Nim : po.62.20.1.16.168
Kehamilan termasuk salah satu periode krisis dalam kehidupan wanita. Setiap
proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, yaitu sejak turunnya bibit dalam
rahim ibu sampai saat kelahiran bayi senantiasa dipengaruhi (distimulir atau justru di
hambat) oleh pengaruh-pengaruh psikis tertentu. Reaksi psikis terhadap kehamilan
sangat dan bervariasi sifatnya. artinya dari masing-masing wanita ketika hamil
mempunyai perasaan yang berbeda-beda dan reaksi yang muncul pun berbeda ada
kehawatiran, ketakutan atau kebahgiaan. Faktor yang datang itu bisa dari ibu hamil
itu sendiri, suami, rumah tangga dan lingkungan sekitarnya, pengaruh yang lebih luas
bisa pada adat istiadat, tradisi, dan kebudayaan, dari kehamilan hingga kelak
melahirkan saling keterkaitan baik fisik maupun psikis (Kartono, 2007)
keempat setelah persalinanan, Tofan (Adi, 2006) mengatakan bahwa stres pada ibu
setelah melahirkan atau yang biasa disebut dengan baby blues syndrome kondisi yang
biasa terjadi dan mengenai hampir 50% ibu baru, biasa terjadi dalam 14 hari pertama
setelah melahirkan dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau keempat
persalinan. Mengacu pada hasil seminar para ahli kandungan se-Indonesia
menemukan bahwa di Indonesia 50%-70% ibu setelah persalinan mengalami baby
blues syndrome. Meski banyak angka yang menunjukkan ibu yang mengalami baby
blues syndrome. akan tetapi hanya seb agian ibu saja yang berkeinginan dijadikan
subjek penelitian. Padahal ketika individu berkeinginan dalam berbagi, mencari apa
yang sebenarnya terjadi dalam dirinya, maka individu itu telah melakukan yang
cukup berarti terhadap inidividu yang lain.
Istilah coping menurut Sunberg, Winebager dan Taplin, (2007) biasa juga
dikaitkan dengan mekanisme pertahanan diri, akan tetapi mekanisme pertahanan diri
yang dikembangkan oleh Freud lebih mengarah pada perilaku akibat unsur
ketidaksadaran, sedangkan coping lebih ke perilaku yang disadari, baik coping yang
sifatnya positif maupun negatif. Studi yang dilakukan oleh Amodeo dkk, (2007)
menunjukkan bahwa coping stres wanita berkulit hitam dari keluarga yang dibesarkan
dalam keluarga alkoholik lebih cenderung pada bentuk coping menghindar. Hal ini
juga dialami oleh anak yang dibesarkan dari lingkungan negtif dan dukungan sosial
yang kurang memperlihatkan bentuk coping menghindar. Terkait coping yang
dilakukan pada ibu yang mengalami baby blues syndrome menarik untuk diteliti,
harapannya dapat melihat bentuk penanggulangan seorang ibu yang pernah
mengalami baby blues syndrome serta dinamika coping yang digunakan.
Jadi dapat disimpulkan coping adalah berbagai usaha individu untuk mengatur
kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan
individu dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Jadi kesimpulan menurut saya bahwa coping yang digunakan pada ibu yang
mengalami baby blues syndrome menggunakan problem focused coping. Penggunaan
variasi coping ini tidak mengindikasikan bahwa strategi yang diambil, diputuskan
tanpa adanya pertimbangan penyelesaian masalah. Adanya variasi dalam penggunaan
strategi coping dapat disebabkan karena strategi penanggulangan tidak harus berakhir
dengan penyelesaian masalah sekaligus.
seorang ibu yang mengalami baby blues syndrome tidak serta merta mengenali
sumber-sumber yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah sehingga perlu dilakukan
sejumlah strategi sebelum pada akhirnya menemukan strategi yang paling tepat untuk
menanggulanginya.
Daftar pustaka :