Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH SHARING JURNAL KEPERAWATAN MATERNITAS

Pengaruh Pijat Kaki (Foot Reflexology) terhadap Ansietas, Nyeri, dan Hasil
Persalinan pada Ibu Hamil Primigravida

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Departemen Maternitas


di Puskesmas Tumpang Kabupaten Malang

Oleh:
Zenita Habibatul Ilmiyah 170070301111014
Ariska Maharani 170070301111005
Nuryantri Puspitasari 170070301111079
Kenny Maharani 170070301111105

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses terbentuknya janin di dalam rahim ibu dengan


dimulainya pembuahan ketika konsepsi, terbentuk nya janin sampai janin siap untuk
dilahirkan (Manuaba, 2010). Janin yang sudah berkembang dan tumbuh didalam rahim
ibu akan mendapatkan asupan nutrisi dari talipusat yang menghubungkan ibu dan
janin.Kehamilan dapat mengakibatkan adanya perubahan fisiologi dan psikologi.
Perubahan fisiologi bisa dilihat dari adanya perubahan system muskuloskletal (Salmah
dkk,2009).
Perubahan fisiologi pada kehamilan meliputi adanya peningkatan berat badan,
adanya hipermobilisasi sendi sakroliaka, simpisi pubis akan menyebabkan kondisi lumbal
lordosis. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan penekanan pada
punggung bawah ibu dan dapat menyebabkan resiko cidera tinggi serta rasa
ketidaknyamanan pada ibu (Pierre et.al 2008). Nyeri punggung akibat kehamilan
disebabkan karena adanya perubahan struktur anatomis, hormonal dan tingkat stress
pada ibu, perubahan anatomis ini dapat dipengaruhi oleh bertambah beratnya janin
didalam rahim ibu dari trimester I ke III ini akan mengalami struktur anatomis yang
berubah (Traccy, 2014).
Kehamilan adalah salah satu peristiwa penting dalam hidup yang dialami oleh
seorang wanita. Kehamilan yang dialami tidak lepas dari rasa nyeri dan kecemasan yang
mengakibatkan efek psikologis negatif bagi wanita dan keluarganya. Salah satu faktor
yang umum adalah rasa takut dan kecemasan karena kurangnya informasi atau memiliki
informasi yang salah tentang kehamilannya. Selain itu, menghilangkan ketakutan dan
kecemasan akan membuat kehamilan ibu menjadi sehat serta meningkatkan motivasi
terhadap hubungan antara ibu dan bayi (Sadler LC, dkk. 2010)
Nyeri persalinan yang berkepanjangan dan tidak teratasi dapat menyebabkan
gangguan psikologis jangka panjang, mengganggu kesehatan mental ibu yang
mempengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, sehingga mengganggu kesehatan pada
janin. Nyeri pada kehamilan harus segera di atasi agar tidak mengganggu kesehatan ibu
dan bayi, dengan beberapa cara yang dilakukan tanpa efek samping pada janin atau
gangguan dalam proses persalinan serta dalam aliran darah uterus pusar (Simkin P,
2008).
Metode non farmakologis untuk menghilangkan nyeri persalinan sederhana dan
murah dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif atau pengobatan ringan tanpa
obat salah satunya adalah pijat refleksiologi pada kaki untuk menghilangkan rasa nyeri
dan mengurangi kecemasan melalui titik-titik refleksi. Dalam refleksi, dengan
menggunakan tekanan pada titik-titik refleksif tunggal pada telapak tangan yang sesuai
dengan setiap bagian dari tubuh, yang membuat aliran darah ke seluruh tubuh menjadi
lancar meningkatkan kenyamanan serta mampu mengurangi kecemasan dan membuat
tubuh merasa rilex (Xavier R, dkk 2009). Ferrer de Dios menyatakan bahwa memberikan
tekanan pada telapak tangan atau kaki mampu mempengaruhi respon psikologis orang
dan menyebabkan kenyamanan dan bantuan di berbagai organ tubuh (Ferrer de Dios R.
2010). Pijat refleksi dipercaya mampu membuka jalur syaraf yang terblokir dan
meningkatkan aliran darah di seluruh tubuh (Xavier R, dkk 2011).
Dengan pemberian pijat refleksi selama persalinan pada fase aktif dengan
pembukaan 3-4 cm, dapat menstimulasi kelenjar hipofisis, hipotalamus, ulu hati, dan
rahim untuk mengurangi rasa sakit, kecemasan dan stres (Xavier R, dkk 2012). Studi
menunjukkan bahwa refleksologi dapat memiliki efek positif pada manajemen nyeri
pinggang (Quinn F, dkk. 2008). Grealish, dkk menemukan bahwa refleksi kaki secara
signifikan mengurangi mual dan nyeri pada pasien dengan kanker (Grealish L, dkk.2013).
Pemijatan refleksi telah digunakan selama kehamilan untuk pengobatan mual dan
muntah, sembelit, edema, kelelahan, sakit kepala dan untuk membantu menyusui
(Grealish L, dkk.2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh McNeill et al., mereka
menunjukkan bahwa refleksologi mengurangi intensitas nyeri persalinan, namun tidak
memiliki mempengaruh pada hasil dari Apgar skor dan proses persalinan (McNeill JA,
dkk. 2011). Menurut McVicar 2009 menemukan bahwa refleksologi dapat digunakan
untuk mengurangi kecemasan. Dari penelitian tersebut kelompok tertarik untuk
mengkritisi jurnal dan memberikan informasi kepada bidan puskesmas yang diharapkan
bisa diterapkan di puskesmas tumpang pada saat partus kala aktif pembukaan 3-4 cm.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Pengaruh Pijat Kaki (Foot Reflexology) terhadap Ansietas, Nyeri, dan
Hasil Persalinan pada Ibu Hamil Primigravida di Puskemas Tumpang?

1.3 Manfaat Penulisan


a. Pasien
Pasien dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang cara mengurangi
cemas, nyeri dan hasil persalinan maksimal dengan menggunakan pijat kaki.

b. Perawat
Menambah pengetahuan bagi perawat tentang terapi non farmakologis untuk
mengurangi cemas, nyeri, dan hasil persalinan maksimal ibu hamil primigravida
dengan pijat kaki.
c. Penulis
Mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung dan mengetahui efektifitas
tentang terapi non farmakologis untuk mengurangi cemas, nyeri, dan hasil
persalinan maksimal ibu hamil primigravida dengan pijat kaki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran
dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir cukup bulan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bobak, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim maupun diluar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) ( Manuaba, 2011 & Mochtar 2010).
Menurut Varney, (2008) persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian dari persalinan
adalah adalah proses pengeluaran janin melalui jalan lahir dan diakhiri kelahiran
plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan.

2.1.2 Jenis Persalinan


Jenis persalinan menurut Annisa (2011) dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Partus spontan: proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri berlangsung
kurang dari 24 jam tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi.
b. Partus buatan: persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding perut dengan operasi caesar.
c. Partus anjuran: Apabila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

2.1.3 Proses Persalinan


Menurut Varney (2008) Ibu hamil sebelum menjalani persalinan terdapat
beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa tidak lama lagi persalinan
akan terjadi. Tanda gejala tersebut adalah :
a. Lightening, yaitu perasaan subyektif dari ibu yang terjadi karena bagian
bawah janin lebih mapan dalam SBR dan pelvis. Ibu akan merasa janin turun,
sesak nafas berkurang, tetapi disertai sakit pinggang dan sering kencing
serta dirasakan lebih sulit bila berjalan. Hal ini terjadi 2-3 minggu sebelum
aterm.
b. Engagement, yaitu peristiwa masuknya kepala janin dalam panggul.
Pada primigravida, terjadi 2-3 minggu menjelang aterm. Lightening tidak
sama dengan engagement meskipun keduanya dapat terjadi bersamaan.
c. Sekresi vagina meningkat.
d. Persalinan palsu
e. Ketuban pecah dini
f. Bloody show yaitu keluarnya cairan kemerahan atau darah yang
disertai dengan lendir dari vagina.
g. Perubahan serviks menjadi lunak dan datar.
h. Sakit pinggang yang terus menerus.

2.1.4 Proses Terjadinya Persalinan


Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan terjadi proses
persalinan menurut Simkin (2008), Mochtar (2009) dan Manuaba (2009)
yaitu:
a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi persalinan
dengan sendirinya sehingga persalinan dapat dimulai.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu, Villi koriales mengalami perubahan – perubahan
dan produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebih sensitif terhadap oksitosin akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.
Menurunnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori prostalgandin
Konsentrasi prostalgandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu.
Pemberian prostalgandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostalgandin dianggap dapat
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukan bahwa pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus dan
glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

2.1.5 Tahap-Tahap Proses Persalinan


Tahap proses persalinan menurut Mochtar (2008) membagi tahap-
tahap persalinan menjadi:
a. Kala I (kala pembukaan )
Kala I merupakan kala pembukaan sehingga kemajuan kala I dinilai
dari majunya pembukaan, meskipun pada kala I terjadi proses
penurunan kepala dan putar paksi dalam. Pada primigravida kala I
bervariasi antara 13-14 jam sedangkan pada multigravida antara 6-8
jam. Pada kali I dibagi kedalam 2 fase yaitu:
1. Fase laten
Pada fase laten pembukaan serviks berlangsung lambat: pembukaan
0-3cm, berlangsung dalam 5-7 jam.
2. Fase aktif
Pada fase ini berlangsung selama 7 jam dan dibagi atas 3 subfase:
a. Periode akselerasi: berlangsung 3 jam, pembukaan 3 menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm
c. Periode deselarasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 menjadi 10 cm.
Berdasarkan kurve Friedman, ditemukan perbedaan antara
primigravida dan multigravida, yaitu :
a) Primi: Pembukaan 1 cm / jam dan Mekanisme membukanya serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primi yang
pertama OUI (ostium Uteri Internum) akan membuka lebih
dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian
OUE (Ostium Uteri Eksternum) membuka.
b) Multi: Pembukaan 2 cm / jam, pada fase laten, fase aktif dan fase
deselerasi terjadi lebih pandek. Pada multigravida OUI sudah sedikit
terbuka. OUI dan OUE serta penipisan dan pendataran servik terjadi
dalam saat yang sama.
b. Kala II
Kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala
pengeluaran. Tanda dan gejala kala dua persalinan adalah ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu
merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum atau vagina,
perinium terlihat menonjol, vulva-vagina-sfingterani terlihat membuka dan
adanya pengeluaran lendir dan darah, pada kala II his terkordinir, kuat,
cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Pada waktu his kepala janin
mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala janin dengan diikuti seluruh
badan janin. Kala II pada primipara 1½ – 2 jam dan pada multipara
½ - 1 jam
c. Kala III
Kala tiga dari persalinan dimulai setelah selesainya kelahiran bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta biasanya dikenal dengan sebutan
persalinan kala plasenta. Kala tiga dari persalinan ini berlangsung
rata-rata antara 5 sampai 10 menit akan tetapi walaupun berlangsung
lebih lama sedikit dari itu masih dianggap dalam batas-batas normal.
d. Kala IV
Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir dalam keadaan klinik atas
pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala empat
persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masaa dimulainya
masa nifas (puerperium) mengingat pada masa ini sering timbul
perdarahan.

2.1.6 Mekanisme Persalinan


Mekanisme persalinan menurut (Bobak, 2008):
1) Penurunan
Gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat
kekuatan tekanan dari cairan embrio, kontraksi diafragma dan otot-otot
abdomen ibu pada tahap persalinan.
2) Fleksi
Kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul atau dasar
panggul dalam keadaan normal flexi terjadi dan dagu didekatkan ke arah
dada janin.
3) Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika
ketika oksiput berputar kearah anterior wajah berputar kearah
posterior. Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan pleh tulang
panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput berada di garis
tengah dibawah lengkung pubis.
4) Ekstensi
Kepala janin mencapai perineum kepala akan defleksi ke arah anterior
oleh perineum mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis
pubis kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi adalah pertama
oksiput, wajah dan dagu.
5) Restitusi
Kepala bebas untuk berputar ke posisi normal dalam hubungan dengan
bahu.
6) Putaran paksi luar
Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang
relative sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh
yang kebih kecil. Ketika mencapai pintu bawah bahu berputar ke arah
garis tengah dan dilahirkan dibawah lengkung pubis. Bahu posterior
diarahkan kearah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus
vagina.
7) Ekspulsi
Bayi setelah lahir uterus kembali berkontraksi mengurangi permukaan
internalnya sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama.
8) Regresi uterus
Reflek saraf yang diberikan oleh puting karena isapan bayi menstimulasi
kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin yang menyebabkan kontraksi
uterus.

2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut Bobak (2008). faktor-faktor yang mempengaruhi proses
persalinan adalah:
a. Jalan lahir
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin
dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan maka jalan
lahir tersebut harus normal.
b. Kekuatan
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retaksi otot-otot rahim.
c. Janin
Faktor yang berpengaruh dalam passanger adalah janin (tulang
tengkorak, ukuran kepala) dan postur janin dalam rahim
(sikap/habitus dan letak janin).
d. Psikologi
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian
bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu”keadaan yang
belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata, psikologi meliputi:
Kebiasaan adat, dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu,
pengalaman bayi sebelumnya, melibatkan psikologi ibu, emosi dan
persiapan intelektual.

2.1.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan


a. Faktor usia
Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan
kualitas kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi.
Menurut Wiknjosastro (2010) menyatakan bahwa faktor ibu yang
memperbesar resiko kematian perinatal adalah pada ibu dengan umur
lebih tua. Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur di atas 35 tahun.
Sering ditemui perineum yang kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan
menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan resiko terhadap
janin. Menurut Manauba, usia reproduksi sehat adalah 20 sampai 35
tahun. Faktor umur yang disebut-sebut sebagai penyebab dan
predisposisi terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan
dan perzsalinan, antara lain penyebab kelainan his, at onia uteri,
plasenta previa. (Wiknjosastro, 2010).
b. Faktor paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup di luar janin. Menurut Wiknjosastro (2010) Paritas adalah
jumlah kehamilan dimana bayi yang dilahirkan mampu hidup di luar
kandungan. Partus lama sering dijumpai pada kehamilan pertama
dengan umur ibu lebih dari 35 tahun merupakan penyebab dari berbagai
komplikasi seperti kelainan his yang berakibat pada terjadinya terjadinya
partus lama. Paritas 2 sampai 3 merupakan paling aman ditinjau
dari kematian maternal, paritas 1 dan lebih dari 3 mempunyai angka
lebih tinggi. Persalinan lama terutama pada primipara biasanya
berkenaan dengan belum atau kurangnya persiapan perhatian dalam
menghadapi persalinan (Wiknjosastro, 2010).
c. Keadaan his
Faktor kekuatan yang mendorong janin keluar adalah faktor yang sangat
penting dalam proses persalinan, his yang tidak normal baik kekuatan
maupun sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan (Manauba,
2010). Proses persalinan dipengaruhi banyak faktor salah satunya
power. Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti
kekuatan his dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin keluar (Bobak, 2009).
d. Keadaan panggul
Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan mempengaruhi
proses persalinan. Berbagai kelainan panggul dapat mengakibatkan
persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan bentuk panggul seperti
jenis panggul sempit, miring, penyakit tulang, sempit melintang serta
kelainan ukuran panggul baik panggul luar maupun panggul dalam
(Wiknjosastro, 2010).
e. Besarnya janin
Besarnya neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram dan jarang
melebihi 5.000 gram. Besar bayi ialah bila berat badan lebih dari
4.000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4.000 gram adalah
53% dan yang lebih dari 4.500 gram adalah 0,4%. Pada panggul
normal, janin dengan berat 4.000-5.000 gram pad umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkan. Pada janin besar faktor
keturunan memegang peranan penting selain itu janin besar dijumpai
pada wanita hamil dengan dibetes mellitus, pada postmaturitas dan pada
grande multipara (Wiknjosastro, 2010).
f. Keadaan letak janin
Letak dan presentasi janin dalam rahim (passanger) merupakan salah
satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap proses
persalinan, menurut Fraser (2009) 98% persalinan terjadi dengan letak
belakang kepala. Mekanisme persalinan merupakan suatu proses
dimana kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelviks dengan
menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelviks melalui
proses Sinklitismus/ bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan
bidang pintu atas panggul, Asinklitimus / arah sumbu kepala janin miring
dengan bidang pintu atas panggul, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi total/
pengeluaran total, namun pada beberapa kasus proses ini tidak
berlangsung dengan sempurna karena adanya kelainan letak dan
presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung lama
akibat ukuran dan posisi ukuran kepala janin. Selain presentasi
belakang yang tidak sesuai dengan ukuran panggul (Wiknjosastro,
2010).

2.1.9 Bahaya dan Kelainan dalam Persalinan


Bahaya dan kelainan dalam proses persalinan dibagi dua yaitu pada
persalinan kala I dan II, dan persalinan kala III dan IV. Kelainan pada
Kala I dan II terdiri dari:
a. Kelainan Presentasi Dan Posisi
1) Resentasi Puncak Kepala adalah apabila derajat defleksnya ringan,
sehingga UUB merupakan bagian terendah. U,mumnya bersifat
sementara kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Mekanismen persalinan sama dengan Posisi Oksipitalis Posterior
Persisten (POPP), perbedaanya: pada persentasi puncak kepala
tidak terjadi fleksi keala yang maksimal, sedangkan puncak kepala
yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia fronto-oksipitalis
dengan titik perputaran yang berada dibawah simfisis adalah
glabela.
2) Presentasi Muka
Adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal,
sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan
bagian terendah menghadap kebawah.
3) Posisi Oksiput Posterior Persisten
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui
PAP dengan sutura sagitalis melintang/ miring, sehingga ubun- ubun
kecil dapat berada dikiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan
depan, kiri belakang/ kanan belakang. Dalam keadaan fleksi bagian
kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah oksiput.
b. Distosia Karena Kelainan His
1) Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/ tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disii
keukatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada
penderita dengan kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu
teregang, misalnya: akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada pederita
dengan keadaan emosi kurang baik. Inersiaini terdiri dari 2 macam
yaitu Inersia uteri primer, terjadi pada permulaan fase laten. Sejak
awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan is yang timbul
sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau
belum. Inersia uteri sekunder, terjadi pada fase aktif kala I atau
kala II. Permulaan his baik, kemudian pada permulaan selanjutnya
terdapat gangguan atau kelainan.
2) Inersia Uteri Hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai
melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian
atas, tengah dan bawah uterus sehingga tidak efisien untuk membuka
serviks dan mendorong bayi keluar.
3) His Yang Tidak Terkoordinasi
Sifat his yang berubah- ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi
antar kontraksi dan bagian – bagiannya. Pada bagian atas dapat
terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan
terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak
maju.
c. Distosia Karena Kelainan Alat Kandungan
1) Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalaah oedema
vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma,
peradangan, kondiloma kauminta dan fistula
2) Vagina
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah: Kelainan
vagina, Stenosis vagina congenital, Tumor vagina, Kista vagina
3) Uterus
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah
distosia servikalis. Karena disfungtional uterine action atau karena
parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi
pembukaan tidak terjadi sehingga merupakan lembaran kertas
dibawah kepala janin.
d. Distosia Karena Kelainan Janin
Kelainan janin ini dapat berupa bayi besar (lebih dari 4000gram),
hidrosefalus, anensefalus, janin kembar siam dan janin tidak memperoleh
oksigen yang cukup
e. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir.
Kelainan ini berupa kesempitan pintu atas panggul, kesempitan
bidang tengah pelvis dan kesempitan pintu bawah panggul.

2.2 Primigravida
Primigravida adalah keadaan di mana seorang wanita mengalami masa kehamilan
untuk pertama kalinya (Manuaba, 2010). Dengan kemungkinan risiko tinggi, sehingga
dibutuhkan perawatan antenatal, natal dan postnatal (Nargis et al., 2010).
Perbedaan mendasar kehamilan primigravida dengan multigravida yaitu pada
primigravida ostium uteri internum belum terbuka dan akan terbuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis kemudian ostium uteri internum baru akan
membuka. Sedangkan pada multigravida, ostium uteri internum dan ostium uteri
eksternum sudah sedikit terbuka (Prawirohardjo, 2009).
Pengawasan pada ibu hamil dengan usia di bawah 18 tahun perlu diperhatikan
karena pada saat itu sering terjadi risiko anemia, hipertensi menuju
preeklamsia/eklamsia, persalinan dengan berat bayi lahir rendah, kehamilan disertai
infeksi, penyulit proses persalinan yang diakhiri dengan tindakan operasi. Aspek sosial
yang sering menyertai ibu hamil dengan usia muda adalah kehamilan yang belum
diinginkan, kecanduan obat dan atau perokok, dan antenatal care yang kurang
diperhatikan. Dalam era modern, wanita karir dan berpendidikan banyak yang ingin
hidup mandiri mengejar karir sehingga kemungkinan akan terlambat menikah dan hamil
di atas usia 35 tahun (Manuaba, 2010).
Usia terbaik seorang wanita untuk hamil adalah 20 tahun hingga 35 tahun. Apabila
seorang wanita mengalami primigravida (masa kehamilan pertama kali) di bawah usia
20 tahun, maka disebut primigravida muda. Sedangkan apabila primigravida dialami
oleh wanita di atas usia 35 tahun, maka disebut primigravida tua. Bukti menunjukkan
bahwa patofisiologi primigravida dengan preeklamsia berbeda dari observasi pada
multigravida, yang menunjukkan bahwa risiko preeklamsia pada primigravida lima belas
kali lebih besar daripada multigravida.
Primigravida tua (older primigravida) adalah seorang wanita dimana mengalami
kehamilan pertama pada usia lebih dari 35 tahun. Baik primigravida muda maupun
primigravida tua memiliki Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), yaitu keadaan di mana jiwa ibu
dan janin yang dikandungnya dapat terancam, bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Namun pada primigravida muda memiliki risiko lebih rendah, karena dianggap
memiliki ketahanan tubuh lebih baik daripada primigravida tua (Manuaba, 2010). Hal
ini diperkuat oleh suatu penelitian yang membandingkan antara primigravida muda dan
primigravida tua.
Didapatkan pada kehamilan primigravida tua memiliki risiko komplikasi lebih berat,
seperti hipertensi kronis, superimposed hypertension, tingkat persalinan dengan operasi
caesar yang lebih tinggi, persalinan dengan bantuan bila dibandingkan primigravida
muda (Shehadeh, 2008). Juga ditemukan adanya kelainan pertumbuhan intrauterin
dan malformasi kongenital (Naqvi et al., 2011).
Dikemukakan juga oleh penelitian Al-Turki et al. (2012) dan Heija A (2012)
bahwa pada primigravida tua memiliki risiko komplikasi seperti Diabetes Melitus,
preeklamsia, plasenta previa dan besar kemungkinan menyebabkan persalinan
secara sectio caesarea bila dibandingkan dengan penyebab lain seperti umur
kehamilan lewat bulan dan berat lahir bayi.

2.3 Pijat
Pijat adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang dikenal manusia.
Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak
berabad-abad silam dari awal kehidupan manusia di dunia. Kedekatan ini mungkin
disebabkan oleh karena pijat berhubungan erat dengan proses kehamilan dan proses
kelahiran manusia (Roesli, 2010). Pijatan secara umum akan membantu
menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit. Secara fisiologis, pijatan
merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah dan kelenjer getah
bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif ke
dan dari jaringan tubuh anda dan plasenta.
Dengan mengendurkan ketegangan dan membantu menurunkan emosi pijat juga
merelaksasi dan menenangkan saraf, serta membantu menurunkan tekanan darah. Bila
kita sedang merasa tidak sehat, pijatan dapat meningkatkan kemampuan diri kita untuk
menyembuhkan diri sendiri dan cara ini dapat digunakan untuk melengkapi terapi alami
(Balaskas, 2009). Adapun manfaat pijat kaki dalam persalinan antara lain memberikan
kenyamanan, mengurangi rasa sakit, membantu relaksasi pada ibu saat proses
persalinan, memperbaiki sirkulasi darah, mengembalikan kemampuan berkontraksi, dan
meningkatkan kerja system organ, sehingga dapat mengeluarkan zat-zat beracun lebih
lancar baik melalui urine maupun keringat.
Pijat telah digunakan sejak berabad-abad lalu sebagai pengobatan medis tradisional
dari banyak Kebudayaan kuno seperti Cina, Mesir, Yunani , Hindu, Jepang dan Roma.
Terapi pijat modern dikembangkan oleh Henrik Ling , Swedia (1776- 1839) dalam latihan
dan gerakan-gerakan tertentu. Pijat kemudian diklasifikasikan sebagai terapi berbasis
sentuhan yang secara tradisional menggunakan berbagai teknik tekanan (stroke)
termasuk effleurage, petrissage dan remasan (kneading). Pijatan yang bermakna bagi
kesejahteraan atau kesembuhan pasien disebut juga dengan pijat terapeutik (Cavaye,
2012).
Pijat (massage) adalah memanipulasi jaringan tubuh lunak (otot, jaringan ikat,
pembuluh limfatik), baik secara manual atau dengan alat bantu seperti rol atau batu.
Berbagai jenis pijat dari Swedia yaitu "relaksasi" yang merupakan pijat untuk memiijat
jaringan yang mendalam "shiatsu". masing-masing dapat diterapkan ke berbagai bagian
tubuh, termasuk kaki, punggung, bahu, dan wajah. Di antara banyak tujuan pijat (fisik,
terapi, psikologis) memiliki potensi untuk meningkatkan tidur dengan mengurangi gairah
somatik dan atau gairah kognitif, mirip dengan metode relaksasi. Menurut (Pederson,
2012) dalam penelitian (Sindhe dan Anjum, 2014), terapi pijat (massage) menyediakan
beragam manfaat seperti perbaikan sirkulasi darah, pelepasan endorfin yang
mengurangi rasa sakit, cepat sembuh dari cedera atau penyakit kronis dan peningkatan
dalam tidur. Efek fisik utama terapi pijat adalah pelepasan ketegangan otot,
meningkatkan sirkulasi darah dan inisiasi respon relaksasi.
Pijat merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan
pada wanita hamil, saat menjelang hingga melahirkan. Menurut Danuatmaja & Meiliasari
(2004), ibu yang dipijat dua puluh menit setiap jam selama persalinan akan lebih
terbebas dari rasa sakit. Pijat secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks,
dan nyaman dalam persalinan serta dapat membuat ibu merasa lebih dekat dengan
orang yang merawatnya. Sentuhan seorang yang peduli dan ingin menolong merupakan
sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Pijatan pada leher, bahu, punggung,
kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa
nyaman saat kontraksi.

2.4 Ansietas, Nyeri, dan Hasil Persalinan Saat Persalinan


2.4.1 Ansietas
1. Definisi
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman
angst kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu
kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu efek negative. Menurut
Halminton (2008) ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan persaaan tidak pasti dan
tidak berdaya.Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik
yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal
(Videbeck, 2008).
Ansietas adalah persaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi, ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut
atau mungkin mempunyai firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi, tidak ada
objek yang dapat diidentifikasikan sebagai stimulus ansietas. Ansietas
merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu.
Pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian dari kecemasan
adalah keadaan seseorang yang mengalami perasaan terjepit, terancam,
gelisah serta kekhawatiran atau cemas yang bersifat subjektif dan adanya
aktifitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak
jelas dan spesifik (Videbeck, 2008).

2. Manifestasi Klinis
Menurut Hamilton (2008) ada beberapa tanda dan gejala cemas antara
lain:
a. Fisiologis
Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi nafas, diaforesis, suara bergetar/perubahan tanda nada,
palpitasi, gemetar, mual/muntah, sering berkemih, diare, ketakutan
insomnia, kelelahan dan kelemahan, gelisah, pingsan/pusing, rasa panas
dan dingin.
b. Emosional
Individu merasakan ketakutan, rasa tidak berdaya, gugup dan kehilangan
percaya diri, pada orang cemas individu merasakan ketegangan,
kehilangan kontrol dan tidak dapat rileks.
Antisipasi ketegangan individu memperlihatkan peka rangsang/tidak sabar,
cenderung menyalahkan orang lain, marah meledak, reaksi terkejut,
menangis, mengkritik diri sendiri dan kurang inisiatif mengutuk diri
sendiri.
c. Kognitif
Individu tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, memperlihatkan
kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, individu
berorientasi pada masa lalu daripada saat ini dan akan datang, individu
tampak perhatian yang berlebihan dan memblok pikiran.

3. Tingkatan Kecemasan
Menurut Videbeck (2008) membagi kecemasan menjadi empat tingkat antara
lain ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat dan ansietas panik yaitu :
a. Cemas ringan
Ansietas atau cemas ringan diperlukan seseorang untuk dapat
berespon secara efektif terhadap lingkungan dan kejadian, berhubungan
dengan ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan dan rileks atau
sedikit gelisah. Pada keadaan cemas ringan respon emosional sedikit
tidak sabar, aktifitas menyendiri, terstimulasi dan tenang. Seorang cemas
ringan dijumpai hal-hal sebagai berikut:
Lapangan persepsi luas, terlihat percaya diri dan tenang, waspada
dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangakn informasi,
Cenderung untuk tidur.
b. Cemas sedang
Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
suatu hal dan mengesampingkan yang lain, kepercayaan diri
goyah, ketegangan otot sedang sehingga seseorang mengalami tidak
perhatian secara selektif. Seseorang dengan kecemasan sedang biasanya
menunjukan keadaan seperti:
Lapang persepsi menurun, perubahan suara: bergetar, nada suara
tinggi, pupil dilatasi, mulai berkeringat, kewaspadaan dan
ketegangan meningkat, peningkatan tanda-tanda vital, respon yang
muncul adalah: Respon fisik sering berkemih, pola tidur berubah,
respon kognitif rentang perhatian menurun
Respon emosional: Mudah tersinggung, banyak pertimbangan.
c. Cemas berat
Kecemasan ini menyebabkan persepsi terkurangi sehingga
cenderung terjadi penurunan ketrampilan kognitif menurun secara
signifikan, individu yang mengalami ansietas berat sulit untuk berfikir dan
melakukan pertimbangan, pada ansietas berat individu memperlihatkan
kegelisahan, iritabilitas atau menggunakan cara psikomotor-emosional
yang sama lainnya untuk melepas ketegangan. Hal-hal yang sering
dijumpai pada seseorang dengan cemas berat adalah:
1) Lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah-pecah, ketika
diinstrusikan untuk melakukan sesuatu tidak dapat berkonsentrasi.
2) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
3) Hiperventilasi, takikardi, pengeluaran keringat meningkat
4) Berkomunikasi sulit dipahami, berteriak, gemetar
5) Kontak mata buruk, menaruk diri, kebutuhan ruang gerak
meningkat
d. Cemas panik
Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan dan teror,
individu akan mengalami panik dan tidak mampu mengontrol
persepsi walaupun dengan pengarahan, terjadi peningkatan aktifitas
motorik menurunkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
Panik merupakan disorganisasi kepribadian, pada keadaan panik
hormon stres dan neurotransmiter berkurang.
Hal-hal yang dapat dijumpai dengan keadaan cemas panik adalah:
1) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
2) Pikiran tidak logis hilang kemampuan mengingat, individu pada
keadaan panik tidak dapat melihat atau memahami situasi.
3) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi dan keadaan saat panik
individu tidak dapat tidur.
4) Pikiran tidak logis, terganggu dan tidak rasional

RENTANG RESPON

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Antisipas Ringan Sedang Berat Panik


Bagan 1. Rentang Respon Cemas menurut Videbeck (2008).
i

4. Kecemasan pada Ibu Bersalin


Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan yaitu
mengenai keadaan jalan lahir dan bayi akan dilahirkan. Hal ini tidak
dikemukakan berlebih karena akan dapat merugikan ibu hamil itu sendiri.
Banyak wanita takut akan nyeri persalinan atau kerusakan sebaab mereka
tidak mengetahui tentang anatomi dan proses persalinan. Perempuan
mengespresikan mengenai perilaku selama hamil sampai proses persalinan
dan bagaimana seseorang untuk menerima dirinya dan berperilaku (Bobak,
2010).
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan bagi seorang ibu.
Kebanyakan ibu mengalamin kecemasan, rasa tidak nyaman, rasa sakit
menjelang persalinan dan selama melahirkan serta ketakutan akan kerusakan
jalan lahir. Rasa takut dapat timbul karena kekhawatiran akan proses
melahirkan yang aman untuk dirinya dan bagi bayi yang dikandungnya (Bobak,
2010).
Perasaan tidak enak, takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan
dihadapi kerap melanda ibu, meliputi perasaan “apakah persalinan akan
berjalan normal, apakah bayinya normal atau tidak dan lain-lain” serta
ketidakpastian yang harus bercampur rasa sakit yang luar biasa. Reaksi
ibu saat bersalin bersifat sangat individual, tergantung dengan daya tahannya
terhadap rasa sakit dan mental. Ibu yang siap mental akan menjalani
persalinan dengan tenang (Simkin, 2012).
2.4.2 Nyeri
1. Definisi
Nyeri merupakan semua atau apapun yang dirasakan dan dikeluhkan
pasien. Nyeri merupakan pengalaman universal yang dirasakan oleh manusia.
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan bagi tubuh, mencegah terjadinya
kerusakan yang disebabkan oleh rangsangan nosiseptif. Nyeri dapat timbul
kapanpun seseorang mengatakan bahkan ketika tidak ada penyebab yang
spesifik dari nyeri yang dapat ditemukan. Praktisi kesehatan harus percaya
terhadap lukisan nyeri klien karena hal ini merupakan tanda subjektif yang hanya
dapat digambarkan oleh klien, meskipun tidak diketahui penyebabnya
(Sasmita, 2012).
Ada beberapa teori tentang nyeri yaitu sfecifycity theori, pattern theory, dan
gate control theori. Teori dasar yang banyak digunakan adalah gate control
theori pertama kali dikemukakan tahun 1965 oleh Ronal Dan Wall. Mereka
mengatakan bahwa ada “gating system” dalam susunan saraf pusat yang
membuka dan menutup pesan nyeri ke otak atau membloknya. Teori ini
menggambarkan mekanisme neuron akar dorsal dari spinal cord yang berperan
sebagai gerbang meningkatkan atau menurunkan aliran impuls saraf dari serat
perifer menuju sistem saraf pusat. Serebrum dan talamus disebut pusat kontrol
nyeri (Sari, 2010).
Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan servix
pada waktu membuka, iskemia pada korpus uteri, dan peregangan segmen
bawah rahim. Selama kala I kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi servik
dan iskemia uteri, implus nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan
asesoric thoracic bawah simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan
servic. Ketidaknyamanan dari perubahan servic dan iskemia uterus adalah nyeri
visceral yang berlokasi dibawah abdomen menyebar kearah lumbal belakang
dan paha bagian dalam. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan
hilang pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan
sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi servik, vagina dan
jaringan perineum (Bobak, 2010).
Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks pada prilaku fisik.
Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat di identifikasi seperti pada
sistem saraf simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan
darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap juga kadang-kadang juga
dapat dilihat perubahan sikap meliputi peningkatan kecemasan dengan
penurunan lapangan persepsi, menangis, mengerang, tangan menggepal dan
menggenggam serta otot mudah terangsang (Bobak, 2010)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri selama persalinan. Faktor tersebut
bisa fisiologis, sosial, atau fisiologis yang meliputi paritas (ukuran dan posisi
fetal), dapat juga karena prosedur medik, kecemasan, kelelahan, budaya, dan
mekanisme koping (Bobak, 2010). Paritas bisa mempengaruhi persepsi
terhadap nyeri persalinan karena primipara mempunyai proses persalinan lebih
lama dan lebih melelahkan dibandingkan dengan wanita multipara.
Hal ini disebabkan oleh serviks pada primipara memerlukan tenaga yang
lebih besar untuk meregangkanya, sehingga nyebabkan intensitas kontraksi
lebih besar selama kala I persalinan. Disamping itu primipara menunjukan
peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mentolerir rasa nyeri selama
persalinan, perasaannya lebih terfokus pada nyeri yang dirasakan sedangkan
pada multipara menunjukan kontraksi yang lebih intens dibandingkan dengan
primipara.
Prosedur medik seperti induksi dan augmentasi persalinan dapat
mempengaruhi respon terhadap nyeri selama persalinan. Penggunaan obat
untuk induksi menyebabkan kontraksi menjadi lebih kuat, lebih tidak nyaman
dari kontraksi yang timbul secara spontan. Prosedur lain berupa periksa dalam
pada posisi supine, penggunaan sabuk abdomen untuk memonior fetal,
pembatasan perubahan posisi klien atau berjalan dan penggunaan prosedur
edema dimana dapat menyebabkan kontraksi usus dan uterus (Bobak, 2010).
Kecemasan telah terbukti berpengaruh terhadap respon nyeri. Kecemasan
dapat meningkatkan nyeri selama persalinan karena meningkatnya spasme otot
yang berakibat yang berakibat pada iskemi dan vasokontriksi berupa gangguan
pada viseral dan pelepasan substansi produksi nyeri. Penemuan laboratorium
dan klinik selama 30 tahun terakhir telah dibuktikan bahwa takut dan kecemasan
yang paling tinggi telah dihubungkan dengan nilai nyeri yang paling tinggi dan
meningkatkan penggunaan analgesia.
Kelelahan karena terjadi perubahan pola tidur, kelelahan dapat merubah
dan memperbesar persepsi klien terhadap nyeri. Klien akan lebih tegang dan
cemas jika tidak diberikan pembelajaran terhadap metode penurunan nyeri.
Sehingga ibu kehilangan energi dan menurunkan kemampuannya untuk
menggunankan strategi yang dianjurkan untuk mentolerir nyeri.
Kebudayaan mempengaruhi bagaimana seseorang mengekspresikan nyeri.
Dalam agama tertentu, kesabaran adalah hal yang paling berharga dimata
Tuhan. Kadang-kadang nyeri dianggap sebagai peringatan atas kesalahan yang
telah dibuat sehingga orang tersebut pasrah dalam menghadapi nyeri.
Secara normal orang belajar mengatasi nyeri pada saat terjadinya nyeri, dan
menggunakan koping yang sama pada saat terjadi nyeri berikutnya.

3. Pengukuran Intensitas Nyeri


Nyeri tidak dapat diukur secara objectif misalnya dengan X-Ray atau tes
darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat di ramalkan berdasarkan
tanda dan gejala. Kadang-kadang bidan hanya bisa mengkaji nyeri dengan
berpatokan pada ucapan dan prilaku pasien. Pasien kadang-kadang
diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialami tersebut sebagai nyeri
ringan atau nyeri akut. Bagaimana pun makna dari istilah tersebut berbeda
pada setiap waktu (Potter & perry, 1993). Ada tiga cara mengkaji intensitas
nyeri yang biasa digunakan yaitu:
a. Gambaran sederhana skala intensitas nyeri:

b. Verbal Numerical Rating Scale (VNRS)

c. Visual analog Scale (VAS)

Intensitas nyeri mengacu pada kehebatan sensasi nyeri itu sendiri Untuk
menentukan derajat nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala
VNRS atau skala yang serupa lainya membantu menerangkan bagaimana
intensitas nyeri yang dirasakan.Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut
adalah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi nyeri untuk mengevaluasi
keefektifannya cara pengkajian nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala
intensitas nyeri yaitu 0 ; tidak nyeri, 1-3 ; nyeri ringan, 4-7 ; nyeri sedang,
8-10 ; nyeri berat (Sari, 2010).
Masa kala I pada primipara terjadi sekitar 13 jam sedangkan pada
multipara sekitar 7 jam. Kala I selesai apabila pembukaan servic telah
lengkap. Intensitas kontraksi uterus meningkat sampai akhir kala I dengan
frekuensi menjadi 2-4 kali kontraksi dalam 5-10 menit dengan his 20 detik
pada awal persalinan mencapai 60-90 detik pada akhir kala I (Sarwono, 2009).

4. Penatalaksanaan Nyeri
Pada umunya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan
farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi
nyeri dan cara nonfarmakologi atau tanpa obat-obatan. Cara farmakologi adalah
dengan pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus
intrafena, infus, pemberian uap melalui obat-obatan untuk membantu
meringankan nyeri (Ibrahim, 2008) disamping itu bisa juga mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit dengan memblokade saraf penghantar nyeri selama
persalinan (Finddley, 2010). Tindakan farmakologis masih menimbulkan
pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus
sawar plasenta sehingga dapat menimbulkan efek pada aktifitas rahim
(Thompson, 2009). Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat
secara langsung maupun tidak langsung antara lain efek langsung menurunkan
FHR yang bervariasi, dan yang tidak langsung seperti obat yang menyebabkan
hipotensi maternal dan menurunkan aliran darah ke plasenta sehingga
menimbulkan hipoksia dan asidosis pada bayi.
Metode penurunan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena
tidak membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan
jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun
efek obat. Banyak teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri selama kala I
persalinan. Teknik-teknik tersebut meliputi distraksi, relaksasi, teknik bernafas,
imajinasi, stimulasi kulit (pijat), terapi musik, dan kompres panas dan
dingin. Stimulasi kulit dalam hal ini bisa dilakukan selama proses persalinan
yang efektif mengurangi nyeri. Salah satu teknik yang umum adalah pemijatan
berupa pijat kaki.

2.4.3 Hasil Persalinan


1. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-
42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram. Asuhan bayi baru lahir
adalah asuhan pada bayi tersebut selama jampertama setelah kelahiran.
Bayi yang sehat dan normal mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
3) Lingkar badan 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x atau menit
kemudian menurun sampai 120-160 x atau menit.
6) Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x atau menit kemudian turun
sampai 40 x atau menit.
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
terbentuk dan diliputi verniks caeseosa (lemak pada kulit bayi).
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
9) Kuku agak panjang dan lemas.
10) Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora telah
menutupi labia minora (pada anak perempuan).
11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
12) Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk.
13) Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda di telapak
tangan maka akan menggenggam.
14) Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama
mekonium berwarna kecoklatan. (Saifuddin : 2008).
2. Skor APGAR
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek),
ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar pada tahun 1950. Dilakukan pada: 1 menit
kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai perubahan,
menit ke-5, dan menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai
yg rendah & perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi
morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan
kondisi neurologis

Prosedur penilaian APGAR


 Pastikan pencahayaan baik
 Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
Jumlahkan hasilnya
 Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
 Ulangi pada menit kelima
 Ulangi pada menit kesepuluh
 Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian
Setiap variabel dinilai: 0, 1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan
tindakan resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Judul
Judul jurnal pada makalah sharing journal ini adalah “The Effect of Foot
Reflexology on Anxiety, Pain, and Outcomes of the Labor in Primigravida Women /
Pengaruh Pijat Kaki (Foot Reflexology) terhadap Ansietas, Nyeri, dan Hasil Persalinan
pada Ibu Hamil Primigravida”.
3.2 Pengarang
Soheila Moghimi Hanjani, Zahra Mehdizadeh Tourzani, dan Mahnaz Shoghi
3.3 Tahun / Penerbit
2015/ Tehran University of Medical Sciences. Acta Med Iran 2015;53(8):507-511
3.4 Metode / Desain Penelitian
 Desain Penelitian: Desain studi intervensi
 Setting: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Alborz and Bahonar di Karaj, Iran.
 Data yang dikumpulkan diberi kode dan ditabulasikan menggunakan komputer. Dan
dianalisa menggunakan (SPSS) versi 13 dengan tingkat signifikan 0,05. Dalam
penelitian ini menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov (K-S test) Statistik inferensial
digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk membandingkan skor rata-
rata ansietas, intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi, durasi persalinan,
serta skor Apgar dalam 1 dan 5 menit pertama diantara kedua kelompok, maka
digunakan uji independen t-test. Dan untuk menganalisa perbandingan skor rata-rata
diantara 2 kelompok penelitian, maka digunakan uji t-test berpasangan. Sedangkan
untuk membandingkan frekuensi dari jenis persalinan digunakan uji chi-square test.
 Alat untuk pengumpulan data:
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 bagian yaitu:
a. Data Demografi: Umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan usia kehamilan
b. Proses persalinan: Durasi kala I, kala II dan kala III, jenis persalinan dan skor
Apgar dalam 1 dan 5 menit pertama kelahiran bayi.
c. Status Nyeri: Intensitas nyeri diukur dengan menggunakan McGill Questionnaire
for Pain Rating Index (PRI).
d. Status Kecemasan: Untuk mengukur kecemasan ibu hamil digunakan kuesioner
dari Spielberger State-Trait Anxiety Inventory dengan skor terendah 20
(kurangnya kecemasan) dan skor tertinggi 80 (jumlah kecemasan tertinggi).

3.5 Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 80 orang wanita dengan primigravida yang
datang ke Rumah Sakit Alborz and Bahonar di Karaj, Iran. Kriteria inklusi peserta
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ibu primigravida yang datang dengan fase persalinan aktif (pembukaan 3-4 cm)
dan dengan presentasi bagian bawah janin adalah kepala.
b. Ibu hamil tanpa adanya komplikasi medis atau obstetri dan tidak menggunakan
metode anastesi apapun serta pemberian induksi persalinan.
c. Ibu hamil yang tidak memiliki penyakit psikologis atau ansietas yang aktif
berdasarkan hasil kuesioner Spielberger State-Trait Anxiety Inventory.
Sedangkan kriteria ekslusi peserta penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ibu hamil yang tidak bersedia untuk berpartisipasi ataupun melanjutkan penelitian
b. Ibu hamil dengan riwayat keguguran
c. Timbulnya masalah pada ibu hamil saat penelitian (seperti prolaps tali pusat,
ablasio plasenta, dll.)
Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak dan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Jumlah partisipan yang
memiliki confidence interval 95% dan test power 90% adalah sebanyak 32 orang untuk
masing-masing kelompok. Dan untuk mengantisipasi adanya partisipan yang gugur
ditengah penelitian maka jumlah partisipan ditambah menjadi 40 orang di tiap
kelompok.
3.6 Prosedur Penelitian
1. Tahap Pertama:
Peneliti menjelaskan prosedur penelitian dan memberikan kuesioner Pain
Rating Index (PRI) untuk tiap kelompok. Di ruang persalinan, setiap partisipan
akan dipisahkan (jika memungkinkan) dan selama penelitian berlangsung,
hubungan emosi, verbal dan nonverbal serta dukungan sosial dibangun antara
peneliti dan ibu hamil. Sebelum dilakukan intervensi, dpeneliti menanyakan
informasi pribadi terkait dengan kehamilan dan intensitas nyeri pada pembukaan
3-4 cm (awal dari fase persalinan aktif) dengan kuesioner McGill Questionnaire
for Pain Rating Index (PRI) pada kedua kelompok. Kemudian klien diberikan
kuesioner Spielberger State-Trait Anxiety Inventory. Durasi kala I, II dan III
persalinan serta skor Apgar diukur pada 1 menit dan 5 menit pertama.
2. Tahap Intervensi:
Pada kelompok intervensi, setelah menggosokkan minyak bunga matahari ke
telapak kaki klien kemudian dilakukan pemijatan di seluruh telapak kaki (dengan
teknik relaksasi yang dapat melemaskan otot kaki agar siap untuk teknik refleksi
yang lebih spesifik). Selanjutnya dilakukan penekanan atau pijatan memutar pada
titik kelenjar pituitari ( kelenjar pituitari terletak di tengah jempol kaki), solar plexus,
dan uterus selama 40 menit (20 menit untuk tiap telapak kaki). Pada kelompok
kontrol, dilakukan perawatan rutin dan pemijatan pada area lain selain telapak
kaki.
Jika kita membagi telapak kaki menjadi 3 bagian, titik solar plexus berada
diantara garis atas dan sepertiga tengah telapak kaki (dimana kerutan kaki
muncul saat telapak kaki ditekuk) pada jari kedua dan ketiga. Kelenjar pituitari
berada di tengah ibu jari kaki sedangkan titik uterus berada pada cekungan di
antara pergelangan kaki dalam dan telapak kaki.
3. Tahap Evaluasi:
Segera setelah intervensi, dilakukan lagi pengukuran intensitas nyeri dan
diukur kembali pada 30 menit, 1 jam dan 2 jam setelah intervensi pada masing-
masing kelompok menggunakan McGill Questionnaire for Pain Rating Index (PRI).
3.7 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 80 orang ibu primigravida (40 orang di kelompok
intervensi dan 20 orang di kelompok kontrol). Usia rata-rata di kedua kelompok adalah
25.56 ±4.08 tahun dan tingkat pendidikan mayoritas partisipan adalah Diploma (45%)
dan mayoritas dari mereka adalah pegawai (41.25%). Tidak ada perbedaan yang
signifikan dari nilai mean skor ansietas pada kala I persalinan sebelum intervensi pada
kedua kelompok (P>0.05) tapi setelah dilakukan intervensi, nilai mean dari skor
ansietas pada kelompok intervensi secara signifikan mengalami penurunan
dibandingkan dengan grup kontrol.
Tidak ada perbedaan yang signifikan di antara nilai mean skor intensitas nyeri
sebelum dan segera setelah dilakukannya intervensi pada kedua kelompok (P>0.05),
tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai mean skor intensitas nyeri pada 30
menit, 1 jam dan 2 jam setelah intervensi di antara kedua kelompok.
Terdapat juga perbedaan yang signifikan antara nilai mean dari durasi persalinan
pada kedua kelompok. Untuk frekuensi dari jenis persalinan, 92.5 % pada kelompok
intervensi dan 80% pada kelompok kontrol melalu proses persalinan normal melalui
vagina. Perbedaan yang signifikan ditemukan pada kedua kelompok terkait frekuensi
pada jenis persalinan setelah dilakukan uji chi-square (p<0.001). Nilai mean skor Apgar
pada menit pertama di kelompok intervensi adalah 8.73±0.71, di kelompok kontrol
adalah 8.23±0.94, dan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok
oleh uji t-test (p<0.001). Sedangkan nilai mean dari skor Apgar pada 5 menit
selanjutnya adalah 9.6±0.49 pada kelompok intervensi dan 9.07±0.85 pada kelompok
kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok oleh uji
independen t-test (p<0.001).
3.8 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan menurun setelah menggunakan
metode pijat refleksi pada kelompok intervensi. Berdasarkan penelitian (Oleson, dan
Flocco et al) menunjukkan bahwa refleksiologi meningkatkan mood dan menurunkan
kecemasan. Refleksiologi membuat perubahan fisiologis secara sistematis dan lokal,
rileks otot, sirkulasi darah dalam tubuh dan kenyamanan serta pikiran menjadi
keseimbangan dan gejala stres berkurang, juga dapat mempengaruhi endorfin sebagai
hormon penghilang rasa sakit secara alami yang diproses oleh tubuh dan meningkatkan
suasana hati.
Penelitian ini, juga menunjukkan nyeri persalinan yang dilakukan dengan terapi
refleksologi dapat mengurangi intensitas nyeri ibu ibu hamil. Dolatian et al.,
mengungkapkan bahwa intensitas nyeri pada terapi refleksologi berkurang akibat
adanya dukungan dan terapi rutin yang konsisten dengan menyentuh atau memijat
dapat menekan impuls nyeri.
Stimulasi pijat kaki mengaktifkan sistem saraf parasimpatis dan mengaktifkan respon
dari mekanisme kontrol dan hiperstimulasi pada ujung saraf pada kaki dengan titik-titik
akupresur. Ketika dirangsang, titik-titik ini memicu pelepasan endorfin dan hormon
endogen lainnya. Hasil durasi terapi tidak ada perbedaan antara dua kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Namun, dalam kelompok intervensi kurang lebih empat kali
melakukan perawatan refleksiologi (60 menit) memiliki durasi yang lebih dari kelompok
kontrol.
Hasil mengenai APGAR menunjukkan bahwa rata-rata skor pada menit pertama dan
kelima setelah melakukan refleksi secara konsisten pada kelompok intervensi lebih
tinggi dari kelompok kontrol.

3.9 Kesimpulan
Terapi refleksiologi yang dilakukan dapat mengurangi kecemasan, intensitas nyeri
persalinan, meningkatkan kontraksi pervaginam serta skor APGAR. Terapi ini
menekankan stimulus atau rangsangan yang diberikan dengan menekan titik-titik pada
area kaki yang mana mempengaruhi kecemasan, nyeri, kontraksi dan APGAR dengan
bermaksud mengaktifkan saraf parasimpatis dan memicu hormon endorfin dan hormon
yang lain dengan intensitas durasi yang diberikan tidak hanya satu atau dua kali terapi
tetapi kurang lebih empat kali terapi yang mana setiap satu kali terapi membutuhkan
waktu 60 menit.
Oleh karena itu, mengingat tingginya proses persalinan pervaginam atau persalinan
normal dengan menerapkan refleksologi sebagai metode yang mudah, murah dan non-
invasif untuk mengurangi tingkat nyeri persalinan, kecemasan, nilai APGAR dan
kontraksi saat persalinan dapat dikurangi.

3.10 Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal


Jurnal menjelaskan dengan jelas mulai dari teknik pengambilan sampel,
komponen yang diteliti serta menjelaskan juga bagaimana prosedur penelitian dengan
jelas. Dalam jurnal juga dijelaskan metode pemijatan yang dilakukan, serta dipaparkan
juga hasil penelitian secara jelas. Kekurangan dalam jurnal ini tidak melampirkan
kuesioner dan form penilaian indeks terkait nyeri yang digunakan sehingga dapat
menimbulkan multi persepsi bagi para pembaca yang mengartikan dengan bahasa
yang berbeda.

3.11 Jurnal Pelengkap


No Penulis Tahun Judul Negara Isi / Hasil
1. Khoirunni’ 2016 Pengaruh terapi Indonesia Hasil penelitian menunjukkan
am pijat punggung bahwa ada pengaruh pijat
Ahmad, (back massage) punggung terhadap penurunan
Eko terhadap tingkat insomnia pada usia
Susilo, penurunan tingkat dewasa di Desa Sinomwidodo
Trimawati insomnia pada kecamatan Tambakromo
usia dewasa di Kabupaten Pati.
Massage dapat membuat
desa sinom
vasodilatasi pembuluh darah dan
widodo
getah bening serta meningkatkan
kecamatan
respon reflek baroreseptor yang
tambakromo
mempengaruhi penurunan
kabupaten pati
aktivitas sistem syaraf simpatis
dan meningkatkan aktivitas saraf
parasimpatis serta sebagai proses
memberi impuls aferen mencapai
pusat jantung. Akibat sirkulasi
darah lancar pada organ seperti
muskuloskeletal dan
kardiovaskuler, aliran dalam darah
meningkat, pembuangan sisa-sisa
metabolik semakin lancar
sehingga memicu hormone
endorphin yang berfungsi
memberikan rasa nyaman.
Kondisi rileks yang dirasakan
tersebut dikarenakan relaksasi
dapat memberikan pemijatan
halus pada berbagai kelenjar
pada tubuh, menurunkan produksi
kortisol dalam darah,
mengembalikan pengeluaran
hormon yang secukupnya
sehingga memberikan
keseimbangan emosi dan
ketegangan pikiran

2 Octa, 2015 Efektivitas Pijat Pekanbaru Hasil Penelitian:


dalam Hasil penelitian diperoleh bahwa
Miratu, - Indonesia
Mengurangi Nyeri
rata-rata skala nyeri persalinan
Novita pada Kala I
Persalinan sebelum pijat adalah 8,67,
The Effectiveness
sesudah pijat adalah 5,33.
of massage in
Reducing Pain in Sedangkan untuk metode
Phase I of
sebelum pemberian obat anti
childbirth
nyeri adalah 9,47 dan sesudah
pemberian obat adalah 3,07.
Pemberian pijat dan obat efektif
dalam mengurangi nyeri dengan p
value : 0,001. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah metode pijat
efektif dalam mengurangi nyeri
persalinan pada ibu bersalin fase
aktif kala I di BPS Ernita
Pekanbaru

Pijat merupakan salah satu teknik


aplikasi teori
gate-control, dengan
menggunakan teknik pijat atau
pemijatan yang dapat meredakan
nyeri dengan menghambat sinyal
nyeri, meningkatkan aliran darah
dan oksigenasi ke seluruh
jaringan. Ibu bersalin yang
mendapat pemijatan 20 menit
setiap jam selama persalinan
akan lebih terbebas dari rasa
sakit. Hal ini disebabkan karena
pemijatan merangsang tubuh
untuk melepaskan endorphin
yang berfungi sebagai pereda
rasa sakit dan menciptakan
perasaan nyaman. Pemijatan
secara lembut membantu ibu
untuk merasa lebih segar, rileks,
dan nyaman dalam persalinan
(Smith (2008) dalam Angraeni
(2012).

3.12 Penerapan Di Indonesia


Sebelumnya belum pernah ada penerapan penggunaan metode terapi pijat kaki
untuk mengurangi ansietas, nyeri, dan hasil persalinan pada ibu hamil primigravida.
Pada ibu hamil yang datang untuk persalinan dan dengan keluhan nyeri, kecemasan
dan hasil persalinan anak pertama sehingga untuk penatalaksanaan yang dianjurkan
saat itu berupa edukasi proses persalinan dan teknik tarik napas dalam di puskesmas.
Oleh karena itu, kami memberikan saran terkait pemberian terapi non farmakologi
yang dapat diberikan untuk mengurangi ansietas, nyeri, dan hasil persalinan pada ibu
hamil primigravida dengan cara melakukan pijat kaki. Pijat adalah metode yang
bermanfaat untuk menghilangkan persepsi rasa sakit, tanpa efek samping dan metode
bebas biaya dibandingkan dengan metode farmakologis yang lainnya.
Pijat kaki terapeutik untuk ketidaknyamanan kehamilan adalah cara alami untuk
menghilangkan rasa sakit/nyeri, cemas, dan hasil persalinan pada ibu hamil
primigravida. Aman, tidak invasif, dan ekonomis dan bebas biaya. Membantu ibu tetap
dalam keadaan lebih rileks dan merespons rasa sakit yang tidak disengaja lebih
positif. Pijat juga bisa mengubah cara otak untuk merasakan nyeri. Pijat sangat efektif
meningkatkan sirkulasi dan melepaskan hormon ketika dirangsang dengan menekan
titik-titik pemicu pelepasan endorfin dan hormon endogen lainnya yang mengurangi
rasa sakit di daerah yang terasa, serta kecemasan yang dialami.
Terapi pijat kaki ini dimana terapi yang dapat melemaskan jaringan otot,
mengurangi kontraksi dan kekakuan pada otot yang menyakitkan serta kecemasaan
dengan membuat menjadi lebih rileks. Pijat juga bisa mengurangi kompresi saraf saat
otot mengalami kontraksi, terkadang otot yang menekan bagian sekitarnya dapat rileks
kembali. Setelah dilakukan pemijatan dapat mempengaruhi fungsi saraf sehingga
dapat bekerja dengan baik, serta memperbaiki fungsi otot dan organ tubuh serta
menurunkan kecemasan dan hasil kelahiran.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti bahwa pemberian terapi pijat kaki ini
dapat menurunkan ansietas, nyeri dan membawa pengaruh baik pada hasil persalinan
khususnya skor APGAR pada ibu hamil saat persalinan dengan kehamilan pertama.
Pijat adalah manipulasi manual jaringan tubuh (otot, jaringan ikat, tendon, dan
ligamen) untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Relaksasi otot yang
dapat mengurangi stres yang dirasakan, sakit kepala dan nyeri dapat menurun.

4.2 Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan memberikan edukasi dan konseling pada ibu
hamil yang mengalami nyeri, ansietas saat persalinan sehingga dapat dilakukan
pemberian terapi non farmakologis seperti pijat kaki. Serta libatkan keluarga dalam
proses edukasi dan praktik pemberian terapi.
DAFTAR PUSTAKA

Bonica JJ, Loeser JD. History of pain concepts and therapies. In : Loeser JD, editor. The
rd
Management of Pain, 3 27. 2002

Bobak, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M. (2008), Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.
Jakarta: Puspa Swara

Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta

Gadysa, G. (2009). Persepsi Ibu Tentang Metode Masase. Diambil 30 Mei 2018, dari
http://luluvikar.wordpress

Hidayat, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses

Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Hidayat, A., dan Hidayat, M. (2008).


Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Mander, R. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC alloy Mary J, Kane John P. Agen
yang digunakan dalam hiperlipidemia. Dalam : Katzung Bertram. Farmakologi
dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika, 2002.h. 421-2

Mander, R, (2003). Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC MC. Kinney, et al. (2002).
Maternal child nursing. Philadelphia : WB. Saunders Co

Meiliasari, dan Danuatmadja. (2004). Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit, Jakrta:
Puspa Suara
Mochtar, R. (2007). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Patree, B., Walsh.v.l. (2008). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Potter, P. (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi


4, Volume 2. Jakarta : EGC

Potter, P. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan


Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Regina, N. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Ghalia Indonesia. Bogor

Notoadmodjo, s (2010). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Rineka cipta


Riyanto, (2011). Pengolahan dan Analisis data kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika
Simkin, P., Walley, J., dan Keppler, A. (2008).
Panduan Praktis Bagi Calon Ibu: Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer
Smeltzer C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Sugiyono (2011) Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
cetakan ke 12
Zulkarnain. (2003). Pengaruh Pemberian Ketorolac Untuk Mengurangi Nyeri Pada
Persalinan Kala I Fase Aktif ; Tesis. Bagian/SMF Obsgyn FK UGM RSUP Dr Sarjito.
Prosedur: Yogyakarta.
Lampiran
CONTOH KUESIONER TINGKAT KECEMASAN PADA IBU HAMIL
Petunjuk Pengisian: Berilah tanda checklist (V) pada kolom yang telah disediakan sesuai kondisi ibu :
Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
pernah
1 Saya merasa tidak bisa beristirahat dengan nyenyak
2 Saya merasa gugup dan cemas dengan kehamilan ini
3 Saya merasa gemetar dan mudah terkejut sejak tahu bahwa sedang
hamil
4 Saya merasa takut jika terjadi apa-apa pada kehamilan ini
5 Saya merasa sukar memulai tidur. Tidur tidak pulas dan kadang
terbangun dimalam hari semenjak hamil
6 Saya merasa bingung kenapa saya jadi takut jika terjadi sesuatu pada
kehamilan in, dan akhirnya harus lahir secara SC (operasi sesar),
sedangkan biaya SC tidak murah
7 Saya merasa sedih karena takut jika tidak bisa jadi ibu yang baik
nantinya
8 Saya merasa penglihatan menjadi kabur
9 Saya merasa tegang dan kaku pada otot
10 Saya merasa lemah dan perasaan seperti ditusuk-tusuk sejak hamil
11 Saya merasa nyeri pada otot
12 Saya merasa dada menjadi berdebar-debar sejak kehamilan ini
13 Saya merasa sesak
14 Saya merasa mual dan ingin muntah (kadang muntah)
15 Saya merasakan lemah seperti mau pingsan
16 Saya sering menarik napas panjang, jika memikirkan tentang biaya
persalinan
17 Saya sulit BAB
18 Saya merasa denyut nadi menjadi cepat
19 Saya merasa nyeri pada perut (lambung) sebelum/sesudah makan sejak
kehamilan ini
20 Saya merasakan nyeri pada dada
21 Saya merasa mulut kering
22 Saya jadi sering BAK
23 Saya merasa panas pada perut
24 Saya tidak bisa menahan BAK
25 Saya merasa muka kering
26 Saya merasa panas pada kulit
27 Saya merasa sakit/pusing pada kepala
28 Saya mudah berkeringat
29 Saya merasa kedutan pada otot
30 Saya merasa siap dan yakin pada kehamilan ini, karena kehamilan ini
merupakan anugerah bagi saya, calon bayi, juga keluarga saya.

Anda mungkin juga menyukai