Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama dituntut


agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, akuntabel dan
transparan kepada masyarakat, khususnya mendapatkan jaminan keselamatan bagi
pasien. Untuk itu perlu ditingkatkan pelayanannya khususnya dalam pencegahan
dan pengendalian Infeksi nosokomial yang saat ini disebut sebagai Healthcare
Associated Infections (HAIs)

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan Puskesmas adalah


rendahnya angka HAIs di Puskesmas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di Puskesmas dengan cara menerapkan 11
kewaspadaan standart, di antaranya pemrosesan peralatan perawatan pasien
dengan cara sterilisasi. Sterilisasi pada alat atau bahan tertentu bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi dan disinfeksi merupakan salah
satu kegiatan pengendalian infeksi nosokomial yang mempunyai peran dan
tanggung jawab yang tinggi dalam menekan kejadian infeksi di Puskesmas.

Untuk meminimalkan terjadinya infeksi silang pada peralatan perawatan


pasien dibutuhkan suatu pusat sterilisasi yang berfungsi untuk melaksanakan
dekontaminasi peralatan perawatan pasien. Oleh sebab itu perlu dibuatkan suatu
buku pedoman tentang sterilisasi agar peralatan perawatan pasien di semua unit
terstandart.

Semarang, April 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………..............................................ii
BAB I.............................................................................................................................3

DEFINISI.......................................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................4

RUANG LINGKUP.........................................................................................................4

BAB III...........................................................................................................................5

TATA LAKSANA.............................................................................................................5

BAB IV.........................................................................................................................14

DOKUMENTASI..........................................................................................................14

ii
BAB I

DEFINISI

A. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, parasit) dan benda/alat kesehatan,
termasuk endospora bakteri melalui cara fisika atau kimia. Sterilisasi merupakan
salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan
dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik, maupun instalasi antara lain perlengkapan rumah tangga,
pemeliharaan sarana Puskesmas, sanitasi, dan lain-lain. Apabila terjadi
hambatan pada salah satu sub-unit di atas maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi. Unit sterilisasi adalah unit pelayanan
non-struktural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai
dengan standar/ pedoman dan memenuhi kebutuhan barang steril di
Puskesmas.

B. Tujuan Pusat Sterilisasi


Tujuan pusat sterilisasi di Puskesmas adalah :
1) Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi
2) Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial
3) Efisiensi tenaga medis/ paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien
4) Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan sterilisasi adalah sebagai berikut:


1) Perencanaan dan penerimaan barang
2) Dekontaminasi
3) Pencucian
4) Pengemasan dan pemberian tanda
5) Proses sterilisasi
6) Penyimpanan dan distribusi
7) Pemantauan kualitas sterilisasi
8) Pencatatan dan pelaporan.
Unit sterilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi
steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari unit sterilisasi selalu berhubungan
dengan:
1) Bagian laundry
2) Instalasi pemeliharaan sarana
3) Instalasi farmasi
4) Sanitasi
5) Perlengkapan/ logistik
6) BP Umum, KIA, Poli Gigi, RB/VK
Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/ sterilisasi yaitu:
1) Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke
dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler, atau melalui saluran darah harus selalu
dalam keadaan steril sebelum digunakan
2) Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa
endotracheal harus disterilkan/ didesinfeksi dahulu sebelum digunakan
3) Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah, atau
sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan

2
BAB III

TATA LAKSANA

Tata laksana pelayanan penyediaan barang steril terdiri dari:


1. Perencanaan Dan Penerimaan Barang
Selama penerimaan, petugas yang melakukan pengiriman maupun
penerimaan barang mencatat di buku serah terima sterilisasi dan penerimaan
instrumen harus menggunakan APD (sarung tangan, penutup kepala, penutup
kaki, apron, masker, maupun kacamata goggle), serta harus waspada
terhadap instrumen yang terkontaminasi cairan tubuh.

2. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk menghilangkan kotoran, komponen
organik dan mikroorganisme patogen dan alat kesehatan/instrumen sehingga
aman untuk pengelolaan selanjutnya. Proses dekontaminasi meliputi
perendaman,pembersihan, pencucian, disinfeksi, dan sterilisasi. Pengelolaan
alat kesehatan/instrumen pasca pakai secara benar, tepat, efektif dan efisien
merupakan hal yang sangat penting dan harus dimengerti /dipahami oleh
seluruh staf kesehatan pada setiap tingkat, mulai dan petugas pelayanan
kesehatan sampai ke petugas pembersihan dan pemeliharaan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas.
Proses pencegahan terjadinya infeksi silang (cross contamination) dari
alat/instrumen, setelah digunakan dengan melakukan dekontaminasi.
Berdasarkan kemungkinan terjadinya infeksi, Dr. E.H.Spaulding
mengelompokkan alat/instrumen pasca pakai menjadi 3 kelompok yaitu :

NO. TINGKAT RISIKO PENGELOLAAN ALAT


1. Risiko Tinggi (critical) adalah alat Sterilisasi atau menggunakan
yang digunakan menembus kulit alat steril sekali pakai
atau rongga tubuh atau pembuluh (disposable)
darah
2. Risiko sedang (semi critical) Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
adalah alat yang digunakan pada
mukosa atau kulit yang tidak utuh
3. Risiko rendah (non critical) Disinfeksi tingkat rendah atau3
adalah alat yang digunakan pada cuci bersih
kulit yang utuh/ pada permukaan
kulit
Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua
mikroorganisme dari benda/alat kesehatan, kecuali terhadap endospora
bakteri, dengan sistem panas (termal) atau kimia.
Disinfeksi Tingkat Tinggi dapat dilakukan apabila alat/instrumen dengan
kategori semi kritikal, segera digunakan dan tidak memungkinkan bila
dilakukan sterilisasi. DTT dapat dilakukan dengan cara panas, yaitu dengan
direbus selama 20 menit atau dengan larutan kimia/disinfektan yang sesuai.

3. Pencucian
Proses pencucian meliputi:
- Pembilasan: Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di
ruang perawatan.
- Pembersihan: Semua peralatan yang dipakai ulang harus dibersihkan
secara baik sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Peralatan
medis dibersihkan untuk membebaskan materi organik yang menempel
seperti darah, jaringan tubuh, dan sebagainya, kemudian dilanjutnya
dengan proses pengeringan.
- Pengeringan: Dilakukan sampai kering.
a. Pre-cleaning dan pencucian:
1) Alat kesehatan/instrumen pasca pakai setelah digunakan untuk
tindakan medis dan atau tindakan keperawatan harus segera dilakukan
perendaman dengan larutan Anioszyme/Alkazyme DD1 1 sachet dalam
5 liter air selama 15 menit.
2) Bersihkan/cuci alat/instrumen yang direndam, bila perlu dengam cotton
bud pada sela-sela peralatan yang berkerak.
3) Bilas dengan air mengalir sampai bersih, dan keringkan
4) Apabila alat/instrumen pasca pakai segera digunakan, untuk
alat/instrumen dengan :
- Kategori semi critical dilakukan DTT dengan:
• Direndam dengan larutan kimia/disinfektan Alkacyde 2%
(glutaraldehide 2% selama 15 menit).
- Kategori critical dilakukan sterilisasi dengan larutan kimia/disinfektan
(glutaraldehide 2% selama 1 jam) sebagai berikut :
4
• Tuang larutan secukupnya sesuai rekomendasi pabrik, yaitu 20
mL : 1 Liter air ke dalam wadah tertutup (alat/instrumen dapat
terendam seluruhnya).
• Lama perendaman : DTT = 15 menit; Sterilisasi 1 jam.
• Bilas dengan aquadest steril, ulangi pembilasan sebanyak 2
(dua) kali
• Keringkan/ dilap dengan lap bersih
• Alat yang telah diproses harus segera digunakan
Catatan :
- Stabilitas larutan glutaraldehide 28 hari, pada suhu kamar.
- Larutan glutaraldehide tidak boleh diencerkan pada saat akan
digunakan.

4. Pengemasan Dan Pemberian Label


Alat/instrumen/bahan yang telah bersih dan kering disetting/ditata serta
dikemas sesuai ketentuan. Setiap kemasan harus mempunyai label yang
menjelaskan isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan
kadaluarsa proses sterilisasi.
Prinsip-prinsip pengemasan:
a. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh
permukaan kemasan dan isinya
b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi. Catatan : bila linen atau kertas perkamen sebagai bahan
pengemas, minimal harus rangkap 2 (dua).
Syarat bahan kemasan pada sterilisasi uap:
a. Bahan kemasan harus memudahkan proses pelepasan udara dan
penyerapan uap yang baik pada kemasan dan isinya.
b. Bahan kemasan juga harus mudah kering dan memudahkan
pengeringan isinya.

5. Proses Sterilisasi

5
Salah satu metode sterilisasi yang paling efisien dan paling efektif
adalah melalui sterilisasi uap. Uap panas pada suhu, tekanan, dan waktu
pemaparan tertentu mampu membunuh mikroba patogen dengan cara
denaturasi protein dari enzim dan membran sel. Untuk dapat menghasilkan
barang yang steril, maka perlakuan pre-sterilisasi (dekontaminasi dan
pembersihan yang baik, pengemasan yang baik) dan pasca sterilisasi
(penyimpanan) perlu diperhatikan. Kesempurnaan proses sterilisasi uap
tergantung pada proses pengurangan jumlah mikoorganisme sebelum
sterilisasi melalui pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya
rekontaminasi sebelum digunakan.
Ada beberapa metode sterilisasi yang digunakan di Puskesmas yaitu:
a. Sterilisasi panas tinggi dengan tekanan (uap dengan tekanan/autoclave)
b. Sterilisasi panas kering
c. Kukus rebus menggunakan dandang (DTT)
d. Sterilisasi dengan bahan/larutan kimia (larutan glutaraldehide 2%; atau
dengan larutan hydrogen peroksida 6%); dilakukan apabila sterilisasi
dengan panas tinggi (autoclave steam) dan atau panas rendah dengan
gas tidak dapat dilakukan.
Metode sterilisasi yang mulai rutin dilaksanakan di Puskesmas Srondol
adalah sterilisasi panas tinggi dengan tekanan (uap dengan
tekanan/autoclave) untuk alat kesehatan/instrumen/bahan yang tahan panas
(termostabil).
Jenis alat kesehatan / instrumen dan program-metode steri lisasi :

SPESIFIKASI METODE STERILISASI


Alat/Instrumen tahan panas Sterilisasi Uap (Autoclave Steam):
(termostabil) Suhu (T) 134°C; P 3000 mBara
selama 5 menit; Total proses pre-
post = ± 60 menit (logam; linen;
kapas; kassa)
Alat/Instrumen tidak tahan Sterilisasi dengan cairan
panas (termolabil) glutaraldehid 2% selama 1 jam

6
Note : Sterilisasi dengan larutan kimia/disinfektan dipilih apabila tidak
mungkin dilakukan sterilisasi panas tinggi maupun sterilisasi panas rendah
dan dilaksanakan di unit pelayanan.
Sterilisator metode uap panas bertekanan tinggi ini disebut
autoclave, dengan urutan kerja sebagai berikut:
a. Peralatan medis seperti instrumen, sarung tangan, dan linen
dimasukkan ke dalam kamar (chamber) dan diletakkan di atas rak-rak
yang tersedia.
b. Uap panas yang berasal dari pemanasan air dialirkan ke dalam kamar
(chamber) sehingga mendesak udara yang ada di dalam kamar.
Pemanasan air dilanjutkan, sehingga suhu uap air mencapai 121°C
karena adanya kenaikan tekanan.
c. Saat suhu efektif ini tercapai, hitungan waktu dimulai yaitu 20 menit
untuk peralatan medis yang tidak terbungkus dan 30 menit untuk
peralatan medis terbungkus.
d. Bila durasi/ waktu untuk sterilisasi telah berakhir, katup pengatur
tekanan dibuka sehingga tekanan uap akan turun dan selanjutnya akan
diikuti dengan penurunan suhu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan sterilisasi uap adalah:
a. Kualitas uap
Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses
sterilisasi. Apabila uap terlalu kering atau basah, kemampuan
penetrasinya akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan
fraksi kekeringan 97% (pada skala 0-100%, 0 menunjukkan kandungan
air yang sangat tinggi sementara 100% menunjukkan uap sama sekali
tidak mengandung air).
b. Tekanan supply uap
Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit
sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.
c. Memasukkan barang pada mesin
Penataan barang di dalam mesin sterilisasi ikut menentukan
keberhasilan proses sterilisasi. Penataan barang yang benar akan
memudahkan proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan
7
steam untuk berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah
terbentuknya kondensat berlebihan yang dapat menyebabkan
terjadinya kemasan basah. Kemasan linen sebaiknya diposisikan
secara vertikal untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan
dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chamber mesin
dengan barang sebaiknya memanfaatkan 75% dari kapasitas chamber.
d. Mengeluarkan barang dari mesin sterilisasi uap
Isi chamber mesin sterilisasi harus dibiarkan dalam mesin sterilisasi
sampai semua uap keluar dari chamber dan barang-barang steril sudah
mengalami proses pendinginan. Pemaksaan pendinginan baik dengan
kipas atau blower AC tidak diperkenankan. Barang-barang yang
sedang mengalami pendinginan harus ditempatkan pada daerah yang
tidak terlalu ramai dengan berbagai aktivitas kegiatan lain. Untuk
mencegah masuknya lembab (dapat membawa mikroorganisme) ke
dalam kemasan, barang-barang steril hanya boleh ditangani setelah
mengalami pendinginan secara sempurna. Pada saat proses
pendinginan, barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan
logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga
terjadi rekontaminasi. Muatan berisi barang steril harus disimpan dalam
rak kawat sampai dingin.

6. Pengelolaan Peralatan (BHP) Re-Used


a. BHP re-used adalah BHP yang menurut petunjuk manufakturnya
diperuntukkan single used namun diijinkan digunakan kembali sesuai bukti
ilmiah atau rekomendasi Perhimpunan Profesi pengguna atau
pengalaman klinik berdasarkan pertimbangan mutu, keamanan dan aspek
finansial penggunaan (karena sangat dibutuhkan tetapi sulit diperoleh
dengan segera atau diproduksi dalam jumlah terbatas, harga tidak
terjangkau oleh pasien - secara pribadi/asuransi).
b. Pengelolaan BHP re-used di Puskesmas dilakukan berdasarkan tinjauan
mutu dan keamanan, rasional mulai dan saat penentuannya sampai
dengan evaluasi penggunaan pada pasien, ditetapkan dengan Kebijakan
Puskesmas tentang Pengelolaan Peralatan Re-used. BHP di-reused
8
melalui proses sterilisasi/DTT, dengan memperhatikan keamanan optimal
secara fisik dan fungsi, ketersediaan metode dekontaminasi dan sterilisasi
yang efektif.
c. BHP yang dapat di-reused di Puskesmas adalah BHP sesuai daftar
lampiran Kebijakan Pengelolaan Peralatan Re-used. Macam BHP dan
batas maksimal jumlah reused ditetapkan Puskesmas melalui
pembahasan.
d. Identifikasi BHP re-used dan penomoran penggunaannya dilakukan
olehunit terkait. Nomor penggunaan alat yang ke-sekian dituliskan dengan
penandaan pada alat maupun kemasan alat. Jika tanda telah sampai
batas maksimal re-used, pengguna tidak diperkenankan me-reused
kembali. Jika BHP sudah tidak layak di-reused berdasarkan evaluasi
fungsi, keamanan penampilan fisik, keamanan dan ketepatan
sterilisasi/DTT, atau alasan keamanan lain, meskipun belum sampai pada
batas maksimal penggunaan reused yang ditetapkan dalam Kebijakan,
maka BHP tersebut segera diakhiri penggunaannya tidak perlu diproses
reused.

7. Penyimpanan
Setelah selesainya proses sterilisasi, linen dan peralatan medis disimpan dan
harus dijaga kualitas sterilitasnya. Penyimpanan harus diatur secara baik
dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik. Penyimpanan yang
baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi atau desinfeksi itu sendiri.
Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada
tempat (lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan:
 Dengan suhu 18°C - 22°C dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi
menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara
90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron)
 Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah
dibersihkan
 Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai dan
minimum 43 cm dari langit-langit, serta 5 cm dari dinding serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
9
Ada dua macam peralatan dilihat dari cara penyimpanan, yakni:
1) Peralatan yang dibungkus
Umur steril (shelf life), selama peralatan masih terbungkus, semua
peralatan steril dianggap tetap steril tergantung ada atau tidaknya
kontaminasi. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal dan
penanganan yang minimal, dapat dinyatakan steril sepanjang bungkus
tetap utuh dan kering. Untuk penyimpanan yang optimal, simpan
bungkusan steril dalam lemari tertutup di bagian yang tidak terlalu
sering dijamah, suhu udara sejuk dan kering, atau kelembaban rendah
2) Peralatan yang tidak dibungkus
Peralatan yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah
dikeluarkan. Peralatan yang tersimpan pada wadah steril dan tertutup
apabila yakin tetap steril paling lama 1 minggu, tetapi jika ragu-ragu
harus disterilkan kembali.

8. Waktu Kadaluarsa
Kadaluarsa Cara sterilisasi dengan bahan pengemas
Satu minggu Sterilisasi dengan metode panas basah
(autoclave steam) dengan pengemas kertas
perkamen rangkap 2; linen rangkap 2 atau
ditempatkan dalam tromol.
Satu bulan Sama seperti 1 minggu jika kondisi ruang
penyimpanan sesuai standar (suhu 18 0 –
220C kelembaban 35 -75 %)
Satu 3 bulan Sterilisasi dengan metode panas basah
(autoclave steam) pengemas pouches

Sebelum penggunaan alat/instrumen/bahan yang disteril, pastikan bahwa


kemasan dalam kondisi baik (tidak rusak, kering dan belum terbuka).

9. Monitoring Dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi proses serta hasil sterilisasi harus dilakukan sesuai
ketentuan sebagai jaminan mutu/kualitas hasil sterilisasi, meliputi:
1) Pencatatan dan pelaporan

10
Monitoring ketepatan penerapan standar, analisis evaluasi dan tindak
lanjut sesuai hasil evaluasi dilakukan Tim PPI setiap 3 bulan, disampaikan
kepada Tim Mutu Puskesmas.
2) Monitoring proses secara visual dengan melihat kondisi post sterilisasi
3) Indikator eksternal dilakukan/diberikan pada setiap kemasan (perubahan
warna)
4) Indikator mekanik yaitu dengan mencatat kondisi suhu, waktu dan tekanan
selama proses.
5) Bowie Dick Test dilakukan setiap 1 (satu) kali sebulan sebelum mesin
autoclave dengan vakum.
6) Indikator biologi, dilakukan minimal 2 (dua) minggu sekali tiap mesin
autoclave steam.

BAB IV

DOKUMENTASI

Pengendalian HAIs merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan mutu


pelayanan medis Puskesmas. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keterlibatan
secara aktif semua personil Puskesmas, mulai dari petugas kebersihan sampai
dengan dokter dan mulai dari pekerja sampai dengan jajaran manajer. Kegiatannya
dilakukan secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit, peralatan medis dan
non-medis, ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.

11
Dokumen regulasi yang wajib disiapkan adalah sebagai berikut :
a. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
b. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes RI 2009
c. Kebijakan, Panduan, dan SPO Pelayanan Operasional Unit Sterilisasi
Demikian buku panduan ini dibuat sebagai panduan pelayanan operasional unit
sterilisasi sehingga berjalan dengan baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan
oleh Undang-Undang Kesehatan yang berlaku.

12

Anda mungkin juga menyukai