Anda di halaman 1dari 16

MODEL DAN MATERI PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI PERSPEKTIF GENDER

UNTUK MENGHINDARKAN SEXUAL ABUSE

Tri Endang Jatmikowati, Ria Angin, dan Ernawati


FKIP Universitas Muhammadiyah Jember
email: triendang@unmuhjember.ac.id

Abstrak: Kekerasan seksual yang menimpa siswa PAUD/TK Jakarta International School beberapa
waktu yang lalu menyadarkan kita akan pentingnya mengembangkan materi pendidikan seks untuk anak
usia dini. Tujuan penelitian adalah untuk menemukan model dan materi pendidikan seks anak usia dini
perspektif gender. Sumber data primer penelitian adalah guru-guru TK/PAUD. Langkah penelitian
meliputi identifikasi permasalahan sexual abuse anak usia dini, identifikasi kebutuhan, potensi,
pendidikan seks anak usia dini perspektif gender, dan FGD workshop model dan materi pendidikan seks
anak usia dini perspektif gender. Uji model dan materi oleh psikolog anak dan ahli pendidikan. Ada pun
materi pokok pendidikan seks anak usia dini meliputi tema-tema: (1) Aku dan Tubuhku; (2) Aku dan
Pakaianku; (3) Keluarga dan Orang di Sekitarku; dan (4) Cara Merawat dan Menjaga Tubuh. Model
pembelajaran dengan menggunakan sentra bermain peran. Hasil pengembangan materi ajar divalidasi
oleh pakar dengan menghasilkan nilai “Baik” untuk bahan yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan
psikomotrik.

Kata Kunci: pendidikan seks, perspektif gender, anak usia dini, sexual abuse

A MODEL AND MATERIAL OF SEX EDUCATION FOR EARLY-AGED-CHILDREN


OF GENDER PERSPERCTIVE TO PREVENT SEXUAL ABUSE

Abstract: Sexual abuse occurring on the early-aged student of Jakarta International School made us
realize on the importance of developing sex education materials for early-aged child. This study was
aimed to find a model and material for sex education for early-aged children of gender perspective. The
data source was the teachers of kindergartens. The steps of the study was identifying sexual abuse on
the early-aged children; identifying needs, potentials, sex education of early-aged children of gender
perspective; conducting FGD workshop model. The model and material were validated by involving
psychologists and education experts. The findings showed that the material of sex education for
earlyaged children covered the themes: (1) My body and I; (2) My Clothes and I; (3) Family and My
Surrounding; and (4) The Way to Care and Preserve Body. The intructional model used the role play
technique. The developed product validated by experts belonged to the good category covering the
cognitive, affective, and psychomotoric domains.

Keywords: sex education, gender perspective, early-aged-child, sexual abuse

PENDAHULUAN laki di Jakarta beberapa tahun sebelumnya. Tidak


Beberapa waktu yang lalu dunia juga semengerikan seperti kisah Baequni atau
pendidikan dikejutkan oleh berita yang menyayat yang terkenal dipanggil Babeh yang selain
hati, yakni terjadinya kekerasan seksual yang seorang pedofil juga seorang necrofil, yakni
menimpa murid PAUD/TK Jakarta International seseorang yang senang berhubungan seks dengan
School (JIS). Kejadian tersebut mungkin tidak mayat. Tetapi, kasus sexual abuse yang dialami
seseram kasus “Robot Gedek” yang telah oleh anak usia 6 tahun siswa PAUD/TK JIS
menyodomi dan membunuh sejumlah anak laki- bagaimanapun memiriskan hati setiap orang tua.

434
435

Di Indonesia, kasus pedofilia kemungkinan terjadinya tindak kekerasan yang


sesungguhnya adalah salah satu dari tindak mengancam keselamatan dan masa depan anak-
kekerasan terhadap anak yang semakin lama anak (Suyanto, 2014).
semakin mencemaskan. Meski secara statatistik Hal yang lebih menakutkan adalah anak
anak-anak korban sodomi tidak sebanyak jumlah yang dulunya menjadi korban akan meniru apa
anak yang menjadi korban tindak kekerasan yang yang pernah dialaminya, yaitu menjadi predator
lain, ada indikasi persoalan ini adalah fenomena anak-anak alias balas dendam atas apa yang telah
“gunung es”. menimpanya (Chomaria, 2014). Hampir semua
Laporan penelitian yang dikeluarkan oleh pelaku pedofil pernah menjadi korban pedofilia
lembaga advokasi anak korban kekerasan dari itu sendiri, terutama ketika di usia mudanya
Australia Child Wise mencatat adanya 80 anak (Sugijokanto, 2014).
laki-laki di daerah Karangasem telah menjadi Makin merebaknya kekerasan seksual
korban keganasan para pedofil. Mereka diculik, terhadap anak pada satu sisi mengingatkan para
dianiaya secara seksual, kemudian dibunuh, dan pendidik untuk waspada. Tetapi, waspada saja
mayat mereka disembunyikan di sebuah gua. tidak cukup karena juga harus dilakukan langkah
Sementara itu, di Forth Worth, Texas, nyata sebagai upaya yang membuat anak
Amerika, pada tahun 2001 pernah terbongkar mengenali secara dini akan bahaya yang
situs porno anak-anak yang dikelola oleh Thomas mungkin mengancam dirinya. Hal yang menjadi
Reedy yang bekerja sama dengan orang persoalan karena materi-materi pendidikan anak
Indonesia. Sebelumnya, penelitian yang usia dini selama ini lazimnya tidak menyentuh
dilakukan oleh Rohman dan Adria (1999) di Kuta pada pendidikan seks. Ada anggapan kalau anak
dan Legian, Bali, juga menemukan bahwa terlalu dini mendapatkan pendidikan seks,
sebagian anak jalanan di sana telah menjadi objek dikhawatirkan mereka akan mengenal seks secara
seksual para pedofil dari luar negeri. Anak-anak dini pula.
yang secara ekonomi rentan biasanya dengan Kejadian yang menimpa siswa PAUD/TK
mudah menjadi korban bujuk rayu para pedofil di atas seharusnya semakin memberi kesadaran
yang menawarkan iming-iming uang dan semua pihak bahwa sudah tiba waktunya
kemewahan. Pada awalnya, anak-anak itu mengubah anggapan tersebut. Pendidikan seks
umumnya tidak sadar bahwa dirinya telah untuk anak usia dini bukan mengajarkan anak
menjadi korban pedofil yang berbahaya. Bahkan, untuk melakukan seks bebas ketika mereka
kalaupun suatu ketika mereka sadar bahwa dewasa kelak. Pendidikan seks dimaksudkan agar
dirinya telah menjadi korban pedofilia, tidak anak memahami akan kondisi tubuhnya, kondisi
sedikit dari mereka ujungujungnya hanya tubuh lawan jenisnya, serta menjaga dan
bersikap pasrah karena adanya ketergantungan menghindarkan anak dari kekerasan seksual.
yang dengan sengaja diciptakan oleh para pedofil Tidak ada cara instan untuk mengajarkan
untuk menjerat mangsanya (Suyanto, Jawa Pos, seks pada anak, kecuali melakukannya setahap
19 April 2014). demi setahap sejak dini sesuai gendernya.
Bisa dibayangkan, bagaimana hati para Pembelajaran dapat mengajarkan anak mulai dari
orang tua yang selama ini mempercayakan hal yang sederhana dan menjadikannya sebagai
pendidikan anak-anaknya di sekolah dan di satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian
bawah bimbingan guru yang profesional ketika di pada anak layaknya kita menanamkan pengertian
sana ternyata justru marabahaya tengah tentang agama. Kita tahu tidak mungkin
mengancam. Zona tidak aman yang semula mengajarkan agama hanya dalam tempo satu hari
dipersepsi orang tua hanya mungkin terjadi di saja dan kemudian berharap anak akan mampu
jalan-jalan sepi, di tempat-tempat gelap, atau di menjalankan ibadahnya, demikian juga untuk
kawasan marginal ternyata keliru. Sebab, dengan seks.
terjadinya sexual abuse yang menimpa salah Pengenalan seks pada anak dapat dimulai
seorang siswa PAUD/TK JIS (bahkan diduga dari pengenalan mengenai anatomi tubuh.
korban lebih dari seorang), tempat dengan Kemudian, meningkat pada pendidikan
pengamanan yang ketat pun tidak tertutup mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup,

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
436

yakni pada manusia dan binatang. Sebagaimana Purwakania (2006) mengemukakan bahwa
dikemukakan Chomaria (2014), pendidikan seks perkembangan gender pada anak dapat dilihat
diawali dengan memperkenalkan bagian tubuh. berdasarkan tiga hal, yaitu perkembangan
Lambat laun anak akan mengetahui bahwa identitas gender (gender identity), stereotip peran
vagina dan penis berfungsi tidak hanya sebagai gender (gender role stereotype), dan pola
jalan untuk buang air kecil, tetapi lebih dari itu, perilaku gender (gender typhed behaviour).
yakni sebagai salah satu alat untuk melakukan Identitas gender (gender identity)
reproduksi. dipahami anak sebagai atribut yang tidak dapat
Orang tua ataupun para pendidik dapat diubah. Pemahaman ini dimulai ketika anak
memberitahukan dampak yang akan diterima berusia 6 bulan, ketika mereka mulai bisa
oleh anak. Salah satu cara menyampaikan membedakan suara ayah, ibu ataupun figur lekat
pendidikan seksual pada anak dapat dimulai yang menggantikan keduanya. Hal in meningkat
dengan mengajarkan mereka membersihkan alat pada rentang usia antara 2 dan 3 tahun, anak
kelamin sendiri. Ideo (2014) mengemukakan mulai mengetahui identitas gender laki-laki dan
bahwa memperkenalkan toilet learning kepada perempuan dengan label bapak/ayah/papa/abi
anak sejak usia 2 tahun, jika sudah cukup mampu dan ibu/ bunda/mama/umi dan mampu
ajari mereka untuk cebok atau membersihkan memanggil keduanya dengan tepat. Tetapi, anak
organ genetalnya sendiri. Dengan cara mengajari masih membutuhkan waktu untuk memahami
anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan bahwa jenis kelamin merupakan atribut yang
benar setelah buang air kecil (BAK) maupun permanen. Baru pada usia 6-7 tahun anak
buang air besar (BAB), anak dapat mandiri dan memahami jenis kelamin merupakan atribut yang
tidak bergantung dengan orang lain. tidak dapat diubah.
Pendidikan ini pun secara tidak langsung Stereotip peran gender (gender role
dapat mengajarkan anak untuk tidak stereotype) merupakan pemahaman tentang
sembarangan mengizinkan orang lain peran apa yang dijalankan oleh laki-laki dan
membersihkan alat kelaminnya. Cara perempuan. Stereotipe peran gender berkembang
menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak dimulai dengan terbentuknya identitas gender
boleh terlalu vulgar karena justru akan sebagai anak perempuan atau laki-laki pada usia
berdampak negatif pada anak. Bahkan, anak 2,5–3 tahun. Stereotipe yang berkaitan dengan
perempuan ataupun anak laki-laki akan pemahaman bahwa anak perempuan banyak
mengalami bahaya yang sama mengancamnya bicara, bermain boneka, tidak suka pukul-
dari lingkungan. Penelitian menunjukkan bahwa pukulan, dan senang membantu ibu. Sementara,
pelaku kekerasan seksual adalah orang-orang anak laki-laki diidentifikasi melalui kesukaannya
yang terdekat dengan anak. Oleh karena itu, bermain mobil-mobilan, melakukan permainan
penting dikembangkan materi pendidikan seks motorik kasar dan lebih cocok bila membantu
usia dini perspektif gender. ayah. Pada usia pra sekolah dan awal sekolah
Pengembangan materi yang diberikan dasar, anak lebih banyak melakukan kegiatan dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan prestasi yang sesuai untuk anak perempuan dan
emosional anak yang pengaplikasiannya dengan anak laki-laki.
menggunakan taksonomi Bloom, (Rosyada, Perilaku gender adalah kecenderungan
2004) yang meliputi ranah kognitif (knowledge, anak untuk menyukai kegiatan yang secara
comprehension, application, analysis, synthesis, normal dihubungkan dengan jenis kelamin
evaluation), ranah afektif (receiving, responding, tertentu. Perilaku ini merupakan gejala yang
valueing, organization, characterization), ranah dapat diobservasi dengan cara mengamati
psikomotorik (observing, imitating, practicing, kesesuaian gender dengan perilaku anak-anak.
adapting). Di samping itu, menurut Trianto Misalnya, dengan melihat siapa teman
(2011), penyelenggaraan pendidikan anak usia bermainnya dan apa objek yang menjadi
dini harus berorientasi pada pemenuhan permainannya. Perbedaan jenis kelamin dengan
kebutuhan anak, yakni pendidikan yang berdasar preferensinya telah tumbuh dari awal, bahkan
pada kemampuan, minat, dan karakter anak. sebelum anak memahami identitas gender

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


437

mereka dengan jelas. Pada saat usia anak berusia detail karena rentang waktu atensi anak biasanya
berkisar antara 1,5–2 tahun, anak laki-laki lebih pendek. Misalnya, saat memandikan si kecil,
menyukai mobil-mobilan, sementara anak anak bisa diberitahu berbagai organ tubuh,
perempuan menyukai boneka. Mereka bahkan seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan
tidak mau menukar permainan mereka. jangan lupa penis dan vagina atau vulva. Lalu
Segregasi gender (gender segregation) atau terangkan perbedaan alat kelamin dari lawan
kecenderungan anak untuk bermain dengan jenisnya, misalnya jika si kecil memiliki adik
teman yang memiliki jenis kelamin yang berbeda yang berlawanan jenis. Selain itu, tandaskan juga
sebagai kelompok yang berbeda, juga telah bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh
muncul pada masa kanak-kanak awal. Hal yang dipertontonkan dengan sembarangan, dan
perlu dicermati adalah rentang perbedaan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya
dimulainya segregasi gender. Anak perempuan tanpa diketahui orang tua, maka si kecil harus
berusia 2 tahun lebih senang bermain dengan berteriak keras-keras dan melapor kepada orang
perempuan. Sementara anak laki-laki tuanya. Dengan demikian, anak-anak bisa
memunculkan preferensi untuk bermain dengan dilindungi dari maraknya kasus kekerasan
laki-laki baru pada usia sekitar 3 tahun. Perilaku seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.
lain yag bisa diobservasi adalah pada usia 4 atau Tidak perlu tabu membicarakan seks
5 tahun sudah mulai menolak bermain dengan dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan
anak yang memiliki jenis kelamin yang berbeda informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan
(Kurniawati, 2003). dari orang lain tentang seks. Karena rasa ingin
Pendidikan seks usia dini lebih ditekankan tahu yang besar, jika anak tidak dibekali
bagaimana memberikan pemahaman pada anak pendidikan seks, maka anak tersebut akan
akan kondisi tubuhnya, pemahaman akan lawan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih
jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan menakutkan jika informasi seks didapatkan dari
dari kekerasan seksual. Pendidikan seks yang teman sebaya atau internet yang informasinya
dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak
akan identitas diri dan keluarga, mengenal sejak dini dengan membekali mereka pendidikan
anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan mengenai seks dengan cara yang tepat. Ilmawati
ciri-ciri tubuh. Cara yang dapat digunakan (2014), psikolog, pemerhati masalah anak dan
mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain remaja di antara pokok-pokok pendidikan seks
melalui media gambar atau poster, lagu, dan yang bersifat praktis, yang perlu diterapkan dan
permainan. Pemahaman pendidikan seks di usia diajarkan kepada anak di antaranya adalah
dini ini diharapkan anak agar anak dapat sebagai berikut.
memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Pertama, menanamkan rasa malu pada
Hal ini dikarenakan adanya media lain yang anak. Rasa malu harus ditanamkan kepada anak
dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks, sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau
yaitu media informasi. Anak dapat memperoleh masih kecil, bertelanjang di depan orang lain;
informasi yang tidak tepat dari media massa, misalnya, ketika keluar kamar mandi, berganti
terutama tayangan televisi yang kurang pakaian, dan sebagainya. Membiasakan anak
mendidik. Dengan mengajarkan pendidikan seks perempuan sejak kecil berbusana muslimah
pada anak, diharapkan dapat menghindarkan menutup aurat juga penting untuk menanamkan
anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun rasa malu sekaligus mengajari anak tentang
perilaku menyimpang. auratnya.
Pendidikan seks usia dini seyogyanya Kedua, menanamkan jiwa maskulinitas
diberikan secara bertahap sesuai dengan tingkat pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak
pemahaman dan usianya. Pada usia 1-5 tahun perempuan. Secara fisik maupun psikis, laki-laki
pendidikan seks sudah bisa dilakukan. Caranya dan perempuan mempunyai perbedaan
cukup mudah, yaitu dengan mulai mendasar. Perbedaan tersebut telah diciptakan
memperkenalkan organ-organ seks milik anak sedemikian rupa oleh Allah. Adanya perbedaan
secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan ini bukan untuk saling merendahkan, namun

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
438

semata-mata karena fungsi yang berbeda yang kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan
kelak akan diperankannya. Mengingat perbedaan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang
tersebut, Islam telah memberikan tuntunan agar najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang
masing-masing fitrah yang telah ada tetap air pada tempatnya (toilet training). Dengan cara
terjaga. Islam menghendaki agar laki-laki ini, akan terbentuk pada diri anak sikap hatihati,
memiliki kepribadian maskulin, dan perempuan mandiri, mencintai kebersihan, mampu
memiliki kepribadian feminin. Islam tidak menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang
menghendaki wanita menyerupai laki-laki, memperhatikan tentang etika sopan santun dalam
begitu juga sebaliknya. Untuk itu, harus melakukan hajat.
dibiasakan dari kecil anak-anak berpakaian Pemahaman pendidikan seks di usia dini
sesuai dengan jenis kelaminnya. Mereka juga ini diharapkan anak agar anak dapat memeroleh
harus diperlakukan sesuai dengan jenis informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini
kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah dikarenakan adanya media lain yang dapat
Saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita mengajari anak mengenai pendidikan seks, yaitu
dan wanita yang berlagak meniru laki-laki (HR media informasi. Dengan mengajarkan
al-Bukhari). pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat
Ketiga, memisahkan tempat tidur mereka. menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku
Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan
mengalami perkembangan yang pesat. Anak sendirinya anak diharapkan akan tahu mengenai
mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan
tidak hanya berpikir tentang dirinya, tetapi juga tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat
mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya. istiadat, serta dampak penyakit yang bisa
Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk ditimbulkan dari penyimpangan tersebut.
menanamkan kesadaran pada anak tentang Tingginya kasus kekerasan seksual pada
eksistensi dirinya. Jika pemisahan tempat tidur anak (child abuse) yang dilakukan oleh
tersebut terjadi antara dirinya dan orang tuanya, orangorang terdekat anak termasuk keluarga
setidaknya anak telah dilatih untuk berani menunjukkan pentingnya pemahaman akan
mandiri. Anak juga dicoba untuk belajar pendidikan seks usia dini. Masalah pendidikan
melepaskan perilaku lekatnya (attachment seks kurang diperhatikan orang tua pada masa
behavior) dengan orang tuanya. Jika pemisahan kini sehingga mereka menyerahkan semua
tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan pendidikan, termasuk pendidikan seks pada
saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara sekolah. Padahal, yang bertanggung jawab
langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya mengajarkan pendidikan seks di usia dini adalah
tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin. orang tua, sedangkan sekolah hanya sebagai
Keempat, mengenalkan waktu berkunjung pelengkap dalam memberikan informasi kepada
(meminta izin dalam 3 waktu). Tiga ketentuan si anak. Peranan orang tua, terutama ibu sangat
waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk strategis dalam mengenalkan pendidikan seks
memasuki ruangan (kamar) orang dewasa sejak dini kepada anak-anak mereka.
kecuali meminta izin terlebih dulu adalah:
sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah METODE
shalat isya. Aturan ini ditetapkan mengingat di Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
antara ketiga waktu tersebut merupakan waktu Jember. Kabupaten ini dipilih karena kasus
aurat, yakni waktu ketika badan atau aurat orang kekerasan terhadap anak usia dini menjadi
dewasa banyak terbuka (Lihat: QS al-Ahzab masalah yang menjadi keprihatinan masyarakat.
[33]: 13). Jika pendidikan semacam ini Model dan materi pendidikan seks anak usia dini
ditanamkan pada anak, mereka akan menjadi dilakukan dengan menerapkan jenis penelitian
anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika dan pengembangan atau research and
yang luhur. development, yaitu suatu proses atau langkah-
Kelima, mendidik menjaga kebersihan alat langkah untuk mengembangkan produk baru atau
kelamin. Mengajari anak untuk menjaga

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


439

menyempurnakan produk yang telah ada yang kota besar, yaitu antara lain perkosaan, incest,
dapat dipertanggung jawabkan. sodomi, perabaan, memperlihatkan kemaluan,
Adapun langkah-langkah penelitian ini dan memaksa anak untuk melihat hubungan
sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi seks.
permasalahan sexual abuse anak usia dini
berbasis gender dalam masyarakat. Langkah ini Tabel 1. Kasus Kekerasan Seksual pada
dilakukan dengan melakukan wawancara Anak di Kabupaten Jember
mendalam dengan para para narasumber tentang No. Bulan Jumlah
permasalahan sexual abuse anak usia dini 1. Januari 10
perspektif gender di Kabupaten Jember. Data 2. Februari 3
yang diperoleh dari tahap ini akan dianalisis
3. Maret 4
serta dideskripsikan secara naratif. Kedua,
4. April -
identifikasi kebutuhan, potensi, pendidikan seks
5. Mei 9
anak usia dini perspektif gender. Berdasarkan
peta permasalahan sexual abuse anak usia dini 6. Juni 5
perspektif gender, akan disusun model dan 7. Juli 7
materi pendidikan seks anak usia dini perspektif 8. Agustus 8
gender. Ketiga, FGD dan workshop model dan 9. September 4
materi pendidikan seks anak usia dini perspektif 10. Oktober 8
gender. Kegiatan ini dilakukan dengan 11. November 10
melibatkan para orang tua/ wali murid dan guru 12. Desember 5
PAUD. Data yang diperoleh dari tahap ini akan Sumber: Polres Jember, 2014
memperkuat model dan materi pendidikan seks
anak usia dini. Keempat, uji model dan materi Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan seks anak usia dini perspektif bahaya yang dihadapi anak di Kabupaten Jember
gender. Langkah ini dilakukan dengan tidak berbeda halnya dengan yang dihadapi oleh
melibatkan psikolog anak dan ahli pendidikan anak-anak di kota-kota besar. Oleh karena itu,
terutama pada saat peneliti sudah merumuskan penting memasukkan pendidikan seks untuk anak
model dan materi pendidikan seks anak usia usia dini dalam kurikulum. Tujuannya adalah
dini perspektif gender. agar anak usia dini terhindar dari kekerasan
seksual.
HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan
Sexual Abuse Anak Usia Dini Berbasis Identifikasi Kebutuhan, Potensi, Pendidikan
Gender di Kabupaten Jember Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender
Kasus kekerasan seksual anak yang Untuk mendapatkan data tentang
terjadi di Kabupaten Jember yang ditangani kebutuhan dan potensi yang bisa dimanfaatkan
oleh Polres Jember pada tahun 2014 dapat untuk menyelenggarakan pendidikan seks anak
dirinci dan ditunjukkan pada Tabel 1. usia dini peneliti melakukan wawancara
Data pda Tabel 1 memperlihatkan bahwa mendalam dengan narasumber yang bernama Ibu
kasus kekerasan seksual terhadap anak relatif Erleni, seorang Kepala Sekolah TK/PAUD Al
kecil. Meskipun demikian, data ini tidak Hijrah, memberikan pernyataan sebagai beriut.:
menjamin bahwa anak-anak usia dini di Jember “.... kalau melihat pemberitaan di media massa
aman dari tindak kekerasan seksual. Jika akhir-akhir ini saya ngeri sendiri. Bahaya bisa
mengacu pada kejadian yang menimpa anak di mengancam dari mana-mana.
kotakota besar seperti di Jakarta atau Bali, tidak Menurut saya anak perlu dibekali dengan
tertutup kemungkinan anak-anak di menghadapi pengetahuan yang memungkinkan anak
bahaya yang sama. Bahkan, menurut mengenali bahaya yang mengancam dirinya,
keterangan Polres Kabupaten Jember, lingkup juga trik-trik yang bisa dipraktikan anak jika
jiwanya terancam....”
kekerasan seksual yang menimpa anak
lingkupnya sama seperti yang terjadi di kota-

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
440

Narasumber berikutnya yang bahaya yang sewaktu-waktu menghampiri


diwawancarai adalah seorang psikolog anak anak”.
yang juga menjadi staf pengajar Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadiyah Jember Berdasarkan hasil wawancara mendalam
bernama Dra. Festa Yumpi, M.Si. menuturkan dengan para narasumber, peneliti mendapatkan
pernah menjadi pendamping anak-anak (masih kesimpulan akan pentingnya memasukkan materi
bersekolah di TK dan SD kelas 2) yang menjadi pendidikan seks anak usia dini dalam kurikulum
korban kekerasan seksual. Beliau pembelajaran. Dari Kepala Sekolah TK/PAUD
menceriterakan pengalamannya ketika bertemu Yasmin, peneliti juga mendapatkan informasi
dengan anak-anak yang menjadi korban, bahwa kurikulum TK/PAUD yang terbaru yang
sebagai berikut. dikenal dengan Kurikulum 13 ada kompetensi
“Pelaku kekerasan seksual adalah orang yang dasar yang bisa dijadikan acuan untuk
dikenal oleh anak-anak yang menjadi korban. mengembangkan materi pendidian seks bagi
Pelaku adalah guru les bahasa Inggris mereka. anak usia dini.
Menurut pengakuan anak-anak, guru tersebut
mengajak mereka main tebak-tebakan.
FGD, Workshop Model dan Materi
Mereka diajak ke kamar lain di sebelah ruang
Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif
yang menjadi tempat les mereka. Mata
mereka ditutup, kemudian disuruh tidur Gender
kemudian di suruh menebak apakah benda Dalam Focus Group Discussion (FGD)
yang masuk ke dalam mulut mereka “pisang” ditawarkan model dan materi pendidikan seks
atau “rambutan”. Yach.... guru itu telah anak usia dini seperti ditunjukkan pada Gambar
melakukan seks oral kepada anak-anak.” 1. Model dan materi ini dengan mengadaptasi
taksonomi Bloom (1956) yang meliputi tiga
Narasumber lainnya adalah seorang ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan
Kepala Sekolah TK/PAUD Yasmin yang psikomotorik. Hasil adaptasi ini kemudian dikaji
menyatakan: secara mendalam dalam FGD.
“....penting kiranya mengembangkan materi Proses FGD telah menghasilkan materi
pendidikan seks anak usia dini dalam pendidikan seks anak usia dini yang
kurikulum pendidikan TK/PAUD. Selama ini, dikembangkan dari diagram yang meliputi
pendidikan seks anak usia dini tidak menjadi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
topik dalam kurikulum. Menurut saya materi
pendidikan seks anak usia dini ini arahnya
sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
seperti pendidikan karakter. Hal yang penting
adalah membekali anak secara prefentif
Anak memahami cara-cara
menghindarkan sexual abuse
(kognitif)

Anak sadar akan bahaya sexual


Anak usia dini abuse (afektif)
Materi

Anak mampu menolong diri


sendiri dan orang lain melalui
potensi kekuatan fisik dan
psiokologis yang dimilikinya
(psikomotorik)

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


441

Gambar 1. Model dan Materi Pendidikan Sex Anak Usia Dini Perspektif
Gender Tabel 2. Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Berdasarkan
Taksonomi Bloom
Aspek Pengembangan
Tema
Kognitif Afektif Psikomotorik
A. Aku dan 1) Anak mengetahui nama – Anak menerima per- 1) Memasukkan makanan dan mi-
Tubuhku nama anggota tubuhnya bedaan anggota tu- numan ke mulut menggunakan
2) Anak mengetahui fungsi buh laki-laki perem-
tangan kanan masing-masing anggota puan, serta
fungsinya 2) Anak berlatih untuk berjinjit, me-
tubuhnya lompat, berjalan, dan berlari de-
ngan kedua kakinya
3) Berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa oral

B. Aku dan 1) Anak mengetahui bahwa - Anak berusaha me- 1) Anak memakai pakaian
sendiri
Pakaianku pakaian laki – laki dan nyeleksi pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya
perempuan berbeda akan dipakai 2) Anak memakai pakaian yang
2) Anak memahami fungsi bersih dan rapi pakaian 3) Anak memakai pakaian yang me-
nutup aurat (Sopan)
C. Aku Keluarga 1) Anak mengetahui anggota 1) Saling menyayangi 1) Anak laki-laki dan perempuan tidan
Orang di keluarga yang terdiri dari antara anak dan dak tidur dalam satu kamar
Sekitarku ayah, ibu, adik, kakak, anggota keluarga 2) Anak tidur terpisah dari ayah dan kakek, nenek, paman
dan lainnya ibu, paman/bibi
bibi serta pembantu rumah 2) Saling menghormati 3) Anak tidak membantah orang tua
tangga 3) Saling tolong-meno- 4) Berangkat ke sekolah atau ber-
2) Anak mengetahui orang di long main berpamitan pada orang tua sekitar terdiri
dari teman 4) Saling menyapa 5) Membantu teman atau tetangga sebaya dan
tetangga, dan (Ramah) saat kesusahan lain-lain 5) Menjaga jarak de-
6) Menolak pada saat tetangga laki-
ngan tetangga yang laki mengajak anak perempuan
ke berbeda jenis kela- tempat yang sepi hanya berdua
min maupun sejenis 7) Menolak pada saat tetangga
memapabila ada tanda- beri uang atau makanan pada
saat tanda perilaku tidak tidak ada orang tua wajar

D. Cara Merawat 1) Anak mengetahui cara danAnak menjaga, me- 1) Anak melakukan sendiri
Menjaga merawat anggota tubuh- perawatrawat dan memper- an tubuh, menjaga dari ancaman
Tubuh nya serta menjaga dengan tahankan anggota dan kebersihannya dengan metubuhnya
baik dan benar dari mara motong kuku kalau sudah panjang bahaya 2)
Mencuci tangan sebelum makan
3) Cebok sendiri setelah BAK dan
BAB
4) Mandi sendiri dan mencuci rambut
2 Kali seminggu
5) Keluar kamar mandi tidak dengan
telanjang
6) Berteriak pada saat ada orang yang
akan memegang kelaminnya

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
442

Materi di atas kemudian dijadikan bahan dalam menangkap materi. Hal ini, seperti yang
workshop. Workshop model dan meteri dikatakan Vygotsky (Pujianti, 2012:226), bahwa
pendidikan seks anak usia dini dengan melalui bermain peran, anak usia dini tidak hanya
melibatkan guru-guru TK/ PAUD di Kabupaten berkembang kemampuan sosialnya, tetapi dapat
Jember. mendukung kemampuan anak untuk meraih lebih
Workshop terutama dimaksudkan agar jauh tahap perkembangan tertinggi mereka.
ditemukan media dan strategi yang paling tepat Selain itu, dalam sentra bermain peran akan
untuk memberikan pemahaman pada anak terkait dioptimalkan dua kemampuan penting pada
materi pendidikan sesk anak usia dini. anak, yaitu (1) kemampuan untuk memisahkan
Merujuk pada pendapat Kristiani (2010), pikiran dari kegiatan dan benda; dan (2)
media dan metode yang digunakan haruslah kemampuan untuk menahan dorongan hati dan
beragam agar anak tidak bosan. Untuk menyusun tindakan yang diarahkan sendiri
menghilangkan kebosanan dapat dilakukan dengan sengaja dan fleksibel.
dengan sentra bermain aktif. Supeni (2015) Sentra bermain peran membolehkan anak
mengemukakan bahwa sentra bermain aktif memroyeksikan dirinya ke masa depan,
terdiri dari sentra balok, sentra imtaq, sentra seni, menciptakan kembali masa lalu, dan
sentra bahan alam dan sains, dan sentra bermain menciptakan kembali kejadian kehidupan nyata
peran. Workshop berhasil mengembangkan dan kemudian memerankannya secara simbolik.
materi pendidikan seks anak usia dini melalui Sentra bermain peran menuntut guru untuk
sentra bermain peran sebagaimana ditunjukkan melakukan hal-hal seperi: (1) guru
pada Tabel 3. memilih/merencanakan tema yang akan
Sentra bermain berperan penting bagi diperankan anak; (2) menata ruangan sesuai
pendidikan seks anak usia dini. Dalam sentra ini, dengan tema yang ditentukan; (3) menyiapkan
guru/pendidik dapat menyampaikan materi alat-alat yang mendukung; (4) merencanakan
pendidikan seks anak usia dini sebagai kegiatan bermain peran berdasarkan indikator dari
yang konkret. Sentra bermain peran juga kompetensi dasar yang ingin dicapai baik pada
memungkinkan guru untuk mengembangkan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan; (5)
materi-materi pendidikan usia dini bersama-sama melaksanakan kegiatan berdasarkan tema yang
anak didiknya. Cara ini memungkinkan materi sudah disiapkan, tema direncanakan
disampaikan sesuai dengan kemampuan anak
Tabel 3. Pengembangan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini di Sentra Bermain Peran
Materi Strategi Pembelajaran Media
Identitas Gender Menjelaskan manusia ada 2 identitas, yaitu laki-laki dan Gambar laki-laki dan perempuan
perempuan dari bayi hingga dewasa
Tubuhku Organ tubuh perempuan berbeda dengan organ tubuh Manekin manusia lengkap
laki-laki
Cara Bersuci Praktek langsung. Siswa dikelompokan menjadi dua, Alat bersuci: air, sabun mandi,
yaitu laki-laki dan perempuan. Masing-masing akan gayung air, dan lain-lain
diajarkan cara bersuci
Merawat Tubuh Role Play: Demonstrasi merawat tubuh Gambar cara merawat tubuh
Menjaga Tubuh Demontrasi menjaga tubuh apabila ada bahaya Alat-alat apa saja bisa digunakan
(pelecehan, pencabulan dan sexual abuse lainnya ), yang mungkin ditemui anak. Hal
antara lain pada saat berada di tempat umum, di yang dipentingkan adalah ada alat
lingkungan terdekat, dan di tempat asing. Adapun ataupun tidak ada alat, anak
secara preventif anak diajarkan untuk menjaga sikap mampu melindungi diri sendiri
dan perilakunya (pada saat dan setelah mandi, tidur di dan orang lain.
tempat umum, dan lain-lain)

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


443

Aku dan Demonstrasi: Pakaian yang mengundang bahaya dan Pakaian untuk perempuan dan
Pakaianku yang tidak mengundang bahaya. laki-laki
Fragmen Role Play Film pendek anak-anak di
menghindarkan berbagai situasi yang berhasil
bahaya: Pahlawan menyelematkan diri dan atau
Kecil yang gagah menolong orang lain yang sedang
dan berani terancam jiwanya.

Tabel 4: Langkah Kegiatan Pembelajaran Sentra Bermain Peran


Tahap
Pembelajaran Nama Kegiatan Kegiatan

Pembukaan Kegiatan awal Penyambutan kegiatan pagi


Kegiatanberkumpul Berkumpul saat lingkaran : salam, do’a, menyanyi lagu
“Bangun Tidur”, toilet training (masa transisi anak)
Inti Pijakan sebelum Membacakan buku cerita dengan tema “merawat tubuh”.
bermain Membimbing anak melakukan kegiatan bermain peran yang
berkaitan dengan merawat tubuh
• Anak mengamati bahan-bahan yang akan digunakan untuk
Pijakan saat bermain bermain
• Guru menjelaskan setiap permainan
• Anak bermain sesuai dengan pilihannya
2.1 Anak mulai mempraktekkan permainan
yang telah disediakan:
- Anak praktek mandi dengan benar
- Anak praktek menggosok gigi dengan benar
- Toilet training (BAK/BAB)
2.8 Anak bermain sesuai dengan peran yang dipilih : Ayah,
Ibu, Anak
4.3 Anak boleh berganti peran sesuai dengan pilihannya:
Peran laki-laki dan Peran Perempuan
4.6 Anak bercerita tentang peran yang dimainkan
Penutup Pijakan setelah bermain • Membereskan alat main
• Masa transisi :
- cuci tangan - makan dan minum Recalling:
- Menceritakan pengalaman saat bermain
- Menceritakan perasaannya selama bermain

• Diskusi tentang kegiatan untuk esok hari


Kegiatan akhir • Menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan esok hari
• Penenangan :
- Menyanyi lagu “Bangun Tidur”
- Do’a dan salam

Selanjutnya, sentra bermain peran


untuk dikembangkan sebagai program kegiatan dilakukan melalui empat pijakan sebagai berikut.
belajar melalui bermain yang berpusat pada anak Pertama, pijakan lingkungan: (1) menata
dengan mempertimbangkan tahap bahan-bahan yang cukup dan beragam; (2)
perkembangan, dan pengalaman anak; dan (6) menyediakan bahan main yang mendukung
menyelenggarakan evaluasi setelah kegiatan pengenalan keaksaraan, dan (3) menata
bermain peran sudah dilakukan. kesempatan main untuk mendukung hubungan
sosial yang positif.

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
444

Kedua, pijakan sebelum main: (1) Evaluasi terhadap materi-materi


membacakan cerita dengan menggunakan buku pendidikan seks anak usia dini dilakukan
yang berkaitan dengan tema; (2) memberikan dengan mengukur apakah kompetensi inti
gagasan bagaimana menggunakan bahan-bahan; yang meliputi sikap spiritual, sikap sosial,
(3) mendiskusikan aturan dan harapan untuk pengetahuan dan keterampilan berhasil
pengalaman main; (4) menjelaskan rangkaian dicapai oleh anak ataukah tidak. Kompetensi
waktu main; (5) menentukan bahan main yang inti dinyatakan berhasil dicapai apabila di
akan dipilih; (6) bermain; (7) melaporkan hasil masing-masing kompeteni kemampuan anak
yang sudah dikerjakan; (8) membereskan kembali muncul, sebaliknya jika tidak muncul, maka
bahan main; (9) memilih bahan main lainnya. kompetensi inti dianggap gagal dicapai.
Ketiga, pijakan selama main: (1)
memberikan anak waktu untuk bermain (1 jam); Pendidikan seks anak usia dini tidak
(2) meningkatkan kemampuan sosialisasi melalui terpisahkan dari kurikulum pendidikan anak usia
dukungan pada hubungan teman sebaya; (3) dini. Tetapi, Kurikulum 13 PAUD tidak secara
mengamati dan mencatat perkembangan dan khusus memasukkan materi-materi pendidikan
kemampuan main anak. seks anak usia dini ini. Ini merupakan peluang
Keempat, pijakan setelah main: (1) bagi guru untuk mengembangkannya. Workshop
merangsang anak untuk mengingat kembali dan FGD yang dilakukan berhasil memetakan
pengalaman main dan saling menceritakan kompetensi-kompetensi inti dan dasar dalam
pengalaman mainnya; dan (2) membereskan Kurikulum13 PAUD yang dirujuk ketika guru
bahan dan hasil main dengan cara mengembangkan materi-materi pendidikan seks
mengelompokkan, mengurutkan bahan main anak usia dini. Tabel 6 adalah ringkasan hal yang
secara tepat. dimaksud.
Keempat pijakan di atas jika Rumusan dalam Tabel 6 sekaligus
diterapkan untuk materi pendidikan anak usia memetakan materi pendidikan anak usia dini
dini khususnya tema “Merawat tubuh” akan berdasarkan kompetensi yang ada dalam
menghasilkan rumusan sebagaimana Kurikulum 2013 PAUD sesuai yang telah
disajikanpada Tabel 4. dituliskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Data pada Tabel 4 hanya merupakan dan Kebudayaan (2014). Pemetaan materi dan
salah satu contoh. Guru bisa mengembangkan kompetensi yang ada dalam Kurikulum 2013
materi-materi lainnya. Tetapi, sentra bermain PAUD dalam Tabel 6 hanya sebagian kecil yang
peran tidak mesti berhasil menyampaikan bisa ditemukan oleh penelitian ini. Guru
pesan pendidikan seks pada anak usia dini. dimungkinkan untuk mengembangkan lagi
Oleh karena itu, materi pendidikan anak usia sesuai dengan tingkat kemampuan pemahaman
dini yang disampaikan melalui sentra anak usia dini sehingga guru dalam
bermain peran perlu dievaluasi. Evaluasi bisa melaksanakan kurikulum 2013 PAUD memiliki
dilakukan dengan menggunakan format peran yang sangat fundamental karena
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5. berinteraksi langsung dengan anak (Syaodih,
2015:360).
Tabel 5. Format Penilaian Kegiatan Pembelajaran Sentra Bermain Peran

Kompetensi Inti Kompetensi yang di capai Muncul Belum muncul

Sikap Spiritual Anak mampu menghargai diri


sendiri (merawat tubuh) sebagai
rasa syukur kepada Tuhan
Sikap Sosial Mengetahui cara hidup sehat
Memiliki perilaku mandiri

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


445

Pengetahuan Mengenal anggota tubuh


Mengenal nama dan fungsi suatu
benda (peralatan mandi: sikat gigi,
pasta gigi, gayung, handuk, sabun,
dan kloset)
Mengetahui teknologi sederhana
(peralatan mandi)
Keterampilan Dapat melakukan gerakkan
(mandi, gosok gigi, toilet training)
Menggunakan teknologi sederhana
(peralatan mandi)

Tabel 6. Model dan Materi Pendidikan Anak Usia Dini Berperspektif Gender dengan Merujuk
Kurikulum 13 PAUD
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Muatan materi Tema

KI-3 Mengenali diri, keluarga, 3.4 Mengetahui cara hidup 3.4.1 Anak dapat 3.4.1.1 Aku dan
teman, pendidik, lingkungan sehat merawat Tubuhku
sekitar, agama, teknologi, seni, tubuhnya
dan budaya di rumah, tempat 4.4. Mampu menolong
bermain dan satuan PAUD diri sendiri untuk
dengan cara: mengamati, dengan hidup sehat
indera (melihat, mendengar,
menghidu, merasa,meraba)
menanya: mengumpulkan
informasi, menalar dan
mengkomunikasikan melalui
kegiatan bermain
2.4 Memiliki perilaku 2.4.1 Anak dapat 2.4.1.1 Aku dan
KI-2. Memiliki perilaku hidup yang mencerminkan mengenal pakaianku
sikap pakaian yang
sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan
estetis akan
estetis, percaya diri, disiplin,
melindungi
mandiri, peduli, mampu dirinya
menghargai dan toleran kepada dari sex abuse
orang lain, mampu menyesuaikan
diri, jujur, rendah hati dan santun
dalam berinteraksi dengan
keluarga, pendidik, dan teman
KI-3 Mengenali diri, keluarga, 3.13 Mengenal emosi diri 3.7.2 Anak dapat 3.7.2.2Keluarga dan
teman, pendidik, lingkungan dan orang lain mengenal orang
sekitar, agama, seni, keluarga di sekitar
teknologidan budaya di rumah,
tempat bermain dan satuan
PAUD dengan cara: mengamati,
dengan indera (melihat,
mendengar, menghirup, merasa,
meraba) menanya:
mengumpulkan informasi,
menalar dan
mengkomunikasikan melalui
kegiatan bermain

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
446

KI-4 Menunjukkan yang 4.4 Mampu menolong 4.4.1 Anak dapat 4.4.1.1.Bagaimana
diketahui, dirasakan, dibutuhkan, diri sendiri untuk merawat merawat
dan dipikirkan melalui bahasa, hidup sehat tubuhnya tubuhmu?
musik, gerakan, dan karya secara
produktif dan kreatif, serta 4.1.2 Anak dapat
mencerminkan perilaku anak menjaga 4.1.1.2.Bagaimana
berakhlak mulia
tubuhnya menjaga
tubuhmu?

Tabel 7b. Rangkuman Validasi 1 Model dan


Validitas Model dan Materi Pendidikan Seks Materi Pendidikan Seks Anak Usia
Anak Usia Dini Dini dari Peserta Didik
Validasi terhadap model dan materi No. Aspek Skor Keterangan
pendidikan seks anak usia dini dilakukan kepada 1. Kognitif 15 Baik
ahli pendidikan dan psikolog anak yang memiliki
2. Afektif 9 Cukup
keahlian di bidang pendidikan seks anak usia
3. Psikomotorik 6 Kurang
dini. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
apakah model dan materi pendidikan seks usia
dini yang dikembangkan dapat Tabel 7a dan Tabel 7b menunjukkan
diimplementasikan untuk anak usia dini ataukah bahwa materi “Aku dan Tubuhku”, “Merawat
Tubuh”, dan “Menjaga Tubuh” mendapatkan
tidak.
penilaian kurang untuk aspek psikomotorik.
Validasi dilakukan dengan mengacu pada
Ketiga materi tersebut menyentuh pada hal-hal
tiga aspek Bloom, yaitu aspek kognisi, afeksi dan
yang sensitif dan selama ini dianggap tabu untuk
psikomotorik. Para ahli memberikan penilaian
dibicarakan secara terbuka. Ini menyulitkan guru
dengan menggunakan skala Likert berdasarkan
dalam penyampainnya sehingga pesan tidak
tiga kategori: (1) Baik, (2) Cukup, dan (3)
dipahami oleh anak didik. Oleh karena itu,
Kurang. Kategori Baik (skor 3) adalah materi
pendidik/guru maupun orang tua perlu
bisa dipahami dengan mudah dan disampaikan
mempertimbangkan aspek kearifan lokal dalam
tanpa menimbulkan intepretasi salah. Kategori
menyampaikannya. Materi “Aku dan Tubuhku”,
Cukup (skor 2), apabila materi mampu dipahami,
“Merawat Tubuh” dan “Menjaga Tubuh” selama
tetapi masih sulit untuk disampaikan. Kategori
ini jarang dijelaskan secara terbuka, baik oleh
Kurang (skor 1) adalah apabila materi sulit
guru maupun orang tua. Ketidakterbukaan itu
dipahami dan tidak bisa disampaikan dengan
besar kemungkinan akan berakibat fatal karena
baik. Hasil uji materi oleh ahli, diperoleh hasil
anak usia dini menjadi tidak siap apabila organ
sebagaimana disajikan pada Tabel 7a dan Tabel
vitalnya disentuh oleh orang yang tidak
7b.
bertanggung jawab.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu
Tabel 7a. Rangkuman Validasi 1 Model dan
dilakukan perbaikan, terutama untuk materi
Materi Pendidikan Seks Anak Usia
merawat tubuh dan menjaga tubuh. Perbaikan
Dini dari Ahli
materi perlu dilakukan antara lain dengan
No. Aspek Skor Keterangan
menggunakan media boneka sehingga anak didik
1. Kognitif 15 Baik dapat memahami maksud yang disampaikan.
2. Afektif 13 Baik Perbaikan materi lainnya mengarah pada
3. Psikomotorik 7 Kurang penggunaan istilah alat kelamin laki-laki maupun
perempuan. Baik guru maupun orang tua
menggunakan istilah “burung” untuk alat kelamin
laki-laki, dan “kupu-kupu” untuk alat kelamin

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


447

perempuan. Berdasarkan saran para ahli, materi pendidikan seks anak usia dini yang
seyogyanya guru maupun orang tua tidak perlu meliputi:
ragu-ragu untuk menyebut penis untuk alat (1) Aku dan Tubuhku, (2) Aku dan Pakaianku,
kelamin laki-laki ataupun vagina untuk alat (3) Keluarga dan Orang di Sekitar, (4) Merawat
kelamin perempuan pada saat mengajarkan toilet Tubuh, (5) Menjaga Tubuh. Keberhasilan uji coba
training. ini adalah apabila seluruh aspek validasi tercapai
Perbaikan pada materi merawat dan dengan sempurna. Siswa tidak saja mampu
menjaga tubuh juga menyangkut penajaman memahami (kognisi), memiliki kesadaran adanya
informasi yang disampaikan antara lain terkait kemungkinan bahaya yang akan menimpa
dengan kemungkinan anak mengalami tindakan dirinya (afektif), tetapi sekaligus mampu
sodomi ataupun kekerasan seksual. Untuk menolong dirinya sendiri jika bahaya
keperluan ini, guru maupun orang tua bisa mengancam dirinya (psikomotorik).
menggunakan media khusus (seperti boneka) Aspek kognisi dengan melihat apakah
agar materi yang disampaikan dapat diterima siswa mampu menceritakan kembali materi yang
oleh anak. Jika penjelasan tersebut masih belum disampaikan guru. Pada aspek afeksi, siswa
memadai, guru ataupun orang tua bisa dilihat apa yang terbersit dalam benaknya jika
mengembangkan cara lain, yakni dengan ada kekerasan seksual. Pada aspek psikomotorik
mengembangkan materi menjaga tubuh ke dalam dilihat respon yang dilakukan siswa ketika terjadi
cerita animasi, seperti anak yang akan disodomi kekerasan seksual. Hasil yang diperoleh pada
tetapi bisa menyelamatkan diri. langkah uji coba ini disajikan dalam Tabel 8b.
Setelah dilakukan perbaikan terhadap
model dan materi pendidikan seks anak usia dini,
Tabel 8b. Rangkuman Validasi 2 Model dan
diperoleh hasil sebagaimana disajikan paad
Materi Pendidikan Seks Anak Usia
Tabel 8a.
Dini dari Peserta Didik
No. Aspek Skor Keterangan
Tabel 8a. Rangkuman Validasi 2 Model dan
Materi Pendidikan Seks Anak Usia 1. Kognitif 15 Baik
Dini dari Ahli 2. Afektif 15 Baik
No. Aspek Skor Keterangan 3. Psikomotorik 13 Baik

1. Kognitif 15 Baik
Berdasarkan data pada Tabel 8b, siswa
2. Afektif 15 Baik
yang menjadi sasaran uji coba secara rata-rata
3. Psikomotorik 14 Baik
menunjukkan kemampuan untuk menangkap
materi yang disampaikan oleh guru. Siswa juga
Tabel di atas menunjukkan bahwa materi
mampu mengenali potensi kekerasan seksual
tentang Aku dan Tubuhku, Menjaga dan
yang mungkin akan dialaminya dan sekaligus
Merawat Tubuh dengan mengunakan media
mampu mengemukakan pilihan tindakan yang
boneka bisa lebih mudah disampaikan dengan
akan dilakukannya jika kekerasan seksual benar-
baik. Tidak ada keraguan dari guru untuk
benar terjadi pada dirinya.
menjelaskan tentang hal yang dianggap tabu.
Sesi uji coba kelompok pengguna
Hasil perbaikan terhadap model dan materi
membuktikan bahwa materi-materi pendidikan
pendidikan seks usia dini peneliti melakukan uji
seks anak usia dini sangat efektif bila dilakukan
coba dengan menyampaikan materi pendidikan
melalui sentra bermain peran. Tetapi, sentra
seks usia dini kepada siswa kelompok B,
bermain peran ini membutuhkan alat bantu
TK/PAUD Yasmin yang berada di lingkungan
berupa media pembelajaran yang mendukung
Universitas Muhammadiyah Jember. Jumlah
seperti boneka, gambar-gambar ilustrasi dan
siswa yang mengikuti uji coba sebanyak 15
slide maupun film pendek.
siswa. Kepada ke-15 siswa disampaikan materi-

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse
448

PENUTUP dana sehingga penelitian ini berjalan dengan


Pendidikan seks pada anak usia dini bukan lancar.
mengajarkan anak untuk melakukan seks bebas
ketika mereka dewasa kelak. Pendidikan seks DAFTAR PUSTAKA
dimaksudkan agar anak memahami akan kondisi Atiqah, Mar’atul. 2015. Penggunaan Toilet
tubuhnya, kondisi tubuh lawan jenisnya, serta Training untuk Pengenalan Pendidikan
menjaga dan menghindarkan anak dari kekerasan Seks pada Anak Usia 4-5 Tahun TK
seksual. Pendidikan seks anak usia dini dapat Pembina.
dimulai dari hal yang sederhana, yaitu (1) http://id.portalgaruda.org/?ref=author&m
mengenalkan anatomi tubuh; (2) mengenalkan od=profile&id=236463. Diunduh 15 Juni
cara berkembangbiak makhluk hidup (manusia 2015.
dan binatang); (3) mengajari anak untuk
membersihkan alat genitalnya dengan benar Chomaria, Nurul. 2014. Pelecehan Anak, Kenali
setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air dan Tangani, Menjaga Buah Hati dari
besar (BAB), dan lain-lain. Selanjutnya, materi Sindrom. Solo: Tiga Serangkai.
ini dimasukkan dalam topik-topik sebagai
berikut: (1) Aku dan Pakaianku; (2) Keluarga dan Erawati, A., dkk. 2002. Relasi Gender dalam
Orang di Sekitarku, dan (3) Cara Merawat dan Islam. Surakarta: Pusat Studi Wanita
Menjaga Tubuh. STAIN Surakarta Pers.
Penyampaian tiga materi antara lain “Aku
dan Tubuhku”, “Cara Merawat dan Menjaga Ilmawati, Zulia. 2014. Bagaimana Pendidikan
Tubuh” ini tidak mudah. Hal itu disebabkan tiga Seks dalam Perspektif Islam?
materi ini menyentuh pada hal-hal yang sensitif http://id.theasianparent.com/pendidikan-
dan selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan seksdalam-perspektif-islam/,12 Maret
secara terbuka. Oleh karena itu, guru dan orang 2014
tua perlu mempertimbangkan aspek kearifan
lokal dalam menyampaikannya. Tema yang Ideo, Watik. 2014. Aku Anak yang Berani, Bisa
perlu perhatian dan kehati-hatian dalam Melindungi Diri Sendiri. Jakarta: PT
menyampaikannya adalah “Cara Merawat dan Gramedia Pustaka Utama.
Menjaga Tubuh”. Materi ini memberi
Pujianti, Yuli. 2012. “Mengembangkan Konsep
pemahaman pada anak usia dini tentang
Diri melalui Kegiatan Bermain Peran”.
bagaimana merawat (yang terkait dengan
Jurnal Pendidikan Usia Dini. Prodi PAUD
kebiasaan membersihkan) dan menjaga organ
Program Pascasarjana Universitas Negeri
vital anak dari orang-orang yang tidak
Jakarta.
bertanggung jawab (pedofil). Guru dan orang tua
bisa menggunakan media khusus (seperti boneka) Kristiani, Reneta. 2010. “Kekerasan Seksual pada
agar materi yang disampaikan dapat diterima
Anak”. Artikel Pulih, Volume 15, Juni
oleh anak. Jika penjelasan tersebut masih belum
2010.
memadai, guru atau orang tua bisa
mengembangkan cara lain, yakni dengan Kurniawati, M. 2003. “Latar Belakang
mengembangkan materi menjaga tubuh ke dalam Kehidupan Laki-laki yang Menjadi Waria:
cerita animasi. sebuah Kegagalan dalam Proses
UCAPAN TERIMA KASIH Pendidikan Identitas Gender. Hasil
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Penelitian (Tidak Diterbitkan). Jakarta:
LPPM UM Jember yang telah memberikan Fakultas Psikologi Universitas
dukungan sehingga penelitian ini dapat Tarumanegara.
terselesaikan. Terima kasih juga disampaikan
kepada DIKTI yang telah memberikan bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014.

Cakrawala Pendidikan, Oktober 2015, Th. XXXIV, No. 3


449

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum


Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.
Depdikbud.

Mufidah, Ch. 2008. Psikologi Keluarga Islam


Berwawasan Gender. Malang: UIN
Malang Press.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan


Demokratis. Bandung: Kencana.

Sugijokanto, Suzie. 2014. Cegah Kekerasan pada


Anak. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Supeni, Siti. 2015. “Pengembangan Model


Internalisasi Pendidikan Karakter Pancasila
pada Guru Pendidikan Anak Usia Dini”.
Cakrawala Pendidikan. Th. XXXIV, No.
1.

Suyanto, Bagong. 2014. “Mewaspadai Monster


Pedofilia. Jawa Pos. 19 April 2014.

Syaodih, Ernawulan dan Handayani, Hani. 2015.


“Peran Pendidik PAUD dalam
Implementasi Kurikulum 2013 PAUD”.
Prosiding Seminar Nasional. Peran
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di
Indonesia, Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.

Trianto. 2011. Desain Pengembangan


Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia
Dini TK/ RA & Anak Usia Kelas Awal
SDMI. Jakarta: Kencana.

Model dan Materi Pendidikan Seks Anak Usia Dini Perspektif Gender untuk Menghindarkan Sexual Abuse

Anda mungkin juga menyukai