TRANSFUSI DARAH
DISUSUN OLEH:
Telah disetujui,
Singkawang, 22 Desember 2018
Pembimbing referat, Disusun oleh :
Tranfusi darah merupakan salah satu bagian penting dalam pelyanan kesehatan
modern. Bila digunakan degan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien
dan meningkatkan derajat kesehatan. Indikasi tepat transfuse darah dan komponen
darah adalah untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan morbiditas da mortalitas
bermakna yang tidak dapat diatasi dengan cara lain.
Tranfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke
dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan. Tranfusi darah telah
mulai dicoba dilakukan sejak abad ke 15 dan hingga pertengahan abad ke 17, namun
berakhir dengan kegagalan, karena cara pemberiannya dan pada waktu itu dipakai
sebagai sumber donornya adalah darah hewan. Melalui berbagai percobaan dan
pengamatan kemudian disimpulkan bahwa manusia yang semestinya menjadi
sumber darah. Namun demikian pada masa ini, karena masih banyaknya kegagalan
yang berakibat kematian, tranfusi darah sempat dilarang dilakukan. Pada masa ini,
tranfusi darah telah dikerjakan langsung dari arteri ke dalam vena resipien.2,5
Pemikiran dasar pada tranfusi darah adalah cairan intravaskuler dapat diganti
atau disegarkan dalam cairan pengganti yang sesuai dari luar tubuh. Pada tahun
1901, Landsteiner menemukan golongan darah sistem ABO dan kemudian sistem
antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di tahun 1939. Kedua
sistem ini menjadi dasar penting bagi tranfusi darah modern. Meskipun kemudian
sistem berbagai sistem antigen lain seperti Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi sistem-
sistem tersebut kurang berpengaruh. Tata cara tranfusi darah semakin berkembang
dengan digunakannya antikoagulan pada tahun 1914 oleh Hustin (Belgia), Agote
(Argentina), dan Lewisohn (1915). Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem
pengorganisasian bank darah yang terus berkembang sampai kini.2,6
Tranfusi darah memang merupakan upaya untuk menyelamatkan kehidupan
dalam banyak hal, dalam bidang pediatri misalnya dalam perawatan neonates
prematur, anak dengan keganasan, anak dengan kelainan defisiensi atau kelainan
komponen darah, dan transplantasi organ. Namun tranfusi bukanlah tanpa resiko,
meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk memperlancar tindakan tranfusi,
namun efek samping reaksi tranfusi atau infeksi akibat tranfusi tetap mungkin
terjadi. Maka bila diingat dan dipahami mengenai keamanannya, indikasinya perlu
2,8
diperketat. Apabila memungkinkan, masih perlu dicari alternatif lain untuk
mengurangi pengguanaan tranfusi darah. Pemberian komponen-komponen darah
yang diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah
lengkap (whole blood). Prinsip ini lebih ditekankan lagi di bidang ilmu kesehatan
anak karena bayi maupun anak yang sedang tumbuh sebaiknya tidak diganggu
sistem imunologisnya dengan pemberian antigen-antigen yang tidak diperlukan.
Prinsip dukungan tranfusi darah bagi anak dan remaja serupa dengan orang dewasa,
tetapi neonates dan bayi mempunyai berbagai aspek khusus.2,7
Banyak hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan sehingga tranfusi dapat
dilaksanakan secara optiamal. Oleh karena itu, salah satu tugas besar dimasa yang
akan datang adalah meningkatkan pemahaman akan penggunaan tranfusi darah
sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan indikasi dan keamanannya dapat
ditingkatkan. 2,9
BAB II
PEMBAHASAN
4. Suspense trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang
dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3)
Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena
trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3
hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah
trombositnya kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada
trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC
dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi
portal juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
Macam macam sedian trombosit :
1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
2. Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan
20°±2°C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post
transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria,
menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6)
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet
Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan
kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor
Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.(3)
5. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah
(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin
pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki
jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3)
Macam sediaan plasma adalah:
1. Plasma cair
Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed
red cell.
2. Plasma kering (lyoplylized plasma)
Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
7. Cryopersipitate
Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor
pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk
menghentikan perdarahan karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita
hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui
tetesan infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini
tidak tahan pada suhu kamar. (2)
Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam,
alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg
fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
-Hemophilia A
-Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
-Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :
0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
2.5 Transfusi Eritrosit
Eritrosit adalah komponen darah yang paling sering ditransfusikan. Eritrosit
diberikan untuk meningkatkan kapasitas oksigen dan mempertahankan oksigenasi
jaringan.1 Transfusi sel darah merah merupakan komponen pilihan untuk
mengobati anemia dengan tujuan utama adalah memperbaiki oksigenisasi
jaringan.2Pada anemia akut, penurunan nilai Hb dibawah 6 g/dl atau kehilangan
darah dengan cepat >30% - 40% volume darah, maka umumnya pengobatan terbaik
adalah dengan transfusi sel darah merah(SDM).2,3Pada anemia kronik seperti
thalassemia atau anemia sel sabit, transfusi SDM dimaksudkan untuk mencegah
komplikasi akut maupun kronik. SDM juga diindikasikan pada anemia kronik yang
tidak responsive terhadap obat- obatan farmakologik.6.1
Transfusi SDM pra- bedah perlu dipertimbangkan pada pasien yang akan
menjalani pembedahan segera (darurat), bila kadar Hb < 6g/dL>Ada juga yang
menyebutkan, jika kadar Hb <10gr/dl,>3Transfusi tukar merupakan jenis transfusi
darah yang secara khusus dilakukan pada neonatus, dapat dilakukan dengan darah
lengkap segar, dapat pula dengan sel darah merah pekat(SDMP) / mampat(SDMM).
9.4
Indikasi transfusi trombosit pada anak dan bayi dapat dilihat pada tabel 3.4
berikut ini.
Anak-anak dan remaja
1. Trombosit <10x109/L dan perdarahan
2. Trombosit <10x109/L dan prosedur invasif
3. Trombosit <20x109/L dan kegagalan sumsum tulang dengan faktor
risiko perdarahan tambahan
4. Defek trombosit kumulatif dan perdarahan atau prosedur invasive
Bayi berusia < 4 bulan
1. Trombosit <100x109/L dan perdarahan
2. Trombosit <50x109/L dan prosedur invasif
3. Trombosit <20x109/L dan secara klinis stabil
4. Trombosit <100x109/L dan secara klinis tidak stabil
Transfusi trombosit harus diberikan kepada penderita dengan angka trombosit
<50x109/L, jika ada perdarahan atau direncanakan untuk mengalami prosedur
invasif. Penelitian pada penderita trombositopenia dengan gagal sumsum tulang
menunjukkan bahwa perdarahan spontan meningkat tajam jika trombosit turun
menjadi <20>9/L. Dengan alasan ini maka banyak dokter anak menganjurkan
transfusi trombosit profilaksis untuk mempertahankan trombosit >20 x109/L pada
anak dengan trombositopenia karena gagal sumsum tulang. Pemberian komponen
ini sebagai profilaksis pada pasien tanpa perdarahan terutama menjadi kontroversi
bidang onkologi pediatric. Angka tersebut juga menimbulkan kontroversi karena
banyak ahli memilih transfusi pada batas 5-10x109/L untuk penderita tanpa
komplikasi. Meskipun demikian, transfusi dengan komponen ini mutlak diperlukan
oleh pasien leukemia akut yang sedang menjalani kemoterapi, dan mengalami
trombositopenia berat (trombosit <>2 , dengan perkiraan setiap unit trombosit akan
dapat meningkatkan jumlah trombosit sebesar 10.000/m2. 1,2,3
2.7 Transfusi Plasma Segar Beku
Plasma segar beku adalah bagian cair dari darah lengkap yang dipisahkan
kemudian dibekukan dalam waktu 8 jam setelah pengambilan darah. Hingga
sekarang, komponen ini masih diberikan untuk defisiensi berbagai factor
pembekuan. (Bila ada/ tersedia, harus diberikan factor pembekuan yang spesifik
sesuai dengan defisiensinya).3,4
Plasma beku segar ditransfusikan untuk mengganti kekurangan protein
plasma yang secara klinis nyata, dan defisiensi faktor pembekuan II, V, VII, X dan
XI. Kebutuhan akan plasma beku segar bervariasi menurut faktor spesifik yang
akan diganti.3,6
Komponen ini dapat diberikan pada trauma dengan perdarahan hebat atau
renjatan (syok), penyakit hati berat, imunodefisiensi tanpa ketersediaan preparat
khusus, dan pada bayi dengan enteropati disertai kehilangan protein (protein losing
enteropathy). Meskipun demikian, penggunaan komponen ini sekarang semakin
berkurang. Dan bila diperlukan, maka dosisnya 20-40 ml/ kgBB/hari.
Indikasi lain transfusi plasma beku segar adalah sebagai cairan pengganti
selama penggantian plasma pada penderita dengan purpura trombotik
trombositopenik atau keadaan lain dimana plasma beku segar diharapkan
bermanfaat, misalnya tukar plasma pada penderita dengan perdarahan dan
koagulopati berat. Transfusi plasma beku segar tidak lagi dianjurkan untuk
penderita dengan hemofilia A atau B yang berat, karena sudah tersedia konsentrat
faktor VIII dan IX yang lebih aman. Plasma beku segar tidak dianjurkan untuk
koreksi hipovolemia atau sebagai terapi pengganti imunoglobulin karena ada
alternatif yang lebih aman, seperti larutan albumin atau imunoglobulin
intravena.1Pada neonatus, transfusi plasma beku segar memerlukan pertimbangan
khusus. Indikasi transfusi plasma beku segar untuk neonatus meliputi:
(1)Mengembalikan kadar eritrosit agar mirip darah lengkap untuk kepentingan
transfusi masif, misalnya pada transfusi tukar atau bedah jantung; (2)Perdarahan
akibat defisiensi vitamin K; (3)Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC) dengan
perdarahan; (4)Perdarahan pada defisiensi faktor koagulasi kongenital bila terapi
yang lebih spesifik tidak tersedia atau tidak memadai.6,8
Pedoman transfusi FFP pada anak, dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.
Bayi, anak dan remaja:
1. Defisiensi faktor pembekuan darah yang berat dan perdarahan
2. Defisiensi faktor pembekuan dan prosedur invasif
3. Pembalikan darurat efek warfarin
4. Koagulopati pengenceran dan perdarahan
5. Penggantian protein antikoagulan (antitrombin-III, Protein C, dll)
6. Cairan pengganti tukar plasma untuk purpura trombotik
trombositopenik
1. Strauss RG, Transfusi Darah dan Komponen Darah, dalam Nelson Ilmu
Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics), 1996, Jakarta, EGC,
volume 2, Edisi 15, halaman: 1727-1732
2. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi
Kedua, Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002
3. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam
Pendidikan Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education)
Pediatrics Updates, 2005, Jakarta, IDAI cabang Jakarta, halaman: 21-30
4. Sudarmanto B, Mudrik T, AG Sumantri, Transfusi Darah dan Transplantasi
dalam Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak, 2005, Jakarta, Balai
Penerbit IDAI, halaman: 217-225
5. Hoffbrand, A.V. Kapita selekta Hematologi; oleh A.V Hoffbrand dan J.E.
Pettit; alih bahasa, Iyan Darmawan. Ed.2.-Jakarta:EGC 1996.
6. Palang Merah Indonesia. Pelayanan Transfusi Darah, 2002
http://www.palangmerah.org/pelayanan transfusi.asp.
7. Sudoyo AW, Setiohadi B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
Keempat. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006
8. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency
Medicine, 2nd edition. Boston: Mc Graw Hill, halaman: 527-529
9. E. Shannon cooper,1992, Clinic in Laboratory Medicine, Volume 12,
Number 4, Philadelphia: WB Saunders Company, halaman: 655-665
10. Dr. Husein Alatas. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Jakarta,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
halaman: 473-480