Disusun oleh:
1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan................................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................. 4
Bab II Isi........................................................................................................... 5
Daftar Pustaka................................................................................................... 42
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
2
Pembelajaran mengenai bilangan pun menjadi bagian vital yang
dilaksanakan di persekolahan dasar. Oleh karenanya, setiap guru dan calon guru
SD harus “lebih dalam” menguasai konsep dan sistem bilangan. Di samping itu
juga, setiap guru dan calon guru SD harus pandai pula menyuguhkan
pembelajaran mengenai bilangan kepada setiap anak didiknya dengan bentuk
pemecahan masalah, sehingga ke depannya nanti diharapkan agar para siswa
tersebut mampu memecahkan persoalan kehidupan sehari-harinya yang berkenaan
dengan konsep bilangan.
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di
berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial
seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang
melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain,
mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan
kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang
sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bilangan dan lambang bilangan ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep bilangan ?
3. Apa yang dimaksud dengan bilangan cacah dan bagaimana cara
pembelajarannya di SD ?
C. Tujuan
1. Untuk memberikan informasi mengenai bilangan dan lambang
bilangan.
2. Supaya mengetahui yang dimaksud dengan konsep bilangan.
3. Supaya mengetahui yang dimaksud dengan bilangan cacah serta cara
pembelajarannya di SD.
D. Manfaat
3
Bab II
Isi
A. Bilangan dan lambangnya
Bilangan adalah suatu idea. Sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau
lambang dan bukan pula lambang bilangan. Bilangan memberikan keterangan
mengenai banyaknya anggota suatu himpunan. (Sumber: Ensiklopedia
Matematika, 1998).
1. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara
memisahkan tiap-tiap bagian kata.
a. Bilangan utuh
Contoh:
23 = dua puluh tiga (benar)
duapuluh tiga (salah)
508 = seratus tiga puluh empat
508 = lima ratus delapan
b. Penulisan bilangan pecahan
Contoh:
1/2 = setengah
4
3/4 = tiga perempat
4/16 = empat perenam belas
3 2/3 = tiga dua pertiga
10% = sepuluh persen
0,2 = dua perpuluh
2,5 = dua lima perpuluh, atau dua setengah
1,09 = satu sembilan perseratus
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf (tidak dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapa
lambang bilangan yang dirinci secara berurutan sebagaimana halnya dalam bentuk
paparan.
Contoh:
Dalam sehari ia makan dua kali. Usianya dua puluh tahun. Dari 50 peserta,
15 orang ikut, dan 35 orang lainnya tidak ikut. 30 remaja putri, 15 remaja putra,
dan 10 balita.
Contoh:
Catatan:
Harus diingat bahwa angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat.
Oleh sebab itu harus diupayakan dengan mengubah susunannya sehingga
memungkinkan tidak adanya angka biasa pada awal kalimat.
5
1) Guru menjelaskan ulang nilai tempat yang di tempati oleh angka-angka
suatu lambang bilangan 5 angka, dengan pertolongan kartu bilangan 1, 10,
100, 1.000, 10.000.
2) Mengulang membaca dan menulis lambang bilangan 5 angka, misalnya
guru menulis di papan tulis beberapa lambang bilangan 5 angka, siswa
disuruh menulis nama bilangannya.
3) Guru menjelaskan bahwa 10 kartu bilangan 10.000 dapat dinyatakan
dengan sebuah kartu bilangan 100.000. dengan pertolongan kartu bilangan
1, 10, 100, 1.000, 10.000, 100.000, guru membantu siswa cara membaca
dan menulis bilangan 6 angka.
4) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka di papan tulis, secara
lisan siswa disuruh mengucapkan nama bilangan itu satu persatu.
5) Guru mengucapkan nama beberapa bilangan 6 angka satu persatu, siswa
disuruh menulis lambang bilangannya di buku masing-masing.
6) Guru menulis beberapa lambang bilangan 6 angka di papan tulis, siswa
disuruh menulis lambang bilangan itu di buku masing-masing.
6
rumah tersebut terurut dengan baik. Sehingga bilangan ordinal dari himpunan {2,
4, 6, ..., 40} adalah 20. Banyaknya anggota dari himpunan {2, 4, 6, ..., 40} adalah
20, sehingga kardinal dari {2, 4, 6, ..., 40} adalah 20.
Langkah-langkah pembelajarannya :
3. Konsep kurang dari (<) dan lebih dari (>) antara 2 bilangan
B. Bilangan Cacah
Bagaimana cara kita menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan?
Sebagai contoh kita pandang kumpulan siswa di suatu kelas. Banyaknya siswa
yang ada dalam kelas tersebut kita nyatakan dengan suatu bilangan.
7
Setiap kumpulan dapat dihubungkan dengan suatu bilangan. Bilangan-
bilangan itu masing-masing mempunyai nama. Kita juga menggunakan lambing
untuk setiap bilangan. Misalnya lambang “5” mewakili bilangan lima. Kata
“lima” adalah nama untuk bilangannya.
Pada garis bilangan, sifat urutan itu dapat dikatakan sebagai berikut:
Pilihlah sebuah titik pada garis bilangan. Kemudian pilihlah sebuah titik lagi.
Maka kedua titik itu berimpit atau berlainan.
8
Sekarang, kita cari suatu sifat lagi dari urutan bilangan. Jika mengetahui
bahwa suatu bilangan n lebih kecil daripada 6 dan 6 lebih kecil daripada 9, apakah
yang kita ketahui tentang urutan n dan 9? Dapatkah pertanyaan itu dijawab tanpa
mengetahui berapakah n itu? Kita dapat menggunakan garis bilangan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Jawabnya secara umum dapat dikatakan sebagai
berikut:
Jika a < b dan b < c, tentu a < c. pada garis bilangan yang mendatar
tampak bahwa jika titik a terletak di sebelah kiri b, tentu titik a terletak di sebelah
kiri c.
a b c
Kita mengetahui bahwa 3 < 8. Sekarang 3 kita tambah 4 dan 8 kita tambah
4. Apakah urutan antara jumlah-jumlahnya, yakni 7 dan 12 sama dengan urutan
antara 3 dan 8? Dengan kata lain apakah 3 + 4 < 8 + 4 ? Kita dapatkan bahwa jika
antara dua bilangan terdapat suatu urutan dan kedua bilangan itu ditambah
bilangan yang sama, maka urutan jumlahnya sama dengan urutan bilangan-
bilangan yang sama. Dengan kata lain: urutan dua bilangan tidak berubah jika
kedua bilangan itu ditambah dengan bilangan yang sama. Sifat itu berlaku untuk
semua bilangan cacah.
Jika a < b tentu a + c < b + c itu dapat diperlihatkan pada garis bilangan
c
c
a+c<b+c
9
Kita dapat melakukan percobaan-percobaan untuk menyelidiki sifat urutan
hasil kali bilangan-bilangan asli, misalnya:
0 + 0, 0 + 1, 0 + 2, …, 0 + 9,
1 + 0, 1 + 1, 1 + 2, …, 1 + 9,
10
2 + 0, 2 + 1, 2 + 2, …, 2 + 9,
…, …, ,… , …,
…, …, ,… , …,
…, …, ,… , …,
9 + 0, 9 + 1, 9 + 2, …, 9 + 9
11
“Ada 3 anak sedang bermain. Kemudian 2 temannya datang bergabung.
Ada berapa anak sekarang?” Soal cerita tersebut diterangkan kepada anak melalui
langkah-langkah berikut
MODEL KONKRIT
MODEL DIAGRAM
12
kumpulan yang diambil harus kumpulan dengan anggota real atau gambar dengan
anggota real. Misalnya:
(1) Saya punya kelerang dua buah. Kemudian saya membeli lagi tiga buah.
Berapa buah kelerang sekarang yang saya miliki? Pada saat kita
menceritakan hal ini kepada anak, kita supaya membawa lima buah
kelereng dan seutas tali atau semacamnya untuk batas kumpulan.
Gambarnya kira-kira sebagai berikut:
2+3=5
Catatan:
Sebagai pengganti kelereng dalam soal cerita itu kita dapat menggunakan
benda-benda lain, seperti: mobil-mobilan, pensil, buku, dan lain-lain. Dan anak
supaya diikutkan secara aktif dalam menyelesaikan soal tersebut.Misalnya; Saya
punya dua buah kelereng. Coba nak ambil lagi tiga buah. Setelah anak mengambil
dan menyatukannya, kita bertanya lagi. Berapa banyaknya kelereng sekarang?
(2) Di halaman rumah saya ada tiga ekor ayam. Kemudian datang dua ekor
lagi. Ada berapa ekor ayam di halaman rumah saya sekarang? Ayam
sukar untuk diadakan. Bila adapun pasti takut lepas. Sebagai
penggantinya, kita dapat menggunakan ayam sebagai model (ayam-
ayaman dari tanah liat misalya). Lambangnya kira-kira sebagai berikut:
13
3+2=5
Dengan cara ini yang dihitung itu bukan titik-titik pada garis bilangan
tetapi jaraknya.
(a) Sebagai langkah pertama kita mulai dengan keadaan real. Karena
itu kita buat garis bilangan pada kertas dalam bentuk tangga
bilangan sebagai berikut.
(b) Langkah berikutnya kita dapat menggunakan kertas bergaris
bilangan yang ditempelkan pada dinding atau papan tulis. Sebagai
pelompatnya dapat dibuat gambar kodok dari kertas kemudian
digunting, atau dibuat dari tanah liat. Ceritanya misalnya sebagai
berikut. Coba ambil kodokmu nak. Suruh ia melompat 2 kotak
14
mulai dari nol dan suruhlah ia melompat 3 kotak lagi. Berapa
kotak kodokmu telah melompat? Jadi berapakah 2+3?
(c) Setelah diperagakan dengan benda-benda real atau modelnya, kita
dapat menggunakan yang lebih abstrak yaitu hanya dengan garis
bilangan.
Ambil satu batang duaan, yaitu batang yang berwarna hijau muda.
Kemudian ambil satu batang tigaan, yaitu batang yang berwarna merah.
Tempatkan kedua batang di atas ujung-ujungnya saling melekat.
Kemudian cari sebuah batang lain yang persis dapat menutup kedua batang
di muka. Ternyata batang yang dapat menutup persis kedua batang di atas
berwarna kuning. Panjang batang berwarna kuning itu lima satuan. Ini berarti
2+3=5. Untuk memudahkan penggambaran, pada buku-buku pelajaran atau papan
tulis, kedua penyajian di muka digambar dua dimensi sebagai berikut.
2 3 2 3
5
2+3 2+3=5
c. Penjumlahan melalui Mesin Fungsi
15
Pada umumnya mesin fungsi tidak dipergunakan untuk menerangkan
penjumlahan atau pegerjaan hitung lainnya, tetapi lebih banyak dipergunakan
untuk latihan dan pengenalan pada fungsi.
Ambillah sebuah kotak mesin fungsi “+3” yang menggunakan kartu, pada
muka kartu yang keluar kita harus menulis lambang bilangan untuk bilangan yang
ketiga lebih besar dari bilangan yang dimasukkan. Misalnya bila pada muka kartu
yang dimasukkan itu ditulis 2, maka pada bagian belakangnya harus ditulis 5, bila
pada mukanya ditulis 6, maka pada bagian belakang kartu yang akan keluar harus
ditulis 9, dan seterusnya.
Aturannya +3
Masukan 1 2 3 6 10 15 …… ……
Hasil 4 5 6 9 13 18 …… ……
Bila yang dimasukkan kita misalkan x, maka hubungan antara yang masuk
dengan yang keluar itu adalah f: x -- x+3. Ini tidak lain daripada fungsi. Dengan
kata lain, bila yang masuk kita misalkan x dan yang keluar kita misalkan y, maka
hubungan antara x dan y adalah y= x+3, ini adalah fungsi (linear).
d. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang dan bersusun pendek
Pak Agus mempunya kebun kelapa. Pada bulan Januari, ia memetik 2.438
buah. Pada bulan Februari, ia memetik 1.562 buah. Pada bulan Maret, ia memetik
16
3.724 buah. Jumlah kelapa yang dipetik selama 3 bulan adalah 2.438 + 1.562 +
3.724. Jumlah ini dapat kita tentukan dengan;
111
2.438
1.562
3.724 +
7.724
Langkah-langkahnya sebagai berikut. Jumlahkan bilangan satuan: 8 + 2 +
4 = 14 tulis angka 4 pada tempat satuan, kita simpan 1 pada tempat puluhan.
Jumlahkan bilangan puluhan: 1 + 3 + 6 + 2 = 12 tulis angka 2 pada tempat
puluhan, kita simpan 1 pada tempat ratusan. Jumlahkan bilangan ratusan: 1 + 4 +
5 + 7 = 17 tulis angka 7 pada tempat ratusan, kita simpan 1 pada tempat ribuan.
Jumlahkan bilangan ribuan: 1 + 2 + 1 + 3 = 7 tulis angka 7 pada tempat ribuan.
Kita peroleh 2.348 + 1.562 + 3.724 = 7.724
Sifat-sifat Penjumlahan
Pada bagian ini akan ditunjukkan sifat-sifat penjumlahan yang berlaku
pada himpunan bilangan cacah. Sifat-sifat itu ialah: tertutup, pertukaran
(komutatif), dan pengelompokan (asosiatif).
Untuk tahap ini siswa jangan dituntut untuk bisa menyebutkan sifat-sifat
itu dan himpunan bilangan mana yang memenuhi sifat-sifat itu, tetapi cukup
diminta dapat memahami bahwa bila kita ambil beberapa buah bilangan cacah 2,
3, dan 5 misalnya, maka 3 + 5 itu adalah bilangan cacah, 2 + 3 = 3 + 2, dan (2 +3)
+ 5 = 2 + (3 + 5). Siswa akan mengatakan bahwa 2 + 3 itu sama dengan 3 + 2
17
karena 2 + 3 = 5 dan 3 + 2 = 5 pula. Sama halnya dengan (2 +3) + 5 = 2 + (3 + 5)
karena (2 +3) + 5 = 10 dan 2 + (3 + 5) = 10 juga.
(a) Tertutup
Jumlah setiap dua bilangan cacah sebarang adalah bilangan cacah pula.
Dikatakan bahwa bilangan cacah itu tertutup di bawah penjumlahan. Apakah
bilangan cacah tertutup di bawah pengurangan? Tidak, sebab selisih dua bilangan
cacah tidak selalu hasilnya bilangan cacah lagi. Misalnya dalam 9 – 10 = -1,
meskipun 9 dan 10 itu bilangan cacah tetapi -1 bukan bilangan cacah. Begitu pula
dalam 2 – 6 = -4, meskipun 2 dan 6 itu bilangan cacah tetapi -4 bukan bilangan
cacah.
(b) Pertukaran
2. Pengurangan
Pada penjumlahan, kita mencari jumlahnya.
4 + 6 =
5 - 3 =
18
Pada 5 – 3 = ..... kita harus mencari bilangan yang bila ditambahkan
kepada 3 diperoleh 5.
Fakta-fakta Dasar Pengurangan
Pada fakta-fakta dasar pengurangan, bilangan yang dikurangi harus kurang
atau sama dengan 18, sedangkan pengurangnya ialah bilangan cacah dari 0 sampai
9, dengan catatan bahwa selisihnya harus bilangan cacah dan besarnya dari 0
sampai dengan 9. Perhatikan contoh berikut.
18 - 9, 16 - 7, 9 - 8, dan 2 - 1 adalah fakta dasar
18 - 2, dan 15 - 4 bukan fakta dasar sebab selisihnya lebih besar dari 9
16 - 12 dan 17 - 10 bukan fakta dasar sebab pengurangnya lebih besar dari
9
8 - 9 dan 4 - 7 bukan fakta dasar sebab selisihnya bilangan negatif
Seperti pada penjumlahan, soal cerita sehari-hari mengenai pengurangan
yang akan diterangkan itu supaya diubah dulu kedalam model, baru kemudian ke
dalam simbol. Ini sangat penting terutama pada saat-saat permulaan anak-anal
mengenal konsep pengurangan. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Ada 4 buah roti, yang satu dimakan adik. Ada berapa roti sekarang?
Langkah-langkah mengerjakannya sebagai berikut
Model diagram
Persoalan sehari-
hari
Kita ketahui penjumlahan itu berkaitan dengan penggabungan atau
penyatuan himpunan benda-benda sejenis. Oleh karena itu pengurangan berkaitan
dengan pemisahan himpunan benda-benda sejenis. Pada umumnya persoalan
pengurangan dapat dilihat dalam 3macam keadaan, yaitu membuang, mencari
suku yang hilang, dan membandingkan.
19
a. Membuang
5 –2=
3 + = 5
c. Membandingkan
Budi punya kelereng 3 buah
Anton punya kelereng 5 buah
Berapa buah lebihnya kelereng anton?
20
Anton Budi
5 - 2 = 3
21
5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5–2=3
0 1 2 3 4 5 6 7 8
5–2=3
Cara menjawab soal tersebut adalah sebagai berikut. Ambil sebuah batang
berwarna 6 satuan (batang berwarna hijau tua). Kemudian ambil sebuah batang
berwarna 4 satuan (berwarna ungu), tempelkan di samping batang berwarna hijau
tua itu sehingga salah satu ujung-ujungnya pas (posisis ini menunjukkan 6-4).
Kemudian cari batang berwarna lain yang dapat menutup tempat yang kosong
dengan pas. Batang tersebut adalah berwarna merah. Jadi 6 – 4 = 2
22
Contoh:
Didi mengikuti perlombaan jalan cepat. Jarak yang harus ditempuh adalah
8.743 meter. Ia sudah menempuh jarak 5.281 meter. Berapa jarak yang harus
ditempuh Didi?
Penyelesaian:
Diketahui: jarak tempuh dalam lomba lari adalah 8.743 meter
6 14
8 7 4 3
5 2 8 1
3 4 6 2
Langkah-langkahnya:
Sifat-sifat pengurangan
23
cacah lagi. Misalnya dalam 4 – 9 = -5, meskipun 4 dan 9 adalah bilangan
cacah tetapi -5 bukan bilangan cacah.
2. Apakah operasi pengurangan memenuhi sifat pertukaran? Ambillah dua
bilangan cacah, misalnya 3 dan 5. Apakah 3 – 5 = 5 – 3? Tidak, karena 3 –
5 = -2 sedangkan 5 – 3 = 2. Oleh karena tidak setiap bilangan cacah, bila
dikurangkan, letaknya dapat dipertukarkan, maka sifat pengurangan pada
bilangan cacah tidak memenuhi sifat pertukaran.
3. Perkalian
Contoh:
Ibu Ani punya 2 dus telur. Masing-masing dus berisi 6 biji. Berapa biji
telur bu Ani? Soal tersebut dapat diperagakan seperti berikut
Persoalan sehari-hari
Model gambar
24
Fakta dasar perkalian
0 x 0, 0 x 1, 0 x 2, ..., 0 x 9
1 x 0, 1 x 1, 1 x 2, ..., 1 x 9
2 x 0, 2 x 1, 2 x 2, ..., 2 x 9
.....................................
.....................................
.....................................
9 x 0, 9 x 1, 9 x 2, ..., 9 x 9
25
Fajar mempunyai 3 bungkus permen karet, masing- masing bungkus berisi
4 buah permen karet. Berapa buah permen karet yang dimiliki Fajar? Perhatikan
gambar berikut!
3 x 4 = 12
Contoh lain, ambil dua himpunan A dan B yang saling lepas, A dengan a
anggota dan B dengan b anggota, kemudian bentuklah A x B. Maka banyaknya
anggota (pasangan) dalam A x B disebut a x b. Misalkan A = {a, b, c} dan B = {k,
l, m, n}. Maka A x B = {(a, k), (a, l), (a, m), (a, n), (b, k), (b, l), (b, m), (b, n), (c,
26
k), (c,l), (c, m), (c, n)}. Hasil perkalian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
A a, k a, l a, m a, n
B b, k b, l b, m b, n
C c, k c, l c, m c, n
27
Perkalian dapat pula dipandang sebagai gabungan suatu himpunan atau dengan
perkataan lain, a x b ialah banyaknya anggota dalam persatuan (gabungan) a
himpunan, yang sepasang-sepasang lepas dan masing-masing mempunyai b
anggota.
Misal: Jika A1, A2, A3, ... An adalah himpunan-himpunan yang sepasang-sepasang
lepas dan masing-masing mempunyai b anggota, maka a x b adalah banyaknya
anggota : A1 A2 A3 ... An. Contoh Perkalian 3 x 4 dapat diperagakan
sebagai berikut:
Atau dengan jajaran yang terdiri dari 3 baris masing-masing dengan 4 anggota
(pesawat) seperti gambar berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
28
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
3 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
4 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Fakta dasar perkalian dalam bilangan cacah dapat dimisalkan sebagai berikut,
yaitu ada sembarang bilangan a x b = c, dengan keterangan sebagai berikut :
0 a 9 (a tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 9),
0 b 9 (b tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 9),
0 c 81 (c tidak lebih kecil dari 0 dan tidak lebih besar dari 81), dengan
keterangan a, b, dan c elemen (anggota) bilangan cacah.
Contoh-contoh perkalian fakta dasar dapat dilihat pada tabel perkalian di bawah
ini.
29
Tabel 6.1.4: Perkalian Fakta Dasar
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
3 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
4 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36
5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
6 0 6 12 18 24 30 36 42 48 54
7 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63
8 0 8 16 24 32 40 48 56 64 72
9 0 9 18 27 36 45 54 63 72 81
Dalam perkalian bilangan cacah berlaku sifat-sifat, yaitu: (1) tertutup, (2)
komutatif, (3) asosiatif, (4) elemen identitas, (5) perkalian dengan bilangan nol,
30
dan (6) distributif perkalian terhadap penjumlahan (Soewito, 1991/1992: 40-42).
Juga dapat dilihat pada Wheeler (1973), yang memiliki: Commutative,
Assosiative, Identity, Distributive (distributif perkalian terhadap penjumlahan),
dan sifat perkalian dengan bilangan nol. Berikut ini penjelasan sifat-sifat
perkalian tersebut, yaitu:
1) Sifat Tertutup
Sifat tertutup dalam perkalian bilangan cacah maksudnya ialah, jika ada
dua bilangan cacah atau lebih diperkalikan, maka hasilnya bilangan cacah pula
(tidak keluar dalam konteks bilangan cacah). Misalnya: 2 x 4 = 8 , 3 x 7 = 21 dan
lain lain, 8 dan 21 adalah anggota bilangan cacah.
31
adanya sifat komutattif perkalian, maka perbedaan antara pengali dan terkalikan
tidak berarti, dan untuk menyatakan masing-masing disebut faktor.
a). Seorang yang harus mengalikan 439 x 8 akan lebih mudah kalau ia
melakukannya sifat pertukaran, yaitu 8 x 439 dari pada 439 x 8
b). 2 x 9 berarti 9 + 9
9 x 2 berarti 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2 + 2
c). Penggunaan sifat komutatif sering digunakan dalam perhitungan luas suatu
daerah (bangun datar/dua dimensi), contohnya seperti gambar berikut, bahwa luas
gambar di sebelah kiri sama dengan luas daerah di sebelah kanannya:
5 cm 3 cm
3 cm 5 cm
2 x 3 x 4 = (2 x 3) x 4 = 6 x 4 = 24 atau,
2 x 3 x 4= 2 x (3 x 4) = 2 x 12 = 24
32
Dengan demikian didapat (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4). Dari contoh tersebut nampak
adanya sifat asosiatif dalam perkalian.
Cara lain untuk memperlihatkan sifat assosiatif adalah dengan membuat alat
peraga tiga dimensi, yang terdiri dari panjang, lebar dan tinggi. Contoh berikut
perkalian (4 x 3) x 2 = 4 x (3 x 2), seperti gambar berikut:
2 cm 4 cm
4 cm 3 cm 2 cm 3 cm
Sifat asosiatif tersebut dapat dikatakan sulit diterima oleh siswa kelas III
sekolah dasar sebab kemampuan siswa masih terbatas, yaitu harus memahami
terhadap benda ruang tiga dimensi, pemahaman terhadap benda ruang tiga
dimensi tersebut siswa harus memiliki daya tilik ruang, seperti pada kubus ada
istilah sisi, rusuk dan titik sudut, maka dari itu sifat tersebut tidak akan diajarkan
dalam penelitian tindakan kelas ini.
Contoh:
4 x 1 = 4 ; 6 x 1 = 6 ; 1 x 8 = 8 ; 1 x 10 = 10 ; dsb.
33
4 x 0 = 0 ; 2 x 0 = 0 ; 5 x 0 = 0 ; 0 x 10 = 0; dsb.
8 x 13 = 8 x (10 + 3) = (8 x 10) + (8 x 3)
87 x 34 = 34 x 87 (sifat komutatif)
= 2400 + 530 + 28
34
= 2400 + 558
= 2958
Dalam pemberian contoh perkalian, hendaknya mengacu pada definisi yang sudah
dipahami siswa, yaitu definisi penjumlahan berulang. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan sejumlah himpunan dan garis bilangan. Misalkan untuk
menjelaskan 3 x 2=.... dengan pendekatan himpunan:
=
0 1 2 3 4 5 6
35
sebagai kebalikan penjumlahan, sedangkan pembagian didefiniskan sebagai
kebalikan dari perkalian. Atau dengan kalimat lain pengurangan didefinisikan
sebagai berikut:
Contoh:
7+2=9 sebab 9 – 2 = 7
12 + 3 = 15 sebab 15 – 12 = 3
24 + 23 = 47 sebab 47 – 23 = 24
Contoh Soal
Amin disuruh ibunya membeli 10 butir telur, ketika dalam perjalanan pulang tiba-
tiba terjatuh, sehingga telur yang dibelinya ada yang pecah. Adapun telur yang
masih tersisa 7 butir. Berapa butir telor yang pecah?
Jawab:
36
10 – x = 7
x=3
Jika x bilangan cacah dan y bilangan asli, maka x dibagi y sama dengan
bilangan cacah z, jika dan hanya jika z.y = x
Contoh:
12 : 3 = 4 sebab 4 x 3 = 12
42 : 7 = 6 sebab 6 x 7 = 42
20 : 5 = 4 sebab 4 x 5 = 20
Contoh Soal
Ibu membagikan kue sebanyak 30 biji kepada anaknya yang berjumlah 5 orang,
masing mendapatkan bagian yang sama. Berapakah anaknya masing-masing
mendapatkan kue?
Jawab:
37
Contoh soal
Pak Ahmad membagikan uang sodaqoh kepada sejumlah pakir miskin sebanyak
Rp. 50.000,00, masing-masing medapatkan Rp. 12.500,00. Berapakah jumlah
pakir miskin yang diberi uang oleh Pak Ahmad?
Jawab:
50000
12500
Rp. 50.000,00 : p = Rp. 12.500,00 atau ditulis p
12500 p = 50000
50000
p = 12500
p=4
38
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
39
Daftar pustaka
http://p4tkmatematika.org/downloads/sd/BilanganACB.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/
http://www.academia.edu/3330678/Teori_Bilangan_Sejarah_
http://www.academia.edu/5400153/SEJARAH_TEORI_BILANGAN
http://repository.upi.edu/3389/
Karso, dkk, 2004, Modul Pendidikan Matematika 1, Universitas Terbuka, Jakarta
Heruman, 2007, Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
40
41