ABSTRAK
Saat ini bisnis terminal peti kemas mengalami perubahan baik dari segi perdagangan maupun
transportasi. Hal ini menjadikan persaingan dalam bisnis terminal peti kemas menjadi
semakin ketat, sehingga perusahaan harus memberikan pelayanan jasa dengan kualitas terbaik
untuk mencapai kepuasan pelanggan. Di sisi lain, pelanggan terminal peti kemas menjadi
konsumen yang semakin kritis sehingga memunculkan semakin tingginya tuntutan untuk
mendapatkan jasa berkualitas. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) sebagai salah satu
perusahaan terminal peti kemas memerlukan penyempurnaan mutu salah satunya dengan
memonitor kinerja pelayanan pelanggan dengan cara mengukur tingkat kepuasan pelanggan.
Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan PT BJTI dilakukan dengan Service Quality untuk
mengetahui kesenjangan antara pelayanan yang diinginkan dengan yang dirasakan. Aspek
yang dipertimbangkan mencakup 5 dimensi utama yaitu tangibles, reliability, responsiveness,
assurance, dan empathy yang terbagi dalam 19 indikator. Kelima dimensi diolah dengan
analisis gap yang menunjukkan seluruh dimensi memiliki tingkat kepuasan “cukup puas”,
artinya pelanggan menilai pelayanan yang diberikan sudah cukup memenuhi harapan namun
masih belum maksimal. Selanjutnya analisis diagram kartesius menunjukkan 7 indikator perlu
segera diperbaiki. Focus Group Discussions dilakukan untuk menentukan rekomendasi yang
diperlukan pada 7 indikator, yang hasilnya adalah perbaikan fisik dermaga dan lapangan
penumpukkan, evaluasi dan peningkatan sistem informasi penjadwalan sandar, serta pelatihan
pegawai secara berkala.
Kata kunci: Terminal Peti Kemas, Kepuasan Pelanggan, Service Quality, Persepsi,
Kesenjangan, Focus Group Discussions.
PENDAHULUAN
PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) merupakan anak perusahaan dari PT
Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang dipercaya sejak tahun 2002 untuk mengelola Terminal
Berlian Tanjung Perak Surabaya. Sebagai operator pelabuhan selama satu dekade, PT BJTI
telah banyak dipercaya oleh berbagai perusahaan Indonesia maupun manca negara dalam
pengelolaan petikemas internasional, terminal petikemas domestik, terminal curah kering,
layanan intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya. Di tengah persaingan
bisnis terminal peti kemas yang semakin ketat saat ini karena perubahan dari segi
perdagangan maupun transportasi, PT. BJTI dihadapkan dengan kendala dimana kondisi areal
pengembangan untuk lapangan penumpukan peti kemas di sekitar pelabuhan terbatas seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan arus barang. Sehingga ketersediaan lapangan
penumpukkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penumpukkan peti kemas domestik
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
dan internasional. Hal tersebut menyebabkan timbulnya kebijakan yaitu clusterisasi khusus
pada terminal peti kemas PT. BJTI dengan mengubah kegiatan sebagai terminal multipurpose
menjadi lebih fokus pada kegiatan terminal peti kemas domestik.
Sehingga dalam menghadapi persaingan bisnis dan mendukung mendukung kebijakan
clusterisasi pada terminal peti kemas PT. BJTI diperlukan penyempurnaan mutu jasa layanan
khususnya pada kegiatan terminal peti kemas domestik. Penyempurnaan mutu jasa layanan
diperlukan untuk mencapai kepuasan pelanggan yang merupakan faktor penting demi
terciptanya loyalitas, karena di sisi lain pengguna jasa yaitu pelanggan terminal peti kemas
sebagai konsumen beralih menjadi pengguna jasa berbasis pengetahuan yang menjadikan
konsumen semakin kritis dan semakin tinggi tuntutan untuk mendapatkan jasa yang
berkualitas. Salah satu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan memonitor kinerja pelayanan peti kemas domestik dengan cara mengukur
tingkat kepuasan pelanggan.
Pada penelitian ini, pengukuran tingkat kepuasan pelanggan PT. BJTI dilakukan untuk
mengetahui tercapainya kesesuaian antara pelayanan yang dilakukan terhadap harapan
pelanggan. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan ini menggunakan Service Quality
(SERVQUAL) yang mengukur kualitas jasa secara kuantitatif dalam bentuk kuisioner dan
menggunakan dimensi-dimensi kualitas jasa yang meliputi penampilan fisik (tangible),
kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), kepastian (assurance), dan empati
(emphaty) (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1988). Penelitian ini diharapkan dapat
membuat perusahaan lebih fokus pada hal-hal yang menyebabkan kepuasan dan
ketidakpuasan dalam pelayanan peti kemas domestik untuk mendukung kebijakan clusterisasi.
Selanjutnya perusahaan dapat menentukan prioritas utama dari dimensi kepuasan
pelanggan untuk lebih berkonsentrasi pada faktor-faktor yang membutuhkan perbaikan untuk
memperluas pangsa pasar domestik dan menjaga loyalitas pelanggan domestik PT. BJTI. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode analisis kesenjangan (gap analysis) untuk
mengukur seberapa jauh terpenuhinya harapan pelanggan pada pelayanan yang telah
diberikan dengan mengklasifikasikan dalam tingkatan kepuasan (Aritonang, 2005) dan
metode skala prioritas (cartesius diagram analysis) untuk menentukan dimensi/indikator
mana dari kepuasan pelanggan yang menjadi prioritas utama berdasarkan letaknya dalam
kuadran (Supranto, 2001). Setelah diketahui faktor-faktor tersebut dilakukan juga
pengambilan keputusan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menggunakan
Focus Group Discussions (FGD).
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketercapaian
antara pelayanan jasa yang diberikan terhadap kepuasan pelanggan dan mengetahui faktor-
faktor yang perlu mendapatkan perhatian khusus atau perbaikan, sehingga dapat ditemntukan
langkah yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan jasa PT. BJTI.
METODE
Secara garis besar penelitian ini terdiri atas dua tahap, tahap awal dan tahap analisis
data. Tahap awal merupakan tahapan pembuatan kuesioner dan pengumpulan data. Sedangkan
tahap analisis data meliputi analisis gap, analisis diagram kartesius, dan Focus Group
Discussion (FGD).
Tahap Pembuatan Kuisiner dan Pengumpulan Data
Pada tahapan pembuatan kuisioner, ditentukan indikator-indikator dari kelima dimensi
Service Quality (SERVQUAL) dalam pelayanan jasa terminal peti kemas. Indikator-indikator
tersebut merujuk pada penelitian Randheer, Al-Motawa (2011).
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Apabila nilai rentang Gap positif berarti konsumen merasa pelayanan yang diterima
telah sesuai dengan yang diharapkan. Namun bila rentang Gap negatif maka konsumen
merasa kualitas pelayanan yang diberikan belum sesuai dengan harapan.
Tahap Analisis Diagram Kartesius
Diagram kartesius dapat digunakan untuk menentukan prioritas dari faktor-faktor
kepuasan. Pada diagram kartesius sumbu mendatar (X) diisi oleh rentang rata-rata skor
penilaian pelayanan, sementara sumbu tegak (Y) diisi oleh rentang rata-rata skor penilaian
harapan pelanggan. Pada kedua sumbu ini terdapat batas yang berupa rata-rata total dari skor
penilaian pelayanan dan skor penilaian harapan pelanggan untuk membentuk empat kuadran
prioritas. Kedua rata-rata total tersebut dirumuskan sebagai berikut.
N N
Xi Yi
i 1 i 1
X N dan Y N (2.3)
K K
dimana
N = jumlah responden
K = jumlah faktor kepuasan pelanggan
Tingkat kesesuaian untuk masing-masing faktor kepuasan pelanggan selanjutnya
digambarkan ke dalam empat kuadran pada diagram kartesius seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut.
X
Gambar 1. Diagram Kartesius
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
4. Kuadran D
Sel ini berisi atribut dengan kepentingan rendah, tetapi relatif tinggi kinerja. Sehingga
atribut pada sel ini dimungkinkan untuk ditiadakan dan diganti dengan aspek kepuasan
lainnya.
Tahap Focus Group Discussion (FGD)
FGD digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi dan pandangan peserta
terhadap sesuatu sehingga dalam FGD digunakan pertanyaan terbuka (open ended), yang
memungkinkan peserta untuk memberikan jawaban yang disertai dengan penjelasan-
penjelasan (Kruger, 1988). Pelaksanaan metode Focus Group Discussions dalam penelitian
ini terbagi dalam beberapa tahap sebagai berikut.
1. Menentukan indikator-indikator dari masing-masing dimensi kepuasan pelanggan PT.
BJTI yang dikategorikan aspek pelayanan yang harus segera diperbaiki sebagai
prioritas utama peningkatan pelayanan berdasarkan hasil analisis diagram kartesius.
2. Merancang pertanyaan untuk Focus Group Discussions.
Pertanyaan utama yang disampaikan dalam Focus Group Discussions untuk mencapai
tujuan penelitian antara lain:
a) Bagaimana pentingnya faktor-faktor kualitas pelayanan yang memerlukan
perhatian khusus atau perbaikan dalam mempengaruhi persepsi pelanggan terminal
peti kemas domestik PT. BJTI?
b) Bagaimana dampak faktor-faktor tersebut pada kepuasan yang dirasakan
pelanggan pada pelayanan jasa terminal peti kemas domestik PT. BJTI?
c) Bagaimana cara memperbaiki kualitas pelayanan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan jasa terminal peti kemas domestik PT. BJTI?
3. Merekrut dan mempersiapkan peserta baik dari manajemen operasional sampai dengan
manajemen sumber daya manusia.
4. Melaksanakan Focus Group Discussions. Diskusi dilakukan selama 80 menit dimana
20 menit pertama diawali dengan paparan penelitian mengenai kepuasan pelanggan
peti kemas domestik. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi untuk memberikan
pendapat dan rekomendasi mengenai masalah perbaikan pelayanan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan peti kemas domestik.
5. Menganalisis data dan penyusunan laporan.
6. Membuat laporan pembahasan hasil FGD yang berisi langkah-langkah yang dilakukan
untuk memperbaiki pelayanan terminal peti kemas domestik PT. BJTI.
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Selain itu, hasil tersebut juga memperlihatkan bahwa dari kelima dimensi kepuasan
pelanggan, dimensi empati (empathy) merupakan dimensi yang memiliki tingkat kepuasan
paling tinggi yang ditunjukkan dari nilai gap terkecil sebesar 0,789. Sehingga dapat dikatakan
dimensi yang terkait dengan cara pelayanan yang disampaikan oleh petugas terminal peti
kemas yang meliputi keramahan, sopan santun, dan kenyamanan dalam pelayanan merupakan
dimensi pelayanan PT. BJTI yang paling baik. Berdasarkan hasil analsis gap, juga dapat
dilihat bahwa dimensi reliability memiliki gap yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
dimensi lainnya dengan nilai gap sebesar 1,294. Sehingga dapat dikatakan dimensi yang
terkait dengan tingkatan keakuratan dalam proses operasional yang meliputi akurasi,
ketepatan waktu, dan kesesuaian prosedur dalam proses bongkar muat peti kemas merupakan
dimensi pelayanan PT. BJTI yang paling tidak terpuaskan.
Analisis Diagram Kartesius
Hasil analisis diagram kartesius dari 19 indikator yang digunakan untuk mengukur
kepuasan pelanggan peti kemas domestik PT. BJTI ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.
Kuadran I Kuadran II
Gambar 2. Diagam Kartesius Kepuasan Pelanggan Peti Kemas Domestik PT. BJTI
Gambar 2 memperlihatkan empat kuadran kepuasan pelanggan hasil analisis diagram
kartesius. Pada gambar tersebut 7 indikator masuk ke dalam Kuadran I yang berarti aspek
layanan tersebut harus diperbaiki segera, 3 indikator masuk ke dalam Kuadran II yang berarti
aspek layanan tersebut harus dipertahankan, 4 indikator masuk ke dalam Kuadran III yang
berarti aspek layanan tersebut perbaikannya dapat ditunda, dan 5 indikator masuk ke dalam
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
Kuadran IV yang berarti aspek layanan tersebut dimungkinkan untuk ditiadakan dan diganti
dengan aspek kepuasan lainnya.
Tabel 3. Pengelompokkan Indikator Berdasarkan Analisis Diagram Kartesius
Kuadran I : Aspek layanan yang harus diperbaiki segera
1. A1 : Kondisi dermaga kapal dan lapangan penumpukan petikemas layak dan memadai
2. B5 : Jadwal sandar dan bongkar muat sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
3. B6 : Petugas operasional tally dermaga dan lapangan memberikan pelayanan dengan cepat dan sesuai
prosedur
4. B8 : Petugas TKBM memadai dan terampil dalam memberikan pelayanan
5. B9 : Akurasi pencatatan produksi bongkar muat
6. C10 : Petugas administrasi memberikan informasi jelas dan mudah dimengerti
7. D14 : Penerapan operasional di lapangan sesuai dengan Sistem Operasional Prosedur (SOP)
Kuadran II : Aspek layanan yang harus dipertahankan
1. B7 : Petugas administrasi memberikan pelayanan dengan cepat dan sesuai prosedur
2. C11 : Petugas operasional tally dermaga dan lapangan menerima dan menanggapi keluhan pelanggan dengan
cepat
3. D13 : Petugas operasional post security tanggap terhadap keamanan dan ketertiban
Kuadran III : Aspek layanan yang perbaikannya dapat ditunda
1. A2 : Petugas di area dermaga dan lapangan berpenampilan baik dan sopan
2. A3 : Alat bongkar muat di terminal (forklift, RS, RTG, HMC) dalam kondisi baik
3. A4 : Tersedia informasi dan fasilitas umum yang baik dan memadai
4. D15 : Petugas operasional tally dermaga dan lapangan memiliki kompetensi
Kuadran IV : Dimungkinkan untuk ditiadakan dan diganti dengan aspek kepuasan lainnya
1. C12 : Sarana informasi di area terminal dapat diakses 24 jam
2. D16 : Petugas administrasi memiliki kompetensi
3. E17 : Petugas administrasi terminal melayani dengan ramah dan sopan
4. E18 : Petugas operasional tally dermaga dan lapangan melayani dengan ramah dan sopan
5. E19 : Petugas bertanggung jawab terhadap kenyamanan pelanggan
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, R. L. (2005). Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, P. (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan (8th
ed.). (A. A. Hermawan, Trans.) Jakarta: Salemba Empat.
Kruger, R. A. (1988). FOCUS GROUPS: A Practical Guide for Applied Research. California:
SAGE Publications.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry, L. L. (1988). SERVQUAL: A Multiple-Item
Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing ,
64, 12-40.
Randheer, K., & AL-Motawa, A. A. (2011). Measuring Commuters’ Perception on Service
Quality Using SERVQUAL in Public Transportation. International Journal of
Marketing Studies , 3 (1), 21-34.
Supranto, J. (2001). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Meningkatkan Pangsa
Pasar. Jakarta: PT. Rineta Cipta.
ISBN: 978-602-70604-3-2
B-3-9