Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

RM DENGAN PARTUS
PREMATURUS IMMINENS (PPI) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
UNGARAN KOTA SEMARANG

Septiana Resti Pratiwi


Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Semarang
Korespondensi: septianaresti96@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Persalinan preterm merupakan penyebab utama mortalitas


neonatus dan berhubungan dengan morbiditas neonatus baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 1 dari 10 bayi
lahir secara prematur. Kelahiran prematur dapat menyebabkan komplikasi yang
serius termasuk kematian. Deteksi PPI penting untuk mencegah kelahiran
prematur.
Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Partus
Prematurus Imminens (PPI) meliputi pengkajian (analisa), membuat diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Metode: Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan studi kasus pada
Pasien Partus Prematurus Imminens (PPI).
Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 pada pasien dengan
Partus Prematurus Imminens (PPI) diperoleh masalah keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri dengan tindakan pemberian nifedipine sebagai tokolitik, pemberian
kortikostreroid yaitu dexamethasone dan manajemen nyeri adalah masalah teratasi
dan intervensi dihentikan.
Kesimpulan: Kerjasama antar tim kesehatan dan pasien/keluarga sangat
diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi
terapeutik akan membantu dalam intervensi, implementasi yang akan diberikan.
Pasien nyaman dengan tindakan yang diberikan karena dapat mengurangi
ketidaknyamanan yang dirasakan.

Kata kunci : Partus Prematurus Imminens (PPI), gangguan rasa nyaman nyeri,
nifedipine, dexamethasone, manajemen nyeri

ii
NURSING CARE IN NY.RM WITH PARTUS PREMATURUS IMMINENS
(PPI) IN FLAMBOYAN ROOM UNGARAN HOSPITAL SEMARANG
CITY

Septiana Resti Pratiwi

Applied Nursing and Professional Nursing Undergraduate Study Program Health


Polytechnic Ministry of Health Semarang

Correspondence: septianaresti96@gmail.com

ABSTRACT

Background: Preterm labor is a major cause of neonatal mortality and is


associated with both short-term and long-term neonatal morbidity. Every day, an
estimated 1 in 10 babies are born prematurely. Premature birth can cause serious
complications including death. PPI detection is important for preventing preterm
birth.
Purpose: To determine nursing care in patients with Prematurus Imminens (PPI)
based on assessment (analysis), making nursing diagnoses, interventions,
implementation and evaluation of nursing.
Method: The method used is to use a case study on Prematurus Imminens Patients
(PPI).
Results: After doing nursing care for 3x24 in patients with Prematurus Imminens
(PPI), it was obtained that nursing problems with discomfort of pain with the
administration of nifedipine as a tocolytic, corticostreroid administration namely
dexamethasone and pain management were resolved and interventions stopped.
Conclusion: Collaboration between the health team and the patient / family is
very necessary to achieve nursing care in patients, therapeutic communication will
assist in the intervention, implementation will be provided. Patients comfortable
with the action given can reduce the discomfort felt.

Keywords: Partus Prematurus Imminens (PPI), discomfort of pain, nifedipine,


dexamethasone, pain management

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

ABSTRAK INDONESIA ....................................................................... ii

ABSTRAK INGGRIS ........................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Web of Caution............................................................................. 2

BAB 2 LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian .................................................................................... 3
B. Analisa Data ............................................................................... 11
C. Rencana Keperawatan ................................................................ 12
D. Implementasi .............................................................................. 13
E. Catatan Perkembangan ............................................................... 18

BAB 3 PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus ............................................................................. 19


B. Analisa Intervensi Keperawatan ................................................ 19

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 24
B. Saran ........................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. WoC Partus Prematurus Imminens (PPI)

v
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran
prematur merupakan adanya kontraksi uterus disertai dengan perubahan
serviks berupa dilatasi dan effacement sebelum 37 minggu usia kehamilan
serta dapat menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran prematur
merupakan masalah dengan prevalensi yang tinggi di dunia dan
merupakan tantangan bagi dokter khususnya dokter kandungan untuk
mengetahui penyebab dan pencegahan kelahiran prematur. Masalah utama
kelahiran prematur adalah kurangnya keberhasilan dalam manajemennya
(Widiana, Putra, Budiana, & Manuaba, 2019).
Menurut WHO, setiap tahunnya diperkirakan 15 juta bayi lahir
prematur dan kurang lebih 1 dari 10 bayi mengalami kelahiran prematur.
Bayi prematur terutama bayi yang memiliki berat badan lahir rendah
memiliki risiko kematian yang tinggi. Mortalitas pada bayi prematur dapat
disebabkan oleh neonatal sepsis dan ketidakmatangan sistem organ seperti
pernapasan dan pencernaan. Biaya perawatan di NICU (Neonatal Intensive
Care Unit) yang relatif mahal juga perlu dipertimbangkan. Di Indonesia
pada tahun 2012 angka kelahiran kurang bulan atau kelahiran prematur
19% dari seluruh persalinan yaitu 675.700. Indonesia merupakan negara
ke-5 terbesar kasus kelahiran prematur di dunia (Herlina, Desmiwarti, &
Edison, 2016).
Persalinan preterm berhubungan dengan banyak faktor maternal
namun etiologinya belum dapat dipastikan. Infeksi intrauterin memegang
peranan yang penting. Banyak usaha untuk mencegah persalinan preterm
telah dilakukan namun belum ada yang terbukti efektif. Kebanyakan
intervensi dilakukan ketika tanda persalinan telah muncul. Karena itu,
intervensi lebih ditujukan untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas neonatus (Serudji, Effendy, & Bachtiar, 2016).
Upaya untuk menunda terjadinya preterm persalinan diperlukan,
salah satunya adalah penggunaan tokolitik. Obat yang dapat digunakan
sebagai tokolitik adalah nifedipine. Nifedipine adalah salah satu obat

1
dihydropyridine kelas CCB yang telah banyak digunakan dalam
manajemen gangguan vaskular pada individu tidak hamil. Nifedipine telah
berevolusi dalam penggunaannya, tidak hanya sebagai tetapi antihipertensi
juga telah digunakan sebagai salah satu obat tokolitik karena efeknya pada
kelancaran otot rahim sehingga bisa digunakan untuk pencegahan
kelahiran prematur. Penggunaannya untuk tujuan ini telah dilakukan
selama 30 tahun terakhir dan beberapa penelitian telah dilakukan
dilakukan pada wanita dengan tekanan darah normal (Yamasato et al
2015).
Selain itu pemberian kortikosteroid salah satunya dexamethasone
penting dalam proses pematangan paru-paru bayi. Menurut penelitian Ayu
& Sari (2017) Kortikosteroid yang diberikan pada ibu dengan risiko
persalinan preterm secara signifikan menurunkan insiden respiratory
distress syndrome (RDS) pada bayi baru lahir, utamanya jika persalinan
terjadi dalam waktu 24 jam hingga 7 hari setelah pemberian
kortikosteroid.
Pencegahan komplikasi kelahiran prematur memerlukan
penanganan yang tepat. Salah satunya dengan cara menangani ancaman
kelahiran prematur atau partus prematurus imminens (PPI) dengan tepat.
Untuk dapat menangani PPI, diperlukan pengetahuan dan pemahaman
mengenai kasus ini, khususnya mengenai karakteristik PPI. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk mengelola pasien dengan Partus Prematurus
Imminens (PPI) dalam sebuah laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Ny.RM dengan Partus Prematurus Imminens (PPI) di
ruang Flamboyan RSUD Ungaran”.

B. Web of Causation (WOC)


(Terlampir)

2
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL

Nama Mahasiswa: Septiana Resti P Tgl Pengkajian/Jam : 3-09-2019/


08:00

NIM : P1337420919003 Ruang/RS: Flamboyan/RSUD Ungaran

I. Biodata
A. Data Umum Klien
Initial Klien : Ny. RM
Usia : 31 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : Diploma 3
Alamat : Jl. Gatot Subroto 102 RT 05/ 05 Bandarjo Ungaran
Barat Kab. Semarang
B. Biodata Penanggungjawab
Nama : Hidayat Jawas
Umur : 40 tahun
Alamat : Jl. Gatot Subroto 102 RT 05/ 05 Bandarjo Ungaran
Barat Kab. Semarang
Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien: Suami
II. Riwayat Keperawatan
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan perut terasa kencang-kencang sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit
B. Riwayat Menstruasi
1) Haid pertama : Umur 13 tahun

3
2) Teratur/ Tidak teratur : Teratur
3) Siklus : 21 hari
4) Lamanya : 7 hari
5) Banyaknya : 2 kali ganti pembalut
6) Sifat Darah : Menggumpal
7) Dismenorhea :-
C. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat KB
Jenis KB yang digunakan sebelum hamil : Pada tahun 2012
menggunakan KB suntik. Kemudian pada tahun 2017 menggunakan
KB IUD
Masalah yang terjadi : Pasien mengatakan selama menggunakan KB
suntik siklus haid tidak lancar kemudian beralih menggunakan IUD.
Saat menggunakan IUD pasien tidak mengalami masalah dan nafsu
makan meningkat.
D. Riwayat Obstetri
1) Status Obstetri : G3 P2 A0 Hamil 35 minggu
2) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu :

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Bayi


Umur Penyulit Tahun Penolong Jenis nifas
kehamilan persalinan
1 Aterm Placenta 2012 Dokter SC - Perempuan,
Previa 3500 gr,
Hidup
2 Aterm KPD 2017 Dokter SC - Laki-laki, 2700
gr, Meninggal
(Infeksi paru-
paru)

3) Riwayat kehamilan saat ini :


- HPHT : 28 Desember 2018 Taksiran partus : 5 Oktober 2019
- BB Sebelum Hamil: 60 Kg TD sebelum hamil : 120/80 mmHg

4
E. Riwayat perawatan yang lalu :
Pasien mengatakan memiliki 2 kali riwayat operasi sectio caesar. Operasi
pertama tahun 2012 dengan indikasi placenta previa. Sedangkan operasi
kedua pada tahun 2017 dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD). Pada
saat kehamilan di tahun 2017 diusia kehamilan ke 6 bulan, pasien pernah
dirawat di RS dengan keluhan lemas dan tidak bisa berjalan akibat
kekurangan kalium. Pasien di rawat selama 1 minggu. Pasien juga
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM.
F. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan penyakit kongenital
G. Pola Kesehatan
1) Pola Nutrisi dan Cairan :
a. Sebelum dirawat
Sebelum sakit pola makan klien teratur 3x/hari habis berupa
nasi, sayur dan lauk pauk. Namun, klien mengatakan jarang
mengonsumsi buah dan sayuran hijau karena tidak terlalu suka
sayur dan buah. Pasien menghabiskan 1 porsi makan. Pasien
minum air putih sebanyak adalah 5 gelas/hari dan dilengkapi
dengan susu untuk ibu hamil. Berat badan klien sebelum hamil
adalah 60 kg dan setelah hamil 65 kg.
b. Saat dirawat
Selama dirawat klien makan 3x sehari sesuai porsi yang
diberikan dari rumah sakit dan menghabiskan porsi yang
diberikan.
2) Pola Eliminasi
a. BAB : 1 kali/hari
Konsistensi: Lunak
Warna : Cokelat
b. BAK : 5-6 kali/ hari
Jumlah : ± 1.500 cc/hari
Warna : Kuning
Bau : Khas amonia

5
3) Pola Aktivitas dan Latihan :
a. Sebelum di rawat
Sebelum dirawat pasien mengatakan selalu beraktivitas seperti
biasa yaitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci,
menyapu, dan memasak. Untuk pekerjaan yang berat pasien
dibantu oleh suami dan keluarganya mengingat kondisi
kehamilannya.
b. Selama di rawat
Pasien mengatakan bahwa pada saat dirawat seperti saat ini pasien
tidak mampu melakukan kegiatan yang biasa ia kerjakan sebelum
dirawat. Yang dilakukan pasien yaitu makan dan minum di tempat
tidur dan meningkatkan istirahat.

4) Pola Istirahat dan Kenyamanan


a. Sebelum dirawat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya
yaitu 6-8 jam/hari. Pasien memiliki kebiasaan tidur siang terutama
setelah hamil dan tidak mengonsumsi obat tidur.
b. Saat dirawat
Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan istirahatnya. Pasien
dapat tidur 9 jam/hari dengan jam tidak menentu.
5) Pola hidup yang mempengaruhi kehamilan
Pasien mengatakan sejak hamil tidak mampu beraktivitas terlalu
berat karena mudah merasa lelah. Pada kehamilan sekarang pasien
mengalami mual dan muntah di usia kandungan 4 bulan hingga 6
bulan.
H. Riwayat Psikososial
1) Penerimaan terhadap kehamilan : Pasien mengatakan menerima
kehamilan nya saat ini. Kehamilannya merupakan kehamilan yang
direncanakan bersama suaminya.

6
2) Rencana perawatan bayi : Pasien mengatakan akan merawat
bayinya sendiri.
3) Kesanggupan dan pengetahuan tentang perawatan kehamilan dan
persalinan :
- Senam hamil : Pasien mengatakan jarang melakukan
senam hamil karena pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan.
Namun pasien mengerti bahwa senam hamil baik untuk proses
melahirkan nantinya.
- Nutrisi ibu hamil : Pasien mengatakan mengerti bahwa ibu
hamil memerlukan nutrisi yang baik demi pertumbuhan janin.
Pasien rutin mengkonsumsi susu khusus ibu hamil.
- Menyusui : Pasien mengatakan mengerti tentang cara
menyusui dan fungsi Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
- Manajemen nyeri persalinan : Pasien mengatakan sanggup dan
mengerti cara melakukan manajemen nyeri persalinan
nonfarmakologis yaitu teknik bernafas yang efektif.
- Tanda-tanda dan proses persalinan : Pasien mengatakan
mengerti tanda-tanda proses persalinan. Pasien mampu
menyebutkan tanda-tanda persalinan seperti merasakan nyeri
punggung, sakit perut atau kram, keluar lendir kental
bercampur darah dari vagina, air ketuban pecah dsb.
I. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis E: 4 , V: 5, M: 6
3. BB : 65 kg
4. TB : 155 cm
5. Nadi : 110 x/menit
6. Pernafasan : 20 x/menit
7. TD : 130/80 mmHg
8. Suhu : 36,5˚C

7
2) Kepala
- Inspeksi : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak ada benjolan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
3) Dada
- Inspeksi : Dada simetris, bentuk datar, kosta tidak menonjol,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan
- Palpasi : Tactile fremitus bergetar sama kuat pada dada kanan
dan dada kiri.
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Terdengar suara vesikuler pada kedua lapang paru,
tidak ada suara nafas tambahan
4) Perut
- Leopold I : TFU 3 jari dibawah prosesus xipoideus, bagian
fundus teraba bagian janin yang lunak, bulat, tidak melenting
presentasi bokong.
- Leopold II : Bagian kanan perut teraba bagian janin yang lurus
dan datar seperti papan presentasi punggung. Bagian kiri perut
teraba bagian kecil-kecil janin presentasi ekstremitas.
- Leopold III : Bagian bawah ibu teraba bagian janin keras, bulat
dan melenting presentasi kepala.
- Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk pintu panggul
(konvergen).
5) Perineum dan Genitalia : Vagina kebiruan, tidak ada varises, tidak
ada bekas luka, tidak ada odema dan benjolan, bersih, dan tidak ada
hemoroid.
6) Ektremitas
a. Atas
Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm, tidak ada edema, turgor
baik, akral hangat, tidak terdapat sianosis, Kekuatan otot tangan
kanan dan kiri 5.

8
b. Bawah
Simetris, tidak ada edema, turgor baik, akral hangat, tidak terdapat
sianosis. Kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5.
7) Kulit :

J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaaan laboratorium :
Hari : Senin Tanggal : 02 September 2019

NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin 7.9 g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit 12.61 10^3/uL 3.6 – 11
Trombosit 360 10^3/dL 150 – 440
Hematokrit 24.7 % 35 – 47
Eritrosit 3.66 10^6/uL 3.8 – 5.2
MCV 67.5 fL 80 – 100
MCH 21.6 pg 26 – 34
MCHV 32.0 g/L 32 – 36

Hitung Jenis (diff)


Eosinofil 0.5 % 0–3
Basofil 0.2 % 0–1
Neutrofil 85.9 % 28-78
Limfosit 10.4 % 25 – 40
Monosit 3.0 % 2–8

HbSAg Negatif Negatif

Hasil : Pada pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin Ny.RM 7.9 g/dL nilai ini
beradadibawah nilai normal Hb yaitu 11.7-15.5 g/dL. Hb rendah adalah keluhan

9
yang paling sering didengar atau yang sering juga disebut anemia yang
disebabkan oleh kurangnya Hemoglobin (Hb) pada sel darah merah. Semua
wanita hamil beresiko mengalami anemia karena mereka membutuhkan lebih
banyak zat besi dan asam folat daripada ketika tidak hamil. Penurunan kadar Hb
yang berlanjut menjadi anemia dikaitkan dengan sejumlah keadaan seperti
peningkatan resiko kematian ibu hamil, kelahiran prematur dan bayi lahir dengan
berat badan rendah. Penyebab rendahnya kadar Hb pada Ny.RM adalah karena
kurangnya asupan nutrisi yang bergizi dan mengandung asam folat serta zat besi.
Untuk mengatasinya ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi beragam makanan
yang sehat terutama yang erat kaitannya dengan kadar zat besi, asam folat, dan
vitamin B12 yang bisa diperoleh dari sayuran hijau dan berbagai jenis buah
seperti alpukat, melon, dan kiwi.
Selain Hb terjadi peningkatan lekosit pada Ny.RM yaitu 12.61 10^3/uL.

K. Obat-obat yang dikonsumsi saat ini :


Hari
NO Terapi Indikasi
Tanggal
1. 02/09/2019 Infus :
- RL (20 tpm) - Untuk resusitasi cairan
dan terapi cairan
rumatan, misalnya pada
pasien syok, luka bakar
atau gangguan
keseimbangan elektrolit.
Injeksi :
- Dexamethasone (6 mg/2 - Dexamethasone adalah
jam) hormon kortikosteroid.
Diberikan pada ibu

10
hamil yang memiliki
resiko melahirkan
secara prematur.
Pemberian obat ini
bertujuan untuk
mematangkan organ
paru-paru janin.
- Nifedipine (3x10 mg) - Obat yang dapat
digunakan sebagai
tokolitik adalah
nifedipine. Tokolitik
merupakan agen
farmakologis dan terapi
yang digunakan dalam
mencegah kelahiran
prematur dan
menghambat kontraksi
uterus.
ANALISA DATA

1. Analisa Data

No Tanggal/jam Data fokus Etiologi Masalah


keperawatan
1. 02/09/2019 Data Subjektif : Kontraksi rahim Nyeri Akut
08.00 WIB Pasien mengatakan :
- Nyeri pada perut
- Perut terasa kencang-
kencang
- Tidak nyaman dengan
keadaannya sekarang
- Pada pengkajian nyeri, klien
mengatakan :

11
P : nyeri muncul/ bertambah
saat pasien bergerak
Q : terasa kencang-kencang
R : nyeri terasa di perut
S : skala nyeri yang
dirasakan 3
T: nyeri hilang timbul
Data Objektif :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak kesulitan
bergerak
- Skala nyeri 3
- TD : 130/100
- N : 110 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36,5˚C

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi rahim

RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Rencana Perawatan


Keperawatan Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention
Classification (NIC)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan keperawatan selama 2x24 komprehensif yang meliputi
dengan jam diharapkan nyeri lokasi, karakteristik,
kontraksi hilang/ berkurang dengan onset/durasi, frekuensi, kualitas,
rahim kriteria hasil: intensitas atau beratnya nyeri
- Mengenali kapan nyeri dan faktor pencetus.
terjadi - Observasi adanya petunjuk
- Menggambarkan faktor nonverbal mengenai

12
penyebab ketidaknyamanan
- Menggunakan tindakan - Kendalikan faktor lingkungan
pengurangan nyeri tanpa yang dapat mempengaruhi
analgesik respon pasien terhadap
- Melaporkan nyeri ketidaknyamanan
terkontrol - Ajarkan penggunaan teknik non
- Menyatakan rasa nyaman farmakologi : Teknik nafas
setelah nyeri berkurang dalam
- TTV dalam batas normal - Dukung istirahat/tidur yang
(TD : 90/60-120/80 adekuat untuk membantu
mmHg, nadi : 60-100 penurunan nyeri
x/menit, RR : 16-20x - Kolaborasi pemberian
menit, suhu : 36,1-37,2oC) dexamethason dan nifedipine

13
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Ttd
Hari, Tgl Jam Implementasi Respon
Keperawatan
Selasa, 3 08.30 Nyeri akut b.d - Melakukan pengkajian nyeri DS :
September kontraksi rahim komprehensif yang meliputi Klien mengatakan :
2019 lokasi, karakteristik, P : nyeri muncul/ bertambah saat pasien
onset/durasi, frekuensi, bergerak
kualitas, intensitas atau Q : terasa kencang-kencang
beratnya nyeri dan faktor R : nyeri terasa di perut
pencetus. S : skala nyeri yang dirasakan 3
T: nyeri hilang timbul

DO :
- Pasien tampak meringis
- TD : 130/100
- N : 110 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36,5˚C

13
08.40 - Mengobservasi adanya DS : -
petunjuk nonverbal mengenai DO :
ketidaknyamanan Klien tampak meringis

08.45 - Mengendalikan faktor DS :


lingkungan yang dapat Klien mengatakan nyaman dengan
mempengaruhi respon pasien suasana lingkungan
terhadap ketidaknyamanan; DO :
kebisingan & pencahayaan, Klien tampak tenang setelah tirai RS
menutup tirai. ditutup

08.50 - Memonitor tekanan darah, DS : -


nadi, suhu dan pernapasan DO :
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 21 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan teratur

14
Rabu, 09.00 Nyeri akut b.d - Mengajarkan penggunaan DS :
4 September kontraksi rahim teknik non farmakologi : Klien mengatakan mengerti teknik nafas
2019 Teknik nafas dalam dalam yang telah diajarkan dan mau
mempraktekkannya

DO :
- Klien tampak tenang setelah
melakukan teknik nafas dalam
- Skala nyeri 2

09.15 - Mendukung istirahat/tidur DS :


yang adekuat untuk membantu Klien mengatakan cukup istirahat selama
penurunan nyeri : Sarankan di rawat
pasien istirahat yang cukup ±6 DO :-
jam/hari

09.20 - Memonitor tekanan darah, DS : -


nadi, suhu dan pernapasan DO :
- TD : 120/80 mmHg

15
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 18 x/menit
- Suhu : 36,6oC
- Irama pernapasan teratur

11.40 - Berkolaborasi pemberian DS :


Dexamethasone 6 mg/2 jam Klien mengatakan kontraksi berkurang
dan Nifedipine 3 x 10 mg DO :
- Klien tampak tenang

DS :
Klien mengatakan paham dengan teknik
14.00 - Mengevaluasi teknik nafas nafas dalam yang telah diajarkan dan
dalam yang telah diajarkan telah mempraktekkannya
DO :
- Klien tampak tenang setelah
melakukan teknik nafas dalam
- Skala nyeri 1

16
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Diagnosa
Tgl/Jam Evaluasi (SOAP) TTD
Kep
06/09/2019 Nyeri S:
14.00 WIB akut b.d - Pasien mengatakan tidak
Kontraksi merasakan nyeri lagi.
rahim - Pasien mengatakan tidak
merasakan kontraksi lagi
O:
- Klien tampak nyaman
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- RR : 18 x/menit
- Suhu : 36,2oC
- Skala nyeri 1

A : masalah nyeri akut teratasi


P : Intervensi dihentikan

18
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny.RM dengan Partus
Prematurus Imminens (PPI) di ruangan Flamboyan RSUD Ungaran Semarang
yang dilaksanakan dari tanggal 3 September sampai 6 September 2019. Pada sub
bab ini penulis akan membahas hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan untuk mengetahui pemecahan masalahnya. Sesuai dengan
tahap proses keperawatan penulis akan memulai pembahasan hasil studi kasus
dari pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

B. Analisa Intervensi Keperawatan


1. Pengkajian
Pengumpulan data dimulai tanggal 3 September 2019 pukul 08.00 WIB di
ruang Flamboyan RSUD Ungaran Seamarang. Menggunakan tahap pengkajian
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan catatan medis pasien.
Sehingga didapatkan bahwa pasien berinisal Ny.RM, berumur 31 tahun, berjenis
kelamin perempuan, beragama islam dan bertempat tinggal di Jl. Gatot Subroto
102 RT 05/05 Bandarjo Ungaran Barat Kab.Semarang. Pasien mengeluh perut
terasa kencang-kencang sejak 3 hari dan semakin sering sehingga klien datang ke
IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran pada tanggal 2 September 2019 dan
dilakukan perawatan oleh perawat, bidan dan dokter. Perawatan yang dilakukan
oleh perawat yaitu pemeriksaan tanda tanda vital dengan hasil tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36,5ºC, pernapasan 20 x/menit dan
selanjutnya diberikan terapi cairan infus RL 20 tpm. Kemudian pasien
dipindahkan keruang rawat inap Flamboyan dan hasil pengkajian saat itu
didapatkan data bahwa klien mengeluh nyeri perut dan perut terasa kencang-
kencang.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik di dapatkan hasil keadaan umum
klien lemah, klien tampak berbaring di tempat tidur, tampak meringis menahan
nyeri, pemeriksaan turgor kulit elastis. Kemudian dilakukan pengukuran Tinggi
Fundus Uteri (TFU) dan pemeriksaan leopold. TFU dari Ny.RM adalah 31 cm

19
dengan usia kehamilan 35 minggu. Status obstetri Ny.RM G3P2A0 dengan HPHT
28 Desember 2018 dan taksiran partus 5 Oktober 2019. Klien memiliki riwayat
operasi sectio caesar 2 kali. Operasi pertama pada tahun 2012 dengan indikasi
placenta previa, penolong persalinan yaitu dokter. Saat lahir bayi memiliki jenis
kelamin perempuan, berat badan 3.500 gr dan kondisi hidup. Operasi kedua pada
tahun 2017 dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) dan penolong persalinan
yaitu dokter. Saat lahir bayi memiliki jenis kelamin laki-laki, berat bayi 2.700 gr
namun seminggu kemudian bayi meninggal duia akibat infeksi paru-paru.
Berdasarkan hasil pengkajian dan keluhan utama di dapatkan masalah
keperawatan pada Ny.RM yaitu Nyeri akut.

1) Diagnosa Keperawatan
Data yang didapatkan dari hasil pengkajian kemudian diidentifikasi,
diolah, dianalisa dan dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa
keperawatan yang ditemukan penulis pada Ny. RM adalah Nyeri akut
berhubungan dengan kontraksi rahim.
2) Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah
menyusun rencana keperawatan. Dalam perencanaan ini, penulis dapat
menentukan tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang akan dicapai.
Intervensi keperawatan menurut Nursing Interventions Classification untuk
mengatasi diagnosa ini adalah lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus, observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan, kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan, ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi : teknik nafas dalam, dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri, dan kolaborasi pemberian dexamethason dan
nifedipine.
Perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri non farmakologis,
salah satunya dengan menggunakan teknik relaksasi bernafas sesuai dengan teori
Dick-Read dan Lamage bahwa nyeri persalinan yang disebabkan oleh rasa nyeri,

20
akut dan tegang dapat dikurangi/diredakan dengan berbagai metode, yaitu
menaikkan pengetahuan ibu tentang yang akan terjadi pada suatu persalinan,
menaikkan kepercayaan diri dan relaksasi pernapasan (Nurhayani & Rosanty,
2015).
Selain mengajarkan teknik nafas dalam klien juga diberikan terapi
Dexamethasone dan Nifedipine. Pemberian kortikosteroid salah satunya
dexamethasone penting dalam proses pematangan paru-paru bayi. Menurut
penelitian Ayu & Sari (2017) Kortikosteroid yang diberikan pada ibu dengan
risiko persalinan preterm secara signifikan menurunkan insiden respiratory
distress syndrome (RDS) pada bayi baru lahir, utamanya jika persalinan terjadi
dalam waktu 24 jam hingga 7 hari setelah pemberian kortikosteroid. Meneguel,
dkk., tahun 2003 dalam Widiana, Putra, Budiana, & Manuaba (2019)
menyatakan bahwa skor Apgar 1 menit dan 5 menit pada pasien yang
mendapatkan antenatal kortikoteroid lebih besar daripada skor Apgar pada pasien
yang tidak.
Sedangkan upaya untuk menunda terjadinya preterm persalinan
diperlukan, salah satunya adalah penggunaan tokolitik. Obat yang dapat
digunakan sebagai tokolitik adalah nifedipine. Nifedipine adalah salah satu obat
dihydropyridine kelas CCB yang telah banyak digunakan dalam manajemen
gangguan vaskular pada individu tidak hamil. Nifedipine telah berevolusi dalam
penggunaannya, tidak hanya sebagai tetapi antihipertensi juga telah digunakan
sebagai salah satu obat tokolitik karena efeknya pada kelancaran otot rahim
sehingga bisa digunakan untuk pencegahan kelahiran prematur. Penggunaannya
untuk tujuan ini telah dilakukan selama 30 tahun terakhir dan beberapa penelitian
telah dilakukan dilakukan pada wanita dengan tekanan darah normal (Yamasato et
al 2015). Nifedipine terbukti menyebabkan relaksasi otot polos di rahim. Secara in
vitro, beberapa penelitian telah menunjukkan kemampuan nifedipine untuk
kontraksi miometrium pada wanita hamil dan perempuan tidak hamil.

3) Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan keperawatan penulis dapat melaksanakan semua
rencana keperawatan sesua dengan perencanaan yang telah di buat dan semua

21
pelaksanaan keperawatan didokumentasikan dalam catatan perkembangan
keperawatan Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini tidak semua dilakukan
oleh penulis tetapi dibantu oleh perawat ruangan danpenanggung jawab pasien
sehingga walupun penulis tidak memantau perkembangan pasien selama 24 jam,
penulis juga dapat mengikuti perkembangan pasien dengan melihat catatan
perawat ruangan dan catatan perkembangan pasien dari dokter yang menangani.
Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi
rahim. Semua intervensi telah dilakukan sesuai kasus yaitu melakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan, mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan,
mengajarkan penggunaan teknik non farmakologi : Teknik nafas dalam,
mendukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri, dan
berkolaborasi pemberian dexamethason dan nifedipine.
Faktor pendukung dari tindakan keperawatan adalah adanya kesenjangan
yang baik antara penulis dan perawat ruangan dalam melakukan tindakan
keperawatan serta pasien yang kooperatif. Penulis lebih melakukan pendekatan
kepada pasien, melakukan pencatatan tindakan yang telah dilakukan dan bekerja
sama dengan perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah di buat dan mendokumentasikannya. Serta penulis
melakukan pendekatan dengan penanggung jawab pasien agar penanggung jawab
ikhlas dalam merawat dan menjaga keluarganya yang sakit.

4) Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk
mengevaluasi keberhasilan pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan
evaluasi yang penulis lakukan sesuai dengan teori yang menggunakan metode
SOAP karena dapat ditarik kesimpulan berhasil tidaknya asuhan keperawatan
yang diberikan berdasarkan pengkajian baik dari data subjektif maupun data
objektif sehingga dapat menganalisa kemudian membuat perecanaan sesuai
dengan hasil kesimpulan. Faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan

22
Asuhan Keperawatan adalah adanya kerjasama antara penulis dengan perawat
dan penanggung jawab pasien serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain
dalam memberikan pengobatan, diet, dan pemeriksaan yang tepat.

23
BAB 4
PENUTUP

A. Simpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny.RM
dengan Partus Prematurus Imminens (PPI) di Ruang Flamboyan RSUD
Ungaran, maka penulis penulis membuat beberapa simpulan :
1. Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Partus
Prematurus Imminens (PPI), data-data yang penulis temukan pada
dasarnya sama dengan data yang di teori.
2. Setelah dilakukan analisa data ditemukan 1 diagnosa keperawatan prioritas
yang muncul sesuai dengan teori Nanda (2018). Diagnosa yang muncul
dalam kasus dan sesuai dengan teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan
kontraksi rahim.
3. Rencana keperawatan yang dirancang terdiri atas observasi keadaan klien,
pemberian tindakan keperawatan mandiri, serta kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam pemberian terapi.
4. Proses implementasi yang dilakukan menyesuaikan dengan intervensi,
semua intervensi sudah dilakukan dengan semaksimal mungkin untuk
proses perawatan klien.
5. Pada evaluasi tentang hasil asuhan keperawatan selama 3 hari didapatkan
kesimpulan bahwa masalah keperawatan telah teratasi.

B. Saran
Hasil memperlihatkan bahwa masalah telah teratasi. Dengan demikian
intervensi dapat dilanjutkan dan diterapkan di ruang Flamboyan dengan tujuan
meningkatkan kondisi kualitas kesehatan semakin baik. Selain itu kerjasama
antar tim kesehatan dengan klien atau keluarga sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ayu , R & Sari, R.D.P. (2017). Peran Kortikosteroid dalam Pematangan Paru
Intrauterin. Majority, 6(3)

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:


definisi & klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Herlina, Y.n., Desmiwarti, & Edison. (2016). Hubungan Stresor Psikososial pada
Kehamilan dengan Partus Prematurus. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1)

Joserizal Serudji, j., Effendy, R., & Bachtiar, H. (2016). Perbedaan Rerata Kadar
Il-6 Serum Maternal Berdasarkan Keberhasilan Pemberian Tokolitik Pada
Partus Prematurus Imminens. Obgin Emas, 1(21)

Widiana, I.K.O., Putra, I.W.A., Budiana, I.N.G., & Manuaba, I.B.G.F. (2019).
Karakteristik Pasien Partus Prematurus Imminens di Rsup Sanglah
Denpasar. E-Jurnal Medik, 8 (3)

Yamasato K, Burlingame J, Kaneshiro Bliss (2015). Hemodynamic effects of


nifedipin tocolysis. The Journal of Obstetrics and Gynaecology Research 41,
17-22

Anda mungkin juga menyukai