Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN

a. Data lalu lintas


1. Kendaraan ringan 2 ton = 8537 Kendaraan/hari/dua lajur
2. Truk 2 as = 6768 Kendaraan/hari/dua lajur
LHR = 15305 Kendaraan/hari/dua lajur
persentase kendaraan berat (sesuai soal) = 503/15305 x 100%
= 3,28 %
b. Umur rencana
Umur rencana jalan selama 20 tahun.

c. Tahun pembukaan jalan


Jalan dibuka pada tahun 2018.

d. Pertumbuhan lalu lintas pada masa konstruksi


Pertumbuhan lalu lintas pada masa konstruksi sebesar 10% per tahun.
Data CBR diketahui adalah 6 %

Gambar 1. Korelasi antara nilai CBR dan DDT

CBR dikonversikan ke nilai Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dengan


menggunakan Gambar 1. Dari gambar, diketahui nilai DDT adalah 10.

A. Perhitungan Lintas Ekivalen Rencana (LER)


Untuk menghitung LER, terlebih dahulu harus diketahui Lintas Ekivalen pada
saat jalan dibuka (LEP), Lintas Ekivalen pada akhir umur rencana (LEA), dan
Lintas Ekivalen Tengah (LET).

a) Perhitungan LEP
Lintas Ekivalen Awal Umum (LEP) ditentukan dengan menggunakan rumus:

i=n
LEP = ΣAi x Ei x Ci x (1 + a)n
i=1

dimana:
Ai = jumlah kendaraan untuk 1 jenis kendaraan, dinyatakan dalam
kendaraan/hari/2 arah untuk jalan tanpa median dan
kendaraan/hari/1 arah untuk jalan dengan median.
Ei = angka ekivalen kendaraan untuk 1 jenis kendaraan
Ci = Koefisien distribusi kendaraan pada lajur rencana
a = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dari survey lalu lintas yang
dilakukan sampai saat jalan tersebut dibuka
n = jumlah tahun dari saat diadakan survey lalu lintas sampai jalan
tersebut dibuka (2012 s.d. 2018)

Ei diperoleh dengan rumus:


E = E Sb. Depan + E Sb. Belakang
= {(persentase beban as depan x beban, Kg)/8160}4 +
(persentase beban as belakang x beban,Kg)/8160}

Berikut harga E untuk masing-masing jenis kendaraan:


 Kendaraan ringan 2 ton
E = E Sb. Depan + E Sb. Belakang
= {0,5 (2000)/8160}4 + {0,5 (2000)/8160}4
= 0,000452

 Truk 2 as
E = E Sb. Depan + E Sb. Belakang
= {0,34 (8300)/8160}4 + 0,086{0,66 (8300)/8160}4
= 0,031772

Tabel 1. Koefisien distribusi ke lajur rencana


Jumlah Lajur Kendaraan ringan* Kendaraan berat**
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,00
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,50
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 lajur 0,30 0,45
5 lajur 0,25 0,425
6 lajur 0,20 0,4

* berat total < 5 ton, misalnya sedan, pick up


** berat total > 5 ton, misalnya bus, truk, traktor dan lain-lain.
Jumlah lajur digunakan untuk menentukan nilai C pada Tabel 1 Koefisien
distribusi ke lajur rencana. Dikarenakan jalan memiliki 2 lajur 2 arah, maka nilai C
adalah 0,5 baik untuk kendaraan ringan maupun kendaraan berat.

LEP masing-masing jenis kendaraan pada awal umur rencana:


1. Kendaraan ringan 2 ton = Ai x Ei x Ci x (1 + a)n
= 8573 x 0,000452 x 0,5 x (1 + 0,1)7 = 3,77
3. Truk 2 as = Ai x Ei x Ci x (1 + a)n
= 6768 x 0,031772 x 0,5 x (1 + 0,1)7 = 209,51
LEP = 213,29

b) Perhitungan LEA
LEA dihitung dengan menggunakan rumus:
LEA = LEP (1 + r)n
Dimana:
r = faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana
n = umur rencana jalan tersebut
n ditentukan pada soal
r diasumsikan 10 %

Sehingga :
LEA = LEP (1 + r) n
= 213,29 (1 + 0,17)20
= 1434,94
c) Perhitungan LET
LET = LEP + LEA
2
= ½ (213,29+1434,94)
= 824,11

d) Perhitungan LER
LER = LET x Fp
Dimana:
Fp = Faktor penyesuaian = UR/10 = 2
UR = Umur rencana
LER = LET x Fp
= 824,11 x 2
= 1648,23

B. Penentuan Indeks Tebal Perkerasan


a) Penentuan indeks permukaan awal (IPo)
Indeks Permukaan awal (Ipo) dengan mempergunakan tabel yang
ditentukan sesuai dengan jenis lapis permukaan yang akan dipergunakan.

Tabel 2. Indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo)


Jenis lapis permukaan IP0 Roughness (mm/km)
Laston ≥4 
3,9 - 3,5 >
Lasbutag 3,9 - 3,5 
3,4 - 3,0 >
HRA 3,9 - 3,5 
3,4 - 3,0 >
Burda 3,9 - 3,5 <
Burtu 3,4 - 3,0 <
Lapen 3,4 - 3,0 
2,9 - 2,5 >
Latasbum 2,9 - 2,5
Buras 2,9 - 2,5
Latasir 2,9 - 2,5
Jalan tanah  2,4
Jalan kerikil  2,4

Sesuai tabel 2, untuk perkerasan permukaan laston diperoleh IPo = 4.

b) Penentuan indeks permukaan akhir (IPt)


Indeks Permukaan akhir (IPt) di dapat dengan menggunakan tabel yang
ditentukan sesuai dengan LER dan klasifikasi jalan.

Tabel 3. Indeks Permukaan pada akhir umur rencana (IPt)

LER = Lintas Klasifikasi jalan


Ekivalen Rencana Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 - 1,5 1,5 1,5 - 2,0 -
10 - 100 1,5 1,5 - 2,0 2 -
100 - 1000 1,5 - 2,0 2 2,0 - 2,5 -
> 1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5

Sesuai dengan Tabel 3, dengan LER 1648,23(> 1000) diperoleh Ipt= 2.

c) Penentuan indeks tebal perkerasan (ITP)

ITP ditentukan dengan mempergunakan nomogram pada gambar 2. ITP


dapat diperoleh dari nomogram dengan menggunakan LER selama umur rencana.
Pada konstruksi bertahap, ITP dapat ditentukan berdasarkan konsep umur sisa. %.
Gambar 2 Nomogram untuk IPt = 2,0 dan IPo > 4
Dari Gambar 2 dengan IPo 4 dan IPt 2,0 didapat ITP = 5

C. Jenis Lapisan Perkerasan


Sesuai dengan soal, jenis lapisan perkerasan yang digunakan:
Permukaan = Laston
LPB = Batu Pecah Kelas B (CBR ≥ 60)

D. Perhitungan Tebal Perkerasan


ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3
Dimana:
- a1,a2,a3 adalah kekuatan relative dari Tabel 8.8 untuk lapis permukaan (a1),
lapis pondasi atas (a2), dan lapis pondasi bawah (a3).
- D1,D2,D3 adalah tebal masing-masing lapisan dalam cm untuk lapis
permukaan (D1), lapis pondasi atas (D2), dan lapis pondasi bawah (D3).
-
Tabel 4 . Koefisien Kekuatan Relatif
Dari Tabel didapat:
a1 ( lapis Permukaan) = 0,4
a2 ( lapis Pondasi Atas ) =0
a3 (lapis Pondasi Bawah) = 0,13

Tabel 5. Tebal Minimum Lapisan


Berdasarkan nilai ITP 5 maka besar nilai D mengacu pada Tabel dimana:
D1 minimum 10 cm
D2 minimum 0 cm
`

Sehingga dipilih:
D1 = 20 cm
D2 = 0 cm

ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3


5 = (0,4) 20 + 0+ (0,13) D3
5 = 8 + 0,13 D3
D3 = 23,07 24 cm

Dari hasil perhitungan diatas, didapat lapis pondasi bawah adalah 24 cm

Anda mungkin juga menyukai