Anda di halaman 1dari 2

II.

4 Nasib Obat Dalam Tubuh

A. Absorpsi
Obat-obat yang diberikan peroral akan diabsorpsi bila molekul obat berada dalam
bentuk terlarut. Molekul obat mula-mula berikatan dengan mukosa lambung atau usus,
kemudian obat mencapai lapisan yang lebih dalam dari membran sel tapi belum sampai
ke pembuluh darah. Penyerapan obat dapat terjadi di lambung atau usus halus.
Penyerapan obat di lambung tergantung pada keadaan lambung yang penuh atau
kosong. Saat saluran pencernaan berada dalam keadaan istirahat, spincter pylorus agak
membuka dan obat yang diberikan peroral dapat melintas dengan mudah dan akan
diserap di usus halus. Selanjutnya obat akan menembus dinding pembuluh darah dan
masuk kedalam sirkulasi darah (Aiache, 1993). Suatu obat dapat mencapai tempat kerja
di jaringan atau organ harus melewati berbagai membran sel. Pada umumnya, membran
sel mempunyai struktur lipoprotein yang bertindak sebagai membran lipid
semipermeabel (Shargel dan Yu, 1988). Mekanisme absorpsi obat melewati membran
sel dapat berlangsung dengan beberapa cara yaitu: difusi pasif, filtrasi, transport aktif,
transport dengan fasilitas, transport pasangan ion dan pinositosis (Ritschel, 1980).

B. Distribusi
Obat setelah masuk ke dalam peredaran darah akan disebarkan keseluruh tubuh
melalui aliran darah. Pada tahap ini sebagai obat dapat berikatan dengan protein darah
dan membentuk kompleks obat protein yang reversibel dan umumnya melibatkan
albumin. Obat yang terikat dengan protein merupakan suatu kompleks besar yang tidak
dapat melewati membran sel dengan mudah sehingga tidak aktif secara farmakologik.
Sebaliknya obat bentuk bebas atau tidak terikat dapat melewati membran sel dan
didistribusikan ke semua jaringan, dan obat dapat berinteraksi dengan reseptor untuk
menghasilkan efek farmakologik. Pada keadaan ini terjadi reaksi kesetimbangan bolak
balik antara kompleks obat-protein dengan obat bebas (Aiache, 1993).
C. Metabolisme
Metabolisme obat terbesar adalah pada hati, juga terjadi di ginjal, jaringan otot,
dinding usus dan saluran darah. Obat yang mengalami metabolisme pada epitel saluran
pencernaan dan hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik dikenal dengan metabolisme
lintas pertama. Obat-obat dapat mengalami metabolisme sebagian sebelum diekskresi
(Ritschel, 1980).
Tujuan metabolisme obat adalah untuk:
a. menghasilkan energi dan pertahanan tubuh.
b. peruraian menjadi bentuk yang lebih sederhana (katabolisme).
c. membentuk molekul kompleks (biosintesis).
d. konversi senyawa lebih polar, larut dalam air dan menjadi bentuk terionisasi
sehingga mudah dieliminasi.

Empat reaksi kimia yang terlibat dalam metabolisme obat yaitu: oksidasi,
reduksi, hidrolisis dan konjugasi (Aiache, 1993). Faktor yang mempengaruhi
metabolisme obat yaitu induksi enzim yang dapat meningkatkan kecepatan
biotransformasi. Selain itu inhibisi enzim yang merupakan kebalikan dari induksi
enzim, biotranformasi obat diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya
meningkat, menimbulkan efek menjadi lebih besar dan lebih lama. Kompetisi
(interaksi obat) juga berpengaruh terhadap metabolisme dimana terjadi oleh obat
yang dimetabolisir oleh sistem enzim yang sama (contoh alkohol dan barbiturat).
Perbedaan individu juga berpengaruh terhadap metabolisme karena adanya genetic
polymorphism, dimana seseorang mungkin memiliki kecepatan metabolisme
berbeda untuk obat yang sama (Hinz, 2005).
D. Ekskresi
Ekskresi obat merupakan proses eliminasi akhir suatu obat dari dalam tubuh.
Molekul-molekul obat dikeluarkan dari tubuh tanpa atau setelah mengalami perubahan
hayati (biotransformasi).
Obat dapat diekskresikan melalui berbagai rute (Aiache, 1993) yaitu:
a. ginjal, organ utama untuk mengeliminasi obat dari tubuh melalui urine.
b. feses, khususnya untuk obat-obat yang sukar diabsorpsi dan tinggal dalam
saluran lambung-usus.
c. empedu, bila reabsorpsi obat dari saluran lambung-usus kecil. d. paru-paru,
tempat keluar obat-obat yang mudah menguap melalui ekspirasi pernafasan.

II.5. INDIKASI & DASAR PEMILIHAN

1.Untuk meringankan nyeri inflamasi pasca operasi


2. Untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang
3. Untuk meringankan gejala osteoarthritis
4. Untuk meringankan gejala rheumatoid arthritis
5. Untuk meringankan nyeri dysmenorrhea primer

II.6. KONTRA INDIKASI & ALASANNYA


1.Tukak lambung

2.Hipersensitif terhadap zat aktif


Seperti halnya dengan anti inflamasi non steroid lainnya, kalium diklofenak
dikontraindikasikan pada pasien dimana serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut ditimbulkan
oleh asam asetilsalisilat atau obat-obat lain yang mempunyai aktivitas menghambat
prostaglandin sintetase

Anda mungkin juga menyukai