meningitis bakterialis
8. Nilai apgar 0-4 pada menit pertama, dan 0-6 pada menit ke lima
10. Sindroma yang berhubungan riwayat keluarga dengan tulli sensorineural sejak lahir
PENATALAKSANAAN
Habilitasi harus dilakukan sedini mungkin. Anak dengan tuli saraf berat harus segera
mulai memakai alat bantu dnegar. Dilakukan pula penilaian tngkat kecerdasan oleh psikolog
anak untuk dirujuk dalam pendidikannya.
Pemasangan impaln koklea dilakukan pada keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli total
bilateral yang tidak mendapat manfaat dengan alat bantu dnegar konvensional. Untuk anak
dengan tuli saraf sejak lahir implant sebaiknya dipasang pada usia 2 tahun. Pascabedah dilakukan
program rehabilitasi berupa latihan pendengaran, terapi wicara,selam a kurang lebih 6 bulan.
Juga evaluasi pasca bedah. Perangkat elektronis tersebut hrus diperiksa dan dikalibrasi berkala
setiap 6 bulan untuk anak <6tahun dan selama 12 bulan unutk anak usia >6 tahun.
Pada telinga luar dan tengah proses degenerasi dapat menyebabkan perubahan atau
kelainan berupa : berkurangnya elastisitas dan bertambah besarnya ukuran pinna daun
telinga, atrofi dan bertambah kakunya ling telinga, penumpukan serumen,membrane
timpani bertambah tebal dan kaku, kekakuan sendi tulang-tulang pendnegaran. Yang
meneybabkann tuli konduksi.
Patofisiologi terjadi perubahan kokklea dan nervus akustik, berupa atrofi dan
degenerasi sel-sel rambut panjang pada organ corti, disertai perubahan vascular pada
stria vaskularis. Jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan sraf juga berkurang.
3. TULI MENDADAK adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba dan kedaruratan dibidang
otology. Jenisnya adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, dan
bisanya terjadi pada satu telinga.
Manifestasi klinis timbul tuli mendadak atau menahun secara tidak jelas, kadang
sementara atau berulang dalam serangan, tapi biasanya menetap. Tuli dapat unilateral dan
disertai tinnitus dan vertigo. Pada inveksi viru timbul mendadak dan biasanya pada satu
telinga. Bila sementara dan tidak berat mungkin diebabkan spasme.
Pada pemeriksaan klinis tidak dijumpai kelainan telinga. Tes penala : rinne positif,
weber lateralisasi ke telinga yang sehat, schwabach memendek. Kesan tuli sensorineural
Penatalaksanaan :
- Tirah baring selama 2 minggu. Diperiksa apakah ada penyakit sistemik seperti DM,
kardiovaskular, dan sebagainya
- Vasodilatansia yang cukup kuat, misalnya : complamin ijeksi 3x900mg selama 4hari,
3x600mg selama 4 hari,3x300mg selama 6 hari, disertai pemberian complamin tablet
3x2 tab P.O perhari
- Bila tidak sembuh, pertimbangkan alat bantu dengar dan rehabilitasi pendengaran
- Psikoterapi
Prognosis penyembuhan dapat sebagian atau lengkap, tapi dapat juga tidak smebuh.
Bila terapi dilakukan dalam 24 jam, makin besar kemungkinan smebuh. Bila lebih dari 2
minggu kemungkinan sembuh menjadi kecil.
Adalah tuli yang disebabkan paparan oleh bising yang cukup keras dalam jangka
waktu yang cukup lama, biasnya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
Gejala klinis :
Kurang pendengaran disertai tinnitus atau tidak. Bila berat disertai kesulitan menangkap
pembicaraan. Secara klinis pajanan bising padaorgan pendengaran dapat menimbulkan reaksi
adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara dan peningkatan ambang dengar menetap.
1. Reaksi dadaptasi merupakan respon kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan
intensitas 70dB SPL atau kurang, keadaan ini merupakan fenomena fisiologis pada saraf
telinga yang terpajan bising.
2. Peningkatan ambang dengar sederhana, merupakan keadaan terdapatnya peningkatan
ambang dnegar akibat pajanan bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan
terjadi dalam beberapa menit atau jam
Pengaruh bising pada pekerja, secara umu dibedakan dua macam yaitu :
- Pengaruh auditorial berupa tuli akibat bising dan umumnya terjadi dalam lingkungan
kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi
Patologi telah diketahui secara umum bahwa bising menimbulkan kerusakan di teling a
dalam. Lesinya sangat berfariasi dari disosiasi organ corti, rupture membrane, perubahan
stereosilia dan organel subseluler. Bising juga menimbulkan efek pada sel ganglion,
saraf,membrane tektorial,pembuluh darah seta stria vaskularis. Pada observasi kerusakan organ
corti dengan mikroskop elekton ternyata bahwa sel-sel sensor dan sel penunjang merupakan
bagian yang paling peka di telinga dalam.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis riwayat pekerjaan, dan pemeriksaan fisik dan
otoskop serta pemeriksaan penujang pendengaran seperti audiometric.
- Anamnesis : pernah kerja atau sedang kerja di tempat bising dalam jangka waktu
lama ? biasanya lima tahun atau lebih
Prognosis oleh karena ketulian akibat bisisng adlah tuli sensori neural koklea yang sifatnya
menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun pembedahan, maka prognosisnya kurang
baik.
Gejala klinis :
Mekanisme ototoksik akibat penggunaan obat yang bersifat ototoksik akan dapat
menimbulkan gangguan fungsional pada telinga dalam yang disebabkan telah terjadi
perubahan anatomi pada organ telinga dalam. Kerusakan yang ditimbulkan oleh preparat
ototoksik tersebut antar lain:
2. Degenerasi sel epitel sensori, terjadi pada organ corti dan labirin vestibular, akibat
penggunaan antibiotika aminoglikosida sel rambut luar lebih berpengaruh dari pada
sel rambut dalam dan perubahan degenerative ini terjadi dimulai dari basal koklea dan
berlanjut terus hingga akhirnya sampai ke bagian apeks
3. Degenerasi sel ganglion, kelainan ini terjadi akibat adanya degenerasi dari sel epitel
sensori
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Gangguan pendengaran adalah ketidak mampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Saat terjadi gangguan
pendengaran, suara-suara keseharian mulai memudar. Pada kebanyakan orang
prosesnya berjalan sedikit demi sedikit. Biasanya nada yang lebih tinggi dulu yang
memudar. Suara kicauan burung dipohon terdengal lama kelamaan menjadi kecil.
Suara music makin tidak jelas, Karena nada rendah biasanya terdengar lebih baik dari
nada lainnya, bukan hal yang aneh jika seseorang sudah mulai mengalami gangguan
pendengaran dan mengatakan tidak ada masalah dengan pendengaraannya. Bila
kondisi pendengaran memburuk, suara yang diperlukan untuk memahami percakapan
makin tidak jelas. Konsonan dengan frekuensi tinggi tidak lagi terdengar dan
membuat makin sulit membedakan satu suara dengan suara lain.
- Penatalaksanaan pada umumnya tergantung dari penyebab dan derajat ketulian. Yang
terpenting adalah berusaha untuk mencegah dan menghindari factor-faktor penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efianty Arsyad, prof. Dr. Sp. THT-KL (K) DKK. 2012. BUKU AJAR ILMU
KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER EDISI KETUJUH.
Jakarta ; FK UI.
Mansjoer arif DKK. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI KE TIGA. Jakarta ; FK UI.
Rukmini, sri, DKK. 2005. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI SMF ILMU THT, EDISI
III. Surabaya RSU Dokter soetomo.
Adam, Boies, Higler. BUKU AJAR PENYAKIT THT EDISI KE ENAM 2002. EGC