Inti dari tindakan radikalisme adalah sikap dan tindakan seseorang atau
kelompok tertentu yang menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengusung
perubahan yang diinginkan. Kelompok radikal umumnya menginginkan
perubahan tersebut dalam tempo singkat dan secara drastis serta bertentangan
dengan sistem sosial yang berlaku.
ciri-ciri radikalisme:
Kerugian Radikalisme
Berikut ini ada keuntungan dan kerugiandari paham radikalisme, yakni sebagai
berikut:
Faktor Pemikiran
Radikalisme dapat berkembang karena adanya pemikiran bahwa segala
sesuatunya harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan
menggunakan kekerasan.
2. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di
berbagai negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan
ketika terdesak karena masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa
saja, termasuk meneror manusia lainnya.
3. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara
hanya berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-
kelompok masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan.
Kelompok-kelompok tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun
politik. Alih-alih menegakkan keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali
justru memperparah keadaan.
4. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas
ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada
tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis
pada hidup mereka.
5. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa
benci dan dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
6. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di
berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang
memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di
dalam diri seseorang.
Ekstrimis tidak peduli tentang apa yang akan terjadi nanti baik untuk
dirinya maupun keluarganya. Mereka serta merta percaya bahwa mereka
melakukan tindakan yang terbaik bagi agama mereka. Padahal multitafsir
dalam agama itu ada. Mereka tidak mau membandingkan dan
mempelajarinya lebih jauh lagi.
Menangkal
Para pelaku Radikalisme saat ini memanfaatkan isu agama dalam melancarkan
dan melegitimasi gerakannya untuk untuk mencapai tujuan tertentu yang
diinginkannya apabila seseorang mempunyai pengetahuan agama yang sempit
maka akan mudah sekali untuk meembenarkan paham Radikalisme tersebut
sehingga perlu dipahami gerakan radikalisme di era digital saat ini.
ِْ ن فِى ِبالغُلُ ِْو قَبلَكُمْ كَانَْ َمنْ أَهلَكَْ فَ ِإنَّ َما الدِي
ْن فِى َوالغُلُ َّْو ِإ َّياكُم ِْ الدِي
Diantara bentuk sikap melampaui batas adalah bersikap radikal dengan segala
bentuknya yang menyelisihi syariat. Dalam bahasa Arab kata (ْ )الغُلُوyang berarti
radikal, kekerasan dan kekakuan kembali kepada sebuah kalimat yang
bermakna sesuatu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas dan ukuran.
Sebagaimana yang dikatakan ibnu Fâris rahimahullah dalam kitabnya Mu’jam
maqâyis Lughah.
Ironisnya banyak orang Islam ikut-ikutan bicara radikalisme tanpa dasar dan
ilmu yang membuat semakin keruh dan rusak serta tidak memberikan solusi
sama sekali.
Tentunya hal ini menuntut setiap kita untuk berusaha mencegah dan
menghilangkannya. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya yang maksimal
untuk merujuk pemahaman as-salaf ash-shalih dalam memahami agama dan
menjalankan metode pemahaman mereka dalam mengamalkan ajaran-ajaran
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi.
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil (terbaik) dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. [Al-
Baqarah/2:143]
Dari kalimat ummatan wasathan (umat yang adil atau pertengahan) tampak
jelas bahwa umat Islam dilarang melampaui batasan yang telah ditetapkan
syariat, baik dalam keyakinan maupun amalan. Sikap melampaui batas tidak
akan membuahkan hasil yang baik dalam semua urusan, apalagi dalam urusan
agama. Bahkan syariat melarang sikap ini dalam beberapa ayat al-Qur`ân,
diantaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
ل ََيا َِ ل ْال ِكت َا
ََ ب أ َ ْه َ َ دِي ِن ُك َْم ِفي ت َ ْغلُوا
Wahai ahli Kitab, janganlah kalian bertindak melewati batas (ghuluw) dalam
agama kalian [An-Nisâ’/4: 171]
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan para rahib mereka sebagai Tuhan
selain Allâh dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masîh putera Maryam, (At-
Taubah/9:31)”, [Tafsîr Ibnu Katsir, 1/589]
Diantara bentuk sikap melampaui batas adalah bersikap radikal dengan segala
ْ yang berarti
bentuknya yang menyelisihi syariat. Dalam bahasa Arab kata (َ)الغُلُو
radikal, kekerasan dan kekakuan kembali kepada sebuah kalimat yang
bermakna sesuatu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas dan ukuran.
Sebagaimana yang dikatakan ibnu Fâris rahimahullah dalam kitabnya Mu’jam
maqâyis Lughah.
Radikalisme dalam sejarah terjadi tidak hanya pada umat Islam, bahkan Allâh
Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan ahli kitab akan sikap melampaui batas
ini, sebelum umat Islam. Sejarahpun mencatat banyak tindakan-tindakan
radikal dilakukan selain umat Islam baik dizaman dahulu hingga sekarang.
Namun mengapa hanya umat Islam saja yang disudutkan?
Ironisnya banyak orang Islam ikut-ikutan bicara radikalisme tanpa dasar dan
ilmu yang membuat semakin keruh dan rusak serta tidak memberikan solusi
sama sekali.
Tidak dipungkiri, radikalisme memiliki multi sebab, mulai dari pemahaman
yang parsial, salah memahami ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam