Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENDIDIKAN

Disusun Oleh:

1.
2.
3. Salman Al Farisyi (1923021004)

Dosen Pengampu :

Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019
BAB I
PEMBAHASAN

A. SIFAT PENELITIAN

1. Mengapa Penelitian Berharga

Bagaimana pendidik, orang tua, dan siswa mendapatkan informasi


yang mereka butuhkan? Banyak cara mendapatkan informasi, tentu saja,
ada. Seseorang dapat berkonsultasi dengan para ahli, meninjau buku dan
artikel, mempertanyakan atau mengamati rekan kerja dengan pengalaman
yang relevan, memeriksa pengalaman masa lalunya sendiri, atau bahkan
mengandalkan intuisi. Semua pendekatan ini menyarankan cara-cara
yang mungkin untuk dilanjutkan, tetapi jawaban yang diberikannya tidak
selalu dapat diandalkan. Para ahli mungkin salah; dokumen sumber
mungkin tidak mengandung wawasan nilai; rekan kerja mungkin tidak
memiliki pengalaman dalam masalah ini; dan pengalaman atau intuisi
sendiri mungkin tidak relevan atau disalahpahami. Inilah sebabnya
mengapa pengetahuan tentang metodologi penelitian ilmiah bisa
bernilai. Metode ilmiah memberi kita cara lain untuk memperoleh
informasi — informasi yang seakurat dan dapat diandalkan yang bisa kita
dapatkang. Oleh karena itu, mari kita bandingkan dengan beberapa cara
lain untuk mengetahui.

2. Cara Mengetahui Pengalaman Sensori


Kita melihat, kita mendengar, mencium, merasakan,
menyentuh. Sebagian besar dari kita telah melihat kembang api pada 4
Juli, mendengar rengekan mesin pesawat jet di atas kepala, mencium bau
mawar, mencicipi es krim cokelat, dan merasakan basahnya hari
hujan. Informasi yang kita ambil dari dunia melalui indera kita adalah
cara paling cepat yang kita miliki untuk mengetahui
sesuatu. Menggunakan pengalaman indrawi sebagai sarana untuk
memperoleh informasi, direktur program siswa berbakat yang disebutkan
di atas, misalnya, dapat mengunjungi kelas bahasa Inggris penempatan
tingkat lanjut untuk melihat dan mendengar apa yang terjadi selama
satu atau dua minggu dalam semester. Data yang kita ambil melalui
indera kita tidak memperhitungkan semua (atau bahkan sebagian besar)
dari apa yang kita rasakan adalah rentang pengetahuan manusia. Untuk
mendapatkan pengetahuan yang andal, oleh karena itu, kita tidak bisa
mengandalkan indera kita sendiri tetapi harus memeriksa apa yang kita
pikir kita ketahui dengan sumber lain.

3. Perjanjian Dengan Orang Lain


Salah satu sumber tersebut adalah pendapat orang lain. Tidak hanya
kami dapat membagikan sensasi kami dengan orang lain, kami juga dapat
memeriksa keakuratan dan keaslian sensasi ini: Apakah sup ini terasa
asin bagi Anda? Bukankah itu John di sana? Apakah Anda mendengar
seseorang menangis minta tolong? Baunya seperti mustard, bukan? Jelas,
ada keuntungan besar untuk memeriksa dengan orang lain tentang apakah
mereka melihat atau mendengar apa yang kita lakukan. Itu dapat
membantu kita membuang apa yang tidak benar dan mengelola hidup
kita dengan lebih cerdas dengan berfokus pada apa yang benar.

4. Pendapat Ahli
Mungkin ada individu-individu tertentu yang harus kita konsultasikan
para ahli di bidangnya, orang-orang yang tahu banyak tentang apa yang
ingin kita ketahui. Kita cenderung percaya pada spesialis jantung yang
terkenal, misalnya, jika dia mengatakan bahwa Paman Charlie memiliki
hati yang buruk. Tentunya, seseorang dengan gelar PhD di bidang
ekonomi tahu lebih banyak daripada kebanyakan dari kita tentang apa
yang membuat ekonomi bergerak. Dan bukankah kita harus percaya
dokter gigi keluarga kita jika dia memberi tahu kita bahwa molar
belakang harus ditarik? Untuk menggunakan pendapat ahli sebagai cara
untuk memperoleh informasi, mungkin guru pendidikan jasmani di Tulsa
harus bertanya kepada otoritas yang terkenal di bidang pendidikan
jasmani apakah kemampuan dalam satu olahraga berkorelasi dengan
kemampuan yang lain.
5. Logika
Kami juga tahu banyak hal secara logis. Intelek kita — kemampuan
kita untuk memikirkan sesuatu — memungkinkan kita menggunakan
data indera untuk mengembangkan jenis pengetahuan
baru. Pertimbangkan silogisme yang terkenal: Semua manusia fana. Sally
adalah manusia. Karena itu, Sally adalah makhluk fana. Untuk
menegaskan pernyataan pertama (disebut premis utama), kita hanya perlu
menggeneralisasi dari pengalaman kita tentang kematian individu. Kami
tidak pernah mengalami siapa pun yang tidak fana, jadi kami menyatakan
bahwa semua manusia adalah manusia. Pernyataan kedua (disebut premis
minor) didasarkan sepenuhnya pada pengalaman indrawi. Kami bertemu
dengan Sally dan mengklasifikasikannya sebagai manusia. Maka, kita
tidak harus mengandalkan indera kita untuk mengetahui bahwa
pernyataan ketiga (yang disebut kesimpulan) harus benar. Logika
memberi tahu kita apa adanya. Selama dua pernyataan pertama benar,
pernyataan ketiga harus benar.

6. Metode Ilmiah
Ketika banyak orang mendengar kata sains, mereka memikirkan hal-
hal seperti jas lab putih, laboratorium, tabung reaksi, atau eksplorasi
ruang angkasa. Ilmuwan adalah orang-orang yang tahu banyak, dan
istilah sains menunjukkan tubuh pengetahuan yang luar biasa. Namun,
yang kami minati adalah sains sebagai metode untuk mengetahui. Ini
adalah metode ilmiah yang penting bagi para peneliti. Apa metode
ini? Pada dasarnya itu melibatkan menguji ide-ide di arena
publik. Hampir semua dari kita manusia mampu membuat koneksi —
melihat hubungan dan asosiasi — di antara informasi sensoris yang kita
alami. Sebagian besar dari kita kemudian mengidentifikasi hubungan-
hubungan ini sebagai "fakta" —barang pengetahuan tentang dunia tempat
kita hidup. Kita dapat berspekulasi, misalnya, bahwa siswa kita mungkin
kurang perhatian di kelas ketika kita memberi kuliah daripada ketika kita
melibatkan mereka dalam diskusi. Seorang dokter mungkin menebak
bahwa orang yang tidur antara enam dan delapan jam setiap malam akan
kurang cemas daripada mereka yang tidur lebih atau kurang dari jumlah
itu. Seorang penasihat mungkin merasa bahwa siswa membaca lebih
sedikit daripada biasanya karena mereka menghabiskan sebagian besar
waktu luang mereka menonton televisi. Tetapi dalam setiap kasus ini,
kita tidak benar-benar tahu apakah kepercayaan kita benar. Pada
kenyataannya, banyak dari kita melanjutkan dengan cara ini ketika kita
mencoba untuk mencapai keputusan yang cerdas tentang masalah yang
mengganggu kita. Prosedur-prosedur ini dapat diringkas menjadi lima
langkah berbeda.

7. Jenis Penelitian

a. Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah metode ilmiah yang paling
konklusif. Karena peneliti benar-benar membuat perawatan yang
berbeda dan kemudian mempelajari efeknya, hasil dari jenis penelitian
ini cenderung mengarah pada interpretasi yang paling jelas. Misalkan
seorang guru sejarah tertarik pada pertanyaan berikut: Bagaimana saya
dapat secara efektif mengajarkan konsep-konsep penting (seperti
demokrasi atau kolonialisme) kepada murid-murid saya? Guru dapat
membandingkan efektivitas dua atau lebih metode pengajaran
(biasanya disebut variabel bebas) dalam mempromosikan
pembelajaran konsep-konsep sejarah. Setelah secara sistematis
menempatkan siswa pada bentuk kontras dari instruksi sejarah (seperti
inkuiri versus unit yang diprogram), guru dapat membandingkan efek
dari metode kontras ini dengan menguji pengetahuan konseptual
siswa. Pembelajaran siswa dalam setiap kelompok dapat dinilai
dengan tes objektif atau alat pengukur lainnya. Jika skor rata-rata pada
tes (biasanya disebut variabel dependen) berbeda, mereka akan
memberikan beberapa gagasan tentang efektivitas berbagai
metode. Grafik sederhana dapat diplot untuk menunjukkan hasilnya,
seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 1.2 di halaman 12. Dalam
jenis percobaan yang paling sederhana, dua metode yang kontras
dibandingkan dan upaya dilakukan untuk mengendalikan .

b. Penelitian Korelasi
Jenis penelitian lain dilakukan untuk menentukan hubungan antara
dua atau lebih variabel dan untuk mengeksplorasi implikasinya untuk
sebab dan akibat; ini disebut penelitian korelasional. Jenis penelitian
ini dapat membantu kita membuat prediksi yang lebih
cerdas. Misalnya, dapatkah seorang guru matematika memprediksi
orang-orang seperti apa yang cenderung mengalami kesulitan
mempelajari materi pelajaran aljabar? Jika kita dapat membuat
prediksi yang cukup akurat dalam hal ini, maka mungkin kita dapat
menyarankan beberapa langkah korektif untuk digunakan guru untuk
membantu individu-individu tersebut sehingga sejumlah besar
"pembenci aljabar" tidak diproduksi.

c. Penelitian Causal-Komparatif
Jenis penelitian lain dimaksudkan untuk menentukan penyebab
atau konsekuensi dari perbedaan antara kelompok orang; ini disebut
penelitian kausal-komparatif. Misalkan seorang guru ingin
menentukan apakah siswa dari keluarga dengan orang tua tunggal
memiliki hasil yang lebih buruk dalam kursusnya daripada siswa dari
keluarga dengan dua orang tua. Untuk menyelidiki pertanyaan ini
secara eksperimental, guru akan secara sistematis memilih dua
kelompok siswa dan kemudian menetapkan masing-masing ke
keluarga satu atau dua orang tua — yang jelas tidak mungkin (belum
lagi tidak etis!). Untuk menguji pertanyaan ini menggunakan desain
kausal-komparatif, guru dapat membandingkan dua kelompok siswa
yang sudah termasuk dalam satu atau jenis keluarga lain untuk melihat
apakah mereka berbeda dalam prestasi mereka.

d. Penelitian Survei
Jenis penelitian lain memperoleh data untuk menentukan
karakteristik spesifik suatu kelompok. Ini disebut penelitian
survei. Ambil kasus kepala sekolah menengah yang ingin mengetahui
bagaimana perasaan fakultasnya tentang kebijakan
administratifnya. Apa yang mereka sukai dari kebijakannya? Apa
yang mereka sukai? Mengapa? Kebijakan apa yang paling mereka
sukai atau paling tidak mereka sukai? Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini dapat dijawab melalui berbagai teknik survei yang
mengukur sikap fakultas terhadap kebijakan administrasi.

e. Penelitian Etnografi
Dalam semua contoh yang disajikan sejauh ini, pertanyaan yang
diajukan melibatkan seberapa baik, seberapa banyak, atau seberapa
efisien pengetahuan, sikap, atau pendapat dan sejenisnya ada atau
sedang dikembangkan. Namun, kadang-kadang, peneliti mungkin
ingin mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang proses
pendidikan daripada jawaban atas pertanyaan di atas. Ketika mereka
melakukannya, beberapa bentuk penelitian kualitatif
diperlukan. Penelitian kualitatif berbeda dari metodologi (kuantitatif)
sebelumnya baik dalam metode maupun filosofi yang mendasarinya.

f. Penelitian Sejarah
Anda mungkin sudah akrab dengan penelitian sejarah. Dalam jenis
penelitian ini, beberapa aspek dari masa lalu dipelajari, baik dengan
membaca dokumen pada periode tersebut atau dengan mewawancarai
individu-individu yang hidup selama masa itu. Peneliti kemudian
mencoba merekonstruksi seakurat mungkin apa yang terjadi selama
waktu itu dan menjelaskan mengapa itu terjadi. Sebagai contoh,
seorang koordinator kurikulum di distrik sekolah kota besar mungkin
ingin tahu jenis argumen apa yang telah dibuat di masa lalu mengenai
apa yang harus dimasukkan dalam kurikulum studi sosial untuk kelas
K-12.

g. Penelitian Aksi
Penelitian tindakan berbeda dari semua metodologi sebelumnya
dalam dua cara mendasar. Yang pertama adalah bahwa generalisasi
untuk orang lain, pengaturan, atau situasi adalah hal yang sangat tidak
penting. Alih-alih mencari generalisasi yang kuat, peneliti tindakan
(sering guru atau profesional pendidikan lainnya, daripada peneliti
profesional) fokus pada mendapatkan informasi yang akan
memungkinkan mereka untuk mengubah kondisi dalam situasi
tertentu di mana mereka secara pribadi terlibat. Contohnya termasuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa di ruang kelas tertentu,
mengurangi ketegangan antara kelompok etnis di ruang makan siang
di sekolah menengah tertentu, atau mengidentifikasi cara yang lebih
baik untuk melayani siswa pendidikan khusus di distrik sekolah
tertentu. Karenanya, salah satu metodologi yang dibahas sebelumnya
mungkin tepat. Perbedaan kedua melibatkan perhatian yang diberikan
kepada keterlibatan aktif dari subyek dalam suatu penelitian (yaitu,
mereka yang data dikumpulkan), serta mereka yang kemungkinan
akan dipengaruhi oleh hasil penelitian.

h. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif


Perbedaan lain melibatkan perbedaan antara penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Dalam pengertian yang paling sederhana, data
kuantitatif terutama berurusan dengan angka, sedangkan data kualitatif
terutama melibatkan kata-kata. Tapi ini terlalu sederhana dan terlalu
singkat. Metode kuantitatif dan kualitatif berbeda dalam asumsi
mereka tentang tujuan penelitian itu sendiri, metode yang digunakan
oleh peneliti, jenis studi yang dilakukan, peran peneliti, dan sejauh
mana generalisasi dimungkinkan. Peneliti kuantitatif biasanya
mendasarkan pekerjaan mereka pada keyakinan bahwa fakta dan
perasaan dapat dipisahkan, bahwa dunia adalah realitas tunggal yang
terdiri dari fakta yang dapat ditemukan. Peneliti kualitatif, di sisi lain,
menganggap bahwa dunia terdiri dari banyak realitas, yang dibangun
secara sosial oleh pandangan individu yang berbeda dari situasi yang
sama. Ketika sampai pada tujuan penelitian, peneliti kuantitatif
berusaha untuk membangun hubungan antara variabel dan mencari
dan kadang-kadang menjelaskan penyebab hubungan tersebut. Peneliti
kualitatif, di sisi lain, lebih peduli dengan memahami situasi dan
peristiwa dari sudut pandang peserta. Dengan demikian, para peserta
sering cenderung terlibat langsung dalam proses penelitian itusendiri.

Desain penelitian kuantitatif cenderung dibuat sebelumnya.


Peneliti kualitatif memiliki fleksibilitas yang jauh lebih besar dalam
strategi dan teknik yang mereka gunakan dan keseluruhan proses
penelitian itu sendiri. Desain mereka cenderung muncul selama
penelitian. Peran peneliti yang ideal dalam penelitian kuantitatif
adalah peran pengamat yang terpisah, sedangkan peneliti kualitatif
cenderung tenggelam dalam situasi di mana mereka melakukan
penelitian. Studi prototipikal dalam tradisi kuantitatif adalah
eksperimen; untuk peneliti kualitatif, ini adalah etnografi. Terakhir,
sebagian besar peneliti kuantitatif ingin membangun generalisasi yang
melampaui situasi langsung atau pengaturan tertentu. Peneliti
kualitatif, di sisi lain, sering bahkan tidak mencoba untuk
menggeneralisasi di luar situasi tertentu, tetapi dapat menyerahkannya
kepada pembaca untuk menilai penerapan. Ketika mereka melakukan
generalisasi, generalisasi mereka biasanya sangat terbatas
cakupannya. Banyak perbedaan yang baru saja dijelaskan, tentu saja,
tidak mutlak. Terkadang peneliti akan menggunakan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dalam studi yang sama. Jenis penelitian ini
disebut sebagai penelitian metode campuran. Keuntungannya adalah
bahwa dengan menggunakan beberapa metode, para peneliti lebih
mampu mengumpulkan dan menganalisis lebih banyak jenis data yang
berbeda daripada mereka hanya dapat menggunakan satu pendekatan
saja.

i. Analisa Meta
Meta-analisis adalah upaya untuk mengurangi keterbatasan studi
individu dengan mencoba menemukan semua studi pada topik tertentu
dan kemudian menggunakan cara statistik untuk mensintesis hasil
studi ini. Dalam Bab 5, kami membahas meta-analisis secara lebih
rinci. Dalam bab-bab berikutnya, kami memeriksa secara rinci
keterbatasan yang mungkin ditemukan dalam berbagai jenis
penelitian. Beberapa berlaku untuk semua jenis, sementara yang lain
lebih cenderung berlaku untuk jenis tertentu.

8. Analisis Penelitian Kritis


Ada beberapa yang merasa bahwa para peneliti yang terlibat dalam
jenis penelitian yang baru saja kami jelaskan menerima terlalu banyak —
memang, bahwa mereka membuat sejumlah asumsi yang tidak beralasan
(dan biasanya tidak dinyatakan) tentang sifat dunia di mana kita
hidup. Para kritikus ini (biasanya disebut sebagai peneliti kritis)
menimbulkan sejumlah pertanyaan filosofis, linguistik, etis, dan politik
tidak hanya tentang penelitian pendidikan seperti yang biasanya
dilakukan tetapi juga tentang semua bidang penyelidikan, mulai dari ilmu
fisika hingga sastra. Dalam teks pengantar, kita tidak bisa berharap untuk
melakukan keadilan terhadap banyak argumen dan keprihatinan yang
dikemukakan para kritikus ini selama bertahun-tahun. Apa yang bisa kita
lakukan adalah memberikan pengantar untuk beberapa pertanyaan utama
yang telah berulang kali mereka tanyakan. Masalah pertama adalah
pertanyaan tentang kenyataan: Seperti yang diketahui oleh setiap
mahasiswa baru filsafat, tidak ada cara untuk menunjukkan apakah
sesuatu “benar-benar ada.” Misalnya, tidak ada cara untuk membuktikan
secara meyakinkan kepada orang lain yang saya lihat. apa yang saya
sebut pensil (misalnya, orang lain mungkin tidak dapat melihatnya;
mereka mungkin tidak dapat mengatakan di mana saya melihat; saya
mungkin bermimpi). Lebih lanjut, dengan mudah ditunjukkan bahwa
individu yang berbeda dapat menggambarkan individu yang sama,
tindakan, atau peristiwa yang sangat berbeda — mengarahkan beberapa
kritik pada kesimpulan bahwa tidak ada yang namanya realitas, hanya
persepsi individu (dan berbeda) tentangnya.

9. Tinjauan Singkat Proses Penelitian


Terlepas dari metodologi, semua peneliti terlibat dalam sejumlah
kegiatan serupa. Hampir semua rencana penelitian mencakup, misalnya,
pernyataan masalah, hipotesis, definisi, tinjauan literatur, sampel mata
pelajaran, tes atau instrumen pengukuran lainnya, deskripsi prosedur
yang harus diikuti, termasuk jadwal waktu, dan deskripsi analisis data
yang dimaksudkan. Faktanya, para peneliti berpengalaman sering
mempertimbangkan banyak dari komponen-komponen ini secara
bersamaan ketika mereka mengembangkan rencana penelitian mereka .

B. MASALAH PENELITIAN

1. Pengertian Masalah
Masalah penelitian adalah masalah yang seseorang ingin meneliti.
Masalah bisa apa saja yang jika seseorang menemukan hal yang tidak
memuaskan atau mengganggu, kesulitan dari beberapa macam, suatu
keadaan yang perlu diubah, apa pun yang tidak bekerja sebaik mungkin.
Masalah melibatkan bidang yang menjadi perhatian para peneliti, kondisi
yang mereka ingin tingkatkan, kesulitan yang mereka ingin hilangkan dan
pertanyaan yang mereka mencari jawaban.
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan
oleh Emory bahwa, baik penelitian murni maupaun terapan, semuanya
berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung
dapat digunakan unruk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui
bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit
dalam proses penelitian. Bila dalam penelitian telah dapat menemukan
masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian
itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam
penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah
dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.
Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus
diisiatau sekurangnya dipersempit. Masalah menimbulkan
celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah kesenjangan antara
harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan
dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan
yang ada (what it is). Penelitian dimaksudkan untuk menutup
kesenjangan (what can be). Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan
untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang
menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan
dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban
yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan
menyediakan yang belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan
masalah atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan.

2. Sumber Masalah Penelitian


Masalah dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H.
MacMillan dan Schumacher masalah dapat bersumber dari observasi,
dedukasi dari teori, ulasan kepustakaan, masalah sosial yang sedang
terjadi, situasi praktis dan pengalaman pribadi. Sedangkan Stonner
mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari
apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan,
antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan
kompetisi. Sumber masalah tersebut dapat digambarkan seperti gambar 1
berikut.
Penyimpangan

Kenyataan.

Penyimpangan
Sumber
Antara Apa Yang
Ada Kopetensi Masalah Telah Direncanakan
Dengan Kenyataan

Ada Pengaduan

Gambar 1. Bagan Berbagai Sumber Masalah Penelitian


a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan
itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat
menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pemimpin pada
bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada
awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang
biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah
menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis
menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka
akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada
perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga
perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan
selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya
setelah terjadi perubahan?

b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan


kenyataan.
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai
dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin
masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000
Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi ternyata tidak, sehingga
muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga
akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan
dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi
penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul
masalah. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat,
tetapi ternyata belum terlihat. Apakah masalahnya sehingga apa yang
telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk
menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya
penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.

c. Adanya pengaduan.
Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada
masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk
maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam
organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah
yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga
pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat
media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk
dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak
akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi.
Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu
sekolah atau perguruan tinggi juga dapat menimbulkan masalah.
Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara
menganalisis isi pendaduan.

d. Ada kompetisi.
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan
masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama.
Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro
jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand
phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan
Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai
pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom
kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang
memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi
masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam
pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di
dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing
boleh beroperasi di Indonesia.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan
dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM,
harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM
yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan
produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari
hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau
dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan
akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian
berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan
minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan
dalam penelitian tidak akan dipercaya.

3. Jenis-Jenis Masalah
Menurut jenisnya, masalah dapat dibedakan menjadi tiga. Pertama,
masalah deskriptif. Masalah deskriptif adalah masalah yang
mendeskripsikan satu variabel pada satu kelompok tanpa menghubungkan
dengan variabel yang lain ayau membandingkan dengan kelompok
lain. Kedua, masalah korelasi. Masalah korelasi adalah masalah yang
memuat hubungan antara satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih
variabel yang lain. Ketiga, masalah perbandingan. Masalah perbandingan
adalah masalah yang memuat perbandingan satu atau lebih kelompok
dalam satu variabel. Berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian
bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu
deskriptif, komparasi dan asosiasi.

a. Permasalahan deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan suatu permasalahan yang
berkenaan dengan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti
tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan
mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian
semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.

b. Permasalahan Komparatif
Permasalahan Komparatif adalah rumusan masalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
c. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan Asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan yaitu a) Hubungan simetris yang dimana suatu
hubungan yang kebetulan munculnya bersama, b) hubungan kausal
yang dimana hubungan yang bersifat sebab akibat dan c) hubungan
interaktif yang berarti hubungan yang saling mempengaruhi.

C. PERTANYAAN PENELITIAN
Biasanya masalah penelitian awalnya diajukan sebagai pertanyaan, yang
berfungsi sebagai fokus penyelidikan peneliti. Contoh berikut mungkin
pertanyaan penelitian dalam pendidikan tidak cukup dikembangkan untuk
penggunaan aktual dalam sebuah proyek penelitian tapi akan cocok
selama tahap awal merumuskan pertanyaan penelitian. Metodologi yang
tepat (dalam kurung) disediakan untuk setiap pertanyaan. Meskipun ada
metodologi lain yang mungkin yang dapat digunakan, kita menganggap
yang diberikan di sini yang lebih mudah digunakan.

1. Karakteristik Dari Pertanyaan Penelitian Yang Baik


Setelah pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, peneliti ingin
mengubahnya menjadi sebaik mungkin pertanyaan. pertanyaan penelitian
yang baik memiliki empat karakteristik penting yaitu, 1) Pertanyaannya
adalah layak (yaitu, dapat diselidiki tanpa pengeluaran jumlah yang tidak
semestinya seperti waktu, tenaga, atau uang), 2) Pertanyaannya adalah
jelas (yaitu, kebanyakan orang akan setuju dengan apa kata-kata kunci
dalam pertanyaan maksud), 3) Pertanyaannya adalah signifikan (yaitu, itu
sangat berharga menyelidiki karena akan menyumbangkan pengetahuan
penting tentang kondisi manusia), 4) Pertanyaannya adalah etis (yaitu, itu
tidak akan melibatkan kerusakan fisik atau psikologis atau kerusakan
manusia atau lingkungan alam atau sosial yang mereka adalah satu
bagian).
2. Pertanyaan Penelitian Harus Layak
Kelayakan merupakan masalah penting dalam merancang studi
penelitian. Sebuah pertanyaan yang layak adalah salah satu yang dapat
diselidiki dengan sumber daya yang tersedia. Beberapa pertanyaan (seperti
yang melibatkan eksplorasi ruang angkasa, misalnya, atau studi tentang
efek jangka panjang dari program khusus, seperti Head Start) memerlukan
banyak waktu dan uang; orang lain membutuhkan jauh lebih sedikit.
Sayangnya, bidang pendidikan, tidak seperti obat-obatan, bisnis, hukum,
pertanian, farmakologi, atau militer, tidak pernah mendirikan upaya
penelitian yang sedang berlangsung terkait erat untuk berlatih. Sebagian
besar penelitian yang dilakukan di sekolah-sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya mungkin akan dilakukan oleh “orang luar” profesor
universitas-sering dan mereka siswa-dan biasanya didanai oleh hibah
sementara. Dengan demikian, kurangnya kelayakan sering serius
membatasi upaya penelitian.

3. Pertanyaan Penelitian Harus Jelas


Karena pertanyaan penelitian adalah fokus dari investigasi
penelitian, sangat penting bahwa pertanyaan harus jelas sehinga
pertanyaan tidak memiliki unsur yang ambigu yang dapat membuat
peneliti dan pembaca memiliki pengertian atau penafsiran yang berbeda-
beda.

4. Pertanyaan Penelitian Harus Penting


Pertanyaan penelitian juga harus bernilai menyelidiki. Pada intinya,
kita perlu mempertimbangkan apakah mendapatkan jawaban atas
pertanyaan bernilai waktu dan energi (dan sering uang). Apa, mungkin kita
bertanya, adalah nilai menyelidiki pertanyaan tertentu? Dengan cara apa
yang akan memberikan kontribusi untuk pengetahuan kita tentang
pendidikan? untuk pengetahuan kita tentang manusia? Apakah
pengetahuan tersebut penting dalam beberapa cara? Jika demikian,
bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan ini meminta para peneliti untuk
berpikir tentang mengapa pertanyaan penelitian berharga-yaitu, penting
atau signifikan. karena itu, adalah untuk memikirkan nilai dari penelitian
dimaksudkan sebelum terlalu banyak pekerjaan awal dilakukan. Tiga
pertanyaan penting yang harus memenuhi diajukan:
a. Bagaimana kekuatan jawaban pada pertanyaan penelitian ini
terhadap pengetahuan di bidang saya.
b. Bagaimana jawaban pertanyaan penelitian ini mungkin
meningkatkan praktek pendidikan.
c. Bagaimana jawaban atas pertanyaan penelitian ini dapat
meningkatkan kondisi manusia.

4. Pertanyaan Penelitian Sering Mengusut Hubungan


Ada karakteristik tambahan yang pertanyaan penelitian yang baik
sering berhubungan. Mereka sering (tetapi tidak selalu) menunjukkan
adanya hubungan semacam untuk diselidiki. Sebuah hubungan
mengharuskan bahwa dua kualitas atau karakteristik diikat bersama-sama
atau terhubung dalam beberapa cara. Seperti contoh, Apakah motivasi dan
pembelajaran terkait? Jika demikian, bagaimana? Bagaimana usia dan
daya tarik? kecepatan dan berat badan? tinggi dan kekuatan? seorang
kepala sekolah kebijakan administrasi dan fakultas moral? Hal ini penting
untuk memahami bagaimana istilah hubungan digunakan dalam penelitian,
karena istilah tersebut memiliki arti lain dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika peneliti menggunakan istilah hubungan mereka tidak mengacu pada
sifat atau kualitas dari hubungan antara individu.

D. Variabel
Variabel adalah konsep atau kata benda yang merupakan singkatan dari
variasi dalam kelas objek, seperti kursi, jenis kelamin, warna mata, prestasi,
motivasi, atau kecepatan lari. Bahkan keberanian, gaya, dan nafsu untuk
hidup adalah variabel. Perhatikan bahwa anggota individu di kelas objek,
bagaimanapun, harus berbeda-atau berbeda-untuk memenuhi syarat kelas
sebagai variabel. Jika semua anggota kelas identik, kita tidak memiliki
variabel. Karakteristik seperti itu disebut konstanta, karena masing-masing
anggota kelas tidak diperbolehkan untuk bervariasi, namun dipertahankan
konstan. Dalam studi apapun, beberapa karakteristik akan menjadi variabel,
sementara yang lain akan konstan.
Contohnya bisa membuat perbedaan ini lebih jelas. Misalkan seorang
peneliti tertarik untuk mempelajari efek penguatan pada prestasi belajar
siswa. Peneliti secara sistematis membagi kelompok besar siswa, yang
kesemuanya kelas sembilan, menjadi tiga subkelompok yang lebih kecil. Dia
kemudian melatih para guru dari subkelompok ini untuk memperkuat siswa
mereka dengan cara yang berbeda (satu memberi pujian verbal, yang kedua
memberi hadiah uang, yang ketiga memberi poin tambahan) untuk berbagai
tugas yang dilakukan para siswa. Dalam penelitian ini, penguatan akan
menjadi variabel (mengandung tiga variasi), sedangkan tingkat kelas siswa
akan menjadi konstan.
Ada banyak variabel "diluar sana" di dunia yang bisa diselidiki. Jelas,
kita tidak bisa menyelidiki semuanya, jadi kita harus memilihnya. Peneliti
memilih beberapa variabel untuk diselidiki karena mereka menduga bahwa
variabel-variabel ini terkait dan percaya bahwa menemukan sifat hubungan
ini, jika mungkin dapat membantu kita memahami dunia tempat kita tinggal.

1. Variabel Kuantitatif dan Variabel Kategoris


Variabel dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Salah satunya
adalah dengan membedakan antara variabel kuantitatif dan kategoris.
Variabel kuantitatif ada pada tingkat tertentu (bukan semua atau tidak
sama sekali) sepanjang rangkaian dari kurang ke lebih dan kita dapat
menetapkan angka ke individu atau objek yang berbeda untuk
menunjukkan seberapa besar variabel yang mereka miliki.
Variabel kuantitatif seringkali (tapi tidak selalu) terbagi menjadi unit
yang lebih kecil dan lebih kecil. Panjang misalnya, dapat diukur dalam
mil, yard, kaki, inci, atau dalam subdivisi satu inci diperlukan. Sebaliknya,
variabel kategoris tidak berbeda derajat, jumlah, atau kuantitas namun
berbeda secara kualitatif. Contohnya meliputi warna mata, jenis kelamin,
preferensi religius, pekerjaan, posisi di tim bisbol, dan sebagian besar jenis
penelitian "perawatan" atau "metode." Peneliti di bidang pendidikan sering
mempelajari hubungan antara :
(a) dua (atau lebih) variabel kuantitatif;
(b) satu variabel kategoris dan satu variabel kuantitatif; atau
(c) dua atau lebih variabel kategoris.

2. Variabel Independen dan Variabel Dependen


Cara yang umum dan berguna untuk memikirkan variabel adalah
mengklasifikasikannya sebagai independen atau dependen. Variabel
independen adalah penelitian yang dipilih oleh peneliti untuk menilai
kemungkinan dampaknya terhadap satu atau lebih variabel lainnya.
Variabel independen diperkirakan mempengaruhi (setidaknya sebagian
penyebabnya) atau mempengaruhi setidaknya satu variabel lainnya.
Variabel yang dianggap dipengaruhi oleh variabel independen disebut
variabel dependen. Dalam istilah akal sehat, variabel dependen
"bergantung pada" apa variabel independen yang melakukannya,
bagaimana pengaruhnya terhadapnya.
Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dapat
digambarkan secara grafis sebagai berikut:

Variabel
independen)
Mempengaruhi Variabel dependen
(dugaan atau
kemungkinan (hasil yang diduga)
penyebabnya)

Gambar 2. Hubungan Antara Variabel Independen dan Variabel


Dependen.

Pada titik ini, mari kita periksa pemahaman anda. Misalkan seorang
peneliti berencana untuk menyelidiki pertanyaan berikut: "Akankah siswa
yang diajar oleh tim yang terdiri dari tiga guru belajar lebih banyak ilmu
daripada siswa yang diajarkan oleh satu guru?" Apa variabel independen
dan dependen dalam pertanyaan ini? Gagasan kunci di sini adalah bahwa
variabel independen (baik yang diciptakan atau dipilih) diperkirakan
mempengaruhi variabel dependen. Berikut adalah beberapa contoh
beberapa kemungkinan hubungan antara variabel independen terpilih dan
variabel dependen:

Variabel Bebas Variabel Tak Bebas


Jenis kelamin (kategoris) Bakat musik (kuantitatif)

Kemampuan matematis (kuantitatif) Pilihan karir (kategoris)

Status perkawinan
Keanggotaan geng (kategoris)
berikutnya(kategoris)

Uji kecemasan (kuantitatif) Uji kinerja (kuantitatif)

Gambar 3. Hubungan Antara Variabel Independen Terpilih dan Variabel


Dependen.
Perhatikan bahwa tidak satupun variabel independen pada pasangan
di atas dapat dimanipulasi secara langsung oleh peneliti. Secara umum,
sebagian besar studi di bidang pendidikan yang memiliki satu variabel
kuantitatif dan satu kategori adalah studi yang membandingkan metode
atau perawatan yang berbeda. Seperti yang dijelaskan di atas, variabel
independen dalam penelitian semacam itu (metode atau perawatan yang
berbeda) mewakili variabel kategoris. Seringkali variabel (dependen)
lainnya bersifat kuantitatif dan disebut sebagai variabel hasil. Alasannya
adalah peneliti bagaimanapun tertarik pada efek dari perbedaan metode
pada satu atau lebih hasil (prestasi siswa, motivasi, minat, dan sebagainya).

3. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah tipe khusus variabel independen. Ini
adalah variabel independen sekunder yang telah dipilih untuk dipelajari
untuk menentukan apakah hal tersebut mempengaruhi atau memodifikasi
hubungan dasar antara variabel independen utama dan variabel dependen.
Jadi, jika seorang eksperimen berpendapat bahwa hubungan antara
variabel X dan Y dapat diubah dengan cara lain oleh variabel ketiga Z,
maka Z dapat dimasukkan dalam penelitian ini sebagai variabel moderator.
Contohnya :

Hipotesis 1: "Kegelisahan mempengaruhi kinerja tes, namun korelasinya


sangat rendah bagi siswa dengan pengalaman uji coba."
Variabel bebas : tingkat kecemasan
Variabel moderator : pengalaman uji coba
Variabel dependen : uji kinerja

Hipotesis 2: "Siswa SMA yang diajar terutama dengan metode


penyelidikan akan tampil lebih baik dalam tes berpikir kritis daripada
siswa SMA yang diajarkan terutama dengan metode demonstrasi,
walaupun sebaliknya akan berlaku untuk siswa sekolah dasar."

Variabel bebas : metode pembelajaran


Variabel moderator : tingkat kelas
Variabel dependen : kinerja pada tes berpikir kritis

4. Variabel Asing
Masalah mendasar dalam penelitian adalah bahwa ada banyak
kemungkinan variabel independen yang dapat mempengaruhi variabel
dependen. Begitu peneliti telah memutuskan variabel mana yang akan
dipelajari, mereka harus memperhatikan pengaruh atau pengaruh variabel
lain yang ada. Variabel seperti itu biasanya disebut variabel asing.
Variabel asing adalah variabel bebas yang belum terkontrol.

Ada banyak kemungkinan variabel asing. Kepribadian para guru


yang terlibat, tingkat pengalaman siswa, waktu pelajaran diajarkan, sifat
subjek yang diajarkan, buku teks yang digunakan, jenis kegiatan belajar
yang digunakan guru, dan metode pengajaran semuanya adalah
kemungkinan variabel asing yang dapat mempengaruhi pembelajaran
dalam penelitian ini. Variabel asing yang mungkin terjadi meliputi
kepribadian dan kemampuan guru yang terlibat; tingkat kepribadian dan
kemampuan siswa; bahan yang digunakan, seperti buku teks; gaya
mengajar; etnis dan / atau usia guru dan siswa; dan lain-lain. Peneliti ingin
mengendalikan sebanyak mungkin variabel ini.
E. Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis secara sederhana adalah sebuah prediksi dari kemungkinan
hasil sebuah penelitian. Contohnya, sebuah pertanyaan penelitian
dilanjutkan dengan penyajian kembali dalam bentuk sebuah kemungkinan
hipotesis:
Pertanyaan: Apakah siswa yang diajar sejarah oleh guru dengan jenis
kelamin yang sama lebih menyukai sejarah daripada diajarkan oleh guru
dengan jenis kelamin berbeda?
Hipotesis: Siswa yang diajarkan sejarah oleh seorang guru dengan
jenis kelamin yang sama akan lebih menyukai daripada siswa yang
diajarkan sejarah oleh seorang guru dengan jenis kelamin berbeda.

2. Keuntungan Hipotesis dalam Pertanyaan Penelitian


Terdapat tiga keuntungan hipotesis dalam pertanyaan penelitian,
yaitu Pertama, sebuah hipotesis memaksa kita untuk berpikir lebih dalam
dan secara khusus tentang kemungkinan hasil sebuah penelitian.
Menguraikan sebuah pertanyaan dengan merumuskan sebuah hipotesis
dapat menghasilkan lebih banyak pemahaman tentang apa pertanyaannya
dan persis apa variabel yang terlibat. Keuntungan kedua dari mengajukan
kembali pertanyaan sebagai hipotesis melibatkan pemikiran ilmiah.
Dasar pemikiran yang mendasari adalah sebagai berikut: Jika
seseorang mencoba membangun sebuah badan pengetahuan selain
menjawab sebuah pertanyaan spesifik, kemudian menyatakan hipotesis
adalah strategi yang baik karena memungkinkan seseorang membuat
prediksi tertentu berdasarkan bukti sebelumnya atau argumen teoritis. Jika
prediksi ini ditanggung oleh penelitian selanjutnya, seluruh prosedur
mendapatkan keuntungan baik dalam persuasi maupun efisiensi. Terakhir,
menyatakan sebuah hipotesis membantu kita melihat apakah kita
menyelidiki sebuah hubungan atau tidak. Jika tidak, kita mungkin diminta
untuk merumuskan sesuatu.
3. Kelemahan Hipotesis dalam Pertanyaan Penelitian
Terdapat tiga kelemahan dari menyatakan hipotesis. Pertama,
menyatakan hipotesis dapat menyebabkan bias, baik sadar atau tidak sadar,
dari pihak peneliti. Setelah penyidik menyatakan sebuah hipotesis, mereka
mungkin melakukannya untuk mengatur prosedur atau memanipulasi data
sedemikian rupa untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Ini mungkin
lebih merupakan pengecualian daripada aturan. Peneliti diasumsikan jujur
secara intelektual meskipun ada beberapa pengecualian yang terkenal.
Kerugian kedua dari menyatakan hipotesis di awal adalah kadang-kadang
tidak perlu, atau bahkan tidak tepat, dalam proyek penelitian jenis tertentu.
Kerugian ketiga dari menyatakan hipotesis adalah fokus perhatian pada
sebuah hipotesis dapat mencegah peneliti dari melihat fenomena lain yang
mungkin penting untuk di pelajari.

4. Hipotesis Yang Signifikan


Seperti yang kita pikirkan tentang kemungkinan hipotesis yang
disarankan oleh sebuah pertanyaan penelitian, kita mulai melihat bahwa
beberapa di antaranya adalah lebih penting dibanding yang lainnya. Apa
yang kita maksud dengan signifikan? Signifikan merupakan tingkat
keyakinan terhadap suatu jawaban, apakah jawaban tersebut akan diterima
atau ditolak.

5. Hipotesis Terarah dan Hipotesis Tidak Terarah


Sebuah hipotesis terarah menunjukkan arah spesifik (seperti lebih
tinggi, lebih rendah, lebih, atau kurang) yang diharapkan seorang peneliti
muncul di sebuah hubungan. Arah tertentu yang diharapkan berbasis
tentang apa yang peneliti temukan dalam literatur, dari pengalaman
pribadi, atau dari pengalaman orang lain. Sebuah hipotesis tidak terarah
tidak membuat spesifik prediksi tentang apa arah hasil sebuah penelitian
yang akan diambil

Anda mungkin juga menyukai