Pengaruh Pijat Kaki (Foot Reflexology) terhadap Ansietas, Nyeri, dan Hasil
Persalinan pada Ibu Hamil Primigravida
Oleh:
Zenita Habibatul Ilmiyah 170070301111014
Ariska Maharani 170070301111005
Nuryantri Puspitasari 170070301111079
Kenny Maharani 170070301111105
b. Perawat
Menambah pengetahuan bagi perawat tentang terapi non farmakologis untuk
mengurangi cemas, nyeri, dan hasil persalinan maksimal ibu hamil primigravida
dengan pijat kaki.
c. Penulis
Mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung dan mengetahui efektifitas
tentang terapi non farmakologis untuk mengurangi cemas, nyeri, dan hasil
persalinan maksimal ibu hamil primigravida dengan pijat kaki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran
dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bobak, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim maupun diluar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) ( Manuaba, 2011 & Mochtar 2010).
Menurut Varney, (2008) persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian dari persalinan
adalah adalah proses pengeluaran janin melalui jalan lahir dan diakhiri kelahiran
plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan.
2.2 Primigravida
Primigravida adalah keadaan di mana seorang wanita mengalami masa kehamilan
untuk pertama kalinya (Manuaba, 2010). Dengan kemungkinan risiko tinggi, sehingga
dibutuhkan perawatan antenatal, natal dan postnatal (Nargis et al., 2010).
Perbedaan mendasar kehamilan primigravida dengan multigravida yaitu pada
primigravida ostium uteri internum belum terbuka dan akan terbuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis kemudian ostium uteri internum baru akan
membuka. Sedangkan pada multigravida, ostium uteri internum dan ostium uteri
eksternum sudah sedikit terbuka (Prawirohardjo, 2009).
Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun perlu diperhatikan
karena pada saat itu sering terjadi risiko anemia, hipertensi menuju
preeklamsia/eklamsia, persalinan dengan berat bayi lahir rendah, kehamilan disertai
infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial
yang sering menyertai ibu hamil dengan usia muda adalah kehamilan yang belum
diinginkan, kecanduan obat dan atau perokok, dan antenatal care yang kurang
diperhatikan. Dalam era modern, wanita karir dan berpendidikan banyak yang ingin
hidup mandiri mengejar karir sehingga kemungkinan akan terlambat menikah dan hamil
di atas usia 35 tahun (Manuaba, 2010).
Usia terbaik seorang wanita untuk hamil adalah 20 tahun hingga 35 tahun. Apabila
seorang wanita mengalami primigravida (masa kehamilan pertama kali) di bawah usia
20 tahun, maka disebut primigravida muda. Sedangkan apabila primigravida dialami
oleh wanita di atas usia 35 tahun, maka disebut primigravida tua. Bukti menunjukkan
bahwa patofisiologi primigravida dengan preeklamsia berbeda dari observasi pada
multigravida, yang menunjukkan bahwa risiko preeklamsia pada primigravida lima belas
kali lebih besar daripada multigravida.
Primigravida tua (older primigravida) adalah seorang wanita dimana mengalami
kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun. Baik primigravida muda maupun
primigravida tua memiliki Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), yaitu keadaan di mana jiwa ibu
dan janin yang dikandungnya dapat terancam, bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Namun pada primigravida muda memiliki risiko lebih rendah, karena dianggap
memiliki ketahanan tubuh lebih baik daripada primigravida tua (Manuaba, 2010). Hal
ini diperkuat oleh suatu penelitian yang membandingkan antara primigravida muda dan
primigravida tua.
Didapatkan pada kehamilan primigravida tua memiliki risiko komplikasi lebih berat,
seperti hipertensi kronis, superimposed hypertension, tingkat persalinan dengan operasi
caesar yang lebih tinggi, persalinan dengan bantuan bila dibandingkan primigravida
muda (Shehadeh, 2008). Juga ditemukan adanya kelainan pertumbuhan intrauterin
dan malformasi kongenital (Naqvi et al., 2011).
Dikemukakan juga oleh penelitian Al-Turki et al. (2012) dan Heija A (2012)
bahwa pada primigravida tua memiliki risiko komplikasi seperti Diabetes Melitus,
preeklamsia, plasenta previa dan besar kemungkinan menyebabkan persalinan
secara sectio caesarea bila dibandingkan dengan penyebab lain seperti umur
kehamilan lewat bulan dan berat lahir bayi.
2.3 Pijat
Pijat adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang dikenal manusia.
Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak
berabad-abad silam dari awal kehidupan manusia di dunia. Kedekatan ini mungkin
disebabkan oleh karena pijat berhubungan erat dengan proses kehamilan dan proses
kelahiran manusia (Roesli, 2010). Pijatan secara umum akan membantu
menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara fisiologis, pijatan
merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah dan kelenjer getah
bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif ke
dan dari jaringan tubuh anda dan plasenta.
Dengan mengendurkan ketegangan dan membantu menurunkan emosi pijat juga
merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah. Bila
kita sedang merasa tidak sehat, pijatan dapat meningkatkan kemampuan diri kita untuk
menyembuhkan diri sendiri dan cara ini dapat digunakan untuk melengkapi terapi alami
(Balaskas, 2009). Adapun manfaat pijat kaki dalam persalinan antara lain memberikan
kenyamanan, mengurangi rasa sakit, membantu relaksasi pada ibu saat proses
persalinan, memperbaiki sirkulasi darah, mengembalikan kemampuan berkontraksi, dan
meningkatkan kerja system organ, sehingga dapat mengeluarkan zat-zat beracun lebih
lancar baik melalui urine maupun keringat.
Pijat telah digunakan sejak berabad-abad lalu sebagai pengobatan medis tradisional
dari banyak Kebudayaan kuno seperti Cina, Mesir, Yunani , Hindu, Jepang dan Roma.
Terapi pijat modern dikembangkan oleh Henrik Ling , Swedia (1776- 1839) dalam latihan
dan gerakan-gerakan tertentu. Pijat kemudian diklasifikasikan sebagai terapi berbasis
sentuhan yang secara tradisional menggunakan berbagai teknik tekanan (stroke)
termasuk effleurage, petrissage dan remasan (kneading). Pijatan yang bermakna bagi
kesejahteraan atau kesembuhan pasien disebut juga dengan pijat terapeutik (Cavaye,
2012).
Pijat (massage) adalah memanipulasi jaringan tubuh lunak (otot, jaringan ikat,
pembuluh limfatik), baik secara manual atau dengan alat bantu seperti rol atau batu.
Berbagai jenis pijat dari Swedia yaitu "relaksasi" yang merupakan pijat untuk memiijat
jaringan yang mendalam "shiatsu". masing-masing dapat diterapkan ke berbagai bagian
tubuh, termasuk kaki, punggung, bahu, dan wajah. Di antara banyak tujuan pijat (fisik,
terapi, psikologis) memiliki potensi untuk meningkatkan tidur dengan mengurangi gairah
somatik dan atau gairah kognitif, mirip dengan metode relaksasi. Menurut (Pederson,
2012) dalam penelitian (Sindhe dan Anjum, 2014), terapi pijat (massage) menyediakan
beragam manfaat seperti perbaikan sirkulasi darah, pelepasan endorfin yang
mengurangi rasa sakit, cepat sembuh dari cedera atau penyakit kronis dan peningkatan
dalam tidur. Efek fisik utama terapi pijat adalah pelepasan ketegangan otot,
meningkatkan sirkulasi darah dan inisiasi respon relaksasi.
Pijat merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan
pada wanita hamil, saat menjelang hingga melahirkan. Menurut Danuatmaja & Meiliasari
(2004), ibu yang dipijat dua puluh menit setiap jam selama persalinan akan lebih
terbebas dari rasa sakit. Pijat secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks,
dan nyaman dalam persalinan serta dapat membuat ibu merasa lebih dekat dengan
orang yang merawatnya. Sentuhan seorang yang peduli dan ingin menolong merupakan
sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Pijatan pada leher, bahu, punggung,
kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa
nyaman saat kontraksi.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Hamilton (2008) ada beberapa tanda dan gejala cemas antara
lain:
a. Fisiologis
Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi nafas, diaforesis, suara bergetar/perubahan tanda nada,
palpitasi, gemetar, mual/muntah, sering berkemih, diare, ketakutan
insomnia, kelelahan dan kelemahan, gelisah, pingsan/pusing, rasa panas
dan dingin.
b. Emosional
Individu merasakan ketakutan, rasa tidak berdaya, gugup dan kehilangan
percaya diri, pada orang cemas individu merasakan ketegangan,
kehilangan kontrol dan tidak dapat rileks.
Antisipasi ketegangan individu memperlihatkan peka rangsang/tidak sabar,
cenderung menyalahkan orang lain, marah meledak, reaksi terkejut,
menangis, mengkritik diri sendiri dan kurang inisiatif mengutuk diri
sendiri.
c. Kognitif
Individu tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, memperlihatkan
kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, individu
berorientasi pada masa lalu daripada saat ini dan akan datang, individu
tampak perhatian yang berlebihan dan memblok pikiran.
3. Tingkatan Kecemasan
Menurut Videbeck (2008) membagi kecemasan menjadi empat tingkat antara
lain ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat dan ansietas panik yaitu :
a. Cemas ringan
Ansietas atau cemas ringan diperlukan seseorang untuk dapat
berespon secara efektif terhadap lingkungan dan kejadian, berhubungan
dengan ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan dan rileks atau
sedikit gelisah. Pada keadaan cemas ringan respon emosional sedikit
tidak sabar, aktifitas menyendiri, terstimulasi dan tenang. Seorang cemas
ringan dijumpai hal-hal sebagai berikut:
Lapangan persepsi luas, terlihat percaya diri dan tenang, waspada
dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangakn informasi,
Cenderung untuk tidur.
b. Cemas sedang
Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
suatu hal dan mengesampingkan yang lain, kepercayaan diri
goyah, ketegangan otot sedang sehingga seseorang mengalami tidak
perhatian secara selektif. Seseorang dengan kecemasan sedang biasanya
menunjukan keadaan seperti:
Lapang persepsi menurun, perubahan suara: bergetar, nada suara
tinggi, pupil dilatasi, mulai berkeringat, kewaspadaan dan
ketegangan meningkat, peningkatan tanda-tanda vital, respon yang
muncul adalah: Respon fisik sering berkemih, pola tidur berubah,
respon kognitif rentang perhatian menurun
Respon emosional: Mudah tersinggung, banyak pertimbangan.
c. Cemas berat
Kecemasan ini menyebabkan persepsi terkurangi sehingga
cenderung terjadi penurunan ketrampilan kognitif menurun secara
signifikan, individu yang mengalami ansietas berat sulit untuk berfikir dan
melakukan pertimbangan, pada ansietas berat individu memperlihatkan
kegelisahan, iritabilitas atau menggunakan cara psikomotor-emosional
yang sama lainnya untuk melepas ketegangan. Hal-hal yang sering
dijumpai pada seseorang dengan cemas berat adalah:
1) Lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah-pecah, ketika
diinstrusikan untuk melakukan sesuatu tidak dapat berkonsentrasi.
2) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
3) Hiperventilasi, takikardi, pengeluaran keringat meningkat
4) Berkomunikasi sulit dipahami, berteriak, gemetar
5) Kontak mata buruk, menaruk diri, kebutuhan ruang gerak
meningkat
d. Cemas panik
Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan dan teror,
individu akan mengalami panik dan tidak mampu mengontrol
persepsi walaupun dengan pengarahan, terjadi peningkatan aktifitas
motorik menurunkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Panik merupakan disorganisasi kepribadian, pada keadaan panik
hormon stres dan neurotransmiter berkurang.
Hal-hal yang dapat dijumpai dengan keadaan cemas panik adalah:
1) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
2) Pikiran tidak logis hilang kemampuan mengingat, individu pada
keadaan panik tidak dapat melihat atau memahami situasi.
3) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi dan keadaan saat panik
individu tidak dapat tidur.
4) Pikiran tidak logis, terganggu dan tidak rasional
RENTANG RESPON
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Intensitas nyeri mengacu pada kehebatan sensasi nyeri itu sendiri Untuk
menentukan derajat nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala
VNRS atau skala yang serupa lainya membantu menerangkan bagaimana
intensitas nyeri yang dirasakan.Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut
adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi
keefektifannya cara pengkajian nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala
intensitas nyeri yaitu 0 ; tidak nyeri, 1-3 ; nyeri ringan, 4-7 ; nyeri sedang,
8-10 ; nyeri berat (Sari, 2010).
Masa kala I pada primipara terjadi sekitar 13 jam sedangkan pada
multipara sekitar 7 jam. Kala I selesai apabila pembukaan servic telah
lengkap. Intensitas kontraksi uterus meningkat sampai akhir kala I dengan
frekuensi menjadi 2-4 kali kontraksi dalam 5-10 menit dengan his 20 detik
pada awal persalinan mencapai 60-90 detik pada akhir kala I (Sarwono, 2009).
4. Penatalaksanaan Nyeri
Pada umunya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan
farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi
nyeri dan cara nonfarmakologi atau tanpa obat-obatan. Cara farmakologi adalah
dengan pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus
intrafena, infus, pemberian uap melalui obat-obatan untuk membantu
meringankan nyeri (Ibrahim, 2008) disamping itu bisa juga mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit dengan memblokade saraf penghantar nyeri selama
persalinan (Finddley, 2010). Tindakan farmakologis masih menimbulkan
pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus
sawar plasenta sehingga dapat menimbulkan efek pada aktifitas rahim
(Thompson, 2009). Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat
secara langsung maupun tidak langsung antara lain efek langsung menurunkan
FHR yang bervariasi, dan yang tidak langsung seperti obat yang menyebabkan
hipotensi maternal dan menurunkan aliran darah ke plasenta sehingga
menimbulkan hipoksia dan asidosis pada bayi.
Metode penurunan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena
tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan
jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun
efek obat. Banyak teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri selama kala I
persalinan. Teknik-teknik tersebut meliputi distraksi, relaksasi, teknik bernafas,
imajinasi, stimulasi kulit (pijat), terapi musik, dan kompres panas dan
dingin. Stimulasi kulit dalam hal ini bisa dilakukan selama proses persalinan
yang efektif mengurangi nyeri. Salah satu teknik yang umum adalah pemijatan
berupa pijat kaki.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Judul
Judul jurnal pada makalah sharing journal ini adalah “The Effect of Foot
Reflexology on Anxiety, Pain, and Outcomes of the Labor in Primigravida Women /
Pengaruh Pijat Kaki (Foot Reflexology) terhadap Ansietas, Nyeri, dan Hasil Persalinan
pada Ibu Hamil Primigravida”.
3.2 Pengarang
Soheila Moghimi Hanjani, Zahra Mehdizadeh Tourzani, dan Mahnaz Shoghi
3.3 Tahun / Penerbit
2015/ Tehran University of Medical Sciences. Acta Med Iran 2015;53(8):507-511
3.4 Metode / Desain Penelitian
Desain Penelitian: Desain studi intervensi
Setting: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Alborz and Bahonar di Karaj, Iran.
Data yang dikumpulkan diberi kode dan ditabulasikan menggunakan komputer. Dan
dianalisa menggunakan (SPSS) versi 13 dengan tingkat signifikan 0,05. Dalam
penelitian ini menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov (K-S test) Statistik inferensial
digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk membandingkan skor rata-
rata ansietas, intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi, durasi persalinan,
serta skor Apgar dalam 1 dan 5 menit pertama diantara kedua kelompok, maka
digunakan uji independen t-test. Dan untuk menganalisa perbandingan skor rata-rata
diantara 2 kelompok penelitian, maka digunakan uji t-test berpasangan. Sedangkan
untuk membandingkan frekuensi dari jenis persalinan digunakan uji chi-square test.
Alat untuk pengumpulan data:
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 bagian yaitu:
a. Data Demografi: Umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan usia kehamilan
b. Proses persalinan: Durasi kala I, kala II dan kala III, jenis persalinan dan skor
Apgar dalam 1 dan 5 menit pertama kelahiran bayi.
c. Status Nyeri: Intensitas nyeri diukur dengan menggunakan McGill Questionnaire
for Pain Rating Index (PRI).
d. Status Kecemasan: Untuk mengukur kecemasan ibu hamil digunakan kuesioner
dari Spielberger State-Trait Anxiety Inventory dengan skor terendah 20
(kurangnya kecemasan) dan skor tertinggi 80 (jumlah kecemasan tertinggi).
3.5 Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 80 orang wanita dengan primigravida yang
datang ke Rumah Sakit Alborz and Bahonar di Karaj, Iran. Kriteria inklusi peserta
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ibu primigravida yang datang dengan fase persalinan aktif (pembukaan 3-4 cm)
dan dengan presentasi bagian bawah janin adalah kepala.
b. Ibu hamil tanpa adanya komplikasi medis atau obstetri dan tidak menggunakan
metode anastesi apapun serta pemberian induksi persalinan.
c. Ibu hamil yang tidak memiliki penyakit psikologis atau ansietas yang aktif
berdasarkan hasil kuesioner Spielberger State-Trait Anxiety Inventory.
Sedangkan kriteria ekslusi peserta penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ibu hamil yang tidak bersedia untuk berpartisipasi ataupun melanjutkan penelitian
b. Ibu hamil dengan riwayat keguguran
c. Timbulnya masalah pada ibu hamil saat penelitian (seperti prolaps tali pusat,
ablasio plasenta, dll.)
Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Jumlah partisipan yang
memiliki confidence interval 95% dan test power 90% adalah sebanyak 32 orang untuk
masing-masing kelompok. Dan untuk mengantisipasi adanya partisipan yang gugur
ditengah penelitian maka jumlah partisipan ditambah menjadi 40 orang di tiap
kelompok.
3.6 Prosedur Penelitian
1. Tahap Pertama:
Peneliti menjelaskan prosedur penelitian dan memberikan kuesioner Pain
Rating Index (PRI) untuk tiap kelompok. Di ruang persalinan, setiap partisipan
akan dipisahkan (jika memungkinkan) dan selama penelitian berlangsung,
hubungan emosi, verbal dan nonverbal serta dukungan sosial dibangun antara
peneliti dan ibu hamil. Sebelum dilakukan intervensi, dpeneliti menanyakan
informasi pribadi terkait dengan kehamilan dan intensitas nyeri pada pembukaan
3-4 cm (awal dari fase persalinan aktif) dengan kuesioner McGill Questionnaire
for Pain Rating Index (PRI) pada kedua kelompok. Kemudian klien diberikan
kuesioner Spielberger State-Trait Anxiety Inventory. Durasi kala I, II dan III
persalinan serta skor Apgar diukur pada 1 menit dan 5 menit pertama.
2. Tahap Intervensi:
Pada kelompok intervensi, setelah menggosokkan minyak bunga matahari ke
telapak kaki klien kemudian dilakukan pemijatan di seluruh telapak kaki (dengan
teknik relaksasi yang dapat melemaskan otot kaki agar siap untuk teknik refleksi
yang lebih spesifik). Selanjutnya dilakukan penekanan atau pijatan memutar pada
titik kelenjar pituitari ( kelenjar pituitari terletak di tengah jempol kaki), solar plexus,
dan uterus selama 40 menit (20 menit untuk tiap telapak kaki). Pada kelompok
kontrol, dilakukan perawatan rutin dan pemijatan pada area lain selain telapak
kaki.
Jika kita membagi telapak kaki menjadi 3 bagian, titik solar plexus berada
diantara garis atas dan sepertiga tengah telapak kaki (dimana kerutan kaki
muncul saat telapak kaki ditekuk) pada jari kedua dan ketiga. Kelenjar pituitari
berada di tengah ibu jari kaki sedangkan titik uterus berada pada cekungan di
antara pergelangan kaki dalam dan telapak kaki.
3. Tahap Evaluasi:
Segera setelah intervensi, dilakukan lagi pengukuran intensitas nyeri dan
diukur kembali pada 30 menit, 1 jam dan 2 jam setelah intervensi pada masing-
masing kelompok menggunakan McGill Questionnaire for Pain Rating Index (PRI).
3.7 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 80 orang ibu primigravida (40 orang di kelompok
intervensi dan 20 orang di kelompok kontrol). Usia rata-rata di kedua kelompok adalah
25.56 ±4.08 tahun dan tingkat pendidikan mayoritas partisipan adalah Diploma (45%)
dan mayoritas dari mereka adalah pegawai (41.25%). Tidak ada perbedaan yang
signifikan dari nilai mean skor ansietas pada kala I persalinan sebelum intervensi pada
kedua kelompok (P>0.05) tapi setelah dilakukan intervensi, nilai mean dari skor
ansietas pada kelompok intervensi secara signifikan mengalami penurunan
dibandingkan dengan grup kontrol.
Tidak ada perbedaan yang signifikan di antara nilai mean skor intensitas nyeri
sebelum dan segera setelah dilakukannya intervensi pada kedua kelompok (P>0.05),
tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai mean skor intensitas nyeri pada 30
menit, 1 jam dan 2 jam setelah intervensi di antara kedua kelompok.
Terdapat juga perbedaan yang signifikan antara nilai mean dari durasi persalinan
pada kedua kelompok. Untuk frekuensi dari jenis persalinan, 92.5 % pada kelompok
intervensi dan 80% pada kelompok kontrol melalu proses persalinan normal melalui
vagina. Perbedaan yang signifikan ditemukan pada kedua kelompok terkait frekuensi
pada jenis persalinan setelah dilakukan uji chi-square (p<0.001). Nilai mean skor Apgar
pada menit pertama di kelompok intervensi adalah 8.73±0.71, di kelompok kontrol
adalah 8.23±0.94, dan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok
oleh uji t-test (p<0.001). Sedangkan nilai mean dari skor Apgar pada 5 menit
selanjutnya adalah 9.6±0.49 pada kelompok intervensi dan 9.07±0.85 pada kelompok
kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok oleh uji
independen t-test (p<0.001).
3.8 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan menurun setelah menggunakan
metode pijat refleksi pada kelompok intervensi. Berdasarkan penelitian (Oleson, dan
Flocco et al) menunjukkan bahwa refleksiologi meningkatkan mood dan menurunkan
kecemasan. Refleksiologi membuat perubahan fisiologis secara sistematis dan lokal,
rileks otot, sirkulasi darah dalam tubuh dan kenyamanan serta pikiran menjadi
keseimbangan dan gejala stres berkurang, juga dapat mempengaruhi endorfin sebagai
hormon penghilang rasa sakit secara alami yang diproses oleh tubuh dan meningkatkan
suasana hati.
Penelitian ini, juga menunjukkan nyeri persalinan yang dilakukan dengan terapi
refleksologi dapat mengurangi intensitas nyeri ibu ibu hamil. Dolatian et al.,
mengungkapkan bahwa intensitas nyeri pada terapi refleksologi berkurang akibat
adanya dukungan dan terapi rutin yang konsisten dengan menyentuh atau memijat
dapat menekan impuls nyeri.
Stimulasi pijat kaki mengaktifkan sistem saraf parasimpatis dan mengaktifkan respon
dari mekanisme kontrol dan hiperstimulasi pada ujung saraf pada kaki dengan titik-titik
akupresur. Ketika dirangsang, titik-titik ini memicu pelepasan endorfin dan hormon
endogen lainnya. Hasil durasi terapi tidak ada perbedaan antara dua kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Namun, dalam kelompok intervensi kurang lebih empat kali
melakukan perawatan refleksiologi (60 menit) memiliki durasi yang lebih dari kelompok
kontrol.
Hasil mengenai APGAR menunjukkan bahwa rata-rata skor pada menit pertama dan
kelima setelah melakukan refleksi secara konsisten pada kelompok intervensi lebih
tinggi dari kelompok kontrol.
3.9 Kesimpulan
Terapi refleksiologi yang dilakukan dapat mengurangi kecemasan, intensitas nyeri
persalinan, meningkatkan kontraksi pervaginam serta skor APGAR. Terapi ini
menekankan stimulus atau rangsangan yang diberikan dengan menekan titik-titik pada
area kaki yang mana mempengaruhi kecemasan, nyeri, kontraksi dan APGAR dengan
bermaksud mengaktifkan saraf parasimpatis dan memicu hormon endorfin dan hormon
yang lain dengan intensitas durasi yang diberikan tidak hanya satu atau dua kali terapi
tetapi kurang lebih empat kali terapi yang mana setiap satu kali terapi membutuhkan
waktu 60 menit.
Oleh karena itu, mengingat tingginya proses persalinan pervaginam atau persalinan
normal dengan menerapkan refleksologi sebagai metode yang mudah, murah dan non-
invasif untuk mengurangi tingkat nyeri persalinan, kecemasan, nilai APGAR dan
kontraksi saat persalinan dapat dikurangi.
4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti bahwa pemberian terapi pijat kaki ini
dapat menurunkan ansietas, nyeri dan membawa pengaruh baik pada hasil persalinan
khususnya skor APGAR pada ibu hamil saat persalinan dengan kehamilan pertama.
Pijat adalah manipulasi manual jaringan tubuh (otot, jaringan ikat, tendon, dan
ligamen) untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Relaksasi otot yang
dapat mengurangi stres yang dirasakan, sakit kepala dan nyeri dapat menurun.
4.2 Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan memberikan edukasi dan konseling pada ibu
hamil yang mengalami nyeri, ansietas saat persalinan sehingga dapat dilakukan
pemberian terapi non farmakologis seperti pijat kaki. Serta libatkan keluarga dalam
proses edukasi dan praktik pemberian terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Bonica JJ, Loeser JD. History of pain concepts and therapies. In : Loeser JD, editor. The
rd
Management of Pain, 3 27. 2002
Bobak, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M. (2008), Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta: Puspa Swara
Gadysa, G. (2009). Persepsi Ibu Tentang Metode Masase. Diambil 30 Mei 2018, dari
http://luluvikar.wordpress
Mander, R. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC alloy Mary J, Kane John P. Agen
yang digunakan dalam hiperlipidemia. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi
dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 421-2
Mander, R, (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC MC. Kinney, et al. (2002).
Maternal child nursing. Philadelphia : WB. Saunders Co
Meiliasari, dan Danuatmadja. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Jakrta:
Puspa Suara
Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Patree, B., Walsh.v.l. (2008). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC