Anda di halaman 1dari 52

A.

Judul Perccobaan : Identifikasi aldehid, keton, dan


asam karboksilat
B. Hari/tanggal percobaan : selasa/12 februari 2018
C. Hari/tangga selesai percobaan : selasa/12 februari 2018
D. Tujuan percobaan :
1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung
gugus aldehid
2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung
gugus keton
3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung
gugus karboksilat
4. Membedakan antara aldehid, keton dan karboksilat yang
terdapat di dalam senyawa organik
E. Dasar Teori
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid
memiliki sifat lebih reaktif daripada alkohol dan dapat mengalami reaksi
adisi dan oksidasi. Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam dan dapat
mengalami reaksi polimerisasi (Hart, 1998).
Aldehid mempunyai setidaknya satu atom Hidrogen (H) yang terikat
pada gugus karbonilnya. Rumus umus dari aldehid adalah R – COH.
Penamaan secara IUPAC pada aldehid adalah dengan mengganti huruf “a”
pada alkana menjadi “al” sehinnga menjadi alkanal. Tata cara penamaan
adalah rantai terpanjang yang memiliki gugus fungsi karbonil (Hornback,
2006).
Keton adalah suatu senyawa organik yang memiliki sebuah gugus
karbonil yang terikat pada dua gugus alkil. Keton bersifat polar karena
gugus karbonilnya polar dan keton lebih mudah menguap (volatile) daripada
alkohol dan asam karboksilat. Struktur dari keton sama seperti aldehid, yang
terdiri atas atom-atom karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan
rumus struktur R-CO-R’, dengan R adalah alkil dan –CO- adalah gugus
fungsi keton (Fessenden, 1997).

1
Aldehid mudah teroksidasi sedangkan keton sedikit sulit teroksidasi.
Aldehi memiliki sifat yang lebih reaktif dibandingkan senyawa keton
terhadap reaksi adisi nukleofilik (Antony, 1992).
Karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat
pada oksigen maka tidak terjadi ikatan hidrogen seperti alkohol. Sebaliknya
aldehid dan keton adalah senyawa polar yang dapat membentuk gaya tarik-
menarik elektrostatika yang relatif kuat antar molekulnya, bagian positif
sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari molekul yang lain
(Respati, 1986).
Sifat-sifat unik gugus karbonil mempengaruhi sifat fisika aldehida
dan keton. Karena senyawaan ini polar, dan karena itu melakukan tarik-
menarik dipol-dipol antarmolekul, aldehida dan keton mendidih pada
temperatur yang lebih tinggi dari pada senyawaan nonpolar yang bobot
molekulnya bersamaan. Secara terbatas aldehid dan keton dapat mensolvasi
ion (Pudjaatmaka, 1982).
Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur
karbon, hidrogen dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi
alkohol, aldehida dari alkohol primair, sedangkan keton dari alkohol
sekunder. Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional (gugus
karbonil) yang sama, maka sifat kimianya hampir sama, tetapi sifat
fisikanya berlainan (Besari, 1982)
Formaldehida, suatu gas tidak berwarna, mudah larut dalam air.
Larutan 40 % dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam
pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut
paraformaldehida, digunakan sabagai antiseptik dan insektisisda. Aldehida
adalah bahan baku penting dalam pembuatan asam asetat, anhidrida asetat
dan esternya, yaitu etil asetat (Achmadi, 1989).
Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan
volatil (titik didih 56o C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang
baik untuk macam-macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai
pelarut pernis, lak dan plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut organik
lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sifat ini

2
digabungkan dengan volatilitasnya, membuat aseton sering digunakan
sebagai pengering alat-alat laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang
masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan aseton yang menempel
kemudian menguap dengan mudah. Salah satu metode pembuatan aseton
adalah melalui dehidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan katalis
tembaga (Achmadi, 1989).
Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan
struktur yang mempengaruhinya:

1. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton


mengalami kesukaran dalam beroksidasi.
2. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang
sama. Hal ini disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang
dilindungi dibandingkan dengan keton, begitu pula aldehid lebih
mudah dioksidasi dari keton.
3. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat
dengan jumlah atom yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan
pada keton sering mengalami pemutusan ikatan yang menghasilkan
2 ikatan asamkarboksilat dengan jumlah atom karbon dari keton
mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik
menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang
sama banyak. (Fessenden, 1997)
Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui
oksidator dapat digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut
(Fessenden, 1997).
Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang
termasuk senyawa keton. Selain dengan menggunakan Uji Tollen untuk
membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga menggunakan Uji
Fehling. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid
menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1998).
Reaksi-reaksi aldehid dan keton :
1. Oksidasi

3
Dipergunakan untuk membedakan aldehid dan keton. Aldehid mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldeid
dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah misalnya
larutan Ag-amoniakal (reaksi cermin perak) dan dengan reagen
fehling.
2. Reduksi
a. Reduksi menjadi alkohol
b. Reduksi menjadi hidrokarbon
c. Reduksi pinakol
3. Addisi senyawa Grignard
Aldehid membentuk alkohol sekunder, sedangkan keton
menghasilkan alkohol tersier.
4. Addisi sianida pembentukan sianohidrin
Senyawa ini berguna pembuatan asam alfa hidroksi.
5. Addisi NaHSO3
Aldehid keton yang sederhana, dapat mengaddisi NaHSO3
menghasilkan senyawa yang berbentuk Kristal (Respati, 1986).
Pereaksi benedict dan fehling adalah larutan basa berwarna biru dari
tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda. Jika aldehida dioksidasi
dengan pereaksi benedict dan fehling diperoleh endapan tembaga oksida
(Cu2O) yang merah cerah. Aldehida teroksidasi menjadi asam asetat.
(Budhikarjono, 2007).

Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang


mengandung gugus karboksil, -CO2H. Gugus karboksil mengandung
sebuah gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil; antar-aksi dari kedua
gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik (Fessenden,
1997).

Asam karboksilat adalah salah satu senyawa organik yang diselidiki


paling awal oleh para kimiawan. Asam karboksilat paling penting dalam
kimia organik (Hammond, dkk.,1988).

4
Gugus karboksil (-COOH) mengandung gugus karbonil dan gugus
hidroksil sekaligus. Dapat diduga bahwa asam karboksilat bersifat seperti
golongan senyawa organik yang mengandung gugus tersebut. Seperti
halnya alkohol, asam menjalani pengikatan hidrogen antar molekul.
Interaksi ini menyebabkan titik leleh dan titik didih yang tinggi. Asam yang
berbobot molekul rendah juga sangat larut air karena senyawa ini mampu
berikatan hidrogen dengan air (Rasyid, 2006).

Asam karboksilat berbeda dari alkohol dari segi derajat kemudahan


melepaskan ion hidrogen. Dapat diketahui bahwa kekuatan suatu asam
diukur dari konsentrasi ion hidrogen yang diberikannya dalam larutan
berair. Asam karboksilat termasuk asam lemah bila dibandingkan dengan
asam anorganik seperti asam klorida dan asam sulfat. Tetapi senyawa ini
termasuk asam kuat bila dibandingkan dengan golongan senyawa organik
lainnya. Kekuatan asam karboksilat bergantung pada keelektronegatifan
gugus R dalam R-COOH. Semakin besar keelektronegatifan gugus R,
semakin mudah hidrogen mengion, sehingga semakin kuat asam itu
(Stanley,dkk., 1980).

Karena asam karboksilat merupakan senyawa yang telah lama


ditemukan, maka nama umum masih sering digunakan. Dengan sistem
IUPAC, nama karboksilat diturunkan dari nama alkana induk dengan
didahului kata asam dan akhiran -at atau -oat (Rasyid, 2006). Sebagaimana
diramalkan dari strukturnya, asam karboksilat bersifat polar, seperti halnya
alkohol. Asam karboksilat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya
atau dengan molekul lain. Karena itu, titik didihnya lebih tinggi
dibandingkan dengan alkohol dengan bobot molekul sama tetapi titik
didihnya berturut-turut 118oC dan 97oC. Penetapan bobot molekul
menunjukkan bahwa asam-asam format dan asetat merupakan dimer
dalam pelarut non polar, sekalipun dalam keadaan gasnya. Dua molekul
saling berpegangan melalui ikatan hidrogen (Rasyid, 2006).

Untuk memahami tingkat keasaman yang lebih besar dari asam


karboksilat dibandingkan dengan air dan alkohol, bandingkan perubahan

5
Identifikasi Gugus Aldehid, Keton, dan Asam Karboksilat Page 12
struktural yang menyertai ionisasi salah satu jenis alkohol (etanol) dan salah
satu jenis asam karboksilat (asam asetat) (Carey, 2000).

F. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung Reaksi 16 buah
b. Thermometer 1 buah
c. Erlenmeyer 50 mL 1 buah
d. Gelas Kimia 1 buah
e. Corong Hirsch 1 buah
f. Corong Buchner 1 buah
g. Kaki Tiga + Kasa 1 buah
h. Pipet 10 buah
i. Labu Dasar Bulat 1 buah
j. Pendingin Refluks 1 buah
k. Desikator 1 buah
l. Kertas Saring 2 buah
2. Bahan
a. Asetaldehid secukupnya
b. Sikloheksanon 1 buah secukupnya
c. n-Heptaldehida secukupnya
d. Aseton secukupnya
e. Formalin secukupnya
f. Isopropil Alkohol secukupnya
g. Etanol secukupnya
h. Reagen Benedict secukupnya
i. Larutan NaOH secukupnya
j. Larutan AgNO3 secukupnya
k. Larutan NH4OH secukupnya
l. Larutan Natrium Bisulfit secukupnya
m. HCl secukupnya
n. Fenilhidrasin secukupnya

6
o. CH3COONa secukupnya
p. Larutan Iodium secukupnya
q. Larutan FeCl3 secukupnya
r. Larutan K4FeCN6 1 M secukupnya
G. Alur
1. Tollens
a. Pembuatan Reagen Tollens

2 mL AgNO3 1 %

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 2 tetes larutan NaOH 5%
3. Dicampur hingga homogen

Endapan

4. + NaOH 2 % setetes demi setetes


5. Dikocok hingga larut
6. Diamati

Larutan jernih tak


berwarna dan endapan
hilang

b. Pengujian dengan reagen Tollens


TABUNG 1

1 mL Reagen tollens

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 2 tetes Benzaldehid
3. Dikocok
4. Didiamkan 10 menit
5. Tempatkan di air hangat selama 5
menit bila tidak terjadi reaksi

Cermin perak

7
TABUNG 2

1 mL Reagen tollens

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 2 tetes Formalin
3. Dikocok
4. Didiamkan 10 menit
5. Tempatkan di air hangat selama 5
menit bila tidak terjadi reaksi

Cermin perak

TABUNG 3

1 mL Reagen tollens

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 2 tetes Aseton
3. Dikocok
4. Didiamkan 10 menit
5. Tempatkan di air hangat selama 5
menit bila tidak terjadi reaksi

Tidak terjadi perubahan

TABUNG 4

1 mL Reagen tollens

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 2 tetes Siklohekasnon
3. Dikocok
4. Didiamkan 10 menit
5. Tempatkan di air hangat selama 5
menit bila tidak terjadi reaksi

Tidak terjadi perubahan


8
2. Uji Fehling
a. Pembuatan Reagen Fehling

10 mL Fehling A + 10 mL Fehling B

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. Dicampur hingga homogen

Reagen Fehling

b. Pengujian dengan Reagen Fehling


TABUNG 1

5 mL Reagen Fehling

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + beberapa tetes formaldehid
3. Ditempatkan ke pemanas
4. Diamati perubahan setelah 10 menit

Endapan merah bata

TABUNG 2

5 mL Reagen Fehling

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + beberapa tetes Aseton
3. Ditempatkan ke pemanas
4. Diamati perubahan setelah 10 menit

Tidak terjadi perubahan

TABUNG 3

9
5 mL Reagen Fehling

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + beberapa tetes Sikloheksanon
3. Ditempatkan ke pemanas
4. Diamati perubahan setelah 10 menit

Tidak terjadi perubahan

3. Adisi Bisulfit

5 mL larutan Jenuh NaHSO3

1. Di masukkan ke Erlenmeyer
2. Didinginkan dengan air es
3. + 2.5 mL aseton setetes demi setetes
4. Dikocok 5 menit
5. + 10 mL Etanol
Hablur

6. Disaring

Hablur Filtrat

7. + beberapa tetes HCl pekat dan diamati

Hasil Pengamatan

10
4. Fenilhidrazin
a. Tabung 1

2.5 mL Fenilhidrasin

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 10 tetes benzaldehid
3. Tabung ditutup dan diguncang
4. disaring

residu filtrat

5. Dicuci
6. Dihablur dengan methanol
7. Dibiarkan kering
8. Diamati dan ditentukan titik leleh

Hasil pengamatan

b. Tabung 2

2.5 mL diFenilhidrasin

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 10 tetes sikloheksanon
3. Tabung ditutup dan diguncang
4. disaring

residu filtrat

5. Dicuci
6. Dihablur dengan methanol
7. Dibiarkan kering
8. Diamati dan ditentukan titik leleh
Hasil pengamatan

11
5. Reaksi Haloform
TABUNG 1

3 mL larutan NaOH 5 %

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 5 tetes Aseton
3. + 10 mL larutan Iodium sambal
diguncang
4. Diamati endapan Iodium
5. Dicatat baunya

Larutan berwarna kuning

TABUNG 2

3 mL larutan NaOH 5 %

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 5 tetes Isopropil Alkohol
3. + 10 mL larutan Iodium sambal
diguncang
4. Diamati endapan Iodium
5. Dicatat baunya
Larutan berwarna kuning

6. Kondensasi Aldol

4 mL larutan NaOH 1 %

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 0.5 mL Asetaldehid
3. Diguncang dan dicatat baunya
4. Didihkan selama 3 menit
5. Catat bau tengik

Hasil Pengamatan

12
7. Identifikasi Asam Karboksilat

5 mL asam Cuka

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 3 mL KMnO4
3. Diamati

Tidak terjadi perubahan

5 mL asam Cuka

1. Di masukkan ke tabung reaksi


2. + 5 mL FeCl 5 %
3. Dipanaskan sampai terjadi endapan
merah
4. disaring

filtrat residu

Warna larutan Warna FeCl

Dibandingkan

13
H. Hasil Pengamatan
no Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi kesimpulan
sebelum sesudah
1  AgNO3 :  AgNO3(aq  2AgNO3(aq)+ Reagen tollens
larutan )+NaOH( 2NaOH(aq) dapat digunakan
tidak aq)= untuk
larutan Ag2O(s) +
berwarna membedakan
 NaOH berwarna NaNO3(aq) + senyawa aldehid
5%: abu-abu dan keton
H2O(l)
larutan keruh dan
tidak terdapat  Ag2O(s) +
berwarna endapan
NH4OH(aq)
 NH4OH : abu-abu
 AgNO3 2[Ag(NH3)2OH]
larutan
tidak 5% +
berwarna NaOH
5%+
NH4OH
2%=
endapan
larut,
larutan
tidak
berwarna

14
 Reagen
Tollens=
larutan jernih
tidak
berwarna
pada saat
jumlah
tetesan
NH4OH 2%
sebanyak 60
tetes.
 Benzaldehid:  Benzaldehid + H5C6COH(aq) + Aldehid dapat
larutan jernih, Reagen 2Ag(NH3)2OH(aq) bereaksi dengan
tidak Tollens: larutan  2Ag(s) + Tollens sedangkan
berwarna jernih tidak Keton tidak dapat
C6H5COH(aq) +
berwarna bereaksi dengan
Didiamkan: 2NH3(aq) + 2H2O(l)
 Formalin: Tollens.
larutan jernih
larutan tidak tak berwarna
berwarna Dipanaskan:
larutan jernh
 Sikloheksano tidak berwarna,
n: larutan terbentuk
berwarna cermin perak
kuning muda

15
 Reagen HCOH(aq) +
 Aseton: Tollens+ 2Ag(NH3)2OH(aq)
larutan tidak formalin:  2Ag(s) +
berwarna, larutan H2CO2(aq) + NH4-
berbau berwarna (aq) + H2O(l)
menyengat abuabu
Didiamkan:
 Reagen Larutan tidak
tollens tidak berwarna,
berwarna terdapat
endapan abu-
abu
Dipanaskan:
terbentuk
cermin
perak,
terdapat
endapan abu-
abu

16
 Reagen CH3COCH3(aq) +
Tollens s+ 2Ag(NH3)2OH(aq)
aseton: tidak ↛
berwarna
Didiamkan :
tidak
berwarna
Dipanaskan=
tidakberwarn
a

17
 Reagen Tollens
s+
sikloheksanon=
larutan 
berwarna (aq) +
abuabu 2Ag(NH3)2OH(aq)
Didiamkan : ↛
larutan
berwarna abu-
abu
Dipanaskan :lar
utan berwarna
abu-abu pudar

18
2 Uji Fehling  Fehling A:  Fehling A: Fehling dapat
larutan larutan digunakan untuk
berwarna biru berwarna biru menguji aldehid.
 Fehling B:  Fehling B:
larutan tidak larutan
berwarna berwarna biru

19
Formaldehid:  Reagen HCOH(aq) + Aldehid dapat
larutan tidak Fehling + 2Cu2+(aq) + bereaksi dengan
berwarna Formaldehid NaOH(aq) + fehling
: larutan
H2O(l)  Cu2O(s) menghasilkan
berwarna
biru + HCOONa(aq) + endapan merah
 Reagen 4H+(aq) bata sedangkan
Fehling + keton tidak dapat
Formaldehi bereaksi dengan
d+ fehling
dipanaskan:
membentuk
endapan
merah bata,

Aseton:  Reagen H3CCOCH3(aq) +


larutan tidak Fehling + 2Cu2+(aq) +
berwarna Aseton: NaOH(aq) +
larutan H2O(l) ↛
berwarna biru
Reagen
Fehling +
Aseton +
dipanaskan:
larutan
berwarna biru

20
Sikloheksano  Reagen
n: larutan Fehling +
tidak sikloheksano
berwarna n: larutan
berwarna
(aq) + 2Cu2+(aq) +
biru
Reagen NaOH(aq)
Fehling + +H2O(l) ↛
sikloheksano
n+
dipanaskan:
larutan
berwarna
biru

21
3  Natrium  Natrium  CH3COCH3(aq) + Keton dapat diadisi
bisulfit jenuh dengan
bisulfit jenuh:
+ aseton: NaHSO3(aq)  menggunakan
larutan tidak larutan tidak larutan Natrium
berwarna Bisulfit
berwarna
 Natrium
 Aseton: larutan bisulfit jenuh
+ aseton +
tidak berwarna
etanol: larutan
 Akuades: tidak keruh
berwarna
berwarna
putih (aq)
 Etanol: larutan  Natrium
bisulfit jenuh
tidak berwarna
+ aseton +
HCl pekat: etanol + HCl:
larutan tidak larutan tidak
berwarna berwarna
(endapan

larut)
Jumlah tetesan (aq) + HCl(aq) 
HCl pekat: NaO(s) +
300 tetes H3CCOCH3(aq)
(penetesan + SO2(g)
HCl hingga
endapan larut)

22
4  Fenilhidrazin:  Fenilhidrazin Benzaldehid
larutan + dapat bereaksi
Benzaldehid: dengan
berwarna terbentuk 2 fenilhidrazin
kuning lapisan larutan, yang ditandai
lapisan bagian dengan adanya
 Benzaldehid: (aq) +
atas keruh perubahan warna
larutan tidak vanila, lapisan
dan endapan
bagian bawah
berwarna berwarna pada larutan.

Etanol: larutan kuning.


 Kristal + (aq) ⇆ c(aq)
tidak berwarna
etanol: larutan
berwarna
merah
kecoklatan
 Titik leleh
Benzaldehid =
111C

23
Sikloheksanon:  Sikloheksanon
 Fenilhidrazin
larutan tidak
+ dapat bereaksi
berwarna Sikloheksanon
: terbentuk 2 
dengan
lapisan, larutan (aq) + fenilhidrazinya
(filtrat)
ng ditandai
berwarna putih
keruh, endapan dengan adanya
berwarna
perubahan
kuning di (aq) ⇆
bagian atas warna dan
larutan.
endapan pada
 Kristal +
etanol: larutan larutan.
berwarna
merah
kecoklatan −H2 O
Titik leleh (aq) →
Sikloheksanon
= 78C

(aq)

24
5  Aseton: larutan  aseton + CH3COHCH3 Aseton dapat
tidak berwarna NaOH: larutan (aq) + 3I2 (aq) membentuk
 Larutan NaOH + 3NaOH (aq) iodoform
tidak berwarna tidak berwarna  I3CCOCH3 dengan
 Larutan aseton + NaOH (s) + 3HI (aq) terbentuknya
isopropyl + I2: larutan + 2H2O (l) endapan warna
alkohohol : kuning
berwarna
larutan tidak
kuning dan
berwarna
terbentuk
 Larutan I2 :
larutan endapan
berwarna kuning.
kuning

25
 Isopropil  Isopropil  CH3CHOHCH3(a Isopropil
q) + I2(aq) + alkohol dapat
alkohol: alkohol +
NaOH(aq)  bereaksi dan
larutan tidak NaOH: larutan CH3COCH3(aq) + NaOH dan I2
berwarna tidak berwarna 2HI(aq) + dengan
2H2O(l) membentuk
Isopropil  CH3COCH3(aq) + iodoform
alkohol + 3I2(aq) + dengan
NaOH + I2: 3NaOH(aq)  terbentuk
larutan I3CCOCH3(s) +
endapan warna
berwarna 3HI(aq) +
kuning lebih
kuning dan 2H2O(l)
sedikit
terbentuk  I3CCOCH3(s) +
endapan NaOH(aq) 
kuning. CHI3(aq) +
CH3COONa(aq)

26
6  NaOH 1%:  NaOH + 2CH3COH(aq)  Asetaldehid
Asetaldehid: + OH-(aq)  direaksikan
larutan tidak
larutan tidak CH3CHOHCH2
berwarna berwarna kalor dengan basa
 NaOH + COH(aq) →
larutan tidak CH3CHCHCO membentuk
Asetaldehid +
berwarna dikocok + H(aq) + H2O(l) aldol
dipanaskan:
Asetaldehid:
larutan
larutan tidak
berwarna
berwarna kuning dan
lama-kelamaan
berubah warna
menjadi
orange (++)
serta terbentuk
endapan merah
bata
Bau: berbau
tengik

27
7  Asam cuka: Asam cuka + CHOOH(aq) + Asam
larutan tidak
kalium 2MnO4-(aq)  karboksilat
permanganat: 2MnO2(s) + dapat
berwarna larutan 2OH-(aq) + dioksidasi
Kalium berwarna ungu 2H2O(l) +
permanganat: pekat. 3CO2(g)
larutan
berwarna ungu

28
 Natrium asetat:  Natrium asetat  CH3COONa(a Warna yang
dihasilkan
larutan tidak + besi (II) q) + FeCl3(aq)
berbeda.
berwarna klorida: larutan  3CH3COO-
Besi (II) berwarna (aq) +
klorida: larutan merah
Fe3+(aq) +
berwarna
kuning  Natrium asetat 3NaCl(aq)
+ besi (II) FeCl3(aq) +
klorida + K4[Fe(CN)6](a
q) 
dipanaskan: Fe4[Fe(CN)6]3(
larutan aq) + KCl(aq)
berwarna
merah
kecoklatan
Filtrat +
K4[Fe(CN)6]:
larutan
berwarna biru
kehijauan

29
I. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan ini memiliki empat tujuan yaitu :
1. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus aldehid
2. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus keton
3. Mengidentifikasi senyawa organik yang mengandung gugus
karboksilat
4. Membedakan antara aldehid, keton dan karboksilat yang terdapat di
dalam senyawa organic
Untuk membedakan antara aldehid, keton dan karboksilat terdapat
beberapa cara, yaitu :
1. Uji tollens
Langkah pertama adalah menyiapkan beberapa buah tabung
reaksi dan pipet yang sudah dicuci bersih dan setelah itu dikeringkan
dengan menggunakan oven. Hal ini bertujuan agar reagen tollens yang
terbentuk tidak terkontaminasi dengan zat lain (zat pengotor). Langkah
selanjutnya adalah memasukan 1 mL AgNO3 1 % ke dalam tabung
reaksi, setelah itu ditambahkan 1 mL NaOH 5%. Setelah itu akan
terbentuk endapan berwarna abu-abu. Endapan tersebut adalah endapan
Ag2O. dibawah ini adalah reaksinya :

2 AgNO3 (aq) + 2 NaOH (aq) → Ag2O (s) + 2 NaNO3 (aq) + H2O (l)

Langkah selanjutnya adalah dengan menambahkan larutan


NH4OH kedalam tabung reaksi tersebut tetes demi tetes sampai
endapan Ag2O larut. Penambahan ini bertujuan untuk menghilangkan
endapan.Berikut adalah reaksinya.

Ag2O (s) + NH4OH (aq) → 2[Ag(NH3)2OH] (aq)

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan 4 tabung reaksi dan


masing-masing tabung reaksi diisi oleh reagen tollens.

a. Tabung 1 (Asetaldehid)

30
Langkah pertama adalah memasukkan 2 tetes asetaldehid pada
tabung reaksi yang sudah terisi oleh 1 mL reagen tollens. Saat
didiamkan selama 10 menit, tidak ada perubahan yang terjadi.
Langkah berikutnya yaitu menempatkan tabung reaksi pada air
hangat selama 5 menit. Saat ditempatkan di air hangat, terbentuk
cermin perak pada larutan. Berikut adalah reaksinya :

H5C6COH(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq)  2Ag(s) +


C6H5COH(aq) + 2NH3(aq) + 2H2O(l)

Terbentuknya cermin perak menandakan benzaldehid


dapat bereaksi dengan reagen tollens.
b. Tabung 2 ( Formalin)
Langkah pertama adalah memasukkan 2 tetes formalin
pada tabung reaksi yang sudah terisi oleh 1 mL reagen tollens.
Saat didiamkan selama 10 menit, tidak ada perubahan yang
terjadi. Langkah berikutnya yaitu menempatkan tabung reaksi
pada air hangat selama 5 menit. Saat ditempatkan di air hangat,
terbentuk cermin perak dan endapan berwarna abu-abu pada
larutan. Berikut adalah reaksinya :

HCOH(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq)  2Ag(s) + H2CO2(aq) + NH4-


(aq) + H2O(l)

Terbentuknya cermin perak menandakan formalin dapat


bereaksi dengan reagen tollens.

c. Tabung 3 (aseton)
Langkah pertama adalah memasukkan 2 tetes aseton pada
tabung reaksi yang sudah terisi oleh 1 mL reagen tollens. Saat
didiamkan selama 10 menit, tidak ada perubahan yang terjadi.
Langkah berikutnya yaitu menempatkan tabung reaksi pada air

31
hangat selama 5 menit. Saat ditempatkan di air hangat, tidak
terjadi perubahan pada larutan. Berikut adalah reaksinya :

CH3COCH3(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) ↛

Tidak adanya perubahan pada larutan menandakan aseton tidak


dapat bereaksi dengan tollens.

d. Tabung 4 (sikloheksanon)
Langkah pertama adalah memasukkan 2 tetes sikloheksanon
pada tabung reaksi yang sudah terisi oleh 1 mL reagen tollens. Saat
didiamkan selama 10 menit, warna larutan berubah menjadi abu-
abu. Langkah berikutnya yaitu menempatkan tabung reaksi pada air
hangat selama 5 menit. Saat ditempatkan di air hangat, larutan
masih berwarna abu-abu. Secara teori, sikloheksanon tidak dapat
bereaksi dengan tollens. Kegagalan pada percobaan ini
dimungkinkan karena adanya zat pengotor yang ada di pipet atau
tabung reaksi Berikut adalah reaksinya :

(aq) + 2Ag(NH3)2OH(aq) ↛

2. Uji Fehling
Pada percobaan ini menggunakan prisnsip reduksi oksidasi.
Aldehid akan dengan mudah dioksidasi menghasilkan asam
karboksilat, sehingga aldehid merupakan oksidator kuat. Sedangkan
keton, sulit untuk dioksidasi karena dalam oksidasi keton terdapat
pemutusan ikatan karbon-karbon.
Langkah pertama adalah menyiapkan 1 buah tabung reaksi yang
sudah dicuci bersih dan setelah itu dikeringkan. Langkah selanjutnya
adalah memasukan 5 mL fehling A dan 5 mL fehling B pada satu tabung

32
sehingga terbentuk reagen fehling. Langkah selanjutnya adalah
menyiapkan 3 tabung reaksi yang masing-masing ditambahkan 3 mL
larutan fehling.

a. Tabung 1 (Formaldehid)
Langkah pertamaadalah dimasukan 2 tetes formaldehid pada
tabung reaksi yang sudah terisi oleh larutan fehling. Setelah itu
tabung reaksi dipanaskan menggunakan penanggas air dan dimatai
perubahannya selama 15 menit. Sebelum dipanaskan larutan
tersebut berwarna biru, akan tetapi setelah dilakukan pemanasan
terbentuk endapan warna merah bata. Ini berarti formaldehid dapat
bereaksi dengan pereaksi fehling. Formaldehid dapat dioksidasi
oleh ion Cu2+ dalam pereaksi fehling, karena formaldehid
mempunyai atom hidrogen yang terikat langsung pada karbon
karbonilnya. Formaldehid dalam pereaksi fehling akan mereduksi
tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah
bata. Reaksi yang terjadi :

HCOH(aq) + 2Cu2+(aq) + NaOH(aq) + H2O(l)  Cu2O(s) +


HCOONa(aq) + 4H+(aq)

b. Tabung 2 (Aseton)
Langkah ppertama dimasukkan 2 tetes aseton pada tabung
reaksi yang sudah terisi oleh larutan fehling. Setelah itu tabung
reaksi dipanaskan menggunakan penanggas air dan diamati
perubahannya selama 15 menit. Sebelum dipanaskan larutan
tersebut berwarna biru dan setelah dilakukan pemanasan larutan
tidak mengalami perubahan. Ini berarti aseton tidak dapat bereaksi
dengan pereaksi fehling. Hal ini karena aseton tidak bisa dioksidasi
dengan oksidator lemah (larutan fehling). . Hal ini juga terjadi juga
karena karena suatu gugus keton (aseton) tidak mengikat atom H
sehingga tidak dapat membentuk garam asam karboksilat. Berikut
adalah reaksinya :

33
H3CCOCH3(aq) + 2Cu2+(aq) + NaOH(aq) + H2O(l) ↛

c. Tabung 2 (Sikloheksanon)
Langkah ppertama dimasukkan 2 tetes sikloheksanon pada
tabung reaksi yang sudah terisi oleh larutan fehling. Setelah itu
tabung reaksi dipanaskan menggunakan penanggas air dan diamati
perubahannya selama 15 menit. Sebelum dipanaskan larutan
tersebut berwarna biru dan setelah dilakukan pemanasan larutan
tidak mengalami perubahan. Ini berarti sikloheksanon tidak dapat
bereaksi dengan pereaksi fehling. Hal ini karena sikloheksanon
tidak bisa dioksidasi dengan oksidator lemah (larutan fehling). .
Hal ini juga terjadi juga karena karena suatu gugus keton (aseton)
tidak mengikat atom H sehingga tidak dapat membentuk garam
asam karboksilat. Berikut adalah reaksinya :

(aq) + 2Cu2+(aq) + NaOH(aq) +H2O(l) ↛

3. Adisi Bisulfit
Percobaan ini didasarkan pada prinsip reaksi adisi. Reaksi ini
ditandai dengan terputusnya ikatan pi dan terbentuknya ikatan sigma
baru dengan atom atau gugus-gugus lain.

Langkah pertama adalah mengukur 5 mL larutan NaHSO3 jenuh.


Larutan NaHSO3 jenuh ditambahakn karena berfungsi memecah ikatan
rangkap menjadi ikatan tunggal pada aseton. Selanjutnya, dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 50 mL. kemudian itambahkan 2,5 mL aseton tetes
demi tetes sambil dikocok. Hal ini dilakukan agar campuran cepat
homogen. Aseton ditambahkan berfungsi sebagai zat yang memiliki
ikatan rangkap dua pada gugus karbonil, yang akan diadisi oleh natrium

34
bisulfat jenuh. Selanjutnya ditunggu 5 menit, untuk mengetahui terjadi
reaksi/tidak.Setelah 5 menit, Erlenmeyer diambil dan ditambahkan 10
mL. Etanol ditambahakan berfungsi sebagai salah satu bahan yang akan
bereaksi membentuk endapan.

Kemudian, mulai terlihat adanya hablur dan larutan berwarna


putih keruh di dalam Erlenmeyer. Hasil disaring dengan corong
penyaring dan kertas saring. Hasil adisi ini bila bereaksi dengan asam
akan membebaskan kembali senyawa karbonil, sehingga reaksi ini
kadang-kadang berguna untuk memisahkan senyawa karbonil dari
campurannya denagn senyawa-senyawa lain.

Untuk membuktikan teori tersebut maka endapan yang telah


diperoleh dari hasil penyaringan ditambahkan HCl pekat (tidak
berwarna) tetes demi tetes sampai endapan larut. Jumlah tetesan yang
digunakan untuk melarutkan hablur adalah 110 tetes HCl pekat.HCl
ditambahakan berfungi sebagai pelarut dari endapan dan untuk
memisahkan senyawa karbonil. Dengan persamaan reaksinya sebagai
berikut :

CH3COCH3(aq) + NaHSO3(aq)  (aq)

(s) + HCl(aq)  NaO(s) + H3CCOCH3(aq) +


SO2(g)

35
4. Uji Fenilhidrazin
Pada percobaan ini yaitu pengujian dengan fenilhidrasin yang
bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Dari
pengujian ini nantinya dapat diketahui apakah aldehid maupun keton
dapat bereaksi dengan turunan amina (fenilhidrazin) sehingga
dihasilkan fenilhidrazon.

a. Tabung reaksi I (Benzaldehid)


Langkah pertama adalah mengukur 5 mL fenilhidrazin.
Selanjutnya, dimasukkan ke dalam tabung reaksi I. Ditambahkan 10
tetes benzaldehid ke dalam tabung. Kemudian tabung di tutup dan
diguncangkan dengan sangat kuat selama 1-2 menit agar larutan
homogen dan kemudian bereaksi membentuk hablur. Berikutnya
ketika sudah muncul hablur yang berwarna kuning dibawah, yang
menunjukkan terbentuknya fenilhidrazon.

(aq) + (aq) ⇆

−H2 O
(aq) → (aq)

Kemudian larutan disaring dengan corong penyaring dan


kertas saring. Kemudian hablur dicuci dengan air dingin. Caranya
dengan meneteskan aquades dengan pipet tetes ke dalam endapan
yang masih terletak di kertas saring. Teteskan dengan mengelilingi
endapan, agar semua endapan dapat terkena. aquades ini berfungsi
untuk memperkuat bentuk endapan.

36
Selanjutnya setelah endapan sudah terbentuk dengan
sempurna, endapan dipindahkan ke kaca arloji untuk proses
pengeringan. ditambahakn etanol (tidak berwarna) sebanyak 3-5
tetes. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan lagi dan
memperbanyak jumlah endapan. sebagai wadah untuk
mengeringkan suatu bahan dalam desikator. Membutuhkan waktu
sekitar 1 hari agar endapan kering. Pengeringan dilakukan dengan
desikator. Desikator adalah alat untuk menyimpan dan
mengeringkan atau menghilangkan kadar air pada bahan yang
mudah bepengaruh pada kelembaman.

Tiga hari selanjutnya, percobaan dilanjutkan dengan


mengambil endapan yang sudah kering yang ada di dalam desikator.
Kemudian dilakukan penentuan titik leleh endapan dari benzaldehid
yang telah kering. titik leleh benzaldehid yang didapat sebesar
1110C.

b. Tabung reaksi II (aseton)

Langkah pertama adalah mengukur 5 mL fenilhidrasin


dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia.
Selanjutnya, dimasukkan ke dalam tabung reaksi II. Ditambahkan
10 tetes sikloheksanon (tidak berwarna) ke dalam tabung. Kemudian
tabung di tutup dan diguncangkan dengan kuat selama 1-2 menit
agar larutan homogeny dan kemudian bereaksi membentuk endapan.
Berikutnya ketika sudah muncul endapan yang berwarna endapan
merah kecoklatan diatas, yang menunjukkan terbentuknya
fenilhidrason. Dengan persamaan reaksinya sebagai berikut :

(aq) + (aq) ⇆

37
−H2 O
(aq) → (aq)

Kemudian larutan disaring dengan corong penyaring dan


kertas saring. Kemudian endapan dicuci dengan aquades. Caranya
dengan meneteskan aquades dengan pipet tetes ke dalam endapan
yang masih terletak di kertas saring. Teteskan dengan mengelilingi
endapan, agar semua endapan dapat terkena. aquades ini berfungsi
untuk memperkuat bentuk endapan.

Selanjutnya endapan diletakkan ke kaca arloji untuk proses


pengeringan dan diendapkan kembali dengan menambahakn etanol
sebanyak 3-5 tetes. Hal ini dilakukan untuk memastikan jika
endapan benar-benar terbebas dari kontaminasi zat lain dan untuk
memperbanyak jumlah endapan. wadah untuk mengeringkan suatu
bahan dalam desikator. Membutuhkan waktu sekitar 3 hari agar
endapan kering. Pengeringan dilakukan dengan desikator. Desikator
adalah alat untuk menyimpan dan mengeringkan atau
menghilangkan kadar air pada bahan yang mudah bepengaruh pada
kelembaman.

Tiga hari selanjutnya, percobaan dilanjutkan dengan


mengambil endapan yang sudah setengah kering (berwarna merah
kecoklatan) yang ada di dalam desikator. Kemudian dilakukan
penentuan titik leleh hablur dari sikloheksanon. Setelah dilakukan
pengukuran, titik leleh yang didapat adalah 780C.

Dari percobaan maka dapat disimpulkan jika senyawa


golongan aldehid dalam hal ini benzaldehid memilki titik didih yang
lebih tinggi dibandingkan senyawa golongan keton yang dalam hal
ini diwakili oleh sikloheksanon. Jika dibandingkan dengan

38
benzaldehid, sikloheksanon lebih rendah titik lelehnya dibanding
benzaldehid, hal ini dikarenakan pada keton tidak terdapat ikatan
hidrogen antar molekul sehingga mengakibatkan ikatannya lemah
sehingga titik lelehnya rendah menyebabkan sikloheksanon lebih
banyak membutuhkan kalor untuk memutuskan ikatan rangkapnya.

5. Reaksi Haloform
Percobaan ini didasarkan pada prinsip reaksi haloform.
Reaksi ini biasanya digunakan untuk mengenali adanya metil-keton.
Atom hydrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehid dan
keton mudah diganti oleh halogen di dalam larutan biasa. Oleh
karena itu, reaksi ini dapat digunakan untuk menyediakan iodoform,
bromoform maupun iodoform (senyawa golongan halogen). Dalam
percobaan ini akan dibuat reaksi haloform berupa iodoform.

a. Tabung reaksi I (Isopropil Alkohol)


Langkah pertama adalah mengukur 3 mL larutan NaOH
5 %) dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas
kimia. Selanjutnya, NaOH dimasukkan ke dalam tabung reaksi
I. NaOH ini berfungsi sebagai menjaga larutan agar tetap basa.
Ditambahkan 5 tetes isopropil alkohol) ke dalam tabung.

Kemudian ditambahkan 10 mL larutan iodium sambil


diguncang. Setelah ditambahkan iodium maka terlihat ada
endapan kuning. Hal ini menunjukkan jika iodoform telah
terbentuk sempurna. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

CH3COCH3(aq) + 3I2(aq) + 3NaOH(aq)  I3CCOCH3(s) +


3HI(aq) + 2H2O(l)

Dengan demikian dapat dikatakan jika golongan aldehid


yang diwakili isopropyl alkohol dapat bereaksi dalam reaksi
haloform.

b. Tabung reaksi II (aseton)

39
Langkah pertama adalah mengukur 3 mL larutan NaOH
5 % dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas
kimia. Selanjutnya, NaOH dimasukkan ke dalam tabung reaksi
II. NaOH ini berfungsi sebagai menjaga larutan agar tetap basa.
Ditambahkan 5 tetes 3-pentanon (tidak berwarna) ke dalam
tabung.

Kemudian ditambahkan 10 mL larutan iodium


(berwarna sambil diguncang. Setelah ditambahkan iodium
maka terlihat ada endapan kuning dengan jumlah endapan yang
lebih banyak. Hal ini menunjukkan jika iodoform telah
terbentuk sempurna. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut
:

CH3COCH3(aq) + I2(aq)  IH2COCH3(s) + HI(aq)

Dengan demikian dapat dikatakan jika golongan keton


yang diwakili 3-pentanon juga menunjukkan hasil positif
dalam reaksi haloform. Dalam percobaan ini aseton
menghasilkan endapan kuning yang lebih banyak dibandingkan
dengan isopropil alkohol. Hal ini dikarenakan 3-pentanon
memiliki gugus CO dengan ikatan rangkap, sedangkan
isopropil alkohol tidak ada.

6. Kondensasi Aldol
Percobaan ini didasarkan pada prinsip reaksi kondensasi
aldol. Kondensasi aldol adalah suatu reaksi penyatuan atom-atom
dalam suatu molekul atau alam molekul-molekul yang berbeda dan
membentuk senyawa baru yang lebih kompleks.

Langkah pertama adalah mengukur 4 mL larutan NaOH 1 %


dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas kimia. Gelas
ukur digunakan untuk mengukur larutan.Selanjutnya, NaOH
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. NaOH ini berfungsi sebagai

40
pengikat ikatan H dari asetaldehid untuk membentuk H2O dan
dilepas dan juga menjaga larutan agar tetap basa. Ditambahkan 0,5
mL asetaldehid ke dalam erlenmeyer. Kemudian diguncangkan
dengan baik dan diamati sekaligus dicium baunya. Dari reaksi ini
terbentuk bau tengik (bau asetaldehid).

Berikutnya larutan dididihkan selama 3 menit dengan hati-


hati. Pemanasan ini berfungsi untuk mempercepat jalannya suatu
reaksi. Kemudian dicium baunya. Dari sini muncul bau tengik yang
disebut krotanaldehid. Hal ini berarti sesuai dengan reaksinya yaitu:

kalor
2CH3COH(aq) + OH-(aq)  CH3CHOHCH2COH(aq) →
CH3CHCHCOH(aq) + H2O(l)

Dengan demikian maka dapat dikatakan jika golongan


aldehid yang diwakili oleh asetaldehid dapat bereaksi membentuk
reaksi kondensasi aldol.

7. Identifikasi Karboksilat
Percobaan ini didasarkan pada prinsip terbentuknya reaksi
kompleks dan redoks.

a. Tabung I (Asam cuka)

Langkah pertama adalah mengukur 3 mL asam


dengan menggunakan gelas ukur, pipet tetes dan gelas
kimia. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi
I. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan KMnO4 1 N
(berwarna ungu pekat). Larutan KMnO4 ini berfungsi
sebagai oksidator. Diamati perubahan yang terjadi. Akan
tetapi, setelah diamati tidak ada perubahan yang terjadi.
Kegagalan ini dimungkinkan karena adanya zat
pengotor. Persamaan reaksinya sebagai berikut :

41
CHOOH(aq) + 2MnO4-(aq)  2MnO2(s) + 2OH-(aq) +
2H2O(l) + 3CO2(g)

b. Tabung reaksi II
Langkah pertama adalah mengukur 5 mL larutan
CH3COONa dengan menggunakan gelas ukur, pipet
tetes dan gelas kimia. Selanjutnya dimasukkan ke dalam
tabung reaksi II. Kemudian ditambahkan 3 mL larutan
FeCl3 5 %. Larutan FeCl3 berfungsi sebagai pembentuk
senyawa kompleks yang berwarna merah. Setelah
ditambahkan FeCl3 larutan menjadi berwarna merah. Hal
ini menunjukkan jika kompleks telah terbentuk.

Kemudian larutan dipanaskan sampai terbentuk


endapan merah kecoklatan. Setelah terbentuk endapan
larutan selanjutnya disaring dengan corong dan kertas
saring. Filtrat ini selanjutnya diuji dengan ditambahkan
5 tetes K4[Fe(CN)6] (berwarna biru). Larutan
K4[Fe(CN)6] berfungsi untuk menguji ada tidaknya ion
ferri di dalam larutan. Setelah ditambahkan larutan
K4[Fe(CN)6], larutan menjadi berwarna biru kehijauan.

Langkah terakhir adalah membandingkan dengan


warna larutan K4[Fe(CN)6] dalam jumlah yang sama.
Hasilnya terlihat bahwa larutan hasil percobaan memiliki
warna yang hampir sama jika dibandingkan dengan
warna K4[Fe(CN)6] awal. Hal ini menunjukkan jika di
CH3COONa(aq) + FeCl3(aq)  3CH3COO-(aq) +
Fe3+(aq) + 3NaCl(aq)

dalam filtrate mengandung ion ferri. Dengan persamaan


reaksinya sebagai berikut :

FeCl3(aq) + K4[Fe(CN)6](aq)  Fe4[Fe(CN)6]3(aq) +


KCl(aq)

42
J. Diskusi
Pada uji tollens, pada percobaan bagian sikloheksanon seharusnya
tidak bereaksi. Akan tetapi, pada percobaan yang kami lakukan justru
menghasilkan endapan. Pada bagian percobaan formalin, meskipun
terbentuk cermin perak juga disertai dengan endapan berwarna abu-abu.
Kegagalan ini dimungkinkan karena adanya zat pengotor yang ada pada
tabung reaksi dan pipet yang kurang kering.
K. Kesimpulan
1. Pada uji tollens
a. Reagen tollens dapat digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton.
b. Aldehid dapat bereaksi dengan Tollens sedangkan Keton tidak
dapat bereaksi dengan Tollens.
2. Pada uji fehling
a. Fehling dapat digunakan untuk menguji aldehid
b. Aldehid dapat bereaksi dengan fehling menghasilkan endapan
merah bata sedangkan keton tidak dapat bereaksi dengan fehling.
3. Pada adisi bisulfit
Keton dapat diadisi dengan natrium bisulfit.
4. Fenilhidrazin
a. Aldehid dapat bereaksi dengan fenilhidrazin. Titik leleh : 111C
b. Keton dapat bereaksi dengan fenilhidrazin. Titik leleh : 78C
5. Reaksi haloform
a. Aldehid dapat membentuk iodoform dengan terbentuknya endapan
warna kuning berjumlah sedikit.
b. Keton dapat membentuk iodoform dengan terbentuknya endapan
warna kuning berjumlah banyak.
6. Kondensasi aldol
Aldehid direaksikan dengan basa menghasilkan aldol.
7. Identifikasi asam karboksilat
a. Asam karboksilat dapat dioksidasi.
b. Warna yang dihasilkan sedikit berbeda.

43
Daftar Pustaka

Achmadi, Suminar. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan


Modern Edisi keempat_Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Antony, C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati.
Bandung:Institut Teknologi Bandung.
Besari, Ismail. 1982. Kimia Organik untuk Universitas. Bandung :
Armico
Budhikarjono Kusno, 2007. Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai
Bahan Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan dengan Oksidasi.
Jurnal Teknik Kimia.
Carey, F.A., 2000. Organic Chemistry fourth edition, McGraw-Hill
Companies.Boston.
Fessenden, R.J. dan Joan, S.F. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik.
Jakarta: Erlangga.
Hammond, G.S., J.B., Hendrickson, S.H., Pine, dan S.J., Cram, 1988,
Kimia Organik 1. ITB: Bandung.
Hart, Harold. 1998. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Hornback, Joseph. 2006. Organic Chemistry. New York: Thompson
Brooks.
Pudjaatmaka, Handayana. 1982. Kimia Organik Edisi Kedua.
Jakarta : Erlangga.
Rasyid, M. 2006. Kimia Organik 1. UNM : Makassar.
Respati. 1986. Pengantar Kimia organic Jilid 1. Jakarta : Aksara Baru
Stanley, Pine H. dkk. 1980. Kimia organik I. ITB: Jakarta.

44
Jawaban pertanyaan

1. Cara menguji secara kualitatif antara senyawa yang memiliki gugus


aldehid dan keton adalah dengan cara sebagai berikut:
1. Uji tollens
2. Uji fehling atau benedict
3. Adisi bisulfit
4. Kondensasi aldol
5. Uji dengan fenil hidrasin
6. Reaksi haloform.
Sedangkan cara menguji secara kualitatif untuk senyawa yang
memiliki gugus karboksilat adalah dengan cara melakukan uji
oksidasi dengan KMnO4 (Identifikasi Karboksilat).
2. Pereaksi fehling adalah pereaksi yang mengandung ion Cu2+
berwarna biru jernih, yang berfungsi untuk menunjukkan adanya
gugus aldehid. Hal ini ditandai dengan timbulnya endapan Cu2O
yang berwarna merah bata. Pada uji fehling atau benedict ini, yang
dapat bereaksi dengan pereaksi fehling hanya aldehid saja,
sedangkan keton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi fehling. Pada
uji ini, aldehid akan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+.

45
Dokumentasi

Proses pembuatan
1. reagen Tollens, AgNO3
1% + NaOH 5%

2. Reagen Tollens

Aldehid bereaksi
3. formalin benzaldehid dengan reagen Tollens

46
Keton tidak bereaksi
4.
dengan reagen Tollens

aseton
sikloheksanon

Identifikasi asam
karboksilat
5.
Asam cuka + KMnO4
1N

Filtrat dari CH3COONa


5.
+ FeCl3

47
Filtrat dari CH3COONa
+ FeCl3 + K4FeCN6
6.
dibandingkan dengan
larutan FeCl3

Fenilhidrasin +
7.
sikloheksanon

Fenilhidrasin +
8.
sikloheksanon + etanol

48
Hablur hasil
9. Fenilhidrasin +
sikloheksanon + etanol

Hasil hablur dari benzyl


fenilhidrazon, dan
10.
sikloheksil
fenilhidrazon

Mengukur titik leleh


11.
benzyl fenilhidrazon

49
12. Hasil reaksi iodoform

Endapan merah dan


larutan bitu hasil reaksi
13.
dari reagen fehling dan
formaldehid.

14. Reagen fehling A + B

50
Hasl reaksi reagen
fehling dengan
15.
formaldehid, aseton,
siklohekanon

Pendinginan larutan
16. natrium bisulft jenuh,
dan penambahan aseton

Penyaringan hasil
17. endapan putih dari
natrium bisulft + aseton

51
Endapan bisulfit yang
18. telah di tetesi 110 tetes
HCl kembali larut

52

Anda mungkin juga menyukai