Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “ASPEK TEKNOLOGI DALAM AGROBISNIS” dan
“KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGROBISNIS”. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran Agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Agrobisnis dan Industri dengan judul “ASPEK TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN
PENDUKUNG DALAM AGROBISNIS”. Disamping itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua sumber yang telah membantu penulis selama pembuatan makalah
ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca, walaupun dalam penulisan makalah ini sudah semaksimal mungkin, akan tetapi
penulis menyadari masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan arahan dan kritikan dari
pihak pembaca agar makalah ini bisa di sempurnakan lagi kedepannya.

Sungai Penuh, 20 Juli 2019

Kelompok II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut KBBI agrobisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Agrobisnis ini adalah usaha pertanian
yang bertujuan untuk mendapatkan laba atau keuntungan.

Teknologi dalam agrobisnis merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan efektifitas,
efisiensi, serta produktifitas yang tinggi dari usaha agribisnis. Kelembagaan pendukung
dalam agrobisnis merupakan semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani
serta mengembangkan kegiatan dari subsistem agrobisnis yang lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dari makalah
ini, yaitu:

1. Aspek teknologi apa saja yang terdapat dalam agrobisnis?


2. Kelembagaan apa saja yang menjadi pendukung dalam agrobisnis?

1.3 TUJUAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan masalah dari makalah
ini, adalah:

1. Untuk mengetahui aspek teknologi dalam agrobisnis;


2. Untuk mengetahui kelembagaan pendukung agrobisnis;
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ASPEK TEKNOLOGI DALAM AGROBISNIS


Penentuan jenis teknologi sangat terkait dengan skala usaha, jenis usaha, kemampuan
biaya, kemampuan sumber daya manusia serta kebutuhan atau keinginan pelanggan. Dalam
pemanfaatan teknologi diperlukan suatu perencanaan teknologi yang akan dikembangkan dan
diaplikasikan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Mempertimbangkan jenis bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan.
2. Kemampuan pembiayaan pengembangan dan aplikasi teknologi.
3. Kemampuan sumber daya manusia/ potensi sumber daya manusia
4. Skala usaha dan tingkat persaingan
5. Budaya, adat, dan kebiasaan masyarakat.

2.2 PERANAN TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS


 Penyerapan tenaga kerja

Karakteristik teknologi yang digunakan dalam pengembangan agribisnis di Indonesia


bersifat akomodatif terhadap keragaman kualitas tenaga kerja. Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang cukup besar harus memperhatikan jenis teknologi yang sesuai
untuk digunakan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

 Mewujudkan pemerataan pembangunan

Pemerataan pembangunan sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam


menghasilkan output nasional. Apakah bias atau pro terhadap faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh rakyat. Diperlukan teknologi produksi output nasional yang banyak
menggunakan sumberdaya tersebut.
 Pelestarian Lingkungan

Kegiatan agribisnis yang berlandaskan pada pendayagunaan keanekaragaman


ekosistem mempunyai potensi untuk melestarikan lingkungan hidup. Diperlukan teknologi
yang bersifat ramah lingkungan dan mampu menjaga keseimbangan alam.

 Teknologi digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan:


1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Produktifitas.

2.3 PEMANFAATAN TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

Teknologi sangat berperan penting dalam Agribisnis. Banyak sekali manfaat teknologi
dalam sektor agribisnis, baik itu agribisnis peternakan maupun agribisnis pertanian. Berikut
ini adalah pemanfaatan teknologi dalam Agribisnis baik peternakan maupun pertanian :

1. Aplikasi Teknologi dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk


Beberapa subkomponen teknologi seperti penggunaan perangkap kuning, penyiraman tanah
dengan insektisida, penggunaan sex feromon, pemberongsongan, pemangkasan arsitektur,
penyiraman, pemanenan secara benar, dan konsolidasi pengelolaan kebun, memiliki sifat
inovasi yang berkategori nilai rendah. Subkomponen teknologi yang paling menonjol
walaupun baru dikenal petani namun paling cepat dan mudah diadopsi atau diaplikasikan
adalah penggunaan teknologi penyaputan batang dengan bubur Kalifornia.
(Ridwan, H.K. et al.2008)
2. Pemerah Susu Sapi dengan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan susu sapi dahulu kala hanya dengan cara tradisional atau memerah
dengan tangan sendiri. Namun sekarang para peternak sapi dapat menghasilkan susu dari
sapinya selain memerah dengan tangan tapi juga terdapat alat modern yakni dengan
menggunakan mesin pemerah susu. Anda tinggal memasukan alat pemerah susu tersebut ke
setiap puting sapi betina, lalu otomatis mesin itu menyedot susu sapi kemudian
menampungnya di tempat penampungan dari mesin tersebut.
Dengan alat ini susu sapi dapat Anda peroleh dengan sangat praktis. Anda dapat menghemat
waktu karena prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan cara tradisional (memakai tangan)
juga hasil perolehan liter susu sapi lebih banyak. Apabila menggunakan tangan, susu yang
bisa diperoleh dari seekor sapi sehat bisa mencapai 8-9 liter. Namun, apabila menggunakan
mesin bisa mencapai 11-12 liter. Selain itu, susu sapi yang dihasilkan lebih higienis apabila
menggunakan mesin.
3. Alat Penanam Padi Jarwo Transplanter
Alat ini direkomendasikan oleh bagian penelitian dan pengembangan (Litbang)
Kementerian Pertanian. Jarwo merupakan kependekan dari jajar legowo dari jawa timur.
Konsep alat ini adalah memberikan jarak yang pas antara satu barisan padi dan barisan padi
lainnya.menururt riset, sistem ini ternyata mampu meningkatkan produksi sampai dengan
30%. Selain itu jarak yang lebar anatar baris juga memudahkan untuk pemeliharaan tanaman
padi.
4. Pengolahan susu berkualitas rendah menjadi produk olahan bernilai ekonomi

Produk olahan susu yang umumnya dikenal adalah susu bubuk, keju, yoghurt dan tahu susu.
Di dalam suatu peternakan beberapa kali diperoleh susu berkualitas rendah yang berasal dari
sapi yang sakit, baru saja beranak, atau sedang birahi. Ada beberapa teknik pengolahan susu
berkualitas rendah menjadi produk yang bernilai jual. Yaitu mengubahnya menjadi makanan
kerupuk susu dan dodol susu yang menyamarkan aroma susu murni sehingga meningkatkan
selera masyarakat

5. Pengolahan limbah ternak menjadi produk bernilai jual

Limbah adalah hasil buangan dari suatu kegiatan yang tidak diperlukan lagi sedangkan
limbah ternak adalah hasil buangan dari kegiatan usaha peternakan yang meliputi limbah
padat dan cair. Seperti feses, urine, embrio, sisa makanan, lemak, darah, kulit telur, tulang,
dan lain-lain. Sebaliknya limbah ternak yang diolah dapat bermanfaat diantaranya adalah
kompos yang dapat menambah unsur hara tanah, biogas yang dapat dijadikan alternatif LPG
dalam rumah tangga. Dan karya seni dari kulit telur yang bernilai jual tinggi. Oleh karena itu
setiap kegiatan yang menghasilkan limbah harus ada penanganan yang tepat. Pembuatan
pupuk organik dapat di proses melalui pabrik dan teknologi tinggi
Tentunya teknologi tersebut dapat membantu para petani dan peternak dalam mengolah
ladang mereka.Teknologi tersebut memiliki manfaat namun juga dapat merugikan.Manfaat
teknologi sudah jelas seperti yang diatas yaitu dapat membantu petani atau peternak dalam
mengelola ladang mereka. Namun, kerugian akibat dampak teknologi adalah sebagai berikut:
1. Rusaknya tanah pertanian akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
dan terus menerus
2. Pekerjaan manusia digantikan oleh teknologi. Jadi, semakin banyak
pengangguran
3. Tekanan terhadap tanah yang dihasilkan oleh traktor dan perlengkapannya
dapat menyebabkan pemadatan yang signifikan terhadap lapisan tanah dan
juga menghambat pertumbuhan tanaman.

 Aktivitas dalam pengelolaan teknologi:


1. Integrasi antara ilmu pengetahuan, rekayasa, dan manajemen dengan aktivitas
penelitian, pengembangan dan manufacturing
2. Pengembangan dan aplikasi teknologi sebagai bagian dari strategi bisnis untuk
meningkatkan keunggulan bersaing bisnis tersebut.
3. Peningkatan kinerja sumber daya manusia, teknologi dan aset bisnis lainnya dengan
cara mengoptimalkan fungsi-fungsi teknologi dalam unit bisnis

2.4 PENERAPAN BIOTEKNOLOGI

Penerapan bioteknologi di bidang produksi dan industri pengolahan hasil pertanian


mempunyai kelebihan dibandingkan dengan penerapan teknologi konvensional.
Kelebihan penerapan bioteknologi antara lain:
1. Dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki karakteristik
tanaman atau hewan sehingga memenuhi selera konsumen.
2. Mempunyai potensi untuk melestarikan sumber daya alam dan meningkatkan mutu
lingkungan dengan memanfaatkan organisme terekayasa genetika untuk
mendegradasi bahan kimia beracun.
Strategi penerapan bioteknologi dalam agribisnis:
1. Penerapan bioteknologi yang mencakup teknik DNA, rekombinan, transfer gen,
manipulasi dan transfer embrio, regenerasi tanaman.
2. Mengembangkan dan menerapkan penggunaan biofertilizer, biopestisida dan
pelaksanaan manajemen penanganan hama terpadu.
3. Penerapan bioteknologi untuk melakukan diversifikasi pangan.

KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGRIBISNIS

2.5 LEMBAGA-LEMBAGA PENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS


Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat
penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif.
Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin
terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis.
Beberapa lembaga pendukung pengembangan agribisnis adalah:
(1) pemerintah
(2) lembaga pembiyaan
(3) lembaga pemasaran dan dsitribusi
(4) koperasi
(5) lembaga pendidikan formal dan informal
(6) lembaga penyuluhan
(7) lembaga Riset Agribisnis
(8) lembaga penjamin dan penanggungan resiko.

2.6 PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDUKUNG PENGEMBANGAN


AGRIBISNIS
(1) Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif
dan adil.
(2) Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai
hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam membuka akses
yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah yang tidak
memilki aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh pembiayaan
usaha.
(3) Lembaga pemasaran dan disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara
deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit
produsen yang menghasilkan produk.
(4) Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input
dan hasil pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD terhambat
karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal
terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang profesional.
(5) Lembaga pendidikan formal dan informal
Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia,
lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan agribisnis
dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian juga Universitas
Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga terdidik di
bidang agribisnis, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya agribisnis buah-
buhan dan hortikultura yang sangat pesat. Oleh karena itu, ke depan
pemerintah hanyalah sebagai fasilitator bukan sebagai pengatur dan penentu
meknisme sistem pendidikan. Dengan demikian diharapkan lembaga
pendidikan tinggi akan mampu menata diri dan memiliki ruang gerak yang
luas tanpa terbelenggu oleh aturan main yang berbelit-belit.
(6) Lembaga penyuluhan
Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun
(1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang konsisiten
memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas, Insus, dan Supra
Insus. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu penataan
dan upaya pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik. P
peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih kepada
fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.
(7) Lembaga Riset Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan
agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk
mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi. Misalnya
Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna daging buahnya kuning
kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk buah yang besar
dengan biji yang kecil.
(8) Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat
diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading
dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana
penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya.

Proses yang melibatkan kelembagaan, baik dalam bentuk lembaga organisasi maupun
kelembagaan norma dan tata pengaturan, pada umumnya masih terpusat pada proses
pengumpulan dan pemasaran dalam skala tertentu. Bagi sebagian besar wilayah eksistensi
kelembagaan pertanian dan petani belum terlihat perannya. Padahal fungsi kelembagaan
pertanian sangat beragam, antara lain adalah:
• sebagai penggerak
• penghimpun
• penyalur sarana produksi
• pembangkit minat dan sikap
• dan lain-lain.
Elemen kelembagaan yang berperan adalah kelembagaan dalam bentuk lembaga
organisasi dan kelembagaan norma. Salah satu penampilan (manifestasi) kelembagaan
pertanian lokal yang mampu menjangkau petani kecil di wilayah pedesaan Indonesia adalah
lembaga penyalur sarana produksi informal dalam bentuk penjaja kredit keliling. Lembaga ini
merupakan lembaga non-organisasi dan dioperasikan oleh individuindividu yang mampu
menjalin kepercayaan pengambil kredit dengan berbagi norma dan perilaku yang diterima
secara sosial. Kondisi saling mempercayai ini merupakan jaminan akan kelancaran
penyaluran kredit, pembayaran kembali, penjualan hasil pertanian dan proses alih informasi
dan teknologi. Elemen kelembagaan sebagai salah satu elemen penting dalam upaya
peningkatan keterampilan dan perbaikan kemampuan produksi petani sering terlupakan
karena peran nyatanya dalam proses produksi sering berada dalam posisi marginal. Sejauh ini
upaya peningkatan produksi pertanian senantiasa dikaitkan dengan penerapan dan jenis
teknologi yang dinilai sesuai dengan tujuan produksi, padahal peran kelembagaan dan
lembaga pertanian dalam proses penyebaran dan adopsi-inovasi teknologi pertanian masih
sangat kuat. Lebih jauh lagi pada hierarki sosial tertentu, proses penyaluran informasi dan
teknologi tidak dapat dilepaskan dari eksistensi dan peran kelembagaan dan situasi sosial
tertentu. Dengan demikian upaya penelitian dan pengamatan elemen kelembagaan dan
perannya dalam proses pengembangan dan perkembangan produksi pertanian diharapkan
mampu meningkatkan input untuk penyusunan program dan kebijakan regional dan nasional.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai