LINGKUNGAN ATMOSFER
Lilik Slamet S.
Penetiti Bidang Aplikasi klimatologi Dan Lingkungan, LAPAN
RINGKASAN
Ketika gelombang air laut naik sampai mencapai ketinggian 10 meter yang menyertai tsunami
di provinsi Xangroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara, bersamaan dengan itu senyawa Dintetit
Sulphide (DMS) terlepas ke atmosfer. Senyawa DMS dilepaskan oteh phytoplankton secara alaird.
Senyawa DMS adalah termasuk golongan aerosol sulphat Peranan aerosol adalah sebagai inti
kondensasi dalam pembentukan awan dan hujan. Perubahan pada jumlah aerosol yang terlepas ke
atmosfer memungkinkan perubahan pada lingkungan atmosfer terutama variabilitas curah hujan.
14
laut sebagai penyumbang aerosol terbesar jika sulfat sebagai inti kondensasi yang terbawa ke
dibandingkan dcngan sumber aerosol yang lain. luar dari laut inenuju atmosfer.
Aerosol sulfat dari senyawa DMS yang Konsentrasi aerosol sulpat di atmosfer
dihasilkan phytoplankton dari hasil penelitian sangat dipengaruhi olch kegiatan di Bumi, baik
Giarlson el al. (1987) dinyatakan sebagai sumber alami maupun yang sengaja dilakukan oleh
alami aerosol sulpat yang mungkin berperanan manusia secara tidak langsung. Peristiwa alam
penting dalam regulasi iklim bumi. Partikel seperti Ietusan gunung api juga melepaskan
aerosol sulpat akan menghamburkan, memantul- aerosol sulpat ke atmosfer. Letusan gunung El
kan, mengubah, dan sedikit menyerap radlasi Chichon (1982) atau gunung Pinatubo (1991)
gelombang pcndek matahari. mengakibatkan efek pendinginan pada Bumi
Aerosol dengan ukuran jari-jari 0,2 um selama beberapa tahun karena banyaknya
sampai dengan 10 um dalam proses iklim aerosol sulpat yang terekspos ke atmosfer. Pada
berperan sebagai inti kondensasi (inti peng- kejadian fenomena el nino, suhu permukaan
embunan) dalam pembentukan butir air di laut (SST; Sea Surface Temperature) akan lebih
dalam awan. Tanpa adanya inti kondensasi di besar dari pada kondisi normal. Pada kondisi
atmosfer, butir air hujan akan sulit terbentuk di seperti ini senyawa DMS yang dihasilkan
dalam awan. phytoplankton semakin besar.
15
Carlson, R. J, Lovelock J. E, Andreae M. O, Rozari, M. B, 1991. Diktat KUmatologi Dasar,
Warren S. G, 1987. Oceanic Phytoplankton, Jurusan Geomet, FMIPA, IPB, Bogor.
Atttiospheric Sulphur, Cloud Albedo and Qimate,
Nature 326,655-661.
Jones, A. Robert D. L, Slingo, J. A, 1994. Climate
Model Study of indirect Radiative Forcing by
Anthropogenic Sulphate Aerosols, Nature,
370,450-453.
16