Metode Analisis Karbohidrat
Metode Analisis Karbohidrat
- Analisis Kualitatif
- Analisis Kuantitatif
Test Moore
Prinsip:
Uji Moore menggunakan NaOH (alkali) yang berfungsi sebagai ion OH - yang akan
berikatan dengan rantai aldehid yang membentuk aldol aldehid (aldehida dengan
cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk
membuka ikatan karbon dengan hydrogen dan menggantikannya dengan gugus –OH.
Cara Kerja :
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing sampel.
2. Masukkan sampel ke tabung sesuai dengan labelnya sebanyak 5 ml.
3. Isi masing-masing tabung dengan 1 ml NaOH.
4. Panaskan kedalam panic yang telah berisi air mendidih.
5. Tunggu selama 5 menit kemudian angkat.
6. Amati perubahan yang terjadi.
Test Benedict
Prinsip:
Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula yang mempunyai
gugus aldehid sehingga CuO atau kupri tereduksi menjadi Cu 2O yang berwarna
merah bata (endapan).
Cara Kerja :
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing sampel.
2. Tuang 5 ml larutan Benedict ke masing-masing tabung reaksi yang telah berisi
sampel tadi.
3. Tambahkan 1 ml sampel ke masing-masing tabung reaksi tersebut.
4. Panaskan selama 3 sampai 5 menit, kemudian angkat.
5. Amati perubahan yang terjadi.
Test Selliwanof
Prinsip:
Perubahan fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat dan hidroksimetil furfural,
selanjutnya kondensasi hidroksimetil dengan resorsinol akaan menghasilkan
senyawa sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan member reaksi
positif berwarna oranye.
Cara Kerja :
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing sampel.
2. Tambahkan 5 ml larutan Selliwanof ke masing-masing tabung yang telah berisi
sampel tadi.
3. Tuangkan 1 ml sampel ke masing-masing sampel sesuai dengan labelnya.
4. Panaskan selama 3 sampai 5 menit, kemudian angkat.
5. Amati perubahan yang terjadi.
Test Barfoed
Prinsip:
Monosakarida akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam lemah (CH3COOH),
menghasilkan endapan yang berwarna merah bata dari Cu 2O.
Cara Kerja :
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang telah berisi label masing-masing sampel.
2. Tambahkan 5 ml larutan Barfoed ke masing-masing tabung reaksi yang telah berisi
sampel tadi.
3. Tuangkan 1 ml larutan sampel ke masing-masing tabung sesuai dengan label.
4. Panaskan selama 3 sampai 5 menit, kemudian angkat.
5. Amati perubahan yang terjadi
f Metode Fehling
Prinsip dari metode fehling yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk
mereduksi senyawa Cu2SO4 menjadi Cu2O (enpadan berwarna merah bata) setelah
dipanaskan pada suasana basa (Benedict dan Fehling) atau asam (Barfoed) dengan
ditambahkan agen pengikat (chelating agent) seperti Na-sitrat dan K-Na-tatrat.
Cara Kerja:
1. Disiapkan pada tabung reaksi masing-masing 2 ml larutan 0.5% glukosa, 1.0%
glukosa, dan 2.0% glukosa.
2. Disiapkan larutan fehling (6 ml), mencampurkan antara Fehling A (3 ml) dan Fehling
B (3 ml) dengan volume yang sama.
3. Memasukkan 2 ml larutan Fehling kedalam masing-masing tabung reaksi, kocok dan
panaskan dengan air mendidih.
4. Mengamati perubahan (warna) yamg terjadi pada masing-masing tabung reaksi.
5. Memasukkan sepotong irisan tipis dari pisang mantah kedalam tabung reaksi, dan
sepotong irisan tipis dari pisang yang telah masak sempurna kedalam tabung reaksi
lain.
6. Menghancurkan irisan tipis pisang tersebut, dan tambahkan 2 ml larutan Fehling
kedalam tabung reaksi
Metode Osazon
Prinsip:
Reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa maupun ketosa, yaitu dengan
menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan hingga terbentuk kristal
berwarna kuning yang dinamakan hidrazon (osazon).
Cara Kerja:
1. Campurkan fenil hidrazin Na asetat kering dengan 5 ml larutan percobaan.
2. Kocok dan panaskan di dalam penangas air, kemudian didinginkan
3. Periksa endapan dibawah mikroskop. Larutan yang diuji adalah larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 2%.
Metode Tollens
Prinsip:
Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan direduksi menjadi
Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari reaksi Tollen adalah dia
bukan cuma bereaksi dengan gula pereduksi tetapi juga bereaksi dengan senyawa
keton yang mempunyai gugus metil.
Cara Kerja:
1. 1 ml larutan AgNO3 di campurkan kemudian 2 tetes NaOH 10% ( ditetes demi tetes)
dan ammonia encer.
2. Campuran di atas di aduk kemudian di tambahkan 1 ml larutan sampel (
karbohidrat) didiamkan selama 5 menit.
3. Jika tidak terjadi reaksi larutan di panaskan.
4. Pada semua larutan smapel di lakukan hal yang sama
5. Hasil pengamatan di catat.
Metode iodine
Prinsip:
Uji iodium digunakan untuk melihat pembentukan polisakarida. Penambahan
iodium pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks absorbsi
berwarna spesifik. Amilum atau pati akan menghasilkan warna biru. Hasil yang
postif hanya pada penambahan air dan HCl dengan iodine.
Cara Kerja:
1. Di tambahkan 2 tetes iodine pada 3 ml pada masing-masing larutan karbohidrat
(Larutan Glukosa, Larutan Fruktosa, Larutan Maltosa, Larutan Laktosa, Larutan
Amilum, Larutan Gula, Larutan Madu, dan Larutan Susu), pada tabung reaksi I
ditambahkan 2 tetes air, pada tabung reaksi II di tambahkan 2 tetes HCL 6 N, dan
pada tabung reaksi III di tambahkan 2 tetes NaOH 6 N.
2. Hasil campuran diatas di kocok dan di perhatikan warna apa yang terbentuk.
3. Setelah di kocok tabung di panaskan, dan kemudian di dinginkan.
4. Di lakukan hal yang sama pada semua larutan sampel.
5. Hasil pengamatan di catat.
2. Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa, galaktosa, dan
fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus aldehid). Fruktosa meskipun
tidak memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus alfa hidroksi keton, sehingga
tetap dapat bereaksi. Dalam metode kimia ini ada dua (2) macam cara yaitu :
a. Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah distandarisasi oleh
BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992.
b. Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh
gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru
oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam
fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang
dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
c. Cara Luff Schoorl
Prinsip: Monosakarida dioksidasi oleh CuO dari reagen Luff Schoorl menjadi
Cu2O.kemudian kelebihan CuO dari reagen luff Schoorl akan bereaksi dengan KI
suasana asam membentuk I2 yang akan bereaksi dengan cara dititrasi dengan Na-
tiosulfat dengan indikator amilum .
Cara Kerja:
1. Persiapan Sampel
Pada prosedur kerja dalam praktikum ini, sampel yang ingin dilakukan pengujian
telah tersedia sehingga dalam praktikum ini kami tidak melakukan proses
persiapan sampel.
2. Prosedur Kerja Analisa
Berikut prosedur kerja pengujiannya:
1. Pipet sample sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer kemudian tambahkan 35 ml
aquades dan 10 ml larutan luff.
2. Panaskan sampai mendidih
3. Dinginkan dalam wadah berisi air.
4. Tambahkan 10 ml larutan KI 25% dan 17 ml H2SO4 6N perlahan-lahan lewat dinding.
5. Tambahkan 2 ml amilum, amati perubahan warna yang terjadi (biru tua).
6. Titrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,005N sampai warna biru tua hilang.
7. Catat volume titrasi.
d. Metode Nelson-Somogyi
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga arseno molibdat. Kupri mula-mula direduksi
menjadi bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk
selanjutnya dilarutkan dengan arseno molibdat menjadi molibdenum berwarna biru
yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula dan membandingkannya dengan larutan
standar sehingga konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna
yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan
mengukur absorbansinya. (Sudarmadji.S.1984)
Cara Kerja :
1. Diambil 1 ml larutan sampel.
2. Ditambahkan 1 ml reagen Nelson pada tiap-tiap tabung reaksi dan dipanaskan
dalam air mendidih selama 20 menit, kemudian didinginkan 5 menit dalam air
mengalir.
3. Ditambahkan 1 ml reagen arsenomolibdat pada tiap-tiap tabung reaksi, dikocok
sampai homogen dan larut sempurna.
4. Ditambahkan 7 ml aquadest pada tiap-tiap tabung reaksi, kemudian dikocok.
5. Ukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
6. Kadar gula reduksi sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan kurva
standard.
3. Metode enzimatis
Untuk metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu
gula secara individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh enzim
yang dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya digunakan
untuk mengukur kadar glukosa.
a. Glukosa oksidase
D- Glukosa + O2 oleh glukosa oksidase à Asam glukonat dan H2O2
H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase à 2H2O + O-disianidin teroksdasi yang
berwarna cokelat (dapat diukur pada l 540 nm).
b. Heksokinase
D-Glukosa + ATP oleh heksokinase à Glukosa-6-Phospat +ADP
Glukosa-6-Phospat + NADP+ oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase à Glukonat-6-
Phospat + NADPH + H+ Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus
kromofor) dapat diukur pada l 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara
dengan jumlah glukosa.
Menggunakan enzim spesifik untuk karbohidrat yan g akan diuji. Contoh enzimnya
yaitu glukosa oksidase dan heksokinase.
Sumber:
PutriPuspita.2013.UjiKuantitatifKarbohidrat.online:http://organiksmakma3a26.blogspot.c
om/2013/03/uji-kuantitatif-karbohidrat.html (diakses tanggal 10 Maret 2014).
Rosnah, dkk. 2011. Pedoman Praktikum Ilmu Kimia Makanan. Kendari: Politeknik
Kesehatan Kendari Jurusan Gizi
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
http://desijumanti.blogspot.com/2014/04/metode-analisis-karbohidrat.html
Tulisan Teratas
o Analisis Karbohidrat
o Sifat Fisik dan Kimia Karbohidrat
o Penanganan Pasca Panen Buah - Buahan
o Belajar dari Kasus Obat Kuat dan Kosmetika Berbahaya
o Sakarin dan Siklamat
o Analisa Lemak dan Minyak
o Gula Rafinasi #1
o Dijual Aneka Teh Herbal
o Benefits of Cellery
o Pemanis Sintetis
Recent Posts
o Dijual Aneka Teh Herbal
o Dijual Aneka Herbal Capsule II
o Dijual Aneka Jenis Herbal Kapsul
o Benefits of Cellery
o Konsep Gaya Hidup Sehat ala Herbal
Blog Stats
o 137,028 hits
Subscribe to RSS headline updates from:
Powered by FeedBurner
My Profile
Blogroll
o Rumah Herbal Mahera
o umar saifudin
o WordPress.com
o WordPress.org
Subscribe in a reader
My site is worth$7,172.1Your website value?
« Melamin dalam Susu Formula
Nasi Boranan; Rijsttafel van Lamongan »
Analisis Karbohidrat
October 11, 2008
Pengertian Karbohidrat
Fungsi Karbohidrat
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi
maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah :
Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua (2) macam yaitu karbohidrat sederhana
dengan karbohidrat komplek atau dapat pula menjadi tiga (3) macam, yaitu :
Kelompok monosakarida dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu pentosa yang
tersusun dari lima (5) atom karbon (arabinosa, ribose, xylosa) dan heksosa yang
tersusun dari enam (6) atom karbon (fruktosa/levulosa, glukosa, dan galaktosa).
Struktu glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara
gula reduksi dan gula non-reduksi. Penamaan gula reduksi ialah didasarkan pada
adanya gugus aldehid (–CHO pada glukosa dan galaktosa) yang dapat mereduksi
larutan Cu2SO4 membentuk endapan merah bata. Adapun gula non-reduksi ialah
gula yang tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus aldehid seperti pada
fruktosa dan sukrosa/dektrosa yang memiliki gugus keton (C=O).
Yaitu polisakarida yang tersusun atas satu jenis dari monosakarida yang diikat
oleh ikatan glikosida, seperti galactan, mannan, fructosans, dan glucosans
(cellulose, dextrin, glycogen, dan starch/pati)
2. Heteropolisakarida
Pengujian Karbohidrat
a. Uji Kualitatif
Pengujian ini dapat dilakukan dengan dua (2) macam cara, yaitu; pertama
menggunakan reaksi pembentukan warna dan yang kedua menggunakan
prinsip kromatografi (TLC/Thin Layer Cromatograpgy, GC/Gas
Cromatography, HPLC/High Performance Liquid Cromatography).
Dikarenakan efisiensi pengujian, pada umumnya untuk pengujian secara
kualitatif hanya digunakan prinsip yang pertama yaitu adanya pembentukan
warna sebagai dasar penentuan kandungan karbohidrat dalam suatu bahan.
Sedikitnya ada tujuh (7) macam reaksi pembentukan warna, yaitu :
1. Reaksi Molisch
Kedua macam reaksi diatas berlaku umum, baik untuk aldosa (-CHO)
maupun karbohidrat kelompok ketosa (C=O).
2. Reaksi Benedict
3. Reaksi Barfoed
KH + camp CuSO4 dan CH3COOH Cu2O endapan merah bata
4. Reaksi Fehling
5. Reaksi Iodium
6. Reaksi Seliwanoff
7. Reaksi Osazon
reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa maupun ketosa,
yaitu dengan menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan
hingga terbentuk kristal berwarna kuning yang dinamakan hidrazon
(osazon).
b. Uji Kuantitatif
1. Metode Fisika
X = [(A+B)C – BD)]
dimana :
Cara ini digunakan berdasarkan sifat optis dari gula yang memiliki
struktur asimetrs (dapat memutar bidang polarisasi) sehingga dapat
diukur menggunakan alat yang dinamakan polarimeter atau
polarimeter digital (dapat diketahui hasilnya langsung) yang
dinamakan sakarimeter.
LxC
dimana :
[] D20 = rotasi jenis pada suhu 20 oC menggunakan
sehingga C = 100 A
L x [] D20
2. Metode Kimia
Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa, galaktosa, dan
fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus aldehid). Fruktosa
meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus alfa hidroksi
keton, sehingga tetap dapat bereaksi.
Dalam metode kimia ini ada dua (2) macam cara yaitu :
a. Titrasi
Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah distandarisasi oleh
BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992.
b. Spektrofotometri
Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4
oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan
kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam
fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang
dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
3. Metode Enzimatik
Untuk metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu
gula secara individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh
enzim yang dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya
digunakan untuk mengukur kadar glukosa.
a. Glukosa oksidase
b. Heksokinase
https://food4healthy.wordpress.com/2008/10/11/analisis-karbohidrat/
Karbohidrat dan Gula reduksi
2.1.1 Karbohidrat
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan sifat-sifatnya terhadap
zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi empat klas pokok:
1 Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa-senyawa yang mengandung
lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula yang
mengandung 5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah merupakan polihidroksi
aldehida yang disebut aldosa dan polihidroksi keton disebut ketosa.
2 Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan
asetal antara gugus aldehida dan gugus keton dengan gugus hidroksil. Bila dua gula digabungkan
diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-
sama gula ini disebut ikatan glikosida.
3 Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang dihubungkan dalam
ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.
4 Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa mereka mengandung
molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, H., 2005)
2.1.2 Gula Reduksi
Sebagian karbohidrat bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini disebabkan adanya gugus
aldehida dan gugus keton yang bebas, sehingga dapat mereduksi ion-ion logam. Gugus aldehida
pada aldoheksosa mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat dalam pH netral oleh zat
pengoksidasi atau enzim. Dalam zat pengoksidasi kuat, gugus aldehida dan gugus alkohol primer
akan teroksidasi membentuk asam dikarboksilat atau asam ardalat. Gugus aldehida atau gugus
keton monosakarida dapat direduksi secara secara kimia menjadi gula alkohol, misalnya D-sorbito
yang berasal dari D-glukosa.
Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa
penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Gula reduksi mempunyai kemampuan
untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa
yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula
yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia UMM,
2008).
Pisang memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung komponen karbohidrat yang
tinggi sehingga dapat menyediakan energi sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram (Poedjiadi,
1994). Senyawa gula dalam pisang merupakan jenis fruktosa yang disebut juga dengan gula buah
dan mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa. Disamping itu pisang
juga mengandung beberapa mikronutrisi seperti vitamin C, vitamin B6 dan mineral kalium,
magnesium, fosfor, besi dan kalsium (Kusumo & Farid, 1994).
2.3 Macam-macam Analisa Karbohidrat
karbohidrat dengan zat tertentu akan menghasilkan warna tertentu yang dapat digunakan
untuk analisis kualitatif. bila karbohidrat direaksikan dengan larutan naftol dalam alkohol. kemudian
ditambahkan h2so4 pekat secara hati-hati, pada batas cairan akan berbentuk furfural yang berwarna
ungu. reaksi ini disebut reaksi molisch dan merupakan reaksi umum bagi karbohidrat.
1) Uji molisch
Prinsip : bahan yang mengandung monosakarida bila direaksikan dengan H2SO4 pekat akan
terhidrolisis membentuk furural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan dengan naftol ditandai
dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena H2SO4 dapat menghidrolisis oligosakarida
dan polisakarida.
Caranya : dalam 2 ml larutan contoh dalam tabung reaksi ditambahkan dua tetes pereaksi α-naftol
10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi dimana larutan contoh berada di lapisan atas. Cincin
berwarna merah ungu pada 12batas ke dua cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam contoh
(Winarno, FG, 2004).
2) Uji barfoed
Prinsip : monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga kekuatan
hidrolisis menurun dan mengakibatkan tidak dapat mereduksi disakarida.
Caranya : pereaksi terdiri dari cupri asetat dan asam asetat. Dalam 5 ml pereaksi dalam tabung
reaksi ditambahkan 1 ml larutan contoh, kemudian tabung reaksi ditempatkan dalam air mendidih
selama 1 menit. Endapan berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam
contoh.
3) Uji benedict
Prinsip : larutan CuSO4 dalam suasana alkali akandireaksikn oleh gula yang mempunyai gugus
aldehida sehingga cupri oksida (CuO) tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Caranya : 5 ml pereaksi dalam tabung reaksi ditambahkan 8 tetes larutan contoh, kemudian tabung
reaksi ditempatkan dalam air mendidih selama 5 menit. Timbulnya endapan warna hijau, kuning
atau merah orange menunjukkan adanya gula pereduksi dalam contoh.
4) Uji Seliwanoff
Prinsip : fruktosa dengan asam kuat akan mengalami dehidrasi membentuk 4 hidroksi metylfurfural.
Bila ditambahkan recorsinol akan berkondensasi membentuk persenyawaan yang berwarna merah
13
Carannya : 1 ml larutan contoh ditambahkan ke dalm 5 ml pereaksi (3,5 ml recorsinol 0,5 % dengan
12 ml HCL pekat, kemudian encerkan dengan 35 ml dengan air suling) kemudian ditempatkan dalam
air mendidih selama 10 menit. Warna merah cherry menunjukkan adanya fruktosa dalam contoh
(Winarno, FG, 2004)
5) Uji Iodin
Prinsip : polisakarida akan membentuk reaksi dengan iodin dan memberikan warna spesifik
tergantung jenis karbohidratnya. Amilosa dan iodin berwarna biru, amilopektin merah coklat,
glikogen dan dextrin berwarna merah coklat.
Caranya : larutan contoh diasamkan dengan HCl. Sementara itu dibuat larutn iodin dalam larutan KI.
Larutan contoh sebanyak satu tetes ditambahkan ke dalam larutan iodin. Timbulnya warna biru
menunjukkan adanya pati dalam contoh, sedangkan warna merah menunjukkan adanya glikogen.
Banyaknya cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu
bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara ensimatik, atau biokimiawi, dan cara
kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida
memerlukan perlakuan pendahuluan sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan ini maka
bahan dihidrolisis dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu.
Pada penentuan gula cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya kuprooksida yang mengendap
tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi
(titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya
dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen
dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam
bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kupri
oksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang
dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi
menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan
indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah
selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan amilum diberikan
pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel
kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara
banyaknya Natrium tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Sudarmadji,S. 1989).
2) Metode Nelson-Somogyi
salah satu metode kimiawi yang dapat digunakan untuk analisa karbohidrat adalah metode oksidasi
dengan kupri. metode ini didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri okisida menjadi kupro oksida
karena adanya andungan senyawa gula reduksi pada bahan. reagen yang digunakan biasanya
merupakan campuran kupri sulfat, na-karbonat, natrium sulfat, dan k-na-tartrat (reagen nelson
somogy) (fauzi, 1994).
3) Metode Anthrone
penggunaan metode anthrone untuk analisis total karbohidrat mulai berkembang sejak penggunaan
pertama kali oleh dreywood pada tahun 1946 untuk uji kualitatif. dasar dari reaksi ini adalah
kemampuan karbohidrat untuk membentuk turunan furfural dengan keberadaan asam dan panas,
yang kemudian diikuti dengan reaksi dengan anthrone yang menghasilkan warna biru kehijauan
(sattler dan zerban 1948) dalam brooks et al (1986). uji anthrone ini memiliki kelebihan dalam hal
sensitifitas dan kesederhanaan ujinya (koehler, 1952). kekurangan dari metode anthrone adalah
ketidakstabilan dari reagen (anthrone yang dilarutkan dalam asam sulfat), sehingga perlu dilakukan
persiapan reagen yang baru setiap hari.
4) Metode Folin
Mempunyai prinsip, filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan
CuO yang dibentuk oleh glukosa akan larut dengan penambahan larutan fosfo molibdat. Larutan ini
dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standar glukosa (Horwitz, 1970)
5) Metode Enzimatis
Penentuan gula dengan cara enzimatis sangat tepat terutama untuk tujuan penentuan gula tertentu
yang ada dalam suatu campuran berbagai macam gula. Cara kimiawi mungkin sulit untuk penentuan
secara individual yang ada dalam campuran itu,tetapi dengan cara enzimatis ini penentuan gula
tertentu tidak akan mengalami kesulitan karena tiap enzim sudah sangat spesifik untuk gula yang
tertentu. (S Sudarmadji, B Haryono, Suhardi, 2003)
6) Metode Kromatografi
Penentuan karbohidrat dengan cara kromatografi adalah dengan mengisolasi dan mengidentifikasi
karbohidrat dalam suatu campuran. Isolasi karbohidrat ini berdasarkan prinsip pemisahan suatu
campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi rationya pada fase tetap dengan fase bergerak.
Fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas,sedangkan fase tetap dapat berupa zat atau zat cair.
Apabila zat padat sebagai fase tetapnya maka disebut kromatografi serapan, sedang bila zat cair
sebagai fase tetapnya disebut khromatografi partisi.(S Sudarmadji, B Haryono, Suhardi, 2003).
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Cahyono, Bambang. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Yogyakarta:
LilyPublisher.
Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember: UNEJ
Horwitz, W., 1970. Official Method of Analysis of Official Analytical Chemist. Washington D.C: Fifteenth
Edition.
Koehler, LH. 1952. Differentiation of carbohydrates by anthrone reaction rate and color intensity. Analytical
Chemistry 24: 1576-1579
Kusumo S, Farid A. 1994. Koleksi konservasi, evaluasi plasma nutfah pisang. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura.
Satuhu, S.,. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
Sattler L dan FW. Zerban. 1948. The Dreywood anthrone reaction as affected by carbohydrate structure,
Science, 108:207.
Stover, R.H. and N.W. Simmons. 1987. Bananas 3rd. Singapura: Longmans Group, U.K. Ltd.
Sudarmadji, S; B. Haryono; dan Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty.
Team Laboratorium Kimia UMM. 2008. Penuntun Praktikum Biokimia Bioligi. Malang: Laboratorium Kimia
UMM.
Winarno F.G. 2004.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
http://nuruszahro.blogspot.com/2013/10/laporan-analisa-karbohidrat.html